Budaya Pijat 5
Budaya Pijat 5
A. Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian
masyarakat. Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya
fraktur, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka. Terjadinya kecelakaan secara
tiba-tiba yang menyebabkan fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu
tindakan apa yang harus dilakukan. Ini disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya
pengetahuan terhadap fraktur tersebut.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu
insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang. Penyebab
terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi factor lain seperti proses degeneratif dan 2
osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI, 2011).
Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin dikarenakan kurangnya
informasi yang tersedia. Contohnya ada seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena
kurangnya pengetahuan dalam penanganan pertolongan pertama terhadap fraktur, ia pergi
ke dukun pijat karena mungkin ia menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala
orang yang terkilir. Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana
penanganan pada korban fraktur.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Menjelaskan definisi dari konsep keperawatan trnskltural M.Leininger.
b. Menjelaskan teori Sunrise Model menurut M. Leininger.
c. Menjelaskan strategi yang akan digunakan dari teori Sunrise Model.
2. Tujuan khusus
Dapat memahami serta mempraktekkan tentang keperawatan lintas buday yang
berhuungn dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan lintas budaya khususny pada kasus fraktur dengan berkomunikasi yang
sesuai dengan budaya klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Keperawatan transkultural
adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau
kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau
perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984
dalam Sudiharto, 2007).
Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan yang mempengaruhi
kesehatan, kesakitan dan kematian manusia sebagai upaya untuk meningkatkan dan
memajukan praktek keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah memberikan
asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai yang dipercaya oleh
klien (Parker, 2001).
Leininger telah mengembangkan beberapa istilah terkait dengan teorinya, yaitu:
1. Perawatan manusia dan keperawatan
Manusia adalah induvidu atau kelompok yang memiliki nilai – nilai dan
norma – norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya setiap saat dan dimanapun dia berada.
2. Budaya
Budaya menggambarkan pola kehidupan, nilai, keyakinan, norma, simbol dan
kebiasaan individu, kelompok atau institusi yang dipelajari, dibagikan, dan biasanya
diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
3. Perawatan budaya
Cultural care didefinisikan sebagai nilai, kepercayaan, pengungkapan yang
terpola yang membantu, mendukung dan memungkinkan individu lain atau kelompok
untuk memelihara kesehatannya, meningkatkan kondisi manusia/kehidupan atau
menghadapi kematian dan kecatatan.
4. Culture care diversity
Cultural care diversity adalah variasi makna, pola, nilai atau simbol asuhan
yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraannya atau untuk
meningkatkan kondisi manusia dan kehidupan menghadapi kematian
5. Culture care universality
Culture care universality serupa atau seragam makna, pola, nilai atau simbol
asuhan yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraan atau
meningkatkan kondisi manusia dan kehidupan atau menghadapi kematian.
6. Worldview
Worldview adalah cara seseorang atau kelompok untuk mencari tahu dan
memahami dunia mereka sebagai nilai, pendirian, dan gambaran tentang kehidupan
dan dunia.
7. Dimensi struktur kebudayaan dan sosial
Menggambarkan dinamis, holistik, dan keterkaitan pola dari struktur budaya
(subculture), meliputi aspek spiritual, sosial, politik (legal), ekonomi, pendidikan,
tehnologi, nilai budaya, filosofi, sejarah, dan bahasa.
8. Konteks lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, keyakinan, dan prilaku klien
9. Ethnohistori
Ethnohistori adalah rangkaian fakta, peristiwa, atau perkembangan yang
terjadi, atau catatan tentang budaya yang dipilih.
10. Emic
Emic berarti lokal, pribumi.
11. Etnic
Etnic berarti orang luar.
12. Kesehatan
Suatu keadaan sehat yang secara budaya didefinisikan, dinilai, dan
dipraktekkan, yang merefleksikan kemampuan individu/kelompok untuk melakukan
peran aktivitas sehari – hari secara mandiri
13. Keperawatan transkultural
Keperawatan transkultural adalah formal area dari humanistik dan ilmu
pengetahuan dan praktik yang berfokus pada perawatan budaya secara holistik dan
kompetensi atau kemampuan individu atau kelompok untuk
mempertahankan/menjaga kesehatannya dan untuk menerima kekurangan atau
kecacatan, dan menghadapi kematian. (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
14. Pemeliharaan perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional
untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu klien sebagai bagian
dari budaya untuk memelihara/menjaga makna nilai dan kehidupan, untuk kesembuhan,
atau menghadapi kematian.
3.1 Kasus
An.A umur 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di
rumah sakit harapan kita dengan keluhan nyeri fraktur kaki sebelah kanan. Bp.A
mengatakan nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya,
kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat didorong oleh
penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan Bp.A, saat anak nya
jatuh An. A langsung dibawa ke dukun dengan alasan keluarga dari An.A tidak
mempunyai cukup biaya untuk berobat, lalu An.A dipijit menggunakan batang sereh
yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Bp.A mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi
makanan seperti ikan, daging, dan telur. Namun An.A masih tampak lemah, lesu, dan
tampak kesakitan. Setelah dilakukan pemeriksaan melalui rontgen, pada hasil rontgen
terlihat bahwa terdapat adanya retak pada tulang kering pada kaki sebelah kanan An. A.
