BAB I Perbaikan
BAB I Perbaikan
PENDAHULUAN
1
jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Selain itu perubahan gaya hidup
juga menurunkan frekuensi dan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan. (Moh.
Sukmin, 2015).
Makin banyak tersedia jenis makanan dan cemilan bagi sikecil sebaiknya, ibu
tetap mengutamakan faktor kesehatan dalam memilih jenis makanan bagi sang
buah hati. Jangan berlebihan dalam memberi makanan yang memiliki kadar
Karbohidrat dan Lemak yang tinggi seperti: permen dan coklat, minuman yang
mengandung banyak gula (susu), makanan cepat saji, kue - kue yang banyak
mengandung banyak gula dan coklat, keju dan kacang - kacang dan lain - lain.
Bukan berarti si kecil sama sekali tidak boleh mengkonsumsi makanan - makanan
tersebut selama porsi dan frekuensinya tidak berlebihan. Meningkatnya kasus
kegemukan pada anak balita akan memicu peningkatan risiko penyakit
Kardiovaskuler, Kanker, Diabetes, Kelainan otot, hingga kelainan pernapasan,
namun dampak ini tidak muncul seketika pada anak kegemukan bukan bererti
penyakit infeksi, tetapi bersipat Kronis yang dampaknya muncul saat mereka
dewasa. (Maisaroh, 2013).
Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu terdapatnya penimbunan lemak
yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal.
Sedangkan balita adalah anak usia 1-5 tahun. Di tahun 2014 balita di Indonesia
mengalami kegemukan (obesitas), yang merupakan salah satu penyebab utama
kematian di Indonesia. (Mutiara Sari, 2015).
Obesitas pada balita yakni anak dengan usia hingga 5 tahun yang mengalami
kegemukan yaitu terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang
diperlukann tubuh. Pemantauan berat badannya adalah melalui Kartu Menuju
Sehat (KMS). Apabila grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya berarti
kenaikan berat badannya naik atau jika grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan diatasnya berarti mengalami kenaikan pula. (Mutiara Sari, 2015).
Obesitas adalah permasalahan umum yang dialami anak-anak pada masa
sekarang ini, Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan efek negatif
untuk kesehatan. Anak kita yang lugu tidak tentu tidak memahami bahaya
2
tersebut, maka dari itu orang tua adalah orang pertama yang bertanggung jawab
atas kesehatan anaknya. Anak harus tetap sehat dan tidak sering sakit-sakitan,
oleh karana itu orang tua harus mengetahui apa penyebab dan bagaimana cara
mencegah dan mengatasi masalah obesitas pada anak-anaknya. (Maisaroh, 2013).
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, menurut WHO,
obesitas menyebabkan 10,3% kematian dari seluruh kematian di dunia, dimana
angka tersebut menempati peringkat kelima penyebab kematian di dunia. Obesitas
merupakan epidemi global dan menjadi problem kesehatan yang harus diatasi.
Prevalensi obesitas meningkat di semua kelompok usia, termasuk anak - anak di
sebagian besar Negara dan termasuk Indonesia. Tahun 2015 terdapat 42 juta anak
mengalami kelebihan berat badan, angka tersebut naik 31 juta dari tahun 2000.
Jika kecenderungan tersebut berlanjut maka jumlah anak yang mengalami
kelebihan berat badan akan meningkat menjadi 70 juta pada tahun 2025. (WHO,
2016) .
Ibu berperan dalam mengatasi obesitas pada anak, karena ibu yang
bertanggung jawab dalam mengatur dan memilih pola makan anak. Hal ini sesuai
menurut Jackson et al., (2005), menyatakan bahwa ibu berperan dalam
mempengaruhi sumber, keanekagaraman dan kuantitas makanan dari anak
mereka. Menurut Berg (2002), orang tua mempengaruhi pemilihan makanan anak
dengan mengendalikan ketersediaan makanan, berperan sebagai pemberi contoh
dan mendorong anak untuk mengkonsumsi makanan tertentu. Maka diketahui
bahwa pengetahuan tentang obesitas dan gizi yang dimiliki orang tua juga
berpengaruh terhadap pemilihan makanan dan pengetahuan orang tua dan secara
tidak langsung berdampak pada pengetahuan dan perilaku anak.
