Anda di halaman 1dari 11

Surat Al-‘Ankabut Ayat 2

‫ب‬ َ َ َ
َ ِ‫آمنَّا يَقولوا أن يت َركوا أن النَّاس أ َحس‬
َ ‫ون لَا َوهم‬
َ ‫يف َتن‬

Terjemah Arti: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Terjemahan Tafsir Bahasa Indonesia (Isi Kandungan)
Apakah manusia menyangka ketika mereka mengatakan, “Kami beriman,” bahwa sesungguhnya
Allah akan membiarkan mereka tanpa cobaan dan ujian? Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama
Saudi Arabia 2. Apakah manusia itu beranggapan bahwa mereka akan dibiarkan saja tanpa diberi
beban cobaan, hanya karena sudah mengucapkan dengan lisan mereka: “Kami beriman kepada Allah
dan rasulNya” sedangkan mereka tidak diuji dengan nafsu dan harta mereka serta tidak diuji dengan
beban dan kesukaran. Ayat ini yaitu {A hasiban naasu …} [2] diturunkan untuk Amar bin Yasir saat dia
di siksa karena berada di jalan Allah. Tafsir Al-Wajiz / Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili Allah Subhaanahu
wa Ta'aala memberitahukan tentang sempurnanya hikmah-Nya. Hikmah-Nya tidak menghendaki
bahwa setiap orang yang mengaku mukmin tetap dalam keadaan aman dari fitnah dan ujian serta
tida datang kepada mereka sesuatu yang menggoyang iman mereka. Yang demikian adalah karena
jika tidak demikian, maka tidak dapat dibedakan antara orang yang benar-benar beriman dengan
yang tidak (yakni berdusta) dan tidak dapat dibedakan antara orang yang benar dengan orang yang
salah. Akan tetapi Sunnah-Nya dan kebiasaan-Nya terhadap generasi terdahulu sampai pada umat
ini adalah bahwa Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ketika fitnah syubhat (kesamaran)
datang, imannya tetap kokoh dan dapat menolak dengan kebenaran yang dipegangnya. Dan ketika
fitnah syahwat datang yang mengajaknya berbuat dosa dan maksiat atau memalingkan dari perintah
Allah dan Rasul-Nya, ia bersabar dalam arti mengerjakan konsekwensi iman dan melawan hawa
nafsunya, hal ini menunjukkan kebenaran imannya. Akan tetapi barang siapa yang ketika syubhat
datang, ada pengaruh dalam hatinya berupa keraguan dan kebimbangan dan ketika syahwat datang,
membuatnya mengerjakan maksiat atau berpaling dari kewajiban, maka yang demikian
menunjukkan tidak benar keimanannya. Manusia dalam hal ini berbeda-beda tingkatannya, tidak
ada yang mengetahuinya selain Allah. Oleh karena itu, kita meminta kepada Allah agar Dia
menguatkan kita dengan ucapan yang teguh (Laailaahaillallah) di dunia dan akhirat dan
mengokohkan kita di atas agamanya. Ujian dan cobaan ibarat kir (alat peniup api untuk besi) yang
mengeluarkan kotorannya. Agar diketahui hakikat keimanan mereka. Hidayatul Insan bi Tafsiril
Qur'an / Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I — ‫ القران بتفسير اإلنسان هداية‬Apakah manusia mengira bahwa
mereka akan dibiarkan begitu saja pada setiap waktu, tempat dan situasi hanya dengan mengatakan,
'kami telah beriman, ' dan mereka tidak diuji dengan hal-hal yang dapat membuktikan hakikat
keimanan mereka, yaitu dalam bentuk cobaan-cobaan dan tugas-tugas keagamaan' tidak, bahkan
mereka harus diuji dengan hal-hal seperti itu. 3. Dan apakah mereka menduga demikian, padahal
sungguh, kami bersumpah bahwa kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, yaitu sebelum
umat nabi Muhammad, dengan tugas-tugas keagamaan dan bermacam nikmat dan cobaan, agar
tampak perbedaan antara orang-orang yang benar-benar beriman dan berdusta sesuai dengan apa
yang diketahuinya berdasarkan ilmu-Nya yang azali. Maka sesungguhnya Allah pasti mengetahui
orang-orang yang benar dalam keimanannya dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
Referensi: https://tafsirweb.com/7228-surat-al-ankabut-ayat-2.html

