Anda di halaman 1dari 22

BAB I

A. Latar Belakang

Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian
masyarakat. Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya
fraktur, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka. Terjadinya kecelakaan secara
tiba-tiba yang menyebabkan fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu
tindakan apa yang harus dilakukan. Ini disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya
pengetahuan terhadap fraktur tersebut.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu
insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang. Penyebab
terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi factor lain seperti proses degeneratif dan 2
osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI, 2011).
Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin dikarenakan kurangnya
informasi yang tersedia. Contohnya ada seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena
kurangnya pengetahuan dalam penanganan pertolongan pertama terhadap fraktur, ia pergi
ke dukun pijat karena mungkin ia menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala
orang yang terkilir. Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana
penanganan pada korban fraktur.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Menjelaskan definisi dari konsep keperawatan trnskltural M.Leininger.
b. Menjelaskan teori Sunrise Model menurut M. Leininger.
c. Menjelaskan strategi yang akan digunakan dari teori Sunrise Model.
2. Tujuan khusus
Dapat memahami serta mempraktekkan tentang keperawatan lintas buday yang
berhuungn dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan lintas budaya khususny pada kasus fraktur dengan berkomunikasi yang
sesuai dengan budaya klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Keperawatan transkultural
adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau
kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau
perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984
dalam Sudiharto, 2007).
Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan yang mempengaruhi
kesehatan, kesakitan dan kematian manusia sebagai upaya untuk meningkatkan dan
memajukan praktek keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah memberikan
asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai yang dipercaya oleh
klien (Parker, 2001).
Leininger telah mengembangkan beberapa istilah terkait dengan teorinya, yaitu:
1. Perawatan manusia dan keperawatan
Manusia adalah induvidu atau kelompok yang memiliki nilai – nilai dan
norma – norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya setiap saat dan dimanapun dia berada.
2. Budaya
Budaya menggambarkan pola kehidupan, nilai, keyakinan, norma, simbol dan
kebiasaan individu, kelompok atau institusi yang dipelajari, dibagikan, dan biasanya
diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
3. Perawatan budaya
Cultural care didefinisikan sebagai nilai, kepercayaan, pengungkapan yang
terpola yang membantu, mendukung dan memungkinkan individu lain atau kelompok
untuk memelihara kesehatannya, meningkatkan kondisi manusia/kehidupan atau
menghadapi kematian dan kecatatan.
4. Culture care diversity
Cultural care diversity adalah variasi makna, pola, nilai atau simbol asuhan
yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraannya atau untuk
meningkatkan kondisi manusia dan kehidupan menghadapi kematian
5. Culture care universality
Culture care universality serupa atau seragam makna, pola, nilai atau simbol
asuhan yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraan atau
meningkatkan kondisi manusia dan kehidupan atau menghadapi kematian.
6. Worldview
Worldview adalah cara seseorang atau kelompok untuk mencari tahu dan
memahami dunia mereka sebagai nilai, pendirian, dan gambaran tentang kehidupan
dan dunia.
7. Dimensi struktur kebudayaan dan sosial
Menggambarkan dinamis, holistik, dan keterkaitan pola dari struktur budaya
(subculture), meliputi aspek spiritual, sosial, politik (legal), ekonomi, pendidikan,
tehnologi, nilai budaya, filosofi, sejarah, dan bahasa.
8. Konteks lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, keyakinan, dan prilaku klien
9. Ethnohistori
Ethnohistori adalah rangkaian fakta, peristiwa, atau perkembangan yang
terjadi, atau catatan tentang budaya yang dipilih.
10. Emic
Emic berarti lokal, pribumi.
11. Etnic
Etnic berarti orang luar.
12. Kesehatan
Suatu keadaan sehat yang secara budaya didefinisikan, dinilai, dan
dipraktekkan, yang merefleksikan kemampuan individu/kelompok untuk melakukan
peran aktivitas sehari – hari secara mandiri
13. Keperawatan transkultural
Keperawatan transkultural adalah formal area dari humanistik dan ilmu
pengetahuan dan praktik yang berfokus pada perawatan budaya secara holistik dan
kompetensi atau kemampuan individu atau kelompok untuk
mempertahankan/menjaga kesehatannya dan untuk menerima kekurangan atau
kecacatan, dan menghadapi kematian. (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
14. Pemeliharaan perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional
untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu klien sebagai bagian
dari budaya untuk memelihara/menjaga makna nilai dan kehidupan, untuk kesembuhan,
atau menghadapi kematian.

