Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN KESEHATAN

DAN KESELAMATAN KERJA


TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA


DINAS KESEHATAN
UPTD UPTD PUSKESMAS BOJONG BOJONG
Jl Raya Sawit-Bojong KM 31 Bojong-Purwakarta
Kode Pos 41164
Email:pkm.bojong@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks yang difungsikan untuk
menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum. Semakin luas pelayanan
kesehatan dan fungsi Puskesmas tePuskesmasebut, maka akan semakin kompleks
peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan. Kerumitan tePuskesmasebut menyebabkan
Puskesmas mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien,
tenaga medis dan tenaga non medis, tetapi juga pengunjung Puskesmas.
Disadari ataupun tidak, potensi bahaya di Puskesmas sangat luas, selain penyakit –
penyakit infeksi juga ada potensi bahaya – bahaya lain yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan manusia di Puskesmas. Yaitu potensi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi
dan psikososial. Dan tetap harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada
masyarakat dengan tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Puskesmas.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas perlu mendapat perhatian serius
dalam upaya melindungki kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses
pelayanan kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasarana, obat – obatan dan logistik
lainnya yang ada di lingkungan Puskesmas sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk kebakaran dan bencana yang berdampak
pada pekerja Puskesmas, pasien, pengunjung dan masyarakat disekitarnya.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas Bojong tahun 2018 (K3
PUSKESMAS Tahun 2018) ini merupakan pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam
pelaksanaan pengelolaan K3 Puskesmas Bojong dan dapat mengantikan peran standar K3
PUSKESMAS terdahulu yang dikenal dengan Kebakaran, Keselamatan Kerja dan
Kewaspadaan Bencana. Pedoman K3 Puskesmas Bojong Tahun 2018 ini sebagai acuan
lebih komprehensif karena di dalamnya terdapat Standard Kesehatan Kerja yang
mencakup standar penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana.
Menyadari kompleksitas permasalahan K3 ini, untuk mengatur masalah terkait
keselamatan dan kesehatan kerja, pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan
perundangan di indonesia telahmenetapkan berbagai macam peraturan maupun
perundangan terkait dengan permasalahan K3 ini, diantaranya dalam undang-undang
Nomor 23 tahun1992 tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan
dan Keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Disamping itu pemerintah juga terus
memperhatikan dan mengatur masalah K3 ini melalui beberapa dokumen negara lainnya
seperti : Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tertuang dalam SK
MENKES nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 dan juga Standart Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Puskesmas yang tertuang dalam Kepmenkes RI nomor 1087/Menkes/VIII/2010
yang diharapkan dapat menjadi dasar hukum pelaksanaan K3.
Oleh karena itu, pihak pengelola Puskesmas Bojong diharapkan dapat menerapkan
upaya – upaya yang mendukung terciptanya K3 di PUSKESMAS. Selain itu, agar
penyelenggaraan K3 PUSKESMAS lebih efisien, efektif dan terpadu, maka Kepala
Puskesmas memandang perlu di buatnya suatu pedoman manajemen K3 di Puskesmas
Bojong yang di dalam nya melibatkan pengelola dan seluruh pegawai Puskesmas Bojong
untuk mendukung tercapainya kondisi kerja yang sehat dan selamat.
Standart K3 Puskesmas Bojong tahun 2018 ini dibuat dengan mengacu pada berbagai
macam sumber baik itu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/VIII/2010,
standart K3 PUSKESMAS tahun 2009 yang diterbitkan oleh Depkes RI, Pedoman
Manajemen K3 PUSKESMAS No. 432/Menkes/SK/IV/2007, dan juga sumber – sumber lain
yang diharapkan dapat diterapkan di seluruh Puskesmas sebagai bagian dalam
pengelolaan Puskesmas dan sebagai salah satu parameter penilaian Akreditasi
Puskesmas yang diamanatkan oleh Undang – Undang no 44 tahun 2009 tentang
Puskesmas.

B. PENGERTIAN
a. Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaan atau jabatannya.
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
c. Manajemen K3 Puskesmas Bojong
Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di
PUSKESMAS Puskesmas Bojong.

UPAYA K3 DI PUSKESMAS BOJONG


Upaya K3 di PUSKESMAS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakan resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja.
Adapun yang dimaksud dengan istilah tePuskesmasebut diatas adalah:
a. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
b. Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik maupun
non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tePuskesmasebut dapat
diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik.
c. Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik,
kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya.

KATEGORI (B3) BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


Limbah medis dari suatu Puskesmas termasuk dalam kategori limbah bahan
berbahaya dan beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 Tahun 1999 lampiran I daftar limbah
spesifik dengan kode limbah D 227. Dalam kode limbah D 227 tePuskesmasebut
disebutkan bahwa limbah Puskesmas dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah
limbah klinik produk farmasi kadaluaPuskesmasa, peralatan laboratorium terkontaminasi,
kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari proses insenerasi. Adapaun
kriteria limbah B3 adalah sebagai berikut:
a. Memancarakan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel radioaktif yang
mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang dilaluinya,
misalnya : Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, dan lain-
lain.
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai
pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan
tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak
apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.
c. Mudah menyala dan terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai dengan
pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala.
Bahan yang mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala (flash point) rendah
(210C).
d. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasi sehingga terjadi reaksi oksidasi,
menyebabkan reaksi keluar panas (eksothermis).
e. Racun
Bahan yang mempunyai sifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan kulit atau mulut.
f. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju koordinasi lebih besar dari
6,35mm/tahun dengan temperatur uji 550C, mempunyai pH sama atau kurang dari 2
(asam) dan sama atu lebih dari 12,5 (basa).

g. KaPuskesmasinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh.
h. Iritasi
Bahan yang dapat menyebabkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
i. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat
merubah genetika.
k. Arus listrik

C. LATAR BELAKANG
Puskesmas sebagai industri jasa padat karya, padat pakar, padat modal, padat
teknologi dituntut untuk snenatiasa mampu berkembang dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Menimbang hal ini maka perlu disadari dengan baik dan diantisipasi agar resiko
timbulnya Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja baik dalam jangka waktu
yang lama maupun relatif singkat dapat dikurangi. Salah satu usaha awal yang dapat
diakukan untuk mengurangi terjadinya PAK dan KAK adalah mengenali potensi bahaya
yang ada di suatu Puskesmas. Potensi bahaya di Puskesmas selain pnyakit juga terdapat
berbagai hal lai yang secara umum adalah meliputi: potensi bahaya fisik, kimia, biologic,
ergoonomic, mekanik, listrik, kecelakaan, limbah Puskesmas maupun psikososial.
Mengingat pentingnya permaslahan K3 di atas, maka pedoman, program dan panduan
terkait dengan pelaksanaan K3 di Puskesmas sangat diperlukan untuk menciptakan
keadaan sehat dan selamat di PUSKESMAS baik bagi pasien, keluarganya, pegawai
maupun pengelola Puskesmas.

D. TUJUAN DAN SASARAN PEDOMAN


Tujuan dari pedoman K3 Puskesmas Bojong tahun 2018 ini terdiri dari tujuan umum
dan tujuan khusus yang penjabarannya ditunjukkan sebagai berikut:

a. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
Puskesmas Bojong, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/ pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar Puskesmas sehingga proses pelayanan
Puskesmas berjalan baik dan lancar.
b. Tujuan khusus
1. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3 PUSKESMAS
2. Meningkatkan kesadaran dalam K3 bagi manajemen, pelaksana dan pendukung
program.
3. Terpenuhinya syarat – syarat K3 di setiap unit kerja
4. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
5. TePuskesmaselenggaranya program K3 PUSKESMAS secara optimal dan
menyeluruh.
6. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Puskesmas Bojong.
c. Sasaran K3 Puskesmas Bojong Tahun 2018 adalah:
1. Pengelola Puskesmas (seluruh pegawai di semua unit kerja)
2. SDM yang ada di Puskesmas (pasien dan pengunjung pasien)

E. MANFAAT
a. Manfaat bagi Puskesmas
1. Meningkatkan mutu pelayanan dan citra Puskesmas
2. Mempertahankan kelangsungan operasional Puskesmas
b. Manfaat bagi pegawai
1. Melindungi pegawai dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
2. Melindungi terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
c. Manfaat bagi pasien dan pengunjung
Meningkatkan tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan di Puskesmas
Bojong yang meningkatkan kesadaran serta keselamatan dan kesehatan di
Puskesmas Bojong.

F. RUANG LINGKUP CAKUPAN PEDOMAN


Pedoman standard K3 PUSKESMAS mencakup program dan kebijakan pelaksanaan
K3 PUSKESMAS, standar pelayanan K3 PUSKESMAS, standar sarana, prasarana dan
peralatan K3 PUSKESMAS, pengelola barang berbahaya, standar sumber daya manusia
K3 PUSKESMAS, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan yang di dalamnya
tercakup:
a. Semua tata cara dan laksana kegiatan/ tindakan baik medis maupun non medis.
b. Seluruh fasilitas yang ada di Puskesmas Bojong
c. Seluruh lingkungan kerja, seluruh area Puskesmas.

G. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional penyelenggaraan kegiatan K3 di Puskesmas Bojong ini adalah:
a. Batasan pelaksanaan K3 tidak hanya pada pegawai Puskesmas Bojong tetapi juga
pada pasien dan pengunjung pasien.
b. Alokasi anggaran keuangan pelaksanaan program dan kegiatan K3 ada di bawah
anggaran bidang umum dengan skala prioritas

H. LANDASAN HUKUM
a. Undang – undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
c. PP 18 tahun 1990 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
d. Peraturan MENKES No 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan Pasien
Puskesmas
e. Keputusan MENKES No 876/ MENKES/ SK/ VIII/ 2001 tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
f. Keputusan MENKES No 1405/ MENKES/ SK/ XI/ 2002 tentang PePuskesmasyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
g. Kepmen KLH 58/ 1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Puskesmas.
h. Kepdal 01 – 05 tahun 1995 tentang Pengelolaan Limbah B3. Limbah medis dari suatu
Puskesmas termasuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
sesuai dengan PP 18 Tahun 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode
limbah D 227.
i. Keputusan MENKES No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang PePuskesmasyaratan
Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
j. Pedoman manajemen K3 PUSKESMAS No 432/ MENKES/ SK/ IV/ 2007.
k. Keputusan MENKES No 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 tentang Standar K3
PUSKESMAS
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Untuk menunjang pelaksanaan program K3 Puskesmas Bojong di tahun 2018, maka
pada buku Pedoman K3 Puskesmas Bojong ini, berdasarkan pada keputusan Mentri
Kesehatan RI Nomor 432 tahun 2007. Adaun naa organsasi K3 di Puskesmas Bojong
adalah Tim Pembina K3 PUSKESMAS yang beranggotakan seluruh unit kerja di
PUSKESMAS.
Keanggotaan tim diatur sebagai berikut:
a. Unit pelaksana K3 Puskesmas Bojong beranggotakan unsur – usur dari pegawai dan
jajaran direksi PUSKESMAS, dan untuk menunjang efektivitas, maka karena di
Puskesmas Bojong belum ada pegawai yang berlatar belakang pendidikan K3 akan
dikoordinasikan secara langsung oleh seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat
b. Anggota tim K3 Puskesmas Bojong adalah perwakilan dari semua unit yang ada di
Puskesmas Bojong (baik yang pekerjaannya terkait medis maupun non medis)