Surat Al-‘Ankabut Ayat 3

ْ‫ن ۖ قَب ِل ِهمْ مِ نْ الَّذِينَْ فَتَنَّا َولَقَد‬ َّْ َْ‫ص َدقهوا الَّذِين‬
َّْ ‫ّللاه فَلَ َيعلَ َم‬ َّْ ‫الكَا ِذ ِبينَْ َولَ َيعلَ َم‬
َ ‫ْن‬

Terjemah Arti: Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-
orang yang dusta. Terjemahan Tafsir Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Dan sungguh Kami telah
menguji umat-umat manusia sebelum mereka dan mengadakan cobaan pada mereka yang
merupakan orang-orang yang Kami mengutus rasul-rasul Kami kepada mereka. Maka Allah benar-
benar akan mengetahui kebenaran orang-orang yang benar dalam keimanan mereka dan kedustaan
orang-orang yang mendustakan, untuk memisahkan yang satu dengan yang lain.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 3. Sungguh Kami telah menguji umat-umat
sebelum mereka dengan berbagai macam cobaan dan ujian. Maka sesungguhnya Allah
menampakkan kebenaran orang-orang yang benar dan kebohongan para pendusta seta membalas
setiap golongan sesuai perbuatannya. Ini adalah ilmu yang dapat disaksikan. Tidak ada pertentangan
dalam Ilmu Allah yang Maha Terdahulu sebelum adanya makhluk tentang setiap sesuatu.

Tafsir Al-Wajiz / Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili Dan apakah mereka menduga demikian, padahal
sungguh, kami bersumpah bahwa kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, yaitu sebelum
umat nabi Muhammad, dengan tugas-tugas keagamaan dan bermacam nikmat dan cobaan, agar
tampak perbedaan antara orang-orang yang benar-benar beriman dan berdusta sesuai dengan apa
yang diketahuinya berdasarkan ilmu-Nya yang azali. Maka sesungguhnya Allah pasti mengetahui
orang-orang yang benar dalam keimanannya dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. 4.
Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu setelah kami larang mengerjakannya melalui
rasul yang kami utus dan atau melalui akal sehat yang kami anugerahkan kepada manusia, mengira
bahwa mereka akan dapat mendahului kami dalam usaha mereka untuk lari sehingga luput dari azab
atau perhitungan kami' sangatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu! alangkah buruknya perkiraan
dan sikap me-reka ini!.

Referensi: https://tafsirweb.com/7229-surat-al-ankabut-ayat-3.html

Surat Al-Baqarah Ayat 31

ْ‫علَّ َم‬
َ ‫ض ههمْ ث هَّْم هكلَّ َها اْلَس َما َْء آ َد َْم َو‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ع َر‬ َْ ‫صا ِدقِينَْ هكنتهمْ إِنْ َٰ َهؤ َهَلءِْ بِأَْس َماءِْ أَنبِئهونِي فَقَا‬
َ ‫ل ال َم ََلئِ َك ِْة‬ َ

Terjemah Arti: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Terjemahan Tafsir Bahasa
Indonesia (Isi Kandungan) Sebagai penjelasan keutamaan Nabi Adam alaihissalam, Allah
mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu kemudian mempertunjukkan objek-objek
tersebut di hadapan para malaikat sembari berfirman kepada mereka: “beritahukanlah kepada-Ku
nama-nama semua objek yang ada Itu, jika kalian memang berkata benar bahwa kalian lebih pantas
untuk dijadikan khalifah di muka bumi daripada mereka!”

