Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Definisi Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara

etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan

perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki

makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki

tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna (Handayani, 2011).

Adapun beberapa definisi komunikasi dari para pakar sebagai berikut

(Daryanto dan Rahardjo, 2016):

1) Komunikasi adalah pertukaran pikirian atau gagasan secara verbal.

2) Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan

dipahami oleh orang lain. Komunkasi merupakan proses yang dinamis

dan secara konstan sesuai dengan situasi yang berlaku.

3) Komunikasi adalah proses penyampain informasi, gagasan, emosi,

keahlian dan lain-lain, melalui pengunaan simbol-simbol, seperti kata-

kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.

4) Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian

dalam kehidupan dengan bagian lainnya.

7
8

5) Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang

semula dimiliki seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih.

6) Komunikasi adalah proses yang mengerahkan perhatian seseorang

dengan tujuan mereplikasi memori.

7) Komunikasi pada dasarnya penyampain pesan yang disengaja dari

sumber terhadapa penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku

pihak penerima.

8) Komunikasi adalah suatu mekanisme yang menimbulkan kekuatan atau

kekuasaan.

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Menurut Euis dalam Pujiastuti (2014) unsur-unsur komunikasi terdiri atas:

1) Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan, ide, pernyataan,

keinginan, dan pernyataan dinamakan komunikator.

2) Komunikan yaitu orang yang menerima ide, pesan, pernyataan,

pertanyaan, dan keinginan dari komunikator.

3) Pesan yaitu ide, keinginan dari komunikator yang didukung oleh

lambang.

4) Media yaitu sarana atau saluran yang menunjang pesan bila komunikan

jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

5) Efek atau feedback, ialah pengaruh dari adanya pesan


9

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Menurut Rakhmat (2009) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

komunikasi interpersonal, yaitu :

1) Persepsi interpersonal

2) Kepercayaan diri

3) Atraksi interpersonal

4) Hubungan interpersonal

Sedangkan menurut Tuan dan Mai (2015), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi komunikasi yaitu kondisi individu, faktor afektif serta kemampuan

mendengarkan dan menerima feedback.

1) Kondisi individu

Kondisi individu yang dimaksud adalah kondisi yang ada saat individu

akan mulai melakukan komunikasi, seperti tekanan dari luar dan dalam

diri, waktu dan jumlah dukungan dan lingkungan yang nyaman

2) Faktor afektif

Terdapat 3 faktor afektif utama yang mempengaruhi kemampuan

komunikasi seseorang yaitu kecemasan, motivasi dan kepercayaan diri.


10

3) Kemampuan mendengarkan

Kemampuan komunikasi tidak dapat dikembangkan tanpa adanya

kemampuan untuk mendengarkan. Seseorang harus memahami apa

yang dikatakan kepada mereka untuk dapat berkomunikasi dengan baik.

4) Kemampuan menerima feedback

Seorang individu memerlukan kemampuan untuk menerima feedback.

Feedback berarti memberi kritik dan masukan kepada individu atas

performanya. Namun apabila individu tidak dapat menerima feedback

dengan baik maka ia akan menjadi tidak termotivasi dan merasa takut

untuk mengeluarkan pendapatnya saat berkomunikasi.

2.1.4 Gangguan dan Rintangan Komunikasi

Komunikasi memiliki rintangan yang membuat proses komunikasi tidak

berlangsung dengan baik. Adapun hambatan yang ada pada komunikasi menurut

Cangara (2010) yaitu:

1) Gangguan teknis, dapat terjadi jika salah satu alat yang digunakan

dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang

diberikan tidak sempurna.

2) Gangguan semantik, yaitu gangguan yang disebabkan karena adanya

kesalahan pada bahasa yang digunakan.

3) Gangguan psikologis, yaitu karena adanya gangguan yang disebabkan

oleh persoalan-persoalan dalam diri individu.


11

4) Rintangan fisik, yaitu rintangan yang disebabkan karena kondisi

geografis misalnya tidak terpenuhinya sarana komunikasi.

5) Rintangan status, yaitu rintangan yang disebabkan adanya jarak sosial

diantara peserta komunikasi.

6) Rintangan kerangka berpikir, yaitu gangguan yang disebabkan karena

perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan

yang digunakan dalam berkomunikasi.

