Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Indonesia merupakan salah satu negara kesatuan menyelenggarakan

pemerintahan secara desentralisasi. Dalam sistem desentralisasi, pelaksanaan

urusan pemerintahan tidak semata-mata dilakukan oleh pusat tetapi juga dilakukan

oleh organ-organ pemerintahan di tingkat daerah. Dengan kata lain, pada negara

kesatuan yang menganut desentralisasi berarti ada penyerahan kekuasaan

pemerintahan kepada organ-organ pemerintahan yang ada di daerah. Pemerintah

Daerah merupakan pihak yang menjalankan roda perekonomian, pembangunan,

dan pelayanan masyarakat yang dituntut untuk dapat melaksanakan pemerintahan

secara transparan dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan agar

tercipta pemerintahan yang bersih.

Pemerintah Daerah merupakan salah satu alat dalam sistem

penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah Daerah ini merujuk pada otoritas

administratif di suatu daerah yang lebih kecil dari sebuah negara dimana negara

Indonesia merupakan sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah Provinsi

yang kemudian dibagi lagi menjadi daerah Kabupaten dan daerah Kota, serta

pemerintah daerah ini sendiri memiliki tugas-tugas atau urusan-urusan tertentu

yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah-daerah untuk

diselenggarakan sesuai dengan kebijaksanaan, prakarsa dan kemampuan daerah.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan dewan

perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan
2

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.1

Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah menjelaskan yang dimaksud daerah adalah daerah provinsi dan daerah

kabupaten/kota. Daerah provinsi selain berstatus sebagai Daerah juga

merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi Gubernur

sebagai wakil Pemerintah Pusat dan wilayah kerja bagi Gubernur dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah provinsi.

Daerah kabupaten/kota selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan

Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi Bupati/Walikota

dibantu oleh perangkat daerah. Salah satu perangkat daerah kabupaten/kota

adalah Kecamatan yang dipimpin oleh Camat untuk menyelenggarakan urusan

pemerintahan diwilayah Daerah kabupaten/kota tingkat kecamatan salah

satunya urusan pemerintahan umum.

Penyelenggara Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. dalam menyelenggarakan Pemerintahan,

Pemerintah Pusat menggunakan Asas Desentralisasi, tugas pembantuan,

serta Dekonsentrasi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku. Sementara itu, Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan

pemerintahan menjalan cara desentralisasi dalam wujud Otonomi Daerah

dan tugas pembantuan serta kewenangan dari atas/instansi vertikal.

1
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
2008, hlm. 32.
3

Kemudian dalam penyelenggaraan Pemerintahan, Pemerintah Daerah

berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara, yang dalam

Hukum Administrasi Negara dikenal dengan Asas-asas umum Pemerintah

yang layak, ini sudah diterima sebagai Norma Hukum secara utuh, yang

harus ditaati oleh Penyelenggara Pemerintahan, Asas-asas ini telah lama

menjadi dasar pokok dalam Penyelenggaraan Daerah yang mengikat secara

wajib dan ditaati oleh penyelenggara Pemerintahan, baik di Pusat maupun

Daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, dimana kewenangan yang utuh bulat dalam

penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan

evaluasi dengan Undang-Undang tersebut menganut Pemerintahan Daerah

Otonom yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Dimana kewenangan Daerah

mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali

kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan,

moneter dan fisikal, agama, serta kewenangan bidang lain.

Dalam pelaksanaan urusan pemerintahan umum di daerah memerlukan

suatu koordinasi integral diantara unsur-unsur pimpinan daerah dalam suatu

wadah untuk membahas isu-isu yang sangat dibutuhkan oleh daerah dan

masyarakat yang terkait dengan urusan pemerintahan umum dilakukan oleh

kepala daerah. Dalam urusan-urusan tertentu, pemerintah daerah dibantu oleh

unsur-unsur lain seperti instansi vertikal yang ada di daerah, seperti dalam

penyelenggaraan urusan umum pemerintahan dan urusan sisa lainnya.


4

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah perlu dibentuk suatu wadah yang disebut

dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah atau yang disingkat dengan

Forkopimda. Sebelumnya Forkopimda ini disebut dengan unsur Musyawarah

Pimpinan Daerah.

