Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA MUSKULOSKELETAL

RUPTUR LIGAMEN

OLEH :
Kelompok IV

KADEK DWIKI PUTRA UDIANA (P07120216066)


KOMANG YUNITA PRAMANA PUTRI (P07120216067)
NI KOMANG AYU CANDRA MONIKA (P07120216068)
PUTU RATIH KARTIKA DEWI APRILLIANTI (P07120216069)

4B /D4 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019

BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20 – 40 tahun, aktivitas
menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena aktivitas- aktivitas lain, seperti
bepergian atau acara-acara rekreasi akhir pekan dengan keluarga. Belum lagi di usia ini
banyak yang sangat aktif dalam kegiatan olah raga. Pada usia di atas 40 tahun, walaupun
sudah memasuki masa penuaan (degenerasi), aktivitas orang tua di perkotaan masih sangat
tinggi. Dengan gaya hidup yang demikian, timbul masalah-masalah yang berhubungan
dengan sendi.
Untuk aktivitas mobilitas yang sangat tinggi, sendi lutut (knee joint) adalah sendi yang
paling banyak menimbulkan keluhan. Keluhan di sendi lutut dapat berupa nyeri, bengkak,
kaku, bunyi pada pergerakan, dan tidak stabil. Pada orang-orang dewasa muda, keluhan lutut
umumnya timbul karena aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya banyak
mengangkat barang-barang berat dan sering naik turun tangga, atau karena cedera akibat
aktivitas olah raga. Pada usia di atas 40 tahun, keluhan sendi biasanya berhubungan dengan
keadaan degenerasi sendi dan naiknya berat badan.
Pada sendi lutut terdapat ligamen-ligamen yang berperan penting untuk menjaga
gerakan-gerakan pada sendi tersebut. Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang
mengikat ujung luar tulang yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat
padat yang mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1), sehingga dikenal sebagai
jaringan ikat fibrosa.
Cedera pada ligamen terjadi akibat gerakan yang melebihi batas kemampuan ligamen
untuk meregang, sehingga dapat terjadi keseleo (strain) atau robek. Jika terjadi cedera pada
ligamen, akan berpengaruh pada kemampuan untuk melakukan gerakan sehingga dapat
mengganggu aktivitas.
Cedera ligamen biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan pergelangan kaki.
Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat jaringan otot sehingga mudah
terjadi cedera. Terapi pada cedera ligamen dilakukan tergantung dari parah tidaknya cedera
yang dialami. Jika hanya terjadi keseleo, bagian yang cedera dapat di gips untuk beberapa
minggu. Namun jika terjadi robekan yang parah, tindakan operasi harus dilakukan untuk
mempertahankan kestabilan sendi.

2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep teori rupture ligament pada kasus kegawatdaruratan pada
musculoskeletal?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan pada
musculoskeletal?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui konsep teori rupture ligament pada kasus kegawatdaruratan pada
musculoskeletal
1.3.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan pada
musukuloskeletal

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP TEORI


2.1.1 Ligamen
3
1. Anatomi dan Fisiologi Ligamen
Ligamen adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau menyokong
organ dalam. Beberapa ligamen berbeda struktur fibrosanya, beberapa menjadi lipatan
fascia atau peritoneum berindurasi, yang lain merupakan milik pembuluh atau organ-
organ fetus (Dorland W. N., 2002).
Ligamen disusun oleh jaringan ikat berupa pita-pita berkas kolagen kuat yang
berfungsi melekatkan tulang pada tulang dan untuk membatasi derajat gerak pada
sendi. Ligamen bisa merupakan struktur tersendiri atau tersisip di dalam simpai.
Biasanya terdapat beberapa serat elastin di antara berkas kolagen ligamen (Fawcett,
2002). Ligamen termasuk ke dalam jaringan ikat padat teratur (textus connectivus
typus regularis) yang memiliki daya regang yang besar. Ligamentum melekat pada
tulang dan mengalami daya tarikan yang kuat secara terus menerus. Serat kolagen
yang tersusun padat dan sejajar memberikan tahanan yang kuat terhadap daya tarikan
pada satu arah atau sumbu. Karena susunan serat kolagen padat maka terdapat
substantia fundamentalis yang sedikit, dan jenis sel yang dominan adalah fibroblast,
yang terletak diantara deretan serat kolagen. Serat kolagen merupakan protein fibrosa
tebal kuat yang tidak bercabang. Serat kolagen penyusun ligamen merupakan serat
kolagen tipe I (Eroschenko, 2010).