7) Rintangan budaya, yaitu rintangan yang disebabkan oleh adanya

perbedaan norma, kebiasaan atau nilai yang dianut oleh pihak yang

terlibat dalam komunikasi.

2.1.5 Macam-Macam Komunikasi

Terdapat beberapa macam bentuk komunikasi menurut Daryanto dan

Rahardjo (2016), yaitu:

1) Komunikasi antarpribadi

Komunikasi antar pribadi adalah koumnikasi antar perorangan dan

bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) atau

tidak langusng (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan

tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon,

surat menyurat pribadi, antar pribadi merupakan contoh-contoh

komunikasi antar pribadi.


12

2) Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan antara

sejumlah orang dalam suatu kelompok. Komunikasi kelompok

memfokuskan pembahasannya pada interaksi diantara orang-orang

dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga

melibatkan komunikasi antar pribadi.

3) Komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi

yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi

organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal,

serta bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi

kelompok.

4) Komunikasi massa

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang

ditujukan kepada khalayak yang besar. Proses komunikasi melibatkan

aspek-aspek komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan

komunikasi organisasi.

2.1.6 Ciri Komunikasi

Menurut Liliweri dalam Gemayangsura (2016) terdapat beberapa ciri

komunikasi interpersonal dalam kelompok yang baik, yaitu:


13

1) Keterbukaan, yaitu kemampuan menanggapi dengan senang hati

informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan antarpribadi.

2) Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang

dialami orang lain pada suatu saat tertentu.

3) Dukungan, komunikasi interpersonal dalam kelompok akan efektif

apabila masing-masing anggota kelompok memberi dukungan satu

sama lain.

4) Rasa positif, individu harus memiliki rasa positif terhadap dirinya

sendiri sehingga dapat mendorong individu tersebut untuk dapat

berpartisipasi aktif dan dapat menciptakan situasi yang kondusif.

5) Kesetaraan, yaitu pengakuan bahwa semua pihak yang terlibat dalam

komunikasi saling menghargai dan mempunyai suatu informasi penting

yang harus disampaikan

Menurut Cormier dalam Gemayangsura (2015) komunikasi yang efektif

didefinisikan sebagai kemampuan membangun hubungan dengan lawan bicara

untuk memastikan tercapainya tujuan dengan menghormati etika profesional.

Komunikasi yang efektif memiliki penguasaan bahasa yang baik.

Terdapat 4 kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam komunikasi yaitu:

1) Kemampuan klarifikasi, yaitu kemampuan untuk dapat memastikan bahwa

apa yang kita sampaikan dapat dipahami dengan baik dan kita dapat

memahami dengan baik apa yang orang lain sampaikan.


14

2) Mendengarkan aktif, yaitu kemampuan untuk merasakan empati dan dapat

mengambil nilai nilai saat berkomunikasi.

3) Memiliki pengaruh, yaitu kemampuan untuk memotivasi orang lain dalam

berkomunikasi dan dapat diandalkan

Pengendalian bahasa, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan pikiran

dengan ketelitian ketepatan , akurasi dan nada bicara yang tepat

2.2 Percaya Diri

2.2.1 Definisi

Menurut Hambly dalam Murbani (2010) kepercayaan diri merupakan

keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat menangani segala sesuatu dengan

tenang. Kepercayaan diri merupakan keyakinan dalam diri yang berupa perasaan

dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik sehingga memungkinkan individu

tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan. Menurut Elfikry dalam Ernawati

(2011) percaya diri adalah melakukan segala sesuatu dengan penuh keyakinan.

Rasa percaya diri juga diartikan sebagai kekuatan yang mendorong seseorang untuk

maju dan berkembang serta selalu memperbaiki diri. Tanpa rasa percaya diri,

seseorang akan hidup dalam bayangbayang orang lain dan merasa takut pada

kegagalan.

Rasa percaya diri bukan merupakan suatu sifat yang diturunkan tetapi

diperoleh dari pergaulan hidup, serta dapat diajarkan dan ditanamkan melalui

pendidikan. Sehingga upaya-upaya tertentu dapat dilakukan untuk dapat

membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Dengan demikian rasa
15

percaya diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar dalam interaksi

seseorang dengan lingkungannya (Manoppo, 2012).