Berdasarkan hasil penelitian subiakti (2013), menunjukkan bahwa ibu yang
memiliki persepsi negatif terhadap obesitas lebih banyak memiliki anak yang
tidak obesitas dibandingkan dengan ibu yang memiliki persepsi positif, oleh
karena itu, dibutuhkan adanya persepsi ibu yang negatif terkait obesitas untuk
menanamkan perilaku dan kebiasaan kesehatan yang baik agar bisa mencegah dan
mengatasi obesitas pada anak. Hal ini berbeda dengan ibu yang memiliki persepsi
3
positif tentang obesitas. contohnya ibu beranggapan anak yang obesitas adalah
anak yang sehat dan berkecukupan gizi (Baughcum et al., 2000). Padahal persepsi
ibu yang berkaitan dengan nutrisi seperti pemilihan makanan tinggi lemak dan
kalori merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya obesitas. ibu
berpengaruh dalam membentuk sikap dan perilaku anak sehingga kecenderungan
anak untuk menyukai makanan tersebut tergantung pada ketersediaan makanan di
rumah.
Banyak orang tua merasa senang memiliki balita bertubuh gemuk, mereka
beranggapan anak yang gemuk berarti sehat, para orang tua pun membiarkan
sang buah hatinya, karena beranggapan anaknya akan berubah menjadi kurus saat
dewasa padahal anggapan ini sangat keliru, banyak penelitian menunjukan balita
yang mengalami kegemukan atau obesitas memiliki 2/3 atau lebih dari 66%
kecenderungannya untuk tetap terkena obesitas meski sudah beranjak dewasa,
kegemukan dan obesitas erat kaitannya dengan kelebihan gizi, di Indonesia
permasalahan kelebihan gizi makin meningkat dalam kurun waktu beberapa
waktu terakhir. (Kartika, 2013).
Kebanyakan orang tua menganggap gemuk itu lucu dan sehat, sehingga
mereka merasa bersalah bila anaknya tidak gemuk. Anak diberi multivitamin,
obat perangsang nafsu makan, susu formula anak balita dan sebagainya. Suku
tertentu terkadang mempunyai budaya tertentu dalam konsumsi makanan,
pandangan masyarakat yang menganggap obesitas merupakan suatu symbol
kemakmuran akan memicu anggota masyarakat untuk menjadi obesitas,
pemilihan jenis dan jumlah makanan tidak lagi berdasarkan kebutuhan dan
pertimbangan kesehatan tapi lebih mengarah pada pertimbangan praktis (fast
food) yang jika tidak diimbangi dengan aktifitas fisik seimbang akan
menyebabkan anak mengalami obesitas. (Kevin, 2015).
Survey di Kelurahan jatipadang kecamatan pasar minggu Jakarta selatan. Di
Tk Islam Nuryakin didapatkan frekuensi obesitas sebanyak 13,83% (Data survey,
2019). Pengetahuan orang tua tentang obesitas pada balita belum memahami.
Mereka tau, bahwa obesitas pada balita nantinya bakal turun berat badan dengan
4
sendirinya. Misalnya dengan aktifitas sekolah, balita bakal turun berat badannya.
Persepsi ibu tentang obesitas itu, karena proses perkembangan anak. Jadi orang
tua tidak khawatir dengan adanya obesitas pada balita. Di kelurahan jatipadang, di
Tk Islam Nuryakin. Di timbang BB/TB, minghitung IMT balita kemudian
memasukkan kedalam kurva IMT berdasarkan jenis kelamin dan usia balita. (Data
survey, 2019).