15. Akomodasi/negosiasi perawatan budaya


Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.
16. Perbaikan perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional
untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu klien menangkap,
merubah, atau memodifikasi cara hidup mereka untuk memperoleh hasil kesehatan
yang lebih baik.
17. Kemampuan perawatan secara budaya
Merupakan sebuah penegasan perawatan berbasis budaya dan ilmu
pengetahuan yang menggunakan perasaan, kreativitas, kehati-hatian untuk memenuhi
kebutuhan individu atau kelompok dengan tujuan mencapai kesehatan
yang bermakna, atau untuk menghadapi kesakitan, kecacatan dan kematian.
Penjelasan Bagan

B. Komponen Sunrise Model


Teori sunrise model meliputi 7 komponen :
1 Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji
lebih dalam tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini. Masalah yang timbuldiindonesia diakibatkan oleh letak geografis yang terdiri dari
pulau-pulau kemajuan teknolig kesehatan banyak dirasakan oleh warga kota dan
pinggiran kota sedangkan orang-orang plosok plosok tidak dapat mengakses teknologi
kesehatan seperti warga negara indonesia yang lain mereka cenderung memilih
pengobatan alternatif dan herbal untuk mengatasi masalh kesehatan.
2 Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3 Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4 Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji
pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri
5 Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
6 Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7 Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini.. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
C. Negosiasi Budaya
Keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi atau
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien
agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya dengan memijat bagian yang tidak terkena fraktur dan terapi
mendengarkan solawat untuk mengurangi intensitas nyeri.
D. Penegertian Pijat
Pijat, pijit, atau urut adalah metode penyembuhan atau terapi kesehatan tradisional,
dengan cara memberikan tekanan kepada tubuh baik secara terstruktur, tidak terstruktur,
menetap, atau berpindah tempat dengan memberikan tekanan, gerakan, atau getaran, baik
dilakukan secara manual ataupun menggunakan alat mekanis. Pijat biasanya
menggunakan tangan, jemari, sikut, lengan, kaki, atau alat pemijat. Pijat dapat
memberikan relaksasi, rasa nyaman, dan kebugaran. Pada beberapa kasus, pijat dapat
digolongkan sebagai tindakan medis terapi penyembuhan, misalnya pada kasus kram
otot, terkilir, atau keseleo.
E. Kekurangan dan kelebihan dalam pijat tradisional
Adapun kekurangan dan kelebihan dalam pijat tradisional yaitu:
1. Kekurangan dalam pijat tradisional
a) Perdarahan organ dalam
b) Kerusakan saraf
c) Kelumpuhan sementara
d) Reaksi alergi akibat minyak atau krim pijat
2. Kelebihan dalam pijat tradisional
a) Mengurangi rasa cemas
b) Gangguan pencernaan
c) Fibromialgia (suatu penyakit yang menyebabkan rasa nyeri di beberapa otot
sekaligus)
d) Nyeri kepala
e) Insomnia yang disebabkan oleh stress
f) Nyeri otot akibat cidera
g) Nyeri otot akibat cedera saat berolahraga.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Kasus
An.A umur 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di
rumah sakit harapan kita dengan keluhan nyeri fraktur kaki sebelah kanan. Bp.A
mengatakan nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya,
kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat didorong oleh
penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan Bp.A, saat anak nya
jatuh An. A langsung dibawa ke dukun dengan alasan keluarga dari An.A tidak
mempunyai cukup biaya untuk berobat, lalu An.A dipijit menggunakan batang sereh
yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Bp.A mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi
makanan seperti ikan, daging, dan telur. Namun An.A masih tampak lemah, lesu, dan
tampak kesakitan. Setelah dilakukan pemeriksaan melalui rontgen, pada hasil rontgen
terlihat bahwa terdapat adanya retak pada tulang kering pada kaki sebelah kanan An. A.