B. Tugas Pokok dan Fungsi


Pelaksanaan K3 di Puskesmas sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama
dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang
jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan
dan latihan serta penegakkan disiplin.
Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3 PUSKESMAS
a. Tugas pokok :
a) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada Kepala Puskesmas mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan K3.
b) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan prosedur.
c) Membuat program K3 PUSKESMAS
b. Fungsi
a) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang
berhubungan dengan K3
b) Membantu Kepala Puskesmas mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3,
pelatihan dan penelitian K3 di PUSKESMAS.
c) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K-3.
d) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif.
e) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3 PUSKESMAS.
f) Memberi nasehat tentang manajemen k3 di tempat kerja, kontrol bahaya,
mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.
g) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai
kegiatannya.
h) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,pembangunan gedung
dan proses.
.
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam suatu sift kerja selalu
terdapat anggota tim Pembina K3 PUSKESMAS.
D. Struktur Organisasi Tim K3 Puskesmas
BAB III
STANDAR FASILITAS

Untuk menunjang pelaksanaan program K3 di Puskesmas Bojong tahun 2018, maka


diperlukan sarana dan prasarana yang dapat mennjang aktifitas pencapaian tujuan program.
Adapun beberapa sarana dan prasarana serta standarnya dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Standar Teknis Sarana
a. Lokasi dan Bangunan
Secara umum lokasi Puskesmas hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat,
bebas dari pencermaran, banjir, dan tidak berdekatan dengan rel kereta api, tempat
bogkar muat barang, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik industri,
dan limbah pabrik . lokasi Puskesmas harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Puskesmas.dan, harus sesuai dengan fungsi, kenyamanan
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.

a) Puskesmas l :
- Ruang periksa 3 x 4 m2
- Ruang tindakan 2 x 3 m2
- Ruang tunggu 4 x 4 m2

b. Lantai :
a) Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan mudah
dibersihkan dan berwarna terang.
b) Lantai KM/ WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mempunyai kemiringan
yang cukup dan tidak ada genangan air.
c. Dinding :

a) Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung logam berat.
b) Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air
c) Permukaan dinding keramik rata, rapih, sisa permukaan kramik dibagi sama ke
kanan dan ke kiri
d) Dinding rang laboratorium dari keramik setinggi 1,5 m dari lantai

d. Pintu/ Jendela :
a) Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm.
b) Pintu dapat dibuka dari luar.
c) Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai
d) Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji.

e. Plafon
a) Rangka plafon kuat dan anti rayap.
b) Permukaan plafon berwana terang, mudah dibersihkan tidak berbahan dasar asbes.
c) Langit-langit dengan ketinggian 3 m dari lantai
d) Langit-langit menggunakan cat anti jamur.

f. Ventilasi
a) Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup, luas
minimum 15% dari luas lantai.
b) Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk operasi kombinasi
antara fan, exhauster dan AC dapat memberikan sirkulasi udara dengan tekanan
positif.
c) Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.

g. Atap
a) Atap kuat , tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain.
b) Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan penangkal petir.
h. Sanitasi
a) Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan tidak cacat,
serta mudah dibersihkan.
b) Urinoir dipasang/ ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik.
c) Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau, dilengkapi
desinfektan dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang (disposable tissues).
d) Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah
dibersihkan.
e) Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, closet, keluar
dengan lancar dan jumlahnya cukup.

i. Air bersih
a) Kapasitas resevoir sesuai dgn kebutuhan Puskesmas
b) Sistem penyedian air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur dalam (artesis)
c) dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali.
d) Sumber air masih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam
penanggulangan kebakaran.

j. Pemipaan (plumbing)
a) Sistem pemipaan di Puskesmas Bojong adalah pemipaan air bersih sedangkan untuk
pemipaan kebakaran sejauh ini belum dapat dilakukan karena belum terintegrasinya
kawasan Puskesmas Bojong dengan Hydrant.
b) Pipa air bePuskesmasih tidak boleh bePuskesmasilangan denan pipa air kotor.
c) Instalasi pemipaan tidak berdekatan atau berdampingan dengan insalasi listrik

k. Saluran (drainase)
a) Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedapa air dan berkualitas
baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah aliran pembuangan.
b) Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak tertentu dan ditiap
sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang mudah dibuka/ ditutup
memenuhi syarat teknis, serta berfungsi dengan baik.
l. Jalur yang melandai/ lereng (ramp)
a) Kemiringan rata-rata 10-25 derajat.
b) Ramp untuk evakuasi satu arah dengan lebar rata-rata 140 cm, khusus ramp koridor
dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 cm, kedua ramp Puskesmas
harusnya dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 cm.
c) Area awal dan akhir ramp bebas dan daftar, mudah untuk berputar , tidak licin.
d) Setiap ramp dilengkapi lampu penerangan darurat.

m. Tangga
a) Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah.
b) Lebar injakan minimum 28 cm
c) Tinggi injakan maksimum 21 cm
d) Tidak berbentuk bulat/ spiral.
e) Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat.
f) Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Peganan rambat mudah
dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi. Tangga diluar
bangunan dirancang ada penutup tidak kena air hujan secara langsung.