Usia prasekolah merupakan periode dimana anak cepat bertumbuh dan cepat
mengalami perubahan dalam pola kebiasaan sehari - hari. Obesitas masih banyak
ditemukan pada rentang umur prasekolah. Masa prasekolah merupakan
kesempatan untuk memperkenalkan aktivitas fisik pada balita dan terdapat
beberapa intervensi untuk balita usia prasekolah dalam mengurangi resiko
kejadian obesitas. Berdasarkan hasil survey diatas peneliti tertarik untuk
mengambil judul “Hubungan Persepsi Tentang Obesitas Pada Balita Dengan
Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Di Kelurahan Jatipadang Jakarta
Selatan”.
1.2 Rumusan Masalah
Obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya beberapa penyakit
kronis seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, kanker, Kelainan otot, Hingga
kelainan pernapasan, namun dampak ini tidak muncul seketika pada anak
kegemukan bukan bererti penyakit infeksi, tetapi bersipat Kronis yang
dampaknya muncul saat mereka dewasa. Banyak orang tua merasa senang
memiliki balita bertubuh gemuk, mereka beranggapan anak yang gemuk berarti
sehat, para orang tua pun membiarkan sang buah hatinya, karena beranggapan
anaknya akan berubah menjadi kurus saat dewasa maka dari itu penelitian ini
mengetahui bagaimana hubungannya antara presepsi ibu tentang obesitas pada
balita dengan pelaksanaan tugas kesehatan.
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan
Persepsi Ibu Tentang Obesitas Pada Balita Dengan Pelaksanaan Tugas
Kesehatan Keluarga Di kelurahan jatipadang Jakarta selatan tahun 2019”.
1.3.2 Tujuan Khusus
6
para pengelola rumah sakit mengenai pentingnya pemberian informasi-
informasi tentang obesitas kepada para orang tua.
3. Manfaat bagi orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan member informasi mengenai persepsi
ibu tentang obesitas pada keluarga dengan pelaksanaan tugas kesehatan.
Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk mengenal masalah
obesitas pada balita.
4. Manfaat bagi masyarakat
Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang konsep anak balita
obesitas. Serta sebagai masukan bagi masyarakat, terutama kader
kesehatan dan tokoh-tokoh masyarakat agar turut berpartisipasi dalam
mendukung setiap program yang berhubungan dengan sosialisasi tentang
anak balita obesitas.
5. Manfaat bagi penelitian
Kepada rekan penelitian diharapkan dapat melakukan penelitian
dengan cakupan yang luas terhadap tema persepsi ibu tentang obesitas
pada keluarga dengan pelaksanaan tugas kesehatan, atau bila
memungkinkan melakukan penelitian ini dengan desain penelitian yang
lebih baik, sempurna dan lebih bermakna.
7
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Persepsi
8
persepsi positif terhadap obesitas dapat dikatakan bahwa obesitas pada anak tidak
mempengaruhi kesehatannya maupun aktifitasnya. Sedangkan persepsi negatif
yakni persepsi yang menghasilkan pandangan penilaian yang tidak baik atau
sesuatu yang akan terjadi banyak mendatangkan kerugian (Murdoko, 2006). Ibu
yang mempunyai pandangan dan penilaian yang buruk terhadap obesitas. Bahwa
obesitas mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan anak.
1. Definisi Obesitas
2. Etiologi
Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Tidak bisa hanya memandang
dari satu sisi.
a. Makanan yang Berlebihan
Obesitas pada balita dapat terjadi akibat penyakit bawaan atau di
peroleh karena surplus energi akibat asupan energi dari makanan melebihi
penggunaan ataupun penggunaan energi rendah karena balita kurang aktif
(Wiramihardja, 2014).
9
Surplus energi pada seorang balita sama halnya seperti pada orang
dewasa. Balita mendapat asupan energi yang besar belum tentu disebabkan
oleh porsi makan besar, tetapi bisa di sebabkan berasal dari makanan cemilan,
makanan jajanan, dan dari minuman berenergi seperti susu (wiramihardja,
2014).