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 31. ‫(اْلَس َما َْء‬seluruh nama-nama) Yakni seluruh
nama-nama benda. Dan pendapat lain mengatakan: nama-nama malaikat dan keturunan Adam,
sehingga Adam dapat menyebutkan, orang ini bernama fulan dan yang ini bernama fulan. ‫أَنبِئهونِي‬
(sebutkanlah kepada-Ku) Yakni kabarkanlah kepada-Ku

Zubdatut Tafsir / Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah Dan
Allah SWT mengajarkan Adam nama-nama semua hal dan semua makhluk, kemudian Allah bertanya
kepada para malaikat tentang nama-nama yang diajarkan kepada Adam tersebut (melalui nurani
mereka yang berakal) dengan berfirman: “Kabarkanlah kepadaKu tentang nama-nama itu, jika kalian
adalah orang-orang yang beranggapan bahwa pendapat kalian tentang kekhalifahan itu lebih benar
dibanding dari selain kalian”. Kemudian mereka menyerah

Tafsir Al-Wajiz / Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili Makna kata : ‫ َءا َد َْم‬: Adam adalah salah seorang nabiNya
Allah –baginya keselamatan- , dijuluki sebagai bapaknya manusia. ‫ أٱْلَسأ َما ٓ َْء‬: Al-Asmaa’ adalah seluruh
jenis nama-nama benda yang ada seperti air, tetumbuhan, hewan-hewan dan manusia. ‫ض هه أْم‬ َ ‫ع َر‬
َ :
Dapat menyebutkan nama-nama yang ada di depannya, karena di antara mereka ada makhluk-
makhluk yang memiliki akal, sehingga Allah lebih mengutamakan penyebutan mereka dibandingkan
yang tidak berakal. Oleh karena itu memakai kata ganti makhluk berakal, bukan sebaliknya dengan
kata ‫ب عرضها‬ ٓ َ ‫ َٰ َٓهؤ‬Haa’ulaaiy : Seluruh makhluk yang
ِْ ‫ ونِي هۖۖأ َ ۢن‬Anbi’uuniy : Beritahukanlah kepada-Ku ِْ‫هَلء‬
disebutkan nama-namanya di hadapan para malaikat. Makna ayat : Allah Ta’ala memberitahukan
dengan menjelaskan tentang kekuasaanNya, ilmuNya, dan kebijaksanaanNya yang mengharuskan
untuk beribadah kepada Allah semata tanpa sekutu, bahwa Dia mengajarkan kepada Adam seluruh
nama-nama benda, kemudian Adam memaparkan nama-nama tersebut kepada para Malaikat lantas
berkata,”Beritahukan nama-nama itu jika kalian termasuk orang-orang yang benar” apabila
pengakuan bahwa kalian makhluk yang paling mulia dan paling pintar. Pelajaran dari ayat 31-33 : 1.
Penjelasan mengenai kekuasaan Allah yang mampu untuk mengajarkan Adam nama-nama seluruh
makhluk sehingga Adam mengetahuinya. 2. Kemuliaan ilmu dan keutamaan orang yang berilmu
dibanding orang yang bodoh. Aisarut Tafasir / Abu Bakar Jabir al-Jazairi, pengajar di Masjid Nabawi
Untuk mengetest mereka. Di sini Allah Ta'ala membuktikan kelebihan Adam 'alaihis salam dalam hal
ilmu, Allah mengajarkan kepadanya nama-nama benda semuanya lalu diperlihatkan-Nya kepada
para malaikat sambil berfirman: "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama benda yang ada ini jika
kamu memang benar", yakni memang benar lebih layak menjadi khalifah di muka bumi daripada
Adam dan keturunannya.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I — ‫ القران بتفسير اإلنسان هداية‬Salah
satu sisi keutamaan manusia dijelaskan pada ayat ini. Dan dia ajarkan kepada adam nama-nama
semuanya, yaitu nama bendabenda dan kegunaannya yang akan bisa membuat bumi ini menjadi
layak huni bagi penghuninya dan akan menjadi ramai. Benda-benda tersebut seperti tumbuh-
tumbuhan, hewan, dan benda-benda lainnya. Kemudian dia perlihatkan benda-benda tersebut
kepada para malaikat dan meminta mereka untuk menyebutkan namanya seraya berfirman,
sebutkan kepada-ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar! Allah ingin menampakkan kepada
malaikat akan kepatutan nabi adam untuk menjadi khalifah di bumi inimereka, para malaikat, tidak
sanggup menyebutkan nama bendabenda tersebut dan menjawab, mahasuci engkau dari segala
kekurangan, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah engkau ajarkan kepada kami.
Sungguh, engkaulah yang maha mengetahui, mahabijaksana. Jawaban malaikat ini adalah jawaban
yang penuh santun. Pertama, malaikat mengemukakan ketidakmampuan mereka untuk
menyebutkan nama-nama benda itu dengan ungkapan yang menunjukkan kemahasucian Allah.
Kedua, malaikat merasa bahwa pengetahuan mereka sangatlah sedikit. Pengetahuan mereka adalah
pemberian dari Allah semata. Ketiga, malaikat memuji Allah dengan dua sifat yaitu yang maha
mengetahui segala sesuatu dan mahabijaksana dalam semua kebijakan dan seluruh pekerjaan-Nya,
termasuk pemilihan nabi adam, manusia, sebagai khalifah.