3.3 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Desember 2016 Jam : 10.00 WIB
Tanggal masuk : 9 Desember 2016 No. CM :_
Ruangan :_ Ruangan :_
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia (Retak tulang kering)
B. Penanggung Jawab
Nama : Bp.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : Tamat SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Alamat : Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang
Hubungan Dengan Pasien : Ayah klien
Keluhan Utama : Nyeri pada Tulang Kering ( Fraktur )

1. Riwayat Kesehatan Saat ini : saat ini Klien merasakan nyeri pada tulang keringnya.
Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat
didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat
didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut.
2. Riwayat kesehatan Masa Lalu : Pada masa lalu Klien tidak memiliki riwayat
kesehatan sehingga tidak ada pengaruh dalam kesehatan saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga Klien tidak memiliki penyakit apapun
sehingga penyakit klien ditimbulkan bukan dari keluarga.
4. Riwayat pengobatan : Ada riwayat pengobatan dar keluarga yaitu pengobatan dari
dukun sehingga klien sebelum dibawa ke tim medis dibawa terlebih dahulu ke dukun
tersebut.

C. Riwayat Kesehatan
Teori Sunrise model :
1. Faktor Tekhnologi
a. Persepsi Sehat Sakit
persepsi klien mengenai sehat sakit,klien mengatakan biasanya klien cukup datang
ke dukun dalam mengatasi permasalahan kesehatan, selain itu juga sering
menkonsumsi obat tradisional.
b. Alasan mencari bantuan kesehatan
Bp.A mengatakan bahwa anaknya didorong oleh pohon penunggu keramat,
sehingga bp.A mencari bantuan kesehatan dengan membawa An.A kedukun, selain
itu keluarga bp.A mempunyai kebiasaan berobat kedukun

c. Alasan klien memilih pengobatan alternative


Bp.A sebagai keluarga klien mengatakan bahwa sebelum klien dibawa ke rumah
sakit harapan kita, saat anak nya jatuh An. A langsung dibawa ke dukun, lalu An.A
dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Bp.A
mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur.
Alasan keluarga klien memilih pengobatan alternative karena Bp.A sebagi ayah
klien mempercayai bahawa anaknya yaitu An.A terjatuh karena didorong oleh
penunggu pohon keramat.
d. Persepsi penggunaan dan pemanfaatan tekhnologi
1. Hasil pemeriksaan rontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya
retak pada tulang kering An. A
2. An. A akan melakukan operasi.

2. Faktor Agama dan Filosofi


1. Agama yang dianut klien adalah islam,
2. klien & keluarga mempunyai pandangan bahwa sakit yang diderita An.A akibat
gangguan dari makhluk gaib , klien & keluarga biasanya datang kedukun dan
meminta doa-doa agar penyakitnya berkurang .
“dalam ilmu agama menekankan jika setelah mengalami musibah tertentu
disarankan untuk mendekatkan diri kepada yang maha kuasa, karena bahwasannya
semua manusia mempercayai bahwa dunia nyata dan ghaib itu nyata.”

3. Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan


1. Bp.A yaitu ayah dari An. A seorang karyawan
2. umur An.A 8 tahun
3. Suku bangsa padang
“menurut sosial dan ikatan kekerabatan apabalia seseorang mengalami suatu
problem mereka cenderung berkonsultasi dan menanyakannya kepada orang pintar
(dukun atau orang yang dipercayai didaerahnya)”
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup klien
1. Bahasa yang digunakan klien adalah bahasa indonesia
2. An.A dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa.
3. An. A terjatuh karena memanjat pohon
4. An.A tidak mengosumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur, karena dukun
setempat melarangnya untuk memakan jenis makanan tersebut
“menurut budaya dan gaya hidup didaerah klien ketika seseorang sakit tidak
diperkenankan untuk mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur selama
klien sakit”

5. Faktor hukum dan kebijakan yang berlaku


Jam berkunjung Klien pukul 10.00 - 11.00, 16.00 - 17.15 dan 19.30 – 21.00 jumlah
anggota keluarga yang boleh menunggu hanya kedua orang tua dan kerabat Klien, cara
pembayaran biaya rumah sakit di peroleh dari penghasilan kedua orang tua klien.
“kebijakan yang terdapat dirumah sakit bersebrangan dengan kebijakan didaerah klien
karena dalam tradisi mereka menjenguk seseorang yang sakit adalah wajib dan di daerah
klien masih menjungjung tinggi ikatan silahturahim antar tetangga.”

6. Faktor Ekonomi
Bp.A seseorang yang berprofesi sebagai karyawan. Biaya rumah sakit ditanggung oleh
keluarga klien. Keluarga klien juga menggunakan asuransi.
“keluarga klien memunyai masalah finansial terkait biaya pengobatan. Mereka bingung
karena asuransi hanya memberikan potongan 30% dari total pembayaran yang diberikan
kepada pihak keluarga.”