Salah satu penyebab obesitas adalah perilaku makanan yang tidak
baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab,
diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Perilaku makan yang tidak
baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki
kontribusi dalam obesitas. Obesitas pada kanak-kanak cenderung
mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton & Hall, 2015).
b. Gaya hidup kurang gerak
Sebagian besar waktu anak dihabiskan bermain. Bermain bagi anak
semestinya bukan sekedar aktivitas fisik biasa, melainkan dapat menjadi
sarana belajar yang menyenangkan dan berolahraga secara tidak langsung
bagi balita. Permainan tradisional umumnya dimainkan secara berkelompok,
banyak bergerak dan membutuhkan lahan yang luas seperti : berlari, sepak
bola, atau main petak umpet. Permainan semacam ini sangat bermanfaat untuk
melatih kekuatan otot dan fisik secara keseluruhan, kemampuan komunikasi,
sosialisasi serta menyehatkan bagi balita. Namun, kini permainan tradisional
telah banyak ditinggalkan, salah satu alasannya ialah lahan yang digunakan
untuk bermain kian berkurang, terutama di kota kota besar Jakarta (Wahyu,
2010).
Gaya hidup tidak aktif ataupun kurang aktif dapat dikatakan sebagai
penyebab utama obesitas (Guyton & Hall,2015). Balita yang kurang aktif
penggunaan energinya rendah, missal tidak suka atau tidak pernah bermain
permainan tradisional yang banyak menggunakan tenanga fisik (wiramihardja,
2014). Oleh karena itu pada orang yang kelebihan berat badan, peningkatan
aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi
10
asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton & Hall,
2015).
3. Faktor resiko
a. Faktor Genetik
b. Faktor Budaya
Indonesia masih menghadapi paradoks dalam hal kesehatan gizi
masyarakat, terutama pada sekelompok usia balita. Paradoks yang dimaksud
ini ialah persoalan kekurangan gizi (malnutrisi) di satu sisi dan peningkatan
prevalensi kegemukan dan obesitas di sisi laiinya (WHO, 2014). Paradoks ini
menyebabkan adanya keyakinan bahwa balita yang sehat selalu identik
dengan gemuk. Keyakinan ini membuat para orang tua pun berlomba lomba
membuat balitannya gemar makan dengan berbagai cara dan mengabaikan
komposisi gizi dalam makanan tersebut (Wahyu, 2010).
c. Komplikasi
Komplikasi terhadap balita gemuk dan obesitas mempunyai resiko
cukup tinggi untuk menjadi gemuk pada saat dewasa nanti (Arvin, 2010).
Obesitas adalah penyebab dari timbulnya suatu penyakit kronis seperti
penyakit kardiovaskular, sehingga dapat menyebabkan kecacatan dan
kematian (Yusuf, Cairns, Camm, Fallen, & Gersh, 2011). Anak yang memiliki
obesitas akan sulit untuk kembali ke berat badan normalnya, dan terbawa
hingga remaja, dan remaja yang ditemukan memiliki Indeks Massa Tubuh
(IMT) tinggi berhubungan dengan kematian pada umur muda (Bang et al
2012 dan WHO, 2014).
11
Masalah lain yang timbul pada balita obesitas yaitu overweight pada
anak dan remaja merupakan resiko terjadinya penyakit jantung, seperti
tingginya kadar kolesterol dan tingginya tekanan darah, bila dibandingkan
dengan individu dengan berat badan normal. Overweight dan obesitas sangat
berhubungan dengan Diabetes tipe 2 (WHO, 2014).
Menurut D’Adamo (2010) obesitas selalu disertai dengan resistensi
insulin yang mengarah pada diabetes. Obesitas merusak pengaturan energi
metabolisme dengan dua cara, yaitu obesitas menimbulkan resistensi leptin
dan meningkatkan resistensi insulin. Leptin berperan dalam hipotalamus
untuk mengatur tingkat lemak tubuh, kemampuan untuk membakar lemak
menajdi energi. Semakin banyak lemak tubuh semakin tinggi resistensi
insulin. (D’Adamo & Whitney, 2011).