2. Ligamen di Lutut
Fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamen-ligamen yang
terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang terdiri dari ligamen
cruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior, ligamen collateral yang terdiri
dari ligamen collateral medial dan ligamen collateral lateral, ligamen patellaris,
ligamen popliteal oblique, dan ligamen transversal.

4
Gambar 2.1 Ligamen pada sendi lutut (Singh, 2016)

Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut meskipun tidak
menutupi kapsul sendi. Dinamakan ligamen cruciatum karena saling menyilang antara
satu dengan yang lain. Ligamen ini berada di bagian depan dan belakang sesuai
perlekatannya pada tibia. Fungsi dari ligamen ini adalah menjaga gerakan sendi pada
lutut, membatasi gerakan ekstensi, juga menjaga gerakan sliding ke depan dan
belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisator sendi lutut (Putz, 2008).
Ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior fossa
intercondyloid tibia lalu melekat pada bagian lateral condylus femur yang berfungsi
untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi
tibia pada saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling
dan gliding sendi lutut (Putz, 2008).
Ligamen cruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih pendek tetapi lebih
kuat dibanding dengan ligamen cruciatum anterior. Ligamen ini berbentuk kipas
membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa intercondyloid
tibia dan melekat pada bagian luar depan condyles medialis femur. Ligamen ini
berfungsi untuk mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap femur, mencegah
hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut (Putz, 2008).
Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar, dan membranous
band nya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen ini terletak lebih posterior di
permukaan medial sendi lutut, yang melekat diatas epycondilus medial femur bawah
di bawah tuberculum adductor dan ke bawah menuju condylus medial tibia serta pada
medial meniscus. Seluruh ligamen collateral medial meregang pada gerakan penuh
ROM ekstensi lutut, ligamen collateral medial ini juga melekat pada meniscus
medialis. Ligamen ini sering mengalami cedera, cedera ligamen ini sering menyertai
cedera meniscus medialis dan fungsinya untuk menjaga gerakan ekstensi dan
mencegah gerakan ke arah luar (Putz, 2008).

5
Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat diatas ke
belakang epycondylus femur dan dibawah permukaan luar caput fibula. Fungsi
ligamen ini adalah untuk mengontrol gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah
medial. Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut (Putz, 2008).
Ligamen patellaris merupakan ligamen kuat dan datar yang melekat pada lower
margin patella dengan tuberositas tibia, dan melewati bagian depan atas patella dan
serabut superficial yang berlanjut pada pusat serabut pada tendon quadriceps femoris
(Putz, 2008).
Ligamen popliteal oblique merupakan ligamen yang lebar dan datar. Menutupi
bagian belakang sendi dan melekat diatas upper margin fossa intercondyloid dan
permukaan belakang femur dan dibawah margin posterior caput tibia. Pada bagian
tengah terpadu dengan tendon otot semimembranous danbagian luar dengan lateral
head otot gastrocnemius (Putz, 2008).

3. Anterior Cruciate Ligament (ACL)


Anterior Cruciate Ligament (ACL) membentang secara miring dari aspek
posterior dan lateral tulang femur, berorigin pada aspek medial dari condylus lateral
femur dan berinsersi pada area intercondylar tibia di sebelah belakang dari meniscus
medial. Ligamen ini memiliki panjang kira kira 31 hingga 38 mm. Ligamen ACL
terdiri dari dua berkas yang terpisah, yaitu berkas anteromedial (AM) dan berkas
posterolateral (PL), dinamakan berdasarkan letak insersi relatifnya pada tibia. Pada
saat lutut dalam posisi ekstensi maksimal, kedua berkas ligamen berjajar paralel dan
pada saat lutut dalam posisi fleksi, kedua berkas ligamen saling menyilang. Berkas PL
mencapai ketegangan maksimal saat posisi lutut ekstensi sementara berkas AM
mencapai ketegangan maksimal saat posisi lutut fleksi 60° (Hewison, 2015).