Referensi: https://tafsirweb.com/292-surat-al-baqarah-ayat-31.html

Surat Az-Zalzalah Ayat 8

َْ ‫يَ َرْهه ش ًَّرا ذَ َّرةْ مِ ثقَا‬


ْ‫ل يَع َملْ َو َمن‬

Terjemah Arti: Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula. Terjemahan Tafsir Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) 7-8. Barangsiapa
yang melakukan kebaikan seberat semut kecil, dia akan melihat pahalanya di akhirat. Dan
barangsiapa melakukan keburukan seberat semut kecil, dia akan melihat balasannya di akhirat.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 8. Dan barangsiapa melakukan keburukan di
dunia seberat dzarrah, maka dia akan mengetahui balasannya di akhirat. Ibnu Abu Hatim dari Sa’id
bin Jubair berkata: “Saat ayat ini turun {wa yuth’imuunath tha’aama ‘ala hubbihi …} orang-orang
muslim beranggapan bahwa mereka tidak menerima pahala atas sesuatu yang sedikit bila
memberikannya (kepada orang lain), sedangkan yang lain beranggapan bahwa mereka tidak akan
disalahkan atas dosa yang remeh, yaitu berbohong, mengintip, mengumpat dan dosa-dosa lain yang
serupa, sesungguhnya Allah hanya menjanjikan neraka bagi orang-orang yang berdosa besar, maka
Allah menurunkan dua ayat ini [ayat 7 dan 8]” Tafsir Al-Wajiz / Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili 7-8. Allah
menjelaskan barangsiapa yang dulu di dunia beramal dengan amalan yang baik, sangat dekat
amalannya dan akan melihat balasan dari amalannya. Dan barangsiapa yang beramal dengan amalan
yang buruk sewaktu di dunia meskipun sedikit, akan melihat hukumannya di akhirat. Dengan kata
lain, tidaklah hilang sesuatupun dari apa yang telah lalu atas amalannya baik besar maupun kecilnya,
baik amalan yang baik maupun buruk. An-Nafahat Al-Makkiyah / Muhammad bin Shalih asy-Syawi 8.
Dan barang siapa yang melakukan amalan keburukan, makai a pun akan mendapatkannya. Al-
Mukhtashar fit Tafsir / Markaz Tafsir Lid Diraasatil Qur'aniyyah 7-8. “Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” Ini
bersifat umum untuk seluruh kebaikan dan keburukan, karena bila manusia bisa melihat amalan
seberat biji dzarrah yang merupakan sesuatu yang terkecil dan diberi balasannya, maka yang lebih
besar tentu bisa dilihat,. Sebagaimana firman Allah : Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala
kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau
kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh. (Qs. ali-imran.30) dan mereka dapati apa yang
telah mereka kerjakan ada (tertulis). (QS. surat-al-kahfi.49) Dalam ayat ini terdapat anjuran untuk
mengerjakan kebaikan meski suatu yang kecil serta ancaman dari perbuatan buruk meski suatu yang
َْ ‫ } ش ًَّرا ذَ َّرةْ مِ ثقَا‬Dan barangsiapa
sepele. Tafsir as-Sa'di / Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di { ْ‫ل يَع َملْ َو َمن‬
yang mengerjakan amalan buruk walau sekecil semut hitam, { ‫ } يَ َرْهه‬dia pasti akan melihatnya dengan
matanya sendiri, amalan seseorang akan membahagiakannya jika itu baik, dan jika amalannya buruk
maka amalan itu akan menyengsarakanny, dan ia tidak mungkin lagi bisa bertaubat. Tafsir Juz
'Amma / Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan Dalam ayat di atas terdapat targhib (dorongan) untuk
mengerjakan kebaikan meskipun kecil, dan tarhib (penakut-nakutan) tehadap perbuatan buruk
meskipun ringan. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I — ‫اإلنسان هداية‬
‫ القران بتفسير‬Dan sebaliknya, barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah dan menganggapnya
remeh, niscaya dia akan melihatnya dalam buku catatan amalnya lalu dia pun akan menerima
balasannya. Inilah bukti kemahaadilan Allah; dia tidak menzalimi siapa pun. 1-6. Demi kuda perang
yang berlari kencang dan bernafas terengah-engah ke arah musuh dengan penuh keberanian dan
semangat guna membawa tuannya berperang di jalan Allah. Dan demi kuda yang memercikkan
bunga api karena hentakan kuku kakinya beradu dengan batu batu. Hal ini menunjukkan
keberaniannya menghadapi rintangan sebesar apa pun. Dan demi kuda yang menyerang dengan
tiba-tiba pada waktu pagi hal ini menunjukkan kesiagaannya untuk berjihad tanpa mengenal waktu,
sehingga dengan serangan kuda-kuda itu menerbangkan debu yang tebal, tanda betapa dahsyat
serangan mereka ke arah musuh, lalu menyerbu bersama dengan kepulan debu itu ke tengah-
tengah kumpulan musuh dengan gagah berani. Demi kuda-kuda perang yang demikian sifatnya,
sungguh manusia itu enggan bersyukur dan sangat ingkar kepada nikmat tuhannya. Manusia, kecuali
yang dirahmati Allah, malas bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan tidak mau memenuhi
kewajiban yang dibebankan kepadanya.