d. Karakteristik anak obesitas
Balita yang obesitasnya karena masukan kalori tinggi secara
berlebihan biasanya tidak hanya lebih berat daripada teman sebayanya namun
juga lebih tinggi, umur tulang lebih tua. Wajah balita yang mengalami
obesitas tampak sering tidak sepadan dengan umurnya. Pada balita laki laki
adipositas di daerah dada sering berkesan tumbuh payudara dan karena ini,
bisa dapat menjadi memalukan. Abdomen cenderung menggantung, dan
sering ada striae putih. Genetalian eksterna anak laki laki tampak kecil tidak
sepadan, penis sering terbungkus dalam lemak pubis. Pubertas dapat terjadi
lebih awal pada balita obesitas (Behrman, Kliegman, & Arivin, 2010).
12
Tabel 2.2
Klasifikas Obesitas
Underweight <18,5
Overweight 25,0-29,9
13
2.4 Peran Keluarga
14
yang terdiri dari suaki istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya (Wirdhana et al., 2012).
15
7. Fungsi ekonomi adalah keluarga sebagai unsur pendukung kemandirian dan
ketahanan keluarga.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan adalah keluarga dalam memberi kemampuan
kepada setiap anggota keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara
serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan
lingkungan yang setiap saat selalu berubah secara dinamis. Dukungan
keluarga, dukungan sosial dari keluarga dapat berupa dukungan internal dan
eksternal. Keluarga memiliki berbagai dukungan suportif seperti dukungan
emosional, informatif, penghargaan dan instrumental (Agustini et al., 2013).
2.5.2 Lima Tugas Kesehatan Keluarga
Membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut (Bailon dan
Maglaya, dalam Mubarak, Chayatin & santoso, 2012) yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya pengenalan masalah
kesehatan keluarga yaitu sejauh mana keluarga, mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan keluarga yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, penyebab yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap
masalah. Pada tahap ini memerlukan data umum keluarga yaitu nama
keluarga, alamat, komposisi keluarga, tipe keluarga, suku, agama,
status sosial ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga.
2. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
pengambilan sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan
langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang
dihadapi, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang
ada. Pada tahap ini yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga
yang diambil. Perawatan sederhana dengan melakukan cara-cara
perawatan yang sudah dilakukan keluarga dan cara pencegahannya.
16
3. Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
perawatan anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya,
mengetahui sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,
mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga, mengetahui
keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap
keluarga terhadap yang sakit (Friedman, dalam setiadi, 2012).
4. Modifikasi lingkungan fisik dan psikologis pemodifikasian
lingkungan dapat membantu keluarga melakukan perawatan pada
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, dalam bentuk
kebersihan rumah dan menciptakan kenyamanan agar anak dapat
beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan dari luar
(Friedman; dalam Setiadi, 2012).
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar keluarga
mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan
yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau
oleh keluarga. (Friedman, dalam Setiadi, 2012).
17
2.6 Kerangka Teori
18
2.7 Kerangka Konsep
Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variable (baik yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka
konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan
teori (Nursalam, 2017).
Kerangka konsep ini berfungsi untuk menghubungkan atau menjelaskan
tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep
ilmu atau teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada
tinjauan pustaka.
2.8 Skema Kerangka Konsep Penelitian
19
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.2 Populasi
20
n = jumlah populasi
1+Ne2
n=N
(1+( Ne2))
n = 102
(1+ (102 . 0,052))
n = 102
(1+(102 . 0,0025))
n = 102
(1+ 2,5)
n = 102
3,5
n = 30
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Tk Islam Nuryakin. Penelitian ini
dilakukan 4 ruangan. 2 ruangan nol kecil dan 2 ruangan nol besar.
3.4 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2019. Penelitian pada
bulan Juli dilakukan pengurusan izin penelitian di kelurahan jatipadang, lalu
pengurusan izin penelitian di Tk Islam Nuryakin. Pada bulan Juli dilakukan
studi pendahuluan di ruang kelas nol kecil dan nol besar. Dilakukan penelitian
6 hari.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah persepsi ibu tentang
obesitas pada balita, sedangkan Variabel dependen yaitu pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga, serta variabel pemicu yaitu data demografi responden.