Pasal 26 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa untuk menunjuang kelancaran

pelaksanaan urusan pemerintahan umum di Daerah provinsi dan

kabupaten/kota, dibentuk Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota,

dan forum koordinasi pimpinan di Kecamatan. Pasal 1 angka (18) Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan

bahwa Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah yang selanjutnya disebut

Forkopimda adalah forum yang digunakan untuk membahas penyelenggaraan

urusan pemerintahan umum. Forum Koordinasi Pimpinan Daerah tingkat

kabupaten/kota atau Forkorpimda adalah Forum yang beranggotakan

bupati/walikota, wakil Bupati/wakil walikota, ketua Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten, kepala Polres kabupaten/kota, Kepala Kejaksaan

negeri, Kepala Pengadilan Negeri, Kepala Komando distrik militer, Kepala

Pengadilan Agama dan sekretaris kabupaten/kota. 2

Kota Banda Aceh merupakan ibukota Provinsi Aceh sebagai pusat

pemerintahan, pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda

Aceh juga merupakan kota Islam yang paling tua di Asia Tenggara di mana

2
https://id.wikipedia.org/wiki/Forum_koordinasi_pimpinan_daerah. diakses pada tanggal 18
Januari 2019.
5

Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh. Pemerintah Kota

Banda Aceh saat ini mempunyai visi mewujudkan Kota Banda Aceh sebagai

kota Madani. Banyak aturan atau qanun yang berlandaskan pada syariat Islam.

Dalam penyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah daerah tentunya

tidak dapat melaksanakannya secara sendiri, khususnya urusan-urusan yang

terkait dengan urusan pemerintahan umum. Pemerintah daerah membutuhkan

bantuan dari DPRD/DPRK, instansi vertikal dan unsur terkait lain, salah

satunya adalah Forkopimda.

Dalam menjaga kerukunan umat beragama, Forkompimda Kota

Banda Aceh setiap menjelang bulan suci Ramadhan mengeluarkan seruan

bersama yang menyerukan bahwa pada malam hari warung baru dibolehkan

buka setelah shalat tarawih berakhir, warga kota yang muslim diimbau

untuk memakmurkan masjid dan melaksanakan shalat Tarawih, Tadarus

Alquran, i’tikaf dan berbagai ibadah lain. Pengusaha biliar, play stasion, dan

hiburan lain dilarang membuka usaha selama Ramadhan. Pengusaha salon

dibolehkan buka usaha dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.

Untuk pengusaha hotel dan kafe dilarang menyediakan makanan di siang

hari, atau menggelar karaoke dan sejenisnya selama Ramadhan. Kepada

warga nonmuslim diminta untuk menghormati ibadah puasa dalam rangka

pembinaan toleransi dan kerukunan umat beragama demi terwujudnya

kesatuan dan persatuan bangsa. Khusus bagi warga negara asing (WNA)
6

yang ada di Banda Aceh diimbau mengikuti ketentuan yang berlaku selama

bulan suci Ramadhan. 3

Dalam menjaga jati diri warga Kota Banda Aceh yang gemilang

dalam bingkai Syari’ah, Forkopimda menghimbau warga Kota Banda Aceh

agar pada malam pergantian Tahun Baru Mesehi 1 Januari 2019 tidak

melakukan perayaan seperti pesta kembang api, mercon/petasan, meniup

terompet, serta dilarang memperjualbelikan barang tersebut, hura-hura dan

hal lainnya yang tidak bermanfaat dan bertentangan dengan Syariat Islam

dan Adat Istiadat Aceh. Dalam seruan bersama itu juga diharapkan kepada

warga Kota Banda Aceh untuk bersama-sama memperkokoh kesatuan dan

persatuan serta kerukunan umat beragama guna memelihara perdamaian,

keamanan, dan ketertiban didalam kehidupan bermasyarakat. Pada malam

pergantian Tahun Masehi juga ditegaskan pula untuk saling meningkatkan

kepedulian bersama dalam menegakkan Syariat Islam dengan tidak

melakukan berbagai kegiatan yang melanggar peraturan perundang-

undangan dan Qanun Syariat Islam. 4

Dalam rangka penanganan konflik sosial kemasyarakatan,

Forkompimda Kota Banda Aceh berupaya berkoordinasi untuk penyelesaian

kisruh yang terjadi di lembaga Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU)