6
Gambar 2.2 Berkas AM dan PL dari ACL (Ziegler, 2011)

2.1.2 Ruptur Ligamen Anterior Cruciate Ligament (ACL)


Ruptur adalah robeknya atau koyaknya jaringan yang di akibatkan karena trauma
(Dorland, 2002). Ligamen adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau
menyokong organ dalam. Beberapa ligamen berbeda struktur fibrosanya, beberapa
menjadi lipatan fascia atau peritoneum berindurasi, yang lain merupakan milik
pembuluh atau organ-organ fetus (Dorland W. N., 2002).
Hampir seluruh cedera ligamen lutut terjadi saat lutut sedang dalam posisi fleksi,
dimana kapsul sendi dan ligamen dalam keadaan rileks dan femur dapat dengan bebas
berotasi pada tibia. Dorongan dari femur dapat mengakibatkan tibia terdesak dan
menghasilkan tekanan yang dapat menyebabkan cidera pada ligamen pada sendi lutut.
Cedera ligamen cruciatum dapat terjadi tersendiri maupun bersamaan dengan cedera
pada bagian yang lain. Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah yang lebih sering
terkena cedera (Solomon, 2010). Ruptur ACL adalah robeknya ligament anterior
cruciatum yang menyebabkan sendi lutut menjadi tidak stabil sehingga tulang tibia
bergeser secara bebas.

2.1.3 Etiologi
Penyebab cedera ACL dapat ditimbulkan oleh berbagai aktivitas (tidak hanya
aktivitas olahraga). Penyebab cedera berdasarkan betapa sering aktivitas tersebut
menyebabkan cedera ACL dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Gerakan Berputar yang terlalu cepat dan tidak normal (Non-Contact)
2. Lutut berpilin saat mendarat
3. Kontak atau benturan langsung (Diktat Anatomy, 2012).

2.1.4 Klasifikasi Ruptur ACL


Tingkat keparahan cedera ligamen dinilai sebagai :
1. GRADE 1 : Dengan nyeri ringan dan bengkak tetapi tidak ada perpanjangan
permanen atau kerusakan pada ligamen.

7
2. GRADE II : Ligamentum tertarik keluar (seperti gula-gula) dan diperpanjang. Ada
rasa sakit umumnya lebih dan bengkak dan sering memar. Ligament biasanya akan
sembuh tanpa operasi. Ligament akan memiliki beberapa kelemahan
(yaitu membuka) dibandingkan dengan normal tetapi sendi akan sembuh dan
biasanya dapat berfungsi normal dengan sedikit ketidakstabilan.
3. GRADE III : Ligamentum tertarik jauh sehingga robek menjadi dua. Sering kali
ada rasa sakit yang relatife sedikit. Namun, sendi sangat tidak stabil, dan menahan
seringkali sangat sulit bahkan dengan tongkat sekalipun. Lutut akan terlepas atau
buckle”. Sering memar disekitar lutut, operasi seringkali diperlukan
untuk perbaikan.

2.1.5 Pathway

Penyebab :benturan yang keras pada lutut, jatuh dan terkilir, kondisi otot dan sendi
yang tidak sempurna, ukuran tungkai yang tidak sama

Tekanan yang berlebihan


dan mendadak pada sendi

Ketidakmampuan ligamen
menerima beban

Ruptur ligamen

Pembuluh darah Fungsi ligamen Tindakan


pecah terganggu operasi 8
Perdarahan di
bawah kulit Ansietas Resiko
infeksi

Kemerahan dan Gerakan lutut


bengkak terbatas

Penekanan pada Intoleransi


ujung saraf aktifitas

Pelepasan mediator nyeri Nyeri


(histamin, bradikinin) Akut

2.1.6 Patofisiologi
ACL mencegah translasi anterior tibia tehadap femur dan berfungsi untuk
meminimalisasi rotasi tibia. Fungsi sekunder ACL adalah untuk mencegah posisi
valgus dan falrus pada lutut, terutama saat ekstensi. Cedera ACL menyebabkan
perubahan kinematika lutut. Terkait dengan patologi yang terjadi, penundaan
rekontruksi ACL dapat mengakibatkan terjadinya Osteoarthitis. Sekitar 15% dari
kasus rupture ACL menjalani Total Knee Replacement (TKR) (Maguire et al., 2012).
ACL menerima suplai darah dari arteri middle genuelate, sehingga jika terjadi
rupture ACL akan terjadi haemoarthrosis. Namun, meskipun lokasinya intra-artikular,
ACL adalah Ektrasinovial karena tidak memiliki zat-zat penyembuh luka, maka jika
terjadi ruptur ACL akan sulit sembuh dengan sendirinya (Brukner & Khan, 2011).