n. Jalur pejalan kaki (pedestrian track)


a) Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/ stabil, kuat dan tidak licin.
b) Tidak terdapat sambungan atau gundukan permukaan
c) Kemiringan 15 derajat
d) Drainase searah jalur
e) Ukuran minimum 120 cm (jalur searah), 160 (jalur 2 arah) terdapat tepi jalur pengaman

o. Area Parkir
a) Area parkir tertata dengan baik
b) Mempunyai ruangan bebas disekitarnya
c) Untuk penyandang cacat,kursi roda disediakan ramp trotoar untuk akses di lantai 1
sedangkan untuk akses ke lantai dua sementara belum difasilitasi.
d) Puskesmas Bojong belum memberikan rambu penyandang cacat yang bisa
membedakan untuk mempermudah dan membedakan dengan fasilias parkir bagi
umum
e) Parkir dasar (basement) dilengkapi dengan exhauster yang memadai untuk
menghilangkan udara tercemar di dalam ruang dasar (basement), dilengkapi petunjuk
arah dan disediakan tempat sampah yang memadai serta pemadam kebakaran.
p. Pemandangan ( Landscape) : Jalan, Taman
a) Akses Jalan lancar dengan rambu-rambu yang jelas
b) Saluran pembuangan yang melewati jalan tertutup dengan baik dan tidak
menimbulkan bau
c) Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang ada
d) Jalan dalam area Puskesmas dirawat
e) Di Puskesmas Bojong telah tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner).
f) Pintu gerbang untuk masuk dan keluar sementara melalui pintu yang sama karena
keterbatasan lahan yang ada tetapi walaupun begitu, untuk menunjang keamanan
dilengkapi dengan gerdu jaga.
g) Papan nama Puskesmas dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca untuk umum,
terpampang di bagian depan Puskesmas
h) Taman tertata rapi, terpelihara, dan berfungsi memberikan keindahan, kesejukan ,
kenyamanan bagi pengunjung maupun pekerja dan pasien Puskesmas.

B. Standar Teknis Prasarana


a. Penyediaan listrik :
a) Puskesmas Bojong memiliki Gardu Listrik/ Trafo Listrik TePuskesmasendiri untuk
menjamin suplai kebutuhan Puskesmas dengan daya sebesar 131 KVA.
b) Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL
c) Untuk kamar beda, HCU, menggunakan catu daya khusus dengan sistem catu daya
cadangan otomatis dua lapis (generator dan UPS/ Uninteruptable Power Supply).
d) Tersedia ruang UPS minimal 2 x 3 m2 (sesuai kebutuhan) dan diberi pendingin
ruangan.
e) Kapasitas UPS disesuaikan dengan kebutuhan.
f) Kapasitas generator (Gen set) disediakan adalah 40 (KVA) dengan satu Gen Set
pendukung yang berdaya 18, 6 KVA dan setara dengan 75% dari daya terpasang dan
dilengkapi AMF dan ATS system
g) Grounding system harus terpisah antar grounding panel gedung dan panel alat. Nilai
grounding peralatan rata-rata terukur adalah 0,5 Ohm.
b. Instalasi penangkal petir :
Pengawasan instalasi penangkal petir sesuai dengan ketentuan Permenaker No. 2
tahun 1989.

c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran :


a) Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM)
kebakaran seperti yang diatur oleh Permenaker No. 4 tahun 1980.
b) Alat pemadam Api dengan Air bertekanan dengan menggunakan Genset terpasang
dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup dengan adanya kolam
penampungan air, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
c) Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran.
d) Walaupun begitu, tetapi di Puskesmas Bojong belum tersedia instalasi alarm
kebakaran automatik sesuai dengan Permenaker No. 2 Tahun 1983.

d. Sistem Komunikasi
a) Tersedia saluran telepon intenal dan eksternal dan berfungsi dengan baik.
b) Tersedia saluran telepon khusus untuk keadan darurat (untuk IGD, sentral telepon dan
posko tanggap darurat).
c) Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik
d) Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan alarm) untuk mendukung komunikasi
tanggap darurat.
e) Tersedia sistem panggilan perawat (nuPuskesmase call ) yang terpasangan berfungsi
dengan baik.
f) Tersedia sistem tata suara pusat (central sound system)
g) Tersedia peralatan pemantau keamanan/ CCTV (Close circuit television) yang
terpasang tersebar di seluruh area Puskesmas (terdapat setidaknya 24 titik pantau
kamera CCTV di seluruh area Puskesmas.

e. Gas Medis :
a) Tersedianya gas medis dengan sistem sentral dan tabung.
b) Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang, berfungsi dengan baik
dilengkapi dengan ALARM untuk menunjukkan kondisi sentral gas medis dalam
keadaan rusak/ ketePuskesmasediaan gas tidak cukup.
c) Tersedia pengisap (suction pump) pada jaringan sentral gas medik
d) Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan kebutuhan
e) Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (O2), gas nitrous oxida (NO2), gas tekan
dan vacum.
f. Limbah cair :
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya

g. Pengolahan Limbah Padat :


a) Tersedianya tempat/ ontainer penampungan limbah sesuai dengan kriterian limbah
b) Tersedia pembakaran sampah/ limbah padat atau sejenisnya, terpelihara dan
berfungsi dengan baik
c) Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tetutup dan berfungsi dengan
baik
C. Standar Peralatan Puskesmas Bojong
a. Memiliki perizinan
b. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/ atau
institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang
c. TePuskesmasertifikasi badan atau lembaga terkait
d. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus
diawasi oleh lembaga yang berwenang
e. Penggunaan peralatan medis dan non medis di Puskesmas harus dilakukan sesuai
dengan indikasi medis pasien
f. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Puskesmas harus dilakukan oleh petugas
yang mempunyai kompetensi di bidangnya
g. Pemeliharaan peralatan didokumentasikan dan dievakuasi secara berkala dan
berkesinambungan