21
3.4 Definisi Operasional
Operasional
Terakhir responden 2. SD
2. Perempuan
2. Tidak Bekerja
2. TB
Perbulan DKI
2.>UMR
DKI
22
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
pada >mean
Masalah, mengambil
Keputusan, melakukan
Perawatan kesehatan.
23
3.5 Instrumen Penelitian
Penelitian ini mengambil data dari skripsi Ratna Sari-Fkik melalui
kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data
sesuai dengan yang di harapkan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan
kuesioner tipe pilihan yaitu meminta responden untuk memilih salah satu
alternative jawaban yang sudah disediakan. Untuk variabel tingkat persepsi
ibu terhadap obesitas pada balita dengan pelaksanaan tugas kesehatan
keluarga dinyatakan tinggi apabila skor lebih besar dari median, sedangkan
rendah apabila skor kurang dari median.
Kuesioner dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Bagian pertama (A) berisi pertanyaan tentang karakteristik responden
meliputi Usia, Pekerjaan, Pendidikan terakhir, BB, TB, Pendapatan
perbulan.
2. Bagian kedua (B) berisi 24 pertanyaan tentang persepsi ibu terhadap
obesitas balita secara umum.
Kuesioner yang telah dibuat sebelum digunakan untuk pengumpulan data
maka dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu dengan
menggunakan responden sebanyak 10% dari sampel. Namun responden ini
tidak dijadikan sampel pada penelitian yang dilakukan. Validitas menyatakan
apa yang seharusnya di ukur (Setiadi, 2007), dimana sebuah instrumen
dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya
diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Cara mengukur validitas suatu
instrumen adalah dengan melakukan korelasi antara skor masing-masing
variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pernyataan) dikatakan valid
jika skor variabel tersebut mempunyai korelasi secara signifikan dengan skor
totalnya.
24
Reabilitas adalah adanya satu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi,
2007).
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
3.6.1. Mempersiapkan materi dan konsep teori yang mendukung
3.6.2. Melakukan studi pendahuluan
3.6.3. Melakukan konsultasi dengan pembimbing
3.6.4. Mengurus perijinan untuk pengambilan data
3.6.5. Melakukan studi pendahuluan
3.6.6. Melakukan uji validitas dan reabilitas
3.6.7. Melakukan pengambilan data
3.6.8. Mengolah data hasil penelitian dengan melakukan editing dan coding
3.7 Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2010) dalam proses pengolahan data terdapat beberapa
langkah yang harus ditempuh meliputi editing,dan coding. Berikut penjelasannya:
1) Editing
Editing merupakan langkah untuk memeriksa kembali kebenaran data,
seperti daftar pertanyaan yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat
dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2) Coding
Coding merupakan langkah pemberian kode numeric (angka) pada data
yang sudah dikumpulkan yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode
ini akan memudahkan peneliti dalam pengolahan dan menganalisa data
menggunakan komputer. Dan peneliti ini menggunakan kode tiap item
kuesioner. Selanjutnya kode-kode tersebut dikembalikan lagi pada variabel
aslinya.
25
`
3.8 Etika Penelitian
1) Informed concent
Informed concent merupakan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Informed concent diberikan sebelum melakukan penelitian
yang bertujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian
dan mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan dan jika tidak bersedia,
maka peneliti harus mengormati keputusan tersebut.
2) Anonimity (Tanpa nama)
Anonymity adalah tidak mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data tersebut. Dengan tujuan untuk memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian.
3) Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua data dan masalah-masalah responden yang telah dikumpulkan
akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2011).
26
DATA RESPONDEN
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist () pada salah satu kolom pada jawaban
sesuai dengan pilihan anda.
27
SMP/MTS SMA/SMK/MA
Perguruan Tinggi
BB : kg
TB : cm
28
penyakit yang
disebabkan oleh
kegemukan.
3 Obesitas tidak
dapat
meyebabkan
hipertensi.
4 Kegemukan
dapat
menyebabkan
hipertensi pada
saat dewasa.