Kepercayaan diri merupakan suatu aspek kepribadian yang dimiliki

seseorang berupa keyakinan diri, kemandirian dan mempunyai kekuatan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya. Individu yang mempunyai rasa

percaya diri tinggi akan mudah untuk masuk pada lingkungan tertentu sedangkan

individu yang kurang memiliki rasa percaya diri akan sulit untuk masuk pada

lingkungan mereka (Pratama, 2014).

Menurut Taylor dalam Sri Wahyuni (2014) rasa percaya diri adalah

keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku

tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Dengan kata lain, kepercayaan diri

adalah bagaimana kita merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku kita akan

merefleksikan tanpa kita sadari. Kepercayaan diri bukan merupakan bawaan,

melainkan kualitas mental, artinya kepercayaan diri merupakan pencapaian yang

dihasilkan dari proses pendidikan atau pemberdayaan, kepercayaan diri dapat

dilatih atau dibiasakan.

Percaya diri merupakan faktor yang paling menentukan kemampuan

komunikasi. Salah satu hambatan berbicara di depan umum adalah karena kurang

percaya diri. Seseorang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin

menghindari presentasi atau berbicara di depan umum. Mereka takut orang lain

akan mengejek atau menyalahkan, dalam diskusi, mereka akan lebih banyak diam,

dalam pidato, mereka akan berbicara terpatah-patah (Rakhmat, 2009).


16

2.2.2 Ciri-Ciri Kepecayaan Diri

Menurut Lauster dalam Wijaya (2014), ciri-ciri orang yang mempunyai

kepercayaan diri adalah sebagai berikut:

1) Percaya pada kemampuan sendiri

Suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi,

yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi

serta mengatasi fenomena yang terjadi. Kemampuan adalah potensi

yang dimiliki seseorang untuk meraih atau dapat diartikan sebagai

bakat, kreativitas, kepandaian, prestasi, kepemimpinan dan lain-lain

yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Kepercayaan atau keyakinan

pada kemampuan yang ada pada diri seseorang adalah salah satu sifat

orang yang percaya diri. Apabila orang yang percaya diri telah meyakini

kemampuan dirinya dan sanggup untuk mengembangkannya, rasa

percaya diri akan timbul bila seseorang melakukan kegiatan yang bisa

dia lakukan. Artinya keyakinan dan rasa percaya diri itu timbul pada saat

seseorang mengerjakan sesuatu dengan kemampuan yang ada pada

dirinya.

2) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan

Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang

dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain, dan

mampu untuk meyakini tindakan yang diambil. Individu terbiasa

menentukan sendiri tujuan yang bisa dicapai, tidak selalu harus


17

bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan masalah yang ia

hadapi. Serta mempunyai banyak energi dan semangat karena

mempunyai motivasi yang tinggi untuk bertindak mandiri dalam

mengambil keputusan seperti yang ia inginkan dan butuhkan.

3) Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri

Adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan

maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif

terhadap diri sendiri. Sikap menerima diri apa adanya itu, akhirnya dapat

tumbuh berkembang sehingga orang percaya diri dan dapat menghargai

orang lain dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Seseorang yang

memiliki kepercayaan diri, jika mendapat kegagalan biasanya mereka

tetap dapat meninjau kembali sisi positif dari kegagalan itu. Setiap orang

pasti pernah mengalami kegagalan baik kebutuhan, harapan dan cita-

cita. Untuk menyikapi kegagalan dengan bijak diperlukan sebuah

keteguhan hati dan semangat untuk bersikap positif.

4) Berani mengungkapkan pendapat

Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri,

yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau

rasa yang dapat menghambat pegungkapan tersebut. Individu dapat

berbicara di depan umum tanpa adanya rasa takut, berbicara dengan

memakai nalar dan secara fasih, dapat berbincang-bincang dengan orang

dari segala usia dan segala jenis latar belakang. Serta menyatakan
18

kebutuhan secara langsung, terbuka, berani mengeluh jika merasa tidak

nyaman dan dapat berkampanye didepan orang banyak.

Menurut Peter Lauster dalam Murbani (2010) seseorang yang percaya diri

adalah mereka yang memiliki beberapa hal di bawah ini :

1) Optimis yaitu senantiasa memiliki harapan terhadap segala hal.

