PENDAHULUAN
1
Spread adalah selisih harga jual dan harga beli saham di pasar modal. Harga jual dan
harga beli ditentukan oleh Broker. Suatu transaksi tidak akan terjadi jika masih terdapat
perbedaan antara bid dan ask. Bid price atau offer price merupakan harga tertinggi yang
ditawarkan oleh para Perantara Pedagang Efek dalam hal ini broker kepada para investor.
Sedangkan ask price merupakan harga terendah dimana broker bersedia untuk menjual
saham. (Perdana dan Kristanti, 2014). Hal yang harus diperhatikan investor untuk
memutuskan membeli atau menjual pada harga tertentu yaitu mengetahui seberapa besar
perbedaan (spread) antara permintaan beli (ask) dan harga tawaran jual (bid). Dengan
demikian, bid-ask spread merupakan fungsi dari transaction cost, mempengaruhi
perdagangan yang menyebabkan investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang
financial asset yang memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi. Besar kecilnya spread
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu ketidakseimbangan informasi dan persaingan di antara
pelaku pasar. Semakin tinggi ketidakseimbangan informasi diantara pelaku pasar maka
semakin besar spread. Dan semakin kuat persaingan di pasar modal maka harga jual semakin
rendah dan harga beli semakin tinggi sehingga spread mengecil (Ady, 2010).
Adanya informasi asimetris atau ketidakseimbangan membuat para investor kesulitan
dalam membedakan antara perusahaan yang berkualitas tinggi dan berkualitas rendah.
Pernyataan para manajer dinilai tidak membawa informasi yang bermanfaat, sehingga hal ini
mengakibatkan para investor akan menilai rendah semua saham perusahaan. Kondisi ini
dikenal dengan istilah “pooling equilibrium” di mana semua perusahaan baik mempunyai
maupun tidak mempunyai prospek pertumbuhan dan keuntungan yang bagus pada masa
mendatang, dimasukkan dalam kategori yang sama (Megginson, 2000) (dalam Wahyuliantini,
2015). Maka dari itu perusahaan atau manajer akan menerapkan signaling theory atau teori
sinyal, menurut Hernoyo (2013) prinsip dari signaling theory adalah bahwa setiap tindakan
memiliki kandungan informasi karena adanya suatu kondisi dimana pihak manajemen
perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dari pada para pemegang saham.
Kondisi seperti ini akan mendorong para manajer dari perusahaan yang mempunyai
prospek pertumbuhan dan keuntungan yang bagus melakukan berbagai cara untuk
menyadarkan para investor bahwa perusahaan tersebut seharusnya bernilai lebih tinggi dari
penelitian manajer. Apa yang dilakukan oleh para manjer ini biasanya tidak dapat ditiru oleh
para manajer dari perusahaan yang tidak mempunyai prospek pertumbuhan dan keuntungan
yang bagus, karena pada umumnya manajer akan memberi tanda (signal) yang berbiaya
cukup tinggi, sehingga hal ini menjadi penghalang bagi manajer perusahaan lain untuk
menirunya. Perilaku para manajer dalam memberi sinyal terhadap para investor tersebut
2
tentunya akan mengurangi informasi asimetris yang terjadi, sehingga tindakan tersebut akan
menurunkan bid-ask spread saham (Wahyuliantini, 2015).
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh firm size,volume perdagangan
saham,volatilitas return saham dan dividen yield terhadap bid-ask spread. Beberapa hasil
penelitian terdahulu yang diproksi pada beberapa variabel seperti Firm Size, volume
perdagangan saham, volatilitas return saham dan Dividen Yield menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. Penelitian Rahardjo (2004) tentang firm size menunjukkan terdapat pengaruh
yang signifikan antara firm size terhadap Bid-ask spread. Sedangkan Anggraini,Hartini, dan
Wijaya (2014) menemukan bahwa variabel firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap
bid-ask pread.Berbeda dengan Monalisa (2011) yang menemukan terdapat pengaruh yang
signifikan antara ukuran aset terhadap bid-ask pread. Serta penelitian Wahyuliantini (2015)
menemukan bahwa firm size memiliki pengaruh signifikan terhadap bid-ask spread, dan
pengaruhnya adalah negatif.
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan proksi variabel volume perdagangan
saham dilakukan oleh Wahyuni dan Rikumahu (2017); Ruminsar dan Donalson (2017); dan
penelitian Hamidah, Maryadi, dan Ahmad (2018) yang membuktikan bahwa variabel volume
perdagangan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread. Namun
demikian kesimpulan berbeda diperoleh dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ady, Salim, dan Susanto (2010) menyatakan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh
negatif signifikan terhadap bid-ask spread; Veronica dan Syahyunan (2013) menyatakan
bahwa variabel volume perdagangan saham berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap bid-ask spread; Anggraini, Hartini, dan Wijaya (2014) menyatakan bahwa volume
perdagangan saham berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread; Wahyuliantini dan
Suarjaya (2015) menyatakan bahwa volume perdagangan saham tidak berpengaruh terhadap
bid-ask spread; Patoni dan Lasmana (2015) membuktikan bahwa frekuensi perdagangan
saham berpengaruh terhadap bid-ask spread; dan penelitian yang dilakukan oleh Putra,
Retnowati, dan Rahmasari (2017) menyatakan bahwa volume perdagangan saham
berpengaruh secara parsial (individual) terhadap bid-ask spread.
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan proksi variabel volatilitas return
saham dilakukan oleh Wahyuni dan Rikumahu (2017) menemukan bahwa varian return tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bid-ask spread. Begitu pula dengan
Wahyuliantini dan Suarjaya (2015) menyatakan bahwa volatilitas return saham tidak
berpengaruh terhadap bid-ask spread. Sedangkan pada penelitian Ady, Salim, dan Susanto
3
(2010) menunjukan bahwa varian return memiliki pengaruh positif signifikan terhadap bid-
ask spread.
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan proksi variabel volume perdagangan
saham dilakukan Monalisa (2011) menunjukkan bahwa variabel dividend yield tidak
berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread. Sedangkan pada penelitiannya Ady, Salim,
Susanto (2010) menemukan bahwa dividend yield memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap bid-ask spread.
Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI Periode 2013-2017. Terpilihnya perusahaan manufaktur karena saham dari perusahaan
ini relatif lebih sering diminati oleh para investor sehingga menjadi aktif untuk di
perdagangkan dan jumlah perusahaannya banyak.
Berdasarkan paparan di atas, dapat dilihat bahwa masih terdapat inkonsisten dari hasil
penelitian terdahulu, yang menunjukkan bahwa masih terdapat research gap pada hasil
penelitian variabel-variabel tersebut , sehingga penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Dan
penulis menambah beberapa variabel baru yang masih jarang digunakan dalam penelitian
bid-ask spread yaitu dividen yield, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul “Pengaruh Firm Size, Volume Perdagangan Saham, Volitalitas Return
Saham Dan Dividen Yield Terhadap Bid-Ask Spread Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017”.
4
2. Untuk mengetahui pengaruh volume Perdagangan Saham terhadap bid-ask spread.
3. Untuk mengetahui pengaruh volatilitas Return Saham terhadap bid-ask spread.
4. Untuk mengetahui pengaruh dividen yield terhadap bid-ask spread.