7. Faktor Pendidikan
An.A pada saat ini masih duduk di Sekolah Dasar.
“didaerah klien pendidikan sudah dianggap penting dan orang tua berusaha keras
dengan bekerja supaya anak-anak mereka mendapatkan kualitas pendidikan yang bagus
dan berkualitas.”
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN BIO, PSIKO, SOSIO, KULTURAL
Dx.
KEPERAWATA
NO DATA ANALISIS DATA N BIO, PSIKO,
SOSIAL,
CULTURE
1. Ds :An.A  Gangguanrasanyaman berupa nyeri Gangguan rasa
Mengatakannyeri berhubungan dengan pergeseran nyaman nyeri
pada kaki sebelah fragmen tulang berhubungan
kanan  Klien mengatakan merasakan nyeri dengan retak pada
dengan skala 2-3 kaki sebelah kanan
Do:An.A  An.a tampak lesu,lemah,dan
Tampak lemas meringis kesakitan.
dan kesakitan

2. Ds : Bp.A  Resiko terjadinya infeksi Resiko terjadinya


mengatakanduku berhubungan dengan kurangnya infeksi pada
n desa melarang pemenuhan nutrisi struktur tulang dan
An.A untuk  Setelah An.A dibawa jaringan lunak
mengosumsi kedukun Bp.Amengatakan dukun sekitarnya
ikan,daging, dan desa melarang An.Auntuk berhubungan
telur mengosumsi ikan,daging, dan telur dengan kurangnya
 An.A masih tampak lemah dan lesu pemenuhan nutrisi
Do: tehadap An.A
An.A masihTam
pak Lemah dan
lesu

3. Ds : Bp.A  Resiko tinggi cedera berhubungan


mengatakan Resiko tinggi cede
dengan diskontinuitas tulang
setelah pijat oleh  setelah dipijit oleh dukun Bp.A ra berhubungan
dukun desa An.A mengatakan An.A masih merasakan dengan
masih mengeluh nyeri diskontinuitas
nyeri pada tulang  An.A tampak lemas dan meringis tulang
keringnya kesakitan

Do : An.A
tampak meringis
kesakitan

3.5 INTERVENSI/ RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Dx. Rencana Asuhan
NO. Tujuan Rasional
Keperawatan Keperawatan/Interverensi
1. Gangguan Tujuan Jangka 1. Kaji nyeri secara Mengetahui
rasa nyaman pendek: komprehensif rentang respon
nyeri klien tentang
berhubungan Setelah dilakukan 2. Tinggikan posisi nyeri.
dengan asuhan keperawatan ekstremitas pada bagian Meningkatkan
pergeseran selama 30 menit nyeri yang sakit aliran balik
fragmen berkurang dengan 1-2 vena,
tulang skala mengurangi
edema/nyeri.
Tujuan Jangka 3. Lakukan dan awasi
panjang : latihan gerak pasif/aktif. Mempertahanka
Setelah dilakukan n kekuatan otot
Asuhan dan
keperawatanselama 2x meningkatkan
24 jam tingkat sirkulasi
kenyamanan klien vaskuler.
meningkat, tingkat
nyeri terkontrol 4. Lakukan tindakan untuk Meningkatkan
denganKriteria Hasil: meningkatkan kenyamanan sirkulasi umum,
(masase, perubahan posisi). menurunakan
a.Klien melaporkan area tekanan
nyeri berkurang dg lokal dan
scala1-2 kelelahan otot.

b.Ekspresi wajah 5.Kolaborasi dengan Menurunkan


tenang dokter untuk pemberian nyeri melalui
analgetik untuk mengurangi mekanisme
c.klien dapat istirahat nyeri. penghambatan
dan tidur rangsang nyeri
baik secara
sentral maupun
perifer.

6.Evaluasi tindakan Menilai


pengurang nyeri/kontrol perkembangan
nyeri klien. masalah klien.