D. Denah Ruang
Adapun denah ruangan di Puskesmas Bojong dapat ditunjukkan pada Lampiran
Gambar Denah Puskesmas Bojong.
BAB IV
TATA LAKSANA

TATA LAKSANA K3 PUSKESMAS


Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan K3 di Puskesmas Bojong, selanjutnya perlu
dibuat Tata Laksana Sistem Manajemen K3 Puskesmas Bojong tahun 2018. Adapun
perincian dari tata laksana tePuskesmasebut dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Komitmen dan Kebijakan
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah
dimengerti serta diketahui oleh seluruh pegawai Puskesmas Bojong. Manajemen
Puskesmas Bojong mengidentifikasikan dan menyediakan semua sumber daya esensial
seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya program K3 di Puskesmas
Bojong. Kebijakan K3 di PUSKESMAS diwujudkan dalam bentuk wadah K3 PUSKESMAS
dalam struktur organisasi PUSKESMAS.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 Puskesmas Bojong, perlu disusun
beberapa strategi yang antara lain meliputi :
1. Sosialisasi program K3 PUSKESMAS
2. Menetapkan tujuan yang jelas
3. Organisasi dan penugasan yang jelas
4. Meningkatkan kualitas SDM di bidang K3 PUSKESMAS pada setiap unit kerja di
lingkungan PUSKESMAS
5. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak
6. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif
7. Membuat program kerja K3 PUSKESMAS yang mengutamakan upaya peningkatan
dan pencegahan kejadian terkait K3
8. Monitoring dan evaluasi secara internal maupun eksternal
B. Perencanaan
PUSKESMAS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan K3 di PUSKESMAS dapat mengacu pada sistem standar Sistem
Manajemen K3 PUSKESMAS diantaranya self assesment akreditasi K3 PUSKESMAS
dan SMK 3
Perencanaan meliputi :
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko. PUSKESMAS
harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian seta pengedalian
faktor risiko.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
a) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
b) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi
Sumber bahaya yang ada di Puskesmas Bojong harus diidentifikasi dan dinilai
untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan
terjadinya kecelakaan dalam PAK.
Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan PUSKESMAS meliputi :
No Bahaya Lokasi Pekerja yang berisiko
Potensial
1 FISIK :
Bising UPS-PUSKESMAS, laundry, Pegawai yang bekerja di
dapur, gedung genset, IPAL lokasi tsb.
Getaran Ruang mesin-mesin dan Pegawai yang bekerja di
menghasilkan getaran (ruang lokasi tsb.
gigi dll.)
Debu Genset, bengkel kerja, Teknisi gigi/ petugas UPS
laboratorium gigi, gudang dan rekam medis
rekam medis, tempat
pembakaran sampah
Panas Dapur, laundry, tempat Pekerja dapur, pekerja
sampah laundry, cleaning service,
dan petugas, UPS-
PUSKESMAS
Radiasi X-ray, OK, ruang fisioterapi, Ahli radiologi,radioterapist
unit gigi dan radiografer, ahli
fisiotherapi dan petugas
rontgen gigi

No Bahaya Lokasi Pekerja yang berisiko


Potensial
2 KIMIA :
disinfektan Semua area Cleaning service, perawat

Cytotoxics Farmasi, tempat Pegawai farmasi, perawat,


pembuangan limbah, bangsal petugas pengumpul
sampah
Ethylene oxide Kamar operasi Dokter, perawat
Formaldehyde Laboratorium, kamar mayat, Petugas kamar mayat,
gudang farmasi petugas laboratorium dan
farmasi
Methyl : Ruang pemeriksaan gigi Petugas/ doktergigi, dokter
Methacrylate, Hg bedah, perawat
(amalgam)
Solvents Laboratorium, bengkel kerja, Teknisi, petugas
semua area di PUSKESMAS laboratorium, petugas
pembePuskesmasih
Gas-gas Ruang operasi gigi, OK, Dokter gigi, perawat,
anaestesi ruang pemulihan (RR) dokter bedah, dokter/
perawat anaestesi
3 BIOLOGIK :
AIDS, Hepatitis B IGD, kamar Operasi, ruang Dokter, dokter gigi,
dan Non A-non B pemeriksaan gigi, perawat, petugas
laboratorium, laundry laboratorium, dan laundry
Cytomegalovirus Ruang kebidanan, ruang Perawat, dokter yang
anak bekerja di bagian ibu dan
anak
Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat
Tuberculosis Bangsal, laboratorium, ruang Perawat, petugas
isolasi laboratorium, fisioterapis
4 ERNONOMIK
Pekerjaan yang Area pasien dan tempat Petugas yang menangani
dilakukan secara penyimpanan barang pasien dan barang
manual (gudang)
No Bahaya Lokasi Pekerja yang berisiko
Potensial
Pekerjaan yang Semua area Dokter gigi, cleaning
berulang service, fisioterapis, sopir,
operator komputer, yang
berhubungan dengan
pekerjaan sekretaris
Postur yang salah Semua area Semua pegawai
dalam melakukan
pekerjaan
5 PSIKOSOSIAL
Sering kontak Semua area Semua pegawai
dengan pasien,
kerja bergilir,
kerja berlebih,
ancaman secara
fisik

b. Penilaian faktor risiko


Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan
penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.
c. Pengendalian faktor risiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan bahaya
mengantkan sumber risiko dengan sarana/ peralatan lain yang tingkat risikonya
lebih rendah/ tidak ada (engineering/ rekayasa), administrasi dan alat pelindung
pribadi (APP)

2. Membuat peraturan
PUSKESMAS harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional
prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3
lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievakuasi, diperbaharui dan harus
dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.
3. Tjuan dan sasaran
PUSKESMAS harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya
potensial dan risiko K3 yang bisa diukur, sautuan/ indikator pengukuran, sasaran
pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART)

4. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 PUSKESMAS.