11 Saya senang anak
saya makan
banyak.
12 Saya pernah
menambahkan
porsi makanan
anak saya.
13 Saya selalu
memberikan
penghargaan
anak saya dalam
bentuk makanan.
14 Obesitas
disebabkan oleh
kebiasaan makan
melebihi
kebutuhan
29
15 Saya selalu
menyediakan
cemilan rendah
serat dan tinggi
kalori untuk anak
saya.
16 Saya kenal
dengan istilah
obesitas atau
kegemukan pada
anak..
17 Obesitas Tidak
sama dengan
istilah berat
badan berlebih.
18 Obesitas adalah
kelebihan lemak
pada seseorang.
19 Berat badan anak
yang mengalami
obesitas tidak
mempengaruhi
kesehatannya.
20 Anak yang
mempunyai berat
badan yang
berlebih dapat
menimbulkan
masalah pada
30
kesehatannya
dimasa yang
akan datang.
21 Obesitas yang di
alami orang tua
tidak bisa
menurun kepada
anak.
22 Kebiasaan buruk
orang tua yang
banyak makan
dapat menurun
kepada anak.
23 Orang tua yang
jarang olah raga
dapat memicu
anak menjadi
kurang gerak.
24 Saya percaya jika
balita yang sehat
adalah balita
yang gemuk.
31
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
32
anak saya.
3 Saya lebih
senang anak
saya bermain di
rumah.
4 Saya selalu
memberikan
penghargaan
anak saya dalam
bentuk
makanan.
5 Berat badan
anak yang
mengalami
obesitas tidak
mempengaruhi
kesehatannya.
6 Anak yang
mempunyai
berat badan
yang berlebihan
dapat
menimbulkan
masalah pada
kesehatannya
dimasa yang
akan datang.
7 Balita yang
mempunyai
berat badan
yang berlebih,
lebih sehat
dibandingkan
balita yang berat
badannya ideal.
8 Obesitas
merupakan hal
yang wajar pada
balita.
9 Saya tidak
khawatir dengan
keadaan berat
badan anak
balita yang tidak
33
proposional
daripada anak
lain yang
seusianya.
10 Obesitas
TIDAK sama
dengan istilah
berat badan
berlebih.
11 Obesitas
disebabkan oleh
kebiasaan
makan melebihi
kebutuhan.
12 Saya selalu
menyediakan
cemilan rendah
serat dan tinggi
kalori untuk
anak saya.
13 Saya selalu
menyediakan
game, cd dan
dvd agar anak
saya betah
dirumah.
14 Obesitas
TIDAK dapat
menyebabkan
hipertensi.
15 Saya senang
melihat anak
yang tidak
sesuai antara
tinggi dan berat
badannya.
16 Saya khawatir
jika anak
mengalami berat
badan yang
berlebihan akan
mempengaruhi
kesehatan anak.
17 Anak yang
34
mengalami
obesitas
beresiko untuk
mengalami
diabetes.
18 Diabetes adalah
BUKAN salah
satu penyakit
yang disebabkan
oleh
kegemukan.
19 Saya senang
anak saya
makan banyak.
20 Obesitas yang di
alami orang tua
tidak bisa
menurun kepada
anak.
21 Saya percaya
jika balita yang
sehat adalah
balita yang
gemuk.
22 Obesitas adalah
kelebihan lemak
pada seseorang.
23 Jika anak
mengalami
obesitas bisa
terbawa menjadi
obesitas dewasa.
24 Saya TIDAK
senang jika anak
selalu diam diri
dan tidak
banyak
bergerak.
25 Saya setuju jika
anak harus
menjaga berat
badan.
26 Kegemukan
dapat
35
menyebabkan
hipertensi pada
saat dewasa.
27 Kebiasaan buruk
orang tua yang
banyak makan
dapat menurun
kepada anak.
28 Akan lebih baik
balita yang
gemuk tetap
gemuk hingga
dewasa.
29 Orang tua yang
jarang olah raga
dapat memicu
anak menjadi
kurang gerak.
36