3.3 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Desember 2016 Jam : 10.00 WIB
Tanggal masuk : 9 Desember 2016 No. CM :_
Ruangan :_ Ruangan :_
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia (Retak tulang kering)
B. Penanggung Jawab
Nama : Bp.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : Tamat SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Alamat : Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang
Hubungan Dengan Pasien : Ayah klien
Keluhan Utama : Nyeri pada Tulang Kering ( Fraktur )
1. Riwayat Kesehatan Saat ini : saat ini Klien merasakan nyeri pada tulang keringnya.
Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat
didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat
didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut.
2. Riwayat kesehatan Masa Lalu : Pada masa lalu Klien tidak memiliki riwayat
kesehatan sehingga tidak ada pengaruh dalam kesehatan saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga Klien tidak memiliki penyakit apapun
sehingga penyakit klien ditimbulkan bukan dari keluarga.
4. Riwayat pengobatan : Ada riwayat pengobatan dar keluarga yaitu pengobatan dari
dukun sehingga klien sebelum dibawa ke tim medis dibawa terlebih dahulu ke dukun
tersebut.
C. Riwayat Kesehatan
Teori Sunrise model :
1. Faktor Tekhnologi
a. Persepsi Sehat Sakit
persepsi klien mengenai sehat sakit,klien mengatakan biasanya klien cukup datang
ke dukun dalam mengatasi permasalahan kesehatan, selain itu juga sering
menkonsumsi obat tradisional.
b. Alasan mencari bantuan kesehatan
Bp.A mengatakan bahwa anaknya didorong oleh pohon penunggu keramat,
sehingga bp.A mencari bantuan kesehatan dengan membawa An.A kedukun, selain
itu keluarga bp.A mempunyai kebiasaan berobat kedukun
6. Faktor Ekonomi
Bp.A seseorang yang berprofesi sebagai karyawan. Biaya rumah sakit ditanggung oleh
keluarga klien. Keluarga klien juga menggunakan asuransi.
“keluarga klien memunyai masalah finansial terkait biaya pengobatan. Mereka bingung
karena asuransi hanya memberikan potongan 30% dari total pembayaran yang diberikan
kepada pihak keluarga.”
7. Faktor Pendidikan
An.A pada saat ini masih duduk di Sekolah Dasar.
“didaerah klien pendidikan sudah dianggap penting dan orang tua berusaha keras
dengan bekerja supaya anak-anak mereka mendapatkan kualitas pendidikan yang bagus
dan berkualitas.”
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN BIO, PSIKO, SOSIO, KULTURAL
Dx.
KEPERAWATA
NO DATA ANALISIS DATA N BIO, PSIKO,
SOSIAL,
CULTURE
1. Ds :An.A Gangguanrasanyaman berupa nyeri Gangguan rasa
Mengatakannyeri berhubungan dengan pergeseran nyaman nyeri
pada kaki sebelah fragmen tulang berhubungan
kanan Klien mengatakan merasakan nyeri dengan retak pada
dengan skala 2-3 kaki sebelah kanan
Do:An.A An.a tampak lesu,lemah,dan
Tampak lemas meringis kesakitan.
dan kesakitan
Do : An.A
tampak meringis
kesakitan
Menilai
perkembangan
masalah klien
3. Resiko tinggic Tujuan Jangka Pendek 1. Pertahankan tirah baring/ meningkatkan
idera : ekstremitas sesuai indikasi. stabilitas,
berhubungan Setelah dilakukan Berikan sokongan sendi menurunkan
dengan asuhan keperawatan diatas dan dibawahfraktur kemungkinan
diskontinuitas selama 30 menit tidak bila bergerak/membalik. gangguan posisi
tulang terjadi cidera dan cedera
Tujuan Jangka
Panjang : 2.obsevasi pasien, beri Meningkatkan
Setelah dilakukan pengaman tempat tidur keselamatan
asuhan keperawatan pasien,
selama 2x24 jam menurunkan
terjadi peningkatan kemungkinan
Status keselamatan pasien terjatuh
Injuri fisik dengan
Kriteria Hasil :
a.Bebas dari cidera 3. Bantu dan Ajarkan Meningkatkan
klienlatihan rentang gerak kemandirian
b.Mampu mencegah pasif aktif (imobilisasi) pada klien dalam
cidera ekstremitas yang sakit perawatan
maupun yang sehat sesuai diri melakukan
c. Dapat melakukan keadaan klien. imobilisasisesua
mobilisasi dengan i kondisi
baik keterbatasan
klien
A. SIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, Meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari
kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya.
Pelaksanaan dan perencanaan prose keperawatan transkultural tidak dapat dipaksakan
begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami, sehingga tindakan yang dilakukan
dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi
keperawatan traanskultural
B. SARAN
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa memahami teori
sunrise model menurut Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses
keperawatan
Dengan adanya teori leininger tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki
setiap pasien dan perawat itu sendiri, tidak akan berpengaruh pada proses asuhan
keperawatan pada pasien dikarenakan telah mengetahui dan memahami teori sunrise
model dari leininger
Daftar pustaka