Sehingga orang yang optimis adalah orang yang selalu berpengharapan

atau berpandangan baik dalam menghadapi segala hal, sikapnya positif,

dan terbuka.

2) Mandiri yaitu suatu keadaan dapat berdiri sendiri.

Orang mandiri berarti ia dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada

orang lain.

3) Memiliki ambisi yang tidak berlebihan

Ambisi adalah dorongan untuk mencapai sukses. Memiliki ambisi yang

tidak berlebihan artinya memiliki dorongan dan berusaha ingin

mencapainya dengan tetap memiliki pertimbangan pertimbangan yang

bijaksana.

4) Tidak mementingkan diri, artinya orang yang tidak selalu berorientasi

pada diri sendiri secara terus menerus tetapi mau mempedulikan orang

lain.
19

5) Toleran, yaitu dapat bersikap atau bersifat menenggang (menghargai,

membiarkan, membolehkan ) pendirian (pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan, kelakukan, dan sebagainya) yang berbeda atau

bertentangan dengan pendirian sendiri.

6) Tidak berlebihan dan tidak melakukan kompensasi dari

keterbatasannya, Orang yang tidak berlebihan berarti mampu

menampilkan dirinya secara wajar dan apa adanya tanpa rasa malu. Ia

juga tidak perlu menutup-nutupi kekurangannya dengan cara-cara yang

menarik perhatian orang lain

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Menurut Hakim dalam Gemayangsura (2015) terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi rasa percaya diri, yaitu :

1) Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan tempat individu berinteraksi untuk

pertama kalinya. Rasa percaya diri mulai tumbuh dan berkembang sejak

kecil, jika seseorang berada dalam lingkungan keluarga yang baik maka

rasa percaya dirinya akan baik, begitu pula sebaliknya. Pendidikan

keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat

menentukan baik buruknya kepribadian seseorang.


20

2) Pendidikan formal

Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi seorang individu. Rasa

percaya diri pada proses pendidikan formal dapat dibangun dengan:

a) Memupuk keberanian untuk bertanya

b) Peran pendidik yang aktif bertanya pada individu

c) Melatih berdiskusi dan berdebat

d) Bersaing dalam mencapai prestasi belajar

e) Aktif dalam berbagai kegiatan

3) Pendidikan non formal

Rasa percaya diri akan timbul jika seseorang dapat mengembangkan

kelebihan dan keterampilan yang dimilikinya. Kemampuan dan

keterampilan dapat dikembangkan memalui pendidikan nonformal

seperti mengikuti les bahasa asing, jurnalistik, les vokal dan lain

sebagainya.

2.3 Motivasi

2.3.1 Definisi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat

diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau

pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno, 2016).


21

Menurut Usman dalam Restuningtyas (2010) bahwa motif adalah daya

dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan

seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai

serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses

untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk

memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri

individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai

tujuan tertentu.

Menurut Mangkunegara dalam Hilmi (2015) mendifinisikan motivasi

berprestasi sebagai “suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau

mengerjakan suatu kegiatan atau tugas sebaik-baiknya agar mencapai prestasi

dengan predikat terpuji.” Dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu

proses atau usaha yang menggerakkan dan mengarahkan potensi seseorang untuk

melakukan aktivitas pekerjaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan

pada akhirnya kebutuhan dapat terpenuhi. Selain itu, individu yang kreatif akan

menghasilkan ide-ide baru yang dinamis, fleksibel, komunikatif dan aspiratif.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan

belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tecapai

(Sardiman dalam Restuningtyas 2010).


22

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Ariyanti (2010) motivasi dalam proses belajar dapat tumbuh

maupun hilang atau berubah dikarenakan adanya faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu :

1) Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.

Penentuan target ini tidak sama bagi semua mahasiswa. Cita-cita atau

aspirasi adalah tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang

mengandung makna bagi seseorang.

2) Kemampuan belajar

Taraf perkembangan berpikir mahasiswa menjadi ukuran, dalam

kemampuan belajar ini. Jadi mahasiswa yang mempunyai kemampuan

belajar tinggi biasanya lebih termotiasi belajar.