5. Program K3
PUSKESMAS harus menetapkan dan melaksanakan program K3 PUSKESMAS, untuk
mencapai sasaran haru ada monitoring, evaluasi dan dicatata serta dilaporkan.

C. Mekanisme Kerja
Ketua organisasi/ unit pelaksana K3 PUSKESMAS memimpin dan
mengkoordinasikan kegiatan organisasi/ unit pelaksana K3 PUSKESMAS
Sekretaris organisasi/ unit pelaksana K3 PUSKESMAS memimpin dan
mengkoordinasikan tugas-tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan keputusan
organisasi/ unit pelaksana K3 PUSKESMAS.
Anggota organisasi/ unit pelaksana K3 PUSKESMAS mengikuti rapat organisasi/ unit
pelaksana K3 PUSKESMAS dan melakukan pembahasan atas pePuskesmasoalan yang
diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi/ unit
pelaksana K3 PUSKESMAS.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi/ unit pelaksana
K3 PUSKESMAS mengumpulan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3 di
PUSKESMAS. Sumber data antara lain dari bagian pePuskesmasonalia meliputi angka
sakit, tidak hadir tampa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan
PUSKESMAS, khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang
lain bisa dari tempat pengobatan PUSKESMAS sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K
dan tindakan medik karena kecelakaan, rujukan ke PUSKESMAS bila perlu pengobatan
lanjutan dan lama perawatan dan lama berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data
kerusakanakibat kecelakaan dan biaya perbaikan.
Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan kerja
PUSKESMAS, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya potensial baik yang
berasa dari kondisi barbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari bagian K3
berupa laporan pelaksanaan K3 dan analisisnya.
Data dan informasi dibahas dalam organisasi/ unit pelaksana K3 PUSKESMAS,
untuk menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakn korektif maupun tindakan
preventif. Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada Kepala
Puskesmas Bojong. Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi/ satuan
pelaksana K3 PUSKESMAS serta alternatif-alternatif pilihan serta pemikiran
hasil/konsekuensi setiap pilihan.
Organisasi/ unit pelaksana K3 PUSKESMAS membantu melakukan upaya promosi di
lingkungan PUSKESMAS baik pada petugas, pasien meupun pengunjung yaitu mengenai
segala upaya pencegahan KAK dan PAK di PUSKESMAS. Untuk memacu semangat
pegawai Puskesmas Bojong agar dapat mengikuti dengan baik dan pro aktrif kegiatan K3
ini, kemudian diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di
lingkungan kerja PUSKESMAS dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaannya dan
penerapannya K3 nya mendapat reward dari Kepala Puskesmas.

D. Pengelolaan Barang Berbahaya dan Beracun


Limbah medis Puskesmas kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun yang
sangat penting untuk dikelola secara benar. Sebagian limbah medis termasuk kedalam
kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infesius.
Oleh sebab itu Puskesmas Bojong memberikan perhatian lebih pada limbah medis
berbahaya yang berupa limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic
dan wadah bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan
limbah infesius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik
kepada SDM Puskesmas, pasien, pengunjung, pengantar pasien ataupun masyarakat
disekitar lingkungan Puskesmas. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien,
jarum suntik, darah, perban, biakan kultur, bahan atau perlengkapan ang
bePuskesmasentuhan dengan penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan
tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko
terhadap penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbuakan
akibat keberadaan Puskesmas antara lain : penyakit menular (hepatitis, diare, campak,
AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan resiko bahaya
kimia.

Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, menggunakan,


dll) B3, setiap pegawai wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara penanganannya
dengan melihat SOP yang telah ditetapkan.
a. Penanganan untuk pePuskesmasonil
a) Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan
b) Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
c) Letakkan bahan sesuai dengan ketentuan
d) Tempat bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk
e) Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
f) Jangan menyimpan bahan yang mudah beraksi di lokasi yang sama
g) Jangan menyimpan bahan yang melebihi pandangan mata
h) Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan
bahan, hindari terjadi tumpahan/ kebocoran
i) Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas
j) Laporkan setiap kejadian atau emungkinan kejadian yang menimbulakn bahaya/
kecelakaan atau nyaris celaka melalui formulr yang telah disediakan dan alur
yang telah ditetapkan.
b. Penaganan berdasaran lokasi
Daerah – daerah yang beresiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat
penyimpanan, penggunaan dan penggolahan B3 yang ada di PUSKESMAS harus
ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna di area
bePuskesmasangkutan, serta dibuat dalam denah PUSKESMAS yang disebarluaskan/
disosialisasikan kepada seluruh penghuni PUSKESMAS.
c. Penaganan Administratif
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan penggolahan B3 harus diberi tanda
sesuai potensi bahaya yang ada, dan di lokasi tePuskesmasebut SOP untuk menangani
B3 antara lain:
a) Cara penanganan bila terjadi kontaminasi
b) Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan
c) Cara penanganan B3 dll.