2.1.7 Tanda dan Gejala


Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat cedera
yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari melompat
(biasanya kombinasi hiperekstensi/poros). Ketidakstabilan mendadak di lutut (lutut

9
terasa goyah). Hal ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan arah atau setelah
pukulan langsung ke sisi lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang lutut.
Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin merupakan
tanda perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba biasanya
merupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas karena pembengkakan
atau rasa sakit.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut
Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap kelainan pada
lutut akan memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada pemeriksaan perlu
diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara normal gerakan
fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145 derajat dan gerakan ekstensi 0 derajat dan
mungkin ditemukan hiperekstensi sebesar 10 derajat.

Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan :


a. Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral
Robekan pada ligamentum kolateral medial dapat diperiksa melalui uji
abduction stress dan pada ligamentum kolateral lateral melalui uji adduction
stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi penuh, satu
tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan satunya pada lutut. Dengan
kedua tangan dilakukan abduksi untuk menguji ligamentum medial, dan
adduksi untuk menguji lgamentum lateral. Apabila terdapat robekan pada
ligamentum kolateral maka dapat dirasakan sendi bergerak melebihi batas
normal.
b. Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior
Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut karah depan dan
belakang. Ligamentum krusiatum anterior berfungsi untuk mencegah tibia
tergelincir ke depan femur, sedangkan ligamentum krusiatum posterior pada
arah sebaliknya.
Cara pemeriksaan :
1) Uji Drawer
Lutut difleksikan 90 derajat dan pemeriksa duduk pada kaki pasien untuk
mencegah gerakan kaki. Dengan meletakkan kedua tangan di belakang tibia
bagian proksimal dan kedua ibu jari pada kondilus femur, kemudian

10
dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan ke belakang. Kecurigaan adanya
robekan pada ligamentum krusiatum apabila ada gerakan yang abnormal,
baik ke depan ataupun ke belakang.
2) Uji Lachman
Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20 derajat. Satu tangan
memegang tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan tangan lainnya
memegang tibia proksimal. Kedua tangan kemudian digerakkan ke depan
dan belakang antara tibia proksimal dan femur.
3) Pemeriksaan pivot shift lateral
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui
defisiensi pada ligamentum krusiatum anterior. Caranya kaki yang
mengalami kelainan diangkat, Dimana kaki kanan diangkat tangan kanan
dan kaki kiri diangkat dengan tangan kiri dan lutut dalam keadaan ekstensi
maksimal. Dengan satu tangan pemeriksa memutar dari arah luar tungkai
bawah persis di sebelah bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus. Pada
saat yang bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya lutut difleksi
secara perlahan-lahan dari posisi ekstensi. Pemeriksaan positif apabila
kondilus lateralis tibialis terelokasi secara spontan pada kondilus femur
ketika fleksi mencapai 30-35 derajat.
4) Pemeriksaan Radiologi
Foto polos dapat memperlihatkan bahwa ligamen telah mengavulsikan
sepotong tulang kecil – ligamen medial biasanya dari femur, ligamen lateral
dari fibula, ligamen krusiatum anterior dari spina tibia dan krusiatum
posterior dari bagian belakang tibia atas. Film tekanan (kalau perlu
dibawah anestesi) dapat menunjukkan apakah engsel sendi terbuka ke satu
sisi.
2. Pemeriksaan Artroskopi
Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul, artroskopi tidak
boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan menghambat diagnosis dan
menyulitkan prosedur selanjutnya. Indikasi utama untuk melakukan artroskopi
adalah pada robekan ligamentum krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada
sprain yang lebih ringan untuk menyingkirkan cedera internal lain misalnya
robekan meniskus, yang (kalau ada) dapat ditangani seketika itu juga.