3) Kondisi Mahasiswa

Kondisi mahasiswa yang mempengaruhi motivasi belajar berhubungan

dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis. Biasanya kondisi fisik lebih

cepat terlihat karena lebih jelas menunjukkan gejalanya daripada

kondisi psikologis. Kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi bahkan

menghilangkan motivasi belajar mahasiswa.

4) Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini

sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa.


23

5) Upaya Dosen Membelajarkan/Membimbing Mahasiswa

Dosen mempersiapkan diri dalam membimbing mahasiswa mulai dari

penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar

mahasiswa. Upaya tersebut berorientasi pada kepentingan mahasiswa

yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar.

2.3.3 Ciri-Ciri Motivasi Belajar

Menurut Handoko dalam Ariyanti (2010), ciri-ciri motivasi dalam belajar

adalah sebagai berikut :

1) Kuatnya kemauan untuk belajar

2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar

3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain

4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas

` Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi diatas maka orang

tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan

berhasil baik, jika siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan

berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Mahasiswa juga harus peka dan

responsive terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya.

Mahasiswa yang telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil

dan apabila mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai

keberhasilan itu yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya. Berarti dengan kata

lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka

seseorang yang belajar akan melahirkan prestasi belajar yang baik.


24

2.3.4 Jenis-Jenis Motivasi

Macam atau jenis motivasi menurut Restuningtyas (2010) dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang, sehingga motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat

bervariasi. Jenis-jenis motivasi adalah sebagai berikut :

1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a) Motivasi bawaan, yang dimaksud dengan motivasi bawaan adalah

motivasi yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa

dipelajari. Motivasi ini seringkali disebut motvasi yang diisyaratkan

secara biologis.

b) Motivasi yang dipelajari yaitu motivasi yang timbul karena

dipelajari. Motivasi ini sering kali disebut dengan motivai yang

diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan

sosial dengan sesama manusia yang lain. Sehingga motivasi itu

terbentuk. Sebab dengan adanya kemampuan berhubungan,

kerjasama didalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri.

2) Motivasi jasmani dan rohani

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis

yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi

jasmaniah seperti misalnya: reflex, nafsu, sedangkan motivasi rohaniah

yaitu kemauan. Kemauan pada diri manusia terbentuk melalui empat

momen yakni momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan dan

yang keempat momen terbentuknya kemauan.


25

Menurut Sardiman dalam Ariyanti (2010) jenis-jenis motivasi adalah

sebagai berikut :

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang mahasiswa belajar karena

didorong tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan

keterampilan.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya

karena adanya rangsangan dari luar. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik

dapat juga dikatakan sebagai motivasi yang di dalamnya aktivitas

belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang

tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

2.4 Problem Based Learning

Program Problem based learning (PBL) pertama kali diimplementasikan

oleh Faculty of Health Sciences of McMaster University di Kanada pada tahun 1969

sebagai sebuah cara belajar baru yang radikal dan inovatif dalam pendidikan dokter

(Gwee, 2009). Ciri khas dari pelaksanaan PBL di Mc Master University adalah

berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar

cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasarkan masalah. Sekolah kedokteran

kedua yang menggunakan metode pembelajaran PBL adalah Maastricht Faculty of


26

Medicine di Belanda pada tahun 1976 (Liansyah, 2015). Metode pembelajaran PBL

ini dibuat untuk memperbaiki kekurangan dalam pendidikan kedokteran pada

metode pembelajaran konvensional yang dianggap pasif dan PBL memiliki tujuan

untuk mempersiapkan dokter-dokter yang dapat memenuhi tuntutan masyarakat

(Hull York Medical School, 2012).

2.4.1 Definisi Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum yang didesain dengan

sistem pembelajaran yang strategis, yang menggabungkan beberapa prinsip

pendidikan. PBL secara khusus bertujuan untuk meningkatkan dan

mengoptimalkan hasil pendidikan yang berpusat pada mahasiswa, kolaboratif,

kontekstual, terpadu dan mandiri (Gwee, 2009)

PBL merupakan metode instruksional yang menantang mahasiswa agar

“belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi

masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan

serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL

mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari

serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai (Amir, 2009).