2. Resiko Tujuan Jangka Pendek 1.Kaji Nutrisi secara teratur Mengetahui


terjadinya : perkembangan
infeksi pada Setelah dilakukan nutrisi
struktur tulang asuhan keperawatan
dan jaringan selama 30 menit
lunak kebutuhan nutrisi 2. Berikan penjelasan pada Sebagai
sekitarnya meningkat. klien dan keluarga tindakan awal
berhubungan mengenai pentingnya nutrisi untuk
dengan Tujuan Jangka bagi proses penyembuhan menentukan
kurangnya Panjang : fraktur klien intervensi
pemenuhan Setelah dilakukan selanjutnya
nutrisi tindakan keperawatan
tehadap An.A selama 3 x 24 jam, 3. Berikan penjelasan Sebagai
kebutuhan nutrisi kepada klien dan keluarga tindakan untuk
terpenuhi dengan mengenai kepercayaan mempertimbang
criteria hasil : keluarga pada dukun kan antara
terhadap pemenuhan nutrisi budaya klien
1. Klien tidak terlihat klien. dan jenis
lemah dan lesu makanan
pengganti yang
diperlukan
2. Klien dan keluarga untuk
menerima penjelasan mempercepat
dari perawat tentang proses
kebutuhan nutrisi dan penyembuhan
manfaat nutrisi 4. Ajarkan Pola makan luka
terhadap luka An.A dengan nutrisi yang baik
5. Kolaborasi dengan Mempercepat
3. Tidak terjadi infeksi Dokter untuk pemberian proses
pada fraktur klien antibiotic penyembuhan
luka
4.Pemenuhan nutrisi
tercukupi 6.Evaluasi tindakan dalam Antibiotik
pemberian nutrisi mencegah
perkembangan
mikroorganisme
patogen.

Menilai
perkembangan
masalah klien
3. Resiko tinggic Tujuan Jangka Pendek 1. Pertahankan tirah baring/ meningkatkan
idera : ekstremitas sesuai indikasi. stabilitas,
berhubungan Setelah dilakukan Berikan sokongan sendi menurunkan
dengan asuhan keperawatan diatas dan dibawahfraktur kemungkinan
diskontinuitas selama 30 menit tidak bila bergerak/membalik. gangguan posisi
tulang terjadi cidera dan cedera

Tujuan Jangka
Panjang : 2.obsevasi pasien, beri Meningkatkan
Setelah dilakukan pengaman tempat tidur keselamatan
asuhan keperawatan pasien,
selama 2x24 jam menurunkan
terjadi peningkatan kemungkinan
Status keselamatan pasien terjatuh
Injuri fisik dengan
Kriteria Hasil :
a.Bebas dari cidera 3. Bantu dan Ajarkan Meningkatkan
klienlatihan rentang gerak kemandirian
b.Mampu mencegah pasif aktif (imobilisasi) pada klien dalam
cidera ekstremitas yang sakit perawatan
maupun yang sehat sesuai diri melakukan
c. Dapat melakukan keadaan klien. imobilisasisesua
mobilisasi dengan i kondisi
baik keterbatasan
klien

4.Libatkan banyak orang Meningkatkan


dalam memindahkan pasien, tingkat
atur posisi pasien yang kenyamanan dan
nyaman keselamatan
pasien
5. Kaji ulang foto/ Memberikan
Evaluasi. bukti visual
mulainya
pembentukan
kalus/ proses
penyembuhan.

3.6 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Diagnosa Implementasi Rasional Evaluasi
Gangguan rasa 1.Perawat mengkaji skala Perawat mengetahui Pukul 10.00 WIB
nyaman berupa nyeri secara komprehensif rentang respon nyeri Tanggal 10/12/2016
nyeri pada pasien dengan skala pasien. Dengan hasil
akut berhubungan nyeri 0-10 skala nyeri pasien 2-3 S: Klien tidak
dengan pergeseran merasakan nyeri lagi
fragmen tulang pada tulang
2.Perawat meninggikan Perawat dapat keringnya
posisi ekstremitas pada meningkatkan aliran balik O: Klien tampak
bagian yang sakit den vena pasien untuk tenang
mengurangi edema/nyeri. A: Tujuan tercapai
3. Perawat melakukan dan P: Hentikan
mengawasi latihan gerak Perawat dapat Intervensi
pasif/aktif pada paien atau Mempertahankan
imobilisasi kekuatan otot pasien dan
meningkatkan sirkulasi
4.Perawat melakukan vaskuler.
tindakan untuk Perawat dapat
meningkatkan meningkatkan sirkulasi
kenyamanan pasien umum danmenurunakan
(masase, perubahan area tekanan
posisi). lokal sertakelelahan otot
pasien
5.Perawat melakukan Perawat dapat
kolaborasi dengan dokter menurunkan nyeri pasien
untuk pemberian analgetik melalui mekanisme
untuk mengurangi nyeri. penghambatan rangsang
nyeri baik secara sentral
maupun perifer
Resiko terjadinya 1. Perawat mengkaji 1. Perawat mengetahui Pukul 14.00 WIB,
infeksi pada Nutrisi pasien secara perkembangan Tanggal 10/12/2016
struktur tulang dan teratur nutrisi pasien.
jaringan lunak S :Klien mengatakan
sekitarnya 2. Perawat memberikan 2. Sebagai tindakan agar nafsu makan
berhubungan penjelasan pada klien dan klien mengerti pentingnya bertambah
dengan kurangnya keluarga mengenai nutrisi bagi proses O :Klien tidaktampak
pemenuhan nutrisi pentingnya nutrisi bagi penyembuhan luka lemah dan lesu
tehadap An.A proses penyembuhan fraktur A: tujuan belum
fraktur klien tercapai.
P: lanjutkan
3. Perawat memberikan 3. Sebagai tindakan agar intervensi
penjelasan kepada klien pasien dapat 1.Observasi
dan keluarga mengenai mempertimbangkan kebutuhan nutrisi
kepercayaan keluarga dalam pemilihan klien
pada dukun terhadap makanan untuk proses 2.Tinjau kecukupan
pemenuhan nutrisi klien. kesembuhan fraktur dan nutrisi klien
memenuhi kebutuhan 3.Identifikasi Acupan
nutrisi. nutrisi
4 Perawat melakukan 4.
Kolaborasi dengan Membantu meningkatkan
Dokteruntuk nafsu makan pasien
pemberian vitamin