11
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Terapi Operasi
Pembentukan ligament. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan
disambung semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk restorasi
stabilitas lutut adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament tersebut akan
di ganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan menjadi dasar untuk
ligament yang baru untuk tumbuh.
Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon patella,
yang merupakan sambungan patella dan tibia. Tendon hamstring pada posterior
pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang insersinya dari patella
ke paha dapat digunakan. Graft dari kadaver (allograft) juga dapat digunakan.
Penyembuhan semula mengambil masa sekurang-kurangnya 6bulan sebelum atlit
dapat berolahraga setelah operasi.
Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan arthroscopi
dengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive. Kelebihan dari
artroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa rawat inap lebih
pendek dan penyembuhan lebih cepat.
Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik operasi
ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan tehnik ini, hasilnya
sangat memuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai sebagai standard
untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia, misalnya Tiger Wood.
2. Terapi Non-Operasi
ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun terapi
tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas kehidupan
yang sederhana. Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi.
a. Bracing
Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bias
diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada
kaki.
b. Terapi Fisikal
Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang spesifik
dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang memberi
sokongan padanya.

12
2.1.10 Komplikasi
Orang yang mengalami cedera ACL berada pada risiko lebih tinggi terkena
osteoartritis lutut, dimana tulang rawan sendi memburuk dan permukaan halusnya
menjadi kasar. Arthritis dapat tetap terjadi meskipun telah menjalani operasi untuk
merekonstruksi ligamen.
Komplikasi kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi luka, operasi
menyebabkan radang sendi, otot melemah dan kekurangan daya gerakan .

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian
Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama dari
pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena dari
data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.
1. Pengkajian umum :
a. Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat
c. Alasan masuk rumah sakit
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
b. Riwayat kesehatan sekarang
Perlu diketahui:
1) Lamanya sakit
Lamanya klien menderita sakit kronik / akut
2) Factor pencetus
Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi, aktifitas
tertentu
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau kronis.

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. TTV
c. Tingkat kesadaran

13
d. Rambut dan hygiene kepala.
e. Mata
Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil
f. Gigi dan mulut
Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah,
peradangan pada tonsil.
g. Leher
h. Dada / thorak
i. Cardiovaskuler
Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama
jantung
j. Pencernaan/Abdomen
Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus
k. Genitalia
Kebersihan dan keluhan lainnya
l. Ekstremitas
Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.
m. Aktifitas sehari-hari
n. Data social ekonomi
Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan dengan
keluarga
o. Data psikologis
Kesadaran emosional pasien
p. Data spiritual
Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang bertentangan
dengan kesehatan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan mengeluh nyeri

2.2.3 Intervensi keperawatan

No Diagnosa Rencana keperawatan


Tujuan dan KH Intervensi
1 Nyeri Akut (SLKI) : Nyeri Akut Intervensi Utama
berhubungan Luaran Utama Label: Manajemen Nyeri
dengan agen Label : Tingkat Nyeri Observasi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fisik setelah dilakukan intervensi
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
ditandai selama ..x..24jam, diharapkan
nyeri.
dengan nyeri berkurang dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
mengeluh hasil: 4. Identifikasi factor yang memperberat
14
nyeri - Keluhan nyeri menurun dan memperingan nyeri
- Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
- Sikap protektif menurun
keyakinan tentang nyeri
- Kesulitan tidur menurun
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Frekuensi nadi membaik
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek saming penggunaan
analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresure, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

15
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan atau tidak.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Ruptur adalah robeknya atau koyaknya jaringan yang di akibatkan karena trauma .
Ligamen adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau menyokong organ
dalam. Beberapa ligamen berbeda struktur fibrosanya, beberapa menjadi lipatan fascia atau
peritoneum berindurasi, yang lain merupakan milik pembuluh atau organ-organ fetus.
Ruptur ACL adalah robeknya ligament anterior cruciatum yang menyebabkan sendi lutut
menjadi tidak stabil sehingga tulang tibia bergeser secara bebas.

1.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi
kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah
daftarpustaka.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi
Bahasa Indonesia,Jakarta, EGC
Anderson Silvia Prince. (1996). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
Dorland, 1994. kamus kedokteran. Jakarta. EGC
hinchliff, sue. 1999. kamus keperawatan. Edisi 17. Jakarta EGC.
Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. jakarta
SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
2016. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.

SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
2018. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.

SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan
2018. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.

17

Anda mungkin juga menyukai