PBL juga merupakan ilmu pendidikan yang menggunakan pendekatan

berbasis masalah dengan cara membuat suatu kelompok diskusi kecil yang akan

diberikan masalah berupa kasus sebagai trigger yang digunakan untuk dapat

menentukan materi apa yang harus dipelajari. Pada pertemuan selanjutnya, mereka

akan berbagi dan saling bertukar informasi mengenai materi pembelajaran yang
27

telah ditentukan sebelumnya berdasarkan sumber belajar mereka masing-masing

(Rui dkk, 2015).

PBL menggambarkan suatu suasana pembelajaran yang menggunakan

masalah untuk memandu, mengemudikan, menggerakkan, atau mengarahkan

pembelajaran. Pembelajaran dalam PBL dimulai dengan suatu masalah yang harus

diselesaikan, dan masalah tersebut diajukan dengan cara sedemikian hingga para

mahasiswa memerlukan tambahan pengetahuan baru sebelum mereka dapat

menyelesaikan masalah tersebut (Tan, 2004).

2.4.2 Karakteristik Problem Based Learning

Menurut Wood dalam Liansyah (2015), di dalam PBL mahasiswa

menggunakan masalah dari sebuah skenario sebagai trigger (pemicu) untuk

menentukan tujuan pembelajaran. Kemudian mahasiswa melakukan belajar secara

mandiri dan diarahkan sendiri, sebelum kembali ke dalam kelompok untuk

membahas dan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh. Jadi terdapat

perbedaan antara konsep PBL (Problem Based Learning) dan pemecahan masalah

(problem solving). Pemecahan masalah menempatkan masalah sebagai target untuk

dipecahkan, sedangkan PBL menggunakan masalah yang tepat sebagai pemicu

untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Namun bisa saja masalah yang

digunakan sebagai pemicu dalam PBL merupakan masalah yang perlu dipecahkan

oleh mahasiswa. Walaupun “hanya” sebagai pemicu, masalah yang digunakan

dalam PBL hendaknya realistis, membumi, sering dijumpai, sesuai dengan konteks
28

masalah sesungguhnya yang akan dihadapi mahasiswa ketika telah menjadi dokter

praktik.

Menurut Nursalam (2008) dalam praktiknya, sikap dan keterampilan umum

yang perlu dikembangkan dalam metode pembelajaran PBL diantaranya:

1) Kerja sama tim

2) Memimpin kelompok

3) Mendengarkan

4) Menghargai pendapat teman

5) Berpikir kritis

6) Belajar mandiri dan penggunaan berbagai sumber

7) Kemampuan presentasi

2.4.3 Aktivitas Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Cahyani dalam Liansyah (2015) aktivitas pembelajaran PBL

terdiri dari kuliah pakar, tutorial, praktikum di laboratorium dan praktikum

keterampilan medis.

1) Kuliah pakar

Kuliah pakar adalah kuliah yang diberikan oleh seorang pengampu mata

kuliah/pakar dibidangnya masing-masing. Fungsi dari kuliah pakar ini

adalah agar dapat ditentukan penstrukturan materi, penjelasan subyek

yang dirasa sulit, membahas materi yang tidak terbahas dalam proses
29

diskusi tutorial, memberikan pandangan berbagai ilmu,

mengintegrasikan pengetahuan

2) Diskusi tutorial

Pada diskusi tutorial, mahasiswa diberi skenario tentang berbagai

permasalahan klinis yang sering dijumpai dalam masyarakat.

Mahasiswa diharapkan dapat mengeksplorasi skenario tersebut dan

membahas berbagai aspek yang terkait dengan skenario tersebut, mulai

dari aspek pengetahuan dasar (basic science) seperti anatomi, fisiologi,

histologi dan ilmu biomolekular, aspek klinis seperti gejala dan tanda

dari suatu penyakit, patogenesis dan patofisiologi dari berbagai gejala

yang timbul serta pemeriksaan penunjang dan juga aspek sosial seperti

epidemiologi dari suatu penyakit (Fitri, 2016). Adapun tahap-tahap

untuk melakukan diskusi adalah 7 langkah dimulai dari fokus kasus

sampai pemecahan masalah. Tahap-tahap dari seven jumps yaitu

clarifying unfamiliar terms, problem definitions, brain storming,

analyzing the problems, formulating learning issues, self study,

reporting (Arlan dkk, 2012)