Referensi: https://tafsirweb.com/12942-surat-az-zalzalah-ayat-8.html

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam dengan sumber ajaran al-Qur’an yang ditafsirkan para ulama ternyata
menunjukkan dengan jelas berbagai masalah dalam bidang pendidikan.Oleh karena itu ajaran
Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya
baik pria maupun wanita yang berlangsung seumur hidup serta melalukan evaluasi terhadap
berbagai masalah dalam bidang pendidikan.

Dalam proses evaluasi pendidikan memiliki kedudukan penting dalam pencapaian hasil yang
digunakan sebagai input untuk perbaikan kegiatan pendidikan.Dalam kesempatan kali ini
kami akan membahas mengenai evaluasi pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan?

2. Bagaimana prinsip dasar evaluasi pendidikan?

3. Apa saja ayat-ayat yang berhubungan dengan evaluasi pendidikan?


BABII
PEMBAHASAN
A. Pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan
1. Pengertian Evaluasi Pendidikan.
Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaknievaluation, yang
berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1983). Stufflebeam,
dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Kata kerja
“evaluation” adalah “evaluate, yang berarti menaksir atau menilai. Sedangkan, orang yang
menilai atau menaksir disebutkan sebagai evaluator.[1]
Adapun definisi tentang Evalusi pendidikan yang dikemukakan oleh Edwind
Wandt dan Gerald W. “suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk
atau suatu proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dalam
dunia pendidikan ( yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan atau yang terjadi di
lapangan pendidikan). Atau singkatnya : evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses
penentuan nilai pendidikann, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Berbicara tentang pengertian istilah evaluasi pendidikan, di tanah air kita,
lembaga administrasi negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan sebagai
berikut :
Evaluasi pendidikan adalah :
a. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan
yang telah ditentukan
b. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik bagi penyempurnaan pendidikan.[2]
2. Tujuan Evaluasi Pendidikan.
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu:
a. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai
taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum
dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk memperoleh data pembuktian, yang akan
menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik
dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh proses pembelajaran
dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangaka waktu tertentu. Jadi tujuan umum
yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai di manakah
efektivitas mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan
oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik.
Adapun yang menjadi tujuan khusus evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua yaitu:
a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa
adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri peserta
didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebaab keberhasilan dan ketidak berhasilan
pesrta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan
keluar atau cara-cara perbaikannya.[3]
3. Fungsi Evaluasi Pendidikan
Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidaknya memiliki tiga macam fungsi
pokok, yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau
melakukan penyempurnaan kembali.
Setidaknya, ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi
sebagai berikut:
a. Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi
evaluator. Sebab, tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan yang
direncanakan.
b. Hasil evaluasi tidak menggembirakan, bahkan mengkhawatirkan dengan alasan adanya
berbagai penyimpangan dan kendala, sehingga mengharuskan evaluator bersikap waspada. Ia
perlu memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang telah disusun dan
memperbaiki cara pelaksanaannya.
Berdasarkan data hasil evaluasi itu, dicari metode lain yang dipandang lebih tepat
dan sesuai dengan keadaan. Perubahan itu akan membawa dampak perencanaan ulang.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa evaluasi itu berfungsi menunjang penyusunan
rencana.[4]
B. Prinsip Dasar Evaluasi Pendidikan
Seorang evaluator dalam melakukan kegiatan evaluasi pendidikan hendaknya memahami
satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau
hubungan erat tiga komponen yaitu:[5]
1. Tujuan pembelajaran
2. Kegiatan pembelajaran atau KBM
3. Evaluasi
Triangulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Penjelasan dari bagan triangulasi diatas adalah sebagai berikut:


1. Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh
guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang
menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM
mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari
tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
2. Hubungan antara evaluasi dengan tujuan
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan
sudah dicapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke
tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada
tujuan yang sudah dirumuskan.
3. Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Seperti yang sudah disebutkan dalam nomor (1), KBM dirancang dan disusun dengan
mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula nomor (2) bahwa alat
evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi
juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KMB yang dilaksanakan. Misal, jika kegiatan
belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan,
evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek
pengetahuan.[6]
Seorang evaluator dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya
memperhatikakan berbagai macam prinsip dasar evaluasi pendidikan sebagaimana
dikemukakan oleh Sudjono ( 1996: 31-33) sebagai berikut: Prinsip Keseluruhan, Prinsip
Kesinambungan, Prinsip Obyektivitas.
1. Prinsip Keseluruhan (al-kamal= ‫)الكما ل‬
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan istilah prinsip
komprehensif. Dengan prinsip komprehensif dimaksudkan di sini bahwa evaluasi tersebut
dilaksanakan secara bulat dan utuh. Dengan kata lain, evaluasi hasil belajar harus dapat
mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah
laku yang terjadi pada peserta didik. Adapun aspek yang perlu diungkap adalah aspek proses
berpikir, aspek kejiwaan yaitu aspek nilai atau sikap, dan aspek keterampilan yang melekat
pada diri masing-masing individu peserta didik.
2. Prinsip Kesinambungan (Istimrar= ‫) استمرار‬
Untuk meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran. Seorang evaluator harus
melaksanakan prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Dengan
prinsip kesinambungan di sini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil
belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung- menyambungdari waktu ke waktu.
Dengan demikian pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang telah dilaksanakan secara teratur,
terencana dan terjadwal. Sehingga dapat diperoleh informasi yang dapat memberikan
gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik, sejak dari awal mula
mengikuti program pendidikan sampai pada saat-saat mereka mengakhiri program
pendidikan yang mereka tempuh itu.
3. Prinsip Obyektivitas ( Maudluiyyah= ‫) موضوعية‬
Dalam pengertian sehari-sehari prinsip obyektivitas telah dengan cepat dapat
diketahui bahwa bersikap objektif berarti tidak adanya unsur pribadi bersifat subyektif yang
mempengaruhi dalam kegiatan evaluasi pendidikan. Sehubungan dengan itu, dalam
pelaksanaan evaluasi hasil belajar, seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan bertindak
wajar, menurut realitas yang ada, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat
subyektif yang dapat menodai dalam kegiatan evaluasi pendidikan.[7]
C. Ayat-ayat yang berhubungan dengan evaluasi pendidikan.
Surat Al-‘ankabut ayat 2 dan 3
)2(َ َ‫ِبَالنَّاسََأَنََيت َركواَأَنََيَقولواَآ َ َمنَّاَ َوهمََ ََلَيفتَنون‬
ََ ‫أ َ َحس‬
)3(َ َ‫صدَقواَ َولَيَعلَ َمنَََّالكَا ِذ ِبين‬ ََّ َََّ‫َولَقَدََفَتَنَّاَالَّذِينَََ ِمنََقَب ِل ِهمََفَلَيَعلَ َمن‬
َ َََ‫َللاَالَّذِين‬
Artinya: (2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

(3) “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.