BAB V
LOGISTIK

Pengadaan barang dan jasa terkait dengan kegiatan K3 secara umum dapat dibagi
menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
a. Pengadaan Jasa dan Bahan Umum
Untuk menunjang tujuan kegiatan K3, maka diperlukan sarana dan prasarana umum
yang pengadaannya mengikuti sistem dan prosedur serta SOP pengadaan barang umum
di Puskesmas Bojong. Contoh barang umum terkait dengan K3 diantaranya : pengadaan
kran air, dll.
b. Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya
PUSKESMAS harus melakukan seleksi rekanan berdasarka barang yang diperlukan.
Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal berikut profil perusahaan
(company profile). Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material
atau produk, kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, pePuskesmasyaratan K3 dan
lingkungan serta informasi lain yang dibutuhkan oleh PUSKESMAS.
Setiap unit kerja/ instalasi/ satker yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3
harus menginformasikan kepada Bidang logistik sebagai unit pengadaan barang setiap kali
mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta termasuk jenis B3.
Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir seleksi yang memuat
kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta sistem penilaian untuk masing –
masing kriteria yang ditentukan. Hal – hal yang menjadi kriteria penilaian:
a) Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis dalam
kontak kerjasama.
b) Kualitas dan garansi
Kualitas barang yag diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan spesifikasi
yag sudah disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis
garansi yang diberikan
c) PePuskesmasyarata K3 dan lingkungan
(a) Menyertakan MSDS
(b) Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001
(c) Kemasan produk memenuhi pePuskesmasyaratan K3 dan lingkungan
(d) Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di PUSKESMAS
d) Sistem mutu
(a) Metodoligi bagus
(b) Dokumen sistem mutu lengkap
(c) Sudah sertifikasi ISO 9000
e) Pelayanan
(a) Kesesuaian waku pelayanan dengan kontrak yang ada
(b) Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan tugasnya
(c) Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
(d) Memberikan pelayanan jual yang memadai dan dukungan teknisi disertai sumber
daya manusia yang handal.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien harus diutamakan dalam proses pelayanan kesehatan di Puskesmas.


Untuk itu keselamatan pasien dalam program K3 diuraikan secara lebih terperinci dengan
beberapa penekanan rioritas.
Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan
pasien di Puskesmas menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Terkait dengan usaha pencapaian K3 di PUSKESMAS, maka kemudian dilakukan
penekanan dengan terintegrasi pada pedoman keselamatan dan kesehatan kerja di
Puskesmas Bojong tahun 2018. Pelaksanaan kegiatannya terkait dengan keselamatan asien
selalu mengacu pada sasaran keselamatan pasien yang antara lain adalah:
a. Ketepatan identifikasi ppasien
b. Peningkatan omunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat – lokasi, tepat – prosedur, tepat- pasien operasi
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan resiko pasien jatuh
Adapun langkah menuju keselamatan pasien di Puskesmas Bojong dilaukan dengan
pembentukan tim KPPUSKESMAS (Keselamatan Pasien Puskesmas) yang diketuai langsung
oleh dokter umum sebagai motor pelaksana keselamatan pasien di Puskesmas Bojong.
Adapun usaha yang dilakukan terkait dengan kondisi mencapai tingkat keselamatan pasien
yang baik antara lain:
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Memimpin dan mendukung pegawai Puskesmas Bojong
c. Mengintegrasi aktivitas pengelola resiko
d. Mengebangkan sistem pelaporan
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien juga keluarganya
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dengan Puskesmas lain
g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

BAB IX
PELAYANAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Puskesmas


Setiap Puskesmas wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti tercantum
pada pasal 23 UU kesehatan no.36 tahun 2009 dan peraturan Menteri tenaga kerja dan
Transmigrasi RI No.03/men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja. Adapun bentuk
pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan, sebagai berikut :
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi pekerja :
a) Pemeriksaan fisik lengkap
b) Kesegaran jasmani
c) Pemeriksaan penunjang dasar (foto thorax, laboratorium rutin, EKG)
d) Pemeriksaan khusus sesuai dengan jenis pekerjaannya.
e) Pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang
diperkirakan timbul khusus untuk pekerjaan tertentu
f) Jika tiga bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter
(pemeriksa berkala), tidak ada keragu – raguan maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan sebelumm bekerja.
b. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/ pelatihan tentang kesehatan kerja dan
memberikan bantuan keada ekerja di Puskesmas dalam penyesuaian diri baik fisi
maupun mental terhadap ekerjaannya. Yang diperlukan antara lain :
a) Informasi umum Puskesmas dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3
b) Informasi tentang resiko dan bahaya khusus di tepat kerjanya.
c) SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri dan kewajibannya.
d) Orientasi K3 di tempat kerja.
e) Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/ penyuluhan kesehatan kerja
secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka
menciptakan budaya K3.
c. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pajanan di
Puskesmas :
a) Setiap pekerja Puskesmas wajib mendapatkan pemeriksaan berkala minimal
setahun sekali.
b) Sedangkan untuk pemeriksaan khusus disesuaikan dengan jenis dan besar
pajanan serta umur dari pekerja.
c) Adapun jenis pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan antara lain sebagai
berikut :
(a) Pemeriksaan audiometri untuk pekerja yang terpajan bising seperti pekerja
unit pemeliharaan sarana Puskesmas, operator telephone, dll.
(b) Pemeriksaan gambaran darah tepi untuk pekerja radiologi.
(c) Melakukan upaya preventiv (vaksinasi hepatitis B pada pekerja yang terpajan
roduk tubuh manusia)
(d) Pemeriksaan kesehatan HbsAG dan HIV untuk pekerja yang berhubungan
dengan darah dan produk tubuh manusia (dokter, dokter gigi, perawat,
laboratorium, petugas kesling, dll)
(e) Pemeriksaan fungsi paru untuk pekerja yang terpajan debu seperti etugas
incenerator.
d. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik SDM
Puskesmas :
a) Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM
Puskesmas yang dinas malam, petugas radiologi, petugas lab, petugas kesling
dan lain – lain;
b) Pemberian imunisasi bagi SDM Puskesmas;
c) Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;
d) Pembinaan mental/rohani.
e. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Puskesmas yang
menderita sakit :
a) Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Puskesmas;
b) Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM
Puskesmas yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK);
c) Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan
kesehatan khusus;
d) Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.
f. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Puskesmas yang akan
pensiun atau pindah kerja:
a) Pemeriksaan kesehatan fisik
b) Pemeriksaan laboratorium legkap, EKG, paru (foto torak dan fungsi paru)
g. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap SDM Puskesmas dan pasien :
a) Pertemuan koordinasi;
b) pembahasan kasus;
c) Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial.
h. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja :
a) Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis bahaya
dan besarnya risiko;
b) Melakukan identifikasi pekerja berdasarkan jenis pekerjaannya, lama pajanan dan
dosis pajanan;
c) Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus;
d) Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus
(dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan pemberian istirahat
kerja);
e) Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM Puskesmas.
i. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan
kesehatan kerja ( Pemantauan/ pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi,
psikososial dan ergonomi).
j. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 PUSKESMAS yang
disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan Unit teknis terkait di wilayah kerja
Puskesmas.

B. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Puskesmas


Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana,
prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan :
a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana, dan
peralatan kesehatan:
Lokasi PUSKESMAS memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan PUSKESMAS.
a) Teknis bangunan PUSKESMAS, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dengan keselamatan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak – anak, dan orang usia
lanjut.
b) Prasarana harus memeuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan
kesehatan erja penyelenggara PUSKESMAS
c) Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan PUSKESMAS
harus dilakukan leh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi
pePuskesmasonil petugas/ operator sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan PUSKESMAS)
d) Membuat pogram pengoperasian, perbaikan dan pemeliharaan rutin dan berkala
sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya
didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
e) Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis dan harus
memenuhi standar pelayanan, pesyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik
pakai.
f) Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan
kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Pengujian Fasilitas
Kesehatan dan / atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang
g) Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi
ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
h) Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan.
b. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap pekerja
a) Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan
SDM PUSKESMAS.
b) Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan
resiko ergonomi.
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
a) Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
b) Pemantauan / pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
psikososial secara rutin dan berkala
c) Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan
kerja.
d. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana
sanitair, yang memenuhi syarat, meliputi:
a) Penyehatan makanan dan minuman
b) Penyehatan air
c) Penyehatan tempat pencucian
d) Penanganan sampah dan limbah
e) Pengendalian serangga dan tikus
f) Sterilisasi/ desinfeksi
g) Perlindungan radiasi
h) Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja
a) Pembuatan rambu – rambu arah dan tanda – tanda keselamatan
b) Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri (APD)
c) Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD
d) Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap keputusan penggunaan
peralatan keselamatan dan APD
f. Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja
a) Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM Puskesmas
b) Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 PUSKESMAS kepada petugas K3
PUSKESMAS
g. Member rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan tempat kerja dan
pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan/ keamanan
a) Melibatkan petugas K3 PUSKESMAS di dalam perencanaan, desain pembuatan
tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasaran dan peralatan
keselamatan kerja
b) Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan
pePuskesmasyaratan yang berlaku dan standar keamanan dan keselamatan.
h. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
a) Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka
b) Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka
dan celaka.
i. Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan Kebakaran (MSPK)
a) Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
b) Membentuk tim penanggulangan kebakaran
c) Membuat SOP
d) Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
e) Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
j. Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja
yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan Unit teknis terkait di wilayah kerja
kerja Puskesmas
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di Puskesmas Bojong adalah salah satu
fungsi manajemen K3 di Puskesmas Bojong yang berupa suatu langkah yang diambil untuk
mengetahui dan menilai sejauh mana proses kegiatn K3 di Puskesmas Bojong itu berjalan, dan
mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 di Puskesmas
Bojong dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi meliputi:
a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan PUSKESMAS
(SPPUSKESMAS) yang dilaporkan secara triwulan
a) Pencatatan dan pelaporan K3
b) Pencatatan semua kegiatan K3
c) Pencatatan dan pelaporan KAK
d) Pencatatan dan pelaporan PAK
b. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum dan
tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di PUSKESMAS dilakukan secara berkala, terutama
oleh petugas K3 PUSKESMAS sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini
mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan
terhadap pekerja beresiko seperti bilogical monitoring (Pemantauan secara biologis).
Selain terkair dengan pegawai, pengujian berkala juga dilakukan terkait dengan fasilitas,
sarana dan prasarana Puskesmas Bojong melalui pengujian baik secara internal maupun
secara eksternal kepada lembaga/ organisasi yang terkait.
c. Melaksanakan audit internal K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan
dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebiajakan dan prosedur, pengembangan karyawan
dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan Audit K3:
a) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan
b) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan
c) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan
mutu.
Audit ini dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui pencapaian pelaksanaan
kegiatan K3 di Puskesmas Bojong. Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil dari
audit internal, identifikasi, penilaian resiko direkomendasikan kepada manajemen puncak.
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan untuk
menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.

BAB IX
PENUTUP

Buku Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Keja di Puskesmas Bojong Tahun 2018.
Buku pedoman ini diharapkan mampu memberikan tuntunan untuk pelaksanaan K3 di
Puskesmas Bojong dan menjadi acuan dan dasar bagi perencanaan dan penulisan panduan
maupun program K3 yang akan disusun kemudian.
Tim penulis menyadarisepenuhnya bahwa walaupun telah berusaha maksimal untuk
menyelesaikan buku ini, tetapi masih terdapat kekurangan dan untuk itu maka saran, masukan
dan ide yang membangun senantiasa diperlukan untuk memperbaiki Buku Pedoma K3
Puskesmas Bojong ini.

Anda mungkin juga menyukai