3) Keterampilan klinik

Keterampilan klinik adalah metode pembelajaran berbasis simulasi

dengan metode pembelajaran berupa praktik langsung dengan

mannequin atau probandus. Meskipun memakai simulasi namun

kegiatan keterampilan klinik ini dilakukan sesuai dengan proses


30

penalaran klinik yang sesuai dengan tingkat perkembangan mahasiswa

(Claramita, 2012). Evaluasi dari hasil belajar keterampilan klinik ini

biasa disebut dengan OSCE (Objective Structured Clinical

Examination). OSCE adalah salah satu jenis ujian yang berbasis kinerja

untuk mengukur kompetensi mahasiswa. Selama OSCE mahasiswa

diamati dan dievaluasi pada beberapa unit lokasi (station) ketika

mahasiswa melakukan wawancara, pemeriksaan dan prosedur terapi

pada pasien yang datang dengan beberapa karakteristik masalah

kesehatan (Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2011).

4) Praktikum di laboratorium

Menurut Sastrawijaya dalam Utomo (2011), praktikum di laboratorium

mempunyai peran ganda, yaitu pengalaman kerja nyata dan merangsang

mahasiswa agar berlatih berpikir secara kritis dan ilmiah. Di Fakultas

Kedokteran sendiri terdapat beberapa laboratorium, seperti

laboratorium anatomi, parasitologi, mikrobiologi, histopatologi,

patologi anatomi dan laboratorium biologi molekular.

2.4.4 Pelaksanaan Problem Based Learning

Menurut Amir (2009) dalam metode pembelajaran PBL terdapat 7 langkah

pelaksanaan diskusi, yaitu:


31

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang

ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang

membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas

istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

2) Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-

hubungan apa yang terjadi diantara fenomena itu. Kadang-kadang ada

hubungan yang masih belum nyata antara fenomenanya atau yang sub-

masalah yang harus diperjelas dahulu.

3) Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki

anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi

actual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada

dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam

tahap ini. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melath

bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait

dengan masalah.

4) Menata gagasan anda dan secara matematis menganalisisnya dengan

dalam. Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama

lain, dikelompokan; mana yang saling menunjang, mana yang


32

bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-milah

sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok

sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang dan mana yang sudah

jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang

dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat di

laporan. Tujuan pembelajaran ini juga yang dibuat menjadi dasar

penugasan-penugasan individu di setiap kelompok.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan

sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari

informasi tambahan itu, dan menentukan dimana hendak dicarinya.

Mereka harus mengatur jadwal, menetukan sumber informasi. Setiap

anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini,

agar mendapatkan informasi yang relevan, sperti misalnya menentukan

kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik penulis, publikasi

dari sumber penbelajaran.

7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan

membuat laporan untuk dosen. Dari laporan-laporan

individu/subkelompok yang dipresentasikan di hadapan anggota

kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi-infornasi baru.


33

Anggota yang mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang

disajikan. Ditahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana

meringkas, mendiskusikan dan meninjau ulang hasil diskusi untuk

nantinya disajikan dalam bentuk paper/makalah.

2.4.5 Manfaat Problem Based Learning

Menurut Amir (2009) manfaat dari metode pembelajaran PBL adalah

sebagai berikut:

1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar

2) Mendorong untuk berfikir kritis

3) Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial

4) Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills), yang terdiri

dari kecakapan memecahkan masalah (problem sloving skills),

kecakapan berfikir kritis (critical thinking skills), kecakapan bekerja

dalam kelompok (team work skills), kecakapan interpersonal dan

komunikasi (interpersonal and communication), serta kecakapan

pencarian dan pengolahan informasi (search and manage information).

5) Memotivasi mahasiswa untuk belajar mandiri.

2.4.6 Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning

Sama seperti metode pembelajaran lain, metode pembelajaran PBL juga

memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode pembelajaran problem-

based learning adalah sebagai berikut (Wulandari & Surjono, 2013):


34

1) Pemecahan masalah dalam PBL memungkinkan mahasiswa untuk dapat

lebih memahami materi pembelajaran

2) Proses pembelajaran memberi tantangan kepada mahasiswa untuk dapat

memecahkan masalah dari kasus yang diberikan saat diskusi

3) Problem-based learning dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran

4) Membantu mahasiswa untuk dapat memahami masalah-masalah yang

ada dalam kehidupan sehari-hari

5) Membantu mahasiswa mengembangkan pengetahuan dan melatih

mahasiswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar mandiri yang

mereka lakukan.

