Anda di halaman 1dari 4

INTERAKSI OBAT

I WAYAN SUDIRA1 , I MADE MERDANA2


1)Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali 80232, e-mail : wayansudiradrh@yahoo.com


2) Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl.
PB. Sudirman Denpasar Bali 80232,e-mail :imade.merdana@yahoo.com

PENDHULUAN
Faktor interaksi obat dikatakan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi respon
tubuh terhadap pengobatan. Umumnya obat berinteraksi dengan makanan, zat kimia
yang masuk dari lingkungan atau obat lain.
Interaksi obat ada yang menguntungkan tetapi ada juga yang merugikan.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan
toksisitas, atau mengurangi efektifitas obat yang berinteraksi, jadi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah atau
slope log DEC yang curam, misalkan glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat
sitostatik. Demikian juga interaksi yang menyangkut obat yang sering digunakan.

Mekanismene Interaksi obat ada tiga yaitu :


1. Interaksi farmaseutik atau Inkompatibilitas
2. Interaksi farmakokinetik
3. Interaksi farmakodinamik
1.1 Interaksi Inkompatibilitas adalah : Ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan)
antara obat yang tidak dapat dicampur ( inkompatibel) Pencampuran obat seperti
ini berlangsung secara fisik maupun kimiawi yang hasilnya mungkin terlihat
sebagai endapan, perubahan warna, atau mungkin juga tidak terlihat Interaksi ini
biasanya menyebabkan inaktivasi obat.Banyak obat yang tidak bisa di campur baik
karena bahan obatnya atau pembawanya (vehicle). Oleh karena itu dianjurkan
tidak mencampur obat suntik dalam satu spuit atau dalam cairan infus kecuali jelas
diketahui tidak ada interaksi, misalnya Gentamisin mengalami inaktivasi bila
dicampur dengan kerbenesilin, Penisilin G jika dicampur dengan Vit C, sedangkan
Amfoterisin B mengendap dalam larutan garam fisiologis maupun ringer.
1.2 Interaksi farmakokinetik terjadi apabila salah satu obat mempengarui absorbsi,
distribusi, metabolisme, ataupun ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat
kedua meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau
penurunan efektifitas obat tersebut. Interakasi farmakokinetik tidak dapat
diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi.
Sekalipun struktur kimianya mirip, karena antara obat segolongan punya berapa
variasi sifat-sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat
farmakokinetiknya.
- Interaksi absorbsi pada saluran cerna, Interaksi bisa bersifat fisik/kimia
Interaksi ini bisa dihindarkan dengan jalan obat diberikan dengan selang
waktu minimal 2 jam. Absobsi sangat erat kaitannya dengan pH pada
saluran cerna, motilitas saluran cerna, kecepatan pengosongan lambung,
Adanya perubahan flora normal dalam saluran cerna dimana pemberian
antibakteri berspektrum lebar misalnya : tetrasiklin, kloramphenikol,
amphisilin, sulfonamid akan mengubah flora normal usus, dengan akibat
meningkatkan efektifitas antikoagulan oral, mengurangi efektifitas
sulfazalasin.
- Interaksi dalam distribusi, jika dalam darah pada saat yang sama terdapat
beberapa obat, maka akan terjadi kemungkinan persaingan terhadap
tempat ikatan pada protein plasma. Persaingan obat terhadap ikatan
protein umumnya baru relevan jika obat yang mempunyai ikatan protein
yang tinggi, lebar terapi yang rendah, dan volume distribusi relatif kecil.
Contohnya fenilbutazone atau oksibenbutazon dapat mengusir
antikoagulan dari ikatan protein, hal yang analog ialah pengusiran
billirubin dari ikatan albumin oleh salisilat dan sulfonamida dengan
bahaya yang disebut dengan kern ikterus pada bayi yang baru lahir.
- Interaksi pada proses biotranformasi, biotransformasi dua jenis obat atau
lebih saling mempengaruhi. Sebagai contoh penggunaan fenitoin, atau
tolbutamida dihambat oleh izoniasid,kloramfenikol atau antikoagulan.
Kadar difenilhidantoin dalam plasma dapat meningkatkan sampai
daerah toksik. Bahan obat lain yang menghambat metabolisme oksidasi
senyawa lain adalah semitidin.
- Interaksi pada proses eleminasi , interaksi pada eleminasi melalui ginjal
dapat terjadi akibat perubahan harga pH dalam urine atau karena
persaingan tempat ikatan pada sistem transport yang berfungsi untuk
sekresi atau reabsorbsi bahan aktif. Misalnya asida yaitu obat yang
dapat menurunkan harga pH memperbesar eleminasi basa lemah karena
senyawa ini terdapat dalam keadaan ionisasi dan dengan cara yang sama,
senyawa-senyawa yang menaikan harga pH urine misalnya Natrium
Hidrogen karbonat, meningkatkan eleminasi asam-asam lemah.,
Persaingan terhadap tempat ikatan pembawa bertanggung jawab atas
penghambatan ekskresi penisilin atau obat yang bersifat asam lainnya
akibat probenesid.Efek ini dapat digunakan secara terapeutik untuk
meningkatkan kadar penisilin dalam darah pada resistensi penisilin
relatif. Sulfonamid, sulfonilurea, serta fenilbutazon dan oksifenutazon
saling mempengaruhi sangat analog dalam sekresi tubulusnya.
Interaksi antara obat dan bahan makanan
Pada sejumlah senyawa makanan menyebabkan penundaan absorpsi karena
perubahan harga pH dalam lambung serta perubahan motilitas usus,misalnya
Tuberkulostatika rifampisin dan izoniasid absorpsinya ditunda dan diabsorpsi dalam
jumlah kecil dalam pemakaian setelah makan dibandingkan dengan apabila obat-obat
ini digunakan pada waktu lambung kosog. Pemakaian tetrasikin bersama dengan susu
atau makanan yang mengandung ion kalsium, magnesium atau ion besi mengurangi
absorpsi karena pembentukan khelat yang tidak larut. Dipihak lain ditunjukkan bahwa
ketersediaan hayati beberapa bahan obat yang lifofil dapat diperbaiki dengan makan
pada waktu yang sama. Misalnya absorpsi griseofulvin meningkat , jika obat ini
diberikan besama dengan makanan.
Ada beberapa istilah yang dikenal dalam interaksi obat :
1. Penjumlahan yaitu respon yag ditimbulkan oleh gabungan obat sama dengan
gabungan respom masing masing obat , Model matematikanya 1+1 =2
2. Sinergisme yaitu respon yang ditimbulkan oleh gabungan obat lebih besar
daripada gabungan respon masing-masing obat, 1+1 =3
3. Potensiasi yaitu obat yang tidak mempunyai efek meningkatnya efek obat
kedua, 1+1 = 1
4. Antagonisme yaitu obat menghambat efek obat yang lain, biasanya antagonisme
tidak mepunyai aktivitas yang khas, 1+1= 0
Beberapa istilah farmakologi yang perlu diingat :
1. KE50 (Konsetrasi Efektif 50%) : Yaitu konsentrasi obat yang menyebabkan efek
klinis tertentu pada 50 % subyek yang diberikan obat
2. DL50 (Dosis Letal50%) : Konsentrasi obat yang menyebabkan kematian 50%
subyek yang diberikan obat.
3. Indek Terapeutika : Ukuran keamanan sebuah obat. Dihitung dengan membagi
DL50 dengan KE50.
4. Batas Keamanan yaitu batas antara dosis terapeutika dan dosis letal sebuah obat

Anda mungkin juga menyukai