Evaluasi itu perlu dilakukan, dengan mengingat akan sifat-sifat manusia itu sendiri yaitu manusia
adalah makhluk yang lemah, makhluk yang suka membantah dan ingkar kepada Allah, mudah lupa dan
banyak salah namun mempunyai batas untuk sadar kembali. Tetapi di sisi lain manusia juga merupakan
makhluk terbaik dan termulia, yang dipercaya Allah untuk mengemban amanat yang istimewa, yang
diangkat sebagai khalifah di bumi dan yang telah diserahi Allah apa yang ada di langit dan di bumi.
Bertolak dari kajian tersebut, maka ditemukan hal-hal prinsipal sebagai berikut : bahwa manusia itu
ternyata memiliki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tertentu, sehingga perlu diperbaiki
baik oleh dirinya sendiri maupun pihak lain. Namun manusia itu juga memiliki kelebihan-kelebihan
tertentu sehingga kemampuan tersebut perlu dikembangkan dan manusia mempunyai kemampuan untuk
mencapai posisi tertentu sehingga perlu dibina kemampuannya untuk mencapai posisi tersebut. Dengan
mengingat hal-hal tersebut, maka evaluasi amatlah diperlukan, apalagi dalam proses pendidikan.
Evaluasi yang dilakukan Allah terhadap umat manusia mengandung pengertian bahwa manusia
senantiasa dalam pengawasan Allah yang apabila hal ini disadari oleh manusia berarti ia akan hati-hati
dalam bertingkah laku.[8]
Al Qur’an sebagai sumber utama pendidikan Islam, banyak mengungkap konsep evaluasi di dalam
ayat-ayatnya sebagai acuan bagi manusia untuk hati-hati dalam melakukan perbuatannya.. Allah dalam
berbagai firman-Nya dalam kitab suci Al Qur’an memberitahukan kepada kita bahwa pekerjaan evaluasi
terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian tugas pendidikan yang
dilaksanakan oleh pendidik.
Surat Al-Baqaroh ayat 155
ََ‫صابِ ِرين‬ َ ‫َوالث َّ َم َرات‬
َّ ‫َِوبَش ِِرَال‬ َ ‫َمنَ َاأل َ َم َوا ِل‬
َ ‫َواألنف ِس‬ ِ ‫ص‬ٍ ‫َونَق‬
َ ِ‫َوالجوع‬ ِ ٍ‫َولَنَبل َونَّكمَبِشَيء‬
َ ‫َمنَََال َخوف‬
Artinya : 155. dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Sasaran evaluasi dengan teknik testing tersebut adalah ketahanan mental iman dan taqwa kepada
Allah. Jika ternyata mereka tahan terhadap uji coba Tuhan, mereka akan mendpatkan segala kegembiraan
dalam segala bentuk, terutama kegembiraan yang bersifat mental-rohaniyah. Seperti kelapangan dada,
ketegaran dada, ketegaran hati, terhindar dari putus asa, kesehatan jiwa, dan kegembiraan yang paing
tinggi nilainya ialah mendapatkan tiket masuk surga.[9]
Sistem evalusai yang mengetahui apakah bersukur ataupun kufur terhadap Tuhan,Surat An-
Naml ayat 40
ِ َ‫اَرآهَمست َ ِق ًّراَ ِعندَهَقَالََ َٰ َهذ‬
َ‫اَمن‬ َ ‫بَأَنَاَآتِيكَ َبِ ِهَقَبلََأَنَيَرَت َدََّإِلَيكَ َ َطرفكَ ََۚفَلَ َّم‬ ِ ‫قَالََالَّذِيَ ِعندَهَ ِعل ٌم‬
ِ ‫َمنَ َال ِكتَا‬
َ َّ‫َۖو َمنَ َكفَ َرَفَ ِإن‬
َ َ‫َرَبِي‬
‫غنِ ٌّيَك َِري ٌَم‬ ِ ‫شك ََرَفَ ِإنَّ َماَيَشكرَ ِلنَف‬
َ َ‫س ِه‬ َ َ‫َۖو َمن‬ َ َ‫َربِيَ ِليَبل َونِيَأَأَشكرَأَمَأَكفر‬ َ ‫فَض ِل‬
Artinya : Ia pun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya
lagi Maha Mulia".
Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung hud-hud yang memberitahukan
tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang raja wanita cantik, yang dikisahkan dalam Al-
Qur`an surat An-Naml ayat 27 sebagai berikut:
ِ َ‫صدَقتَ َأَمَكنت‬
ََ‫َمنَ َالكَا ِذبِين‬ َ َ ‫سنَنظرَأ‬