6) Membantu mahasiswa untuk memahami hakikat belajar sebagai proses

berpikir bukan hanya sekedar mengerti materi pembelajaran yang

diberikan dosen atau buku teks.

7) Problem-based learning menciptakan suasana belajar yang disukai

mahasiswa

8) Memungkinkan aplikasi ilmu dalam dunia nyata

9) Merangsang mahasiswa untuk dapat belajar secara kontinyu.

Kekurangan dalam metode pembelajaran problem-based learning adalah:

1) Apabila mahasiswa mengalami kegagalan atau memiliki minat yang

rendah maka mereka akan enggan untuk mencoba lagi

2) Problem-based learning membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

persiapan
35

3) Jika mahasiswa tidak memahami tentang masalah-maalah yang ada

pada kasus maka mereka akan kurang termotivasi

Menurut Halonen dalam Liansyah (2015) keuntungan PBL adalah sebagai

berikut :

1) Kemampuan retensi dan recall pengetahuan lebih besar

2) Mengembangkan keterampilan interdisipliner

a) Mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek

b) Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik

c) Mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan

3) Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup

a) Cara meneliti

b) Cara berkomunikasi dalam kelompok

c) Cara mengatasi masalah

4) Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri

dan kelompok (peer assessment), berpusat pada mahasiswa, efektivitas

tinggi

5) Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan umpan balik segera,

kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai dan

kesempatan untuk belajar pada berbagai tingkat pembelajaran

6) Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kritis dan memecahkan masalah

7) Meningkatkaan motivasi dan kepuasan mahasiswa, interaksi

mahasiswa-mahasiswa dan interaksi mahasiswa-dosen


36

Sedangkan kerugian nya adalah sebagai berikut :

1) Membutuhkan perencanaan dan sumber daya yang sangat besar

a) Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi

b) Penyediaan sumberdaya untuk mahasiswa, misalnya, ruang diskusi,

literatur, perpustakaan tradisional maupun e-library, narasumber,

tenaga profesional di bidangnya

2) Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL dan kesediaan dosen

untuk menghargai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang

diperoleh mahasiswa selama proses pembelajaran.

3) Memerlukan perubahan paradigma

a) Pergeseran dari fokus dari “apa yang diajarkan dosen” (teacher-

centered) menjadi “apa yang dipelajari mahasiswa” (student-

centered)

b) Perubahan pandangan dosen sebagai “pakar” yang berperan sebagai

“bank pengetahuan” melalui kuliah dan peragaan di kelas, menjadi

dosen sebagai “fasilitator “ atau “tutor” pembelajaran


37

2.5 Kerangka Teori

Kondisi Individu
Problem Based
Learning

1) Kerja sama tim


Faktor Afektif 2) Memimpin
 Kepercayaan Diri kelompok
 Cemas 3) Mendengarkan
 Motivasi 4) Menghargai
Komunikasi pendapat teman
5) Berpikir kritis
6) Belajar mandiri
Kemampuan dan penggunaan
Mendengarkan berbagai sumber
7) Kemampuan
presentasi

Kemampuan
Menerima
Feedback
Variabel yang diteliti : Tulisan
yang di Bold

Gambar 2.1. Kerangka Teori modifikasi teori Tuan dan Mai


(2015) dan Nursalam (2008)

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Variabel
Independent Dependent

 Kepercayaan Kemampuan
Diri Komunikasi
 Motivasi

Gambar 2.2. Kerangka Konsep


38

2.7 Hipotesa

Ho : Tidak terdapat hubungan antara tingkat kepercayaan diri dengan kemampuan

komunikasi dalam metode pembelajaran problem based learning pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

H1 : Terdapat hubungan antara tingkat kepercayaan diri dengan kemampuan

berkomunikasi dalam metode pembelajaran problem-based learning pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Ho : Tidak terdapat hubungan antara motivasi dengan kemampuan komunikasi

dalam metode pembelajaran problem based learning pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati

H1 : Terdapat hubungan antara motivasi dengan kemampuan berkomunikasi dalam

metode pembelajaran problem-based learning pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati

Anda mungkin juga menyukai