Resiko tinggicidera 1. 1Agar perawat Pukul 10.30 WIB


berhubungan Perawat Mempertahankan dapat.meningkatkan Tanggal 10/12/2016
dengan tirah baring/ ekstremitas stabilitas danmenurunkan
diskontinuitas sesuai kemungkinan gangguan S: Klien mengatakan
tulang indikasi. Memberikan posisi dan cedera pasien sudah tidak
sokongan sendi diatas dan merasakan sakit
dibawahfraktur bila 2.Perawat O: Klien tampak
bergerak/membalik. dapatMeningkatkan lemas
keselamatan A: Tujuan Belum
2. Perawat mengobsevasi pasiendan menurunkan Tercapai
pasien, dan kemungkinan pasien P: Lanjutkan
memberikanpengaman terjatuh. Intervensi
tempat tidur 1.Berikan posisi yang
3. Perawat membantu 3. Perawat aman untuk pasien
danMengajarkan klien dapatMeningkatkan dengan
latihan rentang gerak pasif kemandirian pasiendalam meningkatkan
aktif (imobilisasi) pada perawatan 2.obsevasi pasien,
ekstremitas yang sakit diri melakukan beri pengaman
maupun yang sehat sesuai imobilisasi sesuai tempat tidur
keadaan klien. kondisi pasien 2.Menilai ROM
pasien
4.Perawat melibatkan tim 4. Perawat dapat 3.Melakukan
medis yang lain dalam membantu mobilisasi
memindahkan Keterbatasan pasien
pasien danmengatur posisi Dan meningkatkan
pasien yang nyaman tingkat kenyamanan dan
keselamatan pasien
5.Perawat mengkaji ulang 5. Memberikan bukti
foto/ Evaluasi. visual mulainya
pembentukan kalus/
proses penyembuhan.
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, Meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari
kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya.
Pelaksanaan dan perencanaan prose keperawatan transkultural tidak dapat dipaksakan
begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami, sehingga tindakan yang dilakukan
dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi
keperawatan traanskultural

B. SARAN
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa memahami teori
sunrise model menurut Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses
keperawatan
Dengan adanya teori leininger tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki
setiap pasien dan perawat itu sendiri, tidak akan berpengaruh pada proses asuhan
keperawatan pada pasien dikarenakan telah mengetahui dan memahami teori sunrise
model dari leininger
Daftar pustaka

Gunawan, D. 2011.’ Sembuh dengan pijat alternatif hentakan kaki’


(online),(http://www.kliksaya.com/sembuhdenganpijatalternatifhentakankaki. htm, diakses
tanggal 27 Desember 2014).

Mahendra. B, Ruhito.F.2009. “Pijat Kaki untuk Kesehatan” (online),


(http://www.kliksaya.com/pijatkakiuntukkesehatan.htm, diakses tanggal 27 Desember 2014).

Helmi, Zairin Noor. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskulosk

Anda mungkin juga menyukai