َ ََ‫قَال‬
Berkata Sulaiman: "Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang
yang berdusta.
Tuhan memberikan contoh sistem evaluasi seperti difirmankan dalam kitab suci-Nya, yang
sasarannya adalah untuk mengetahui dan menilai sejumlah mana kadar iman, taqwa, ketahanan mental dan
ketaguhan hati serta kesedihan menerima ajakan Tuhan untuk mentaati dan mematuhi segala perintah dan
larangan-Nya kemudian setelah dinilai, maka Tuhan menetapkan kriteria-kriteria derajat kemulian hamba-
Nya. Bagi yang berderajat disisi-Nya. Dia akan memberi hadiah atau pahala sesuai kehendak-Nya yang
berpuncak pada pahala tertinggi yaitu surga. Dan yang berderajat rendah kerena ingkar terhdap ajakan-
Nya, maka Dia akan memnerikan balasan siksa, dan siksa teringgi adalah neraka.[10]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikann, sehingga dapat
diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan
yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh
para peserta didik.
Fungsi pokok evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidaknya memiliki tiga macam, yaitu
mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan
kembali.
Seorang evaluator dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya memperhatikakan
berbagai macam prinsip dasar evaluasi pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Sudjono ( 1996: 31-33)
sebagai berikut: Prinsip Keseluruhan, Prinsip Kesinambungan, Prinsip Obyektivitas.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan evaluasi pendidikan yakni :
Surat Al-‘ankabut ayat 2 dan 3 Evaluasi yang dilakukan Allah terhadap umat manusia mengandung
pengertian bahwa manusia senantiasa dalam pengawasan Allah yang apabila hal ini disadari oleh manusia
berarti ia akan hati-hati dalam bertingkah laku. Surat Al-Baqaroh ayat 155 Sasaran evaluasi dengan teknik
testing tersebut adalah ketahanan mental iman dan taqwa kepada Allah. Surat An-Naml ayat 40 Sistem
evalusai yang mengetahui apakah bersukur ataupun kufur terhadap Tuhan. Surat An-Naml ayat 27 Nabi
Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung hud-hud yang memberitahukan tentang adanya
kerajaan yang diperintah oleh seorang raja wanita cantik.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, sitiatava Rizema. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jember: Diva Press. 2012.
Sudirjono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996.
Masrukhin. Evaluasi Pendidikan. Kudus: STAIN. 2008.
Arikunto, Suharisimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2002.
Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung. 1999,

[1] Putra, sitiatava Rizema. 2012. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jember: Diva Press. hlm. 71-
72
[2] Sudirjono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 1-2.
[3] Ibid. Hlm 16-17.
[4] Putra, sitiatava Rizema. Opcit. Hlm 84-87
[5] Masrukhin. 2008. Evaluasi Pendidikan. Kudus: STAIN. Hlm 19.
[6] Arikunto, Suharisimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hlm 24-25.

[7] Masrukhin. Opcit. Hlm 19-21.


[8] Abu Al-fida ismail ibnu katsir , 1986, Tafsir ibn katsir, beirut: Dar al fikr.
[9] Hj. Nur Uhbiyati, 1999, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung.
[10] Ibit, Hlm 4

Anda mungkin juga menyukai