Kota Banda Aceh. Dalam rapat koordinasi di Balaikota Banda Aceh yang

dipimpin Walikota Aminullah Usman disepakati pembentukan tim kecil

3
http://aceh.tribunnews.com/2018/05/17/forkopimda-banda-aceh-keluarkan-seruan-
bersama. diakses pada tanggal 18 Januari 2019.
4
https://dialeksis.com/aceh/seruan-bersama-forkopimda-banda-aceh-menjelang-tahun-
baru-2019/. Diakses Pada Tanggal 18 Januari 2019.
7

pada hari Kamis tanggal 5 April 2018 yang diketuai Kepala Kantor

Kemenag Kota Banda Aceh Drs Amiruddin.5 Tim ini beranggotakan Ketua

Mahkamah Syariah Banda Aceh Jasri, Sekdakota Ir Bahagia dan unsur dari

Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh. Tim ini dibentuk dalam upaya untuk

membangun komunikasi dan memediasi dengan kedua belah pihak yang

berseberangan terkait hasil musyawarah MPU Kota yang telah digelar sejak

Mei 2017, namun hingga kini kepengurusannya belum dilantik disebabkan

oleh sejumlah peserta menolak pelaksanaan musyawarah itu karena dinilai

adanya pelanggaran.

Keberadaan Forkopimda di Kota Banda Aceh sangat diperlukan,

khususnya untuk membantu pemerintah dalam penyelenggaraan urusan

pemerintahan umum peningkatan pembinaan terhadap wawasan kebangsaan,

rasa nasionalisme, persatuan dan kesatuan, kerukunan antar suku, kerukunan

umat beragama dan penanganan konflik sosial kemasyarakatan. Berdasarkan

latar belakang diatas maka penulis melihat adanya beberapa masalah yang

berkaitan efektifitas forkopinda dalam penyelenggaraan pemerintahan menurut

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah di Kota

Banda Aceh yaitu:

1. Bagaimanakah kewenangan Forkopimda dalam penyelengaraan

pemerintahan menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah di Kota Banda Aceh?

5
http://dprk-bandaaceh.go.id/berita-1287-forkopimda-bentuk-tim-penyelesaian-persoalan-
mpu.html. Diakses Pada Tanggal 18 Januari 2019.
8

2. Bagaimanakah pelaksanaan fungsi Forkopimda dalam penyelengaraan

pemerintahan di Kota Banda Aceh.

3. Apakah upaya untuk mengatasi kendala Forkopimda dalam koordinasi

penyelengaraan pemerintahan di Kota Banda Aceh?

B. RUANG LINGKUP DAN TUJUAN PENELITIAN

1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam bidang Hukum Tata Negara yang

pembahasannya dibatasi khusus mengenai efektifitas Koordinasi forkopimda

dalam penyelenggaraan pemerintahan menurut Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah di Kota Banda Aceh.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan baik melalui metode kepustakaan maupun

secara langsung meneliti dilapangan adalah dimaksudkan:

a. Untuk mengetahui kewenangan Forkopimda dalam penyelengaraan

pemerintahan menurut UU No. 23 Tahun 2014 di Kota Banda Aceh.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi Forkopimda dalam penyelengaraan

pemerintahan di Kota Banda Aceh.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami Forkopimda dalam

koordinasi penyelengaraan pemerintahan di Kota Banda Aceh.

d. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi kendala Forkopimda dalam

koordinasi penyelengaraan pemerintahan di Kota Banda Aceh.


9

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk riset hukum yang bersifat yuridis empiris

yang pengumpulan data melalui penelitian lapangan untuk memperoleh data

primer dan penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder.

Adapun rancangan metode penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Defenisi Operasional Variabel

Berdasarkan konsep-konsep yang telah diuraikan sebelumnya, maka

untuk mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian ini perlu disusun

defenisi operasional sebagai acuan yang meliputi:

a. Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem

dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan

sasaran yang hendak dicapai dengan hasil yang memuaskan.

b. Koordinasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang

sederajat untuk saling memberikan informasi dan bersama mengatur atau

menyepakati sesuatu, sehingga di satu sisi proses pelaksanaan tugas dan

keberhasilan pihak yang satu tidak mengganggu proses pelaksanaan tugas

dan keberhasilan pihak yang lainnya. Sementara pada sisi lain yang satu

langsung atau tidak langsung mendukung pihak yang lain.

c. Pemerintahan Daerah merupakan wilayah otonom di daerah yang

diselenggarakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sesuai

dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945 yang dipimpin oleh Gubernur,


10

Bupati, Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah.

d. Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) adalah forum koordinasi

pimpinan daerah yang digunakan untuk membahas mengenai

penyelenggaraan urusan pemerintahan umum daerah beranggotakan para

pejabat daerah dan unsur-unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

2. Lokasi dan Populasi

a. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah wilayah hukum Forkopimda Kota Banda

Aceh. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa dalam

penyelenggaraan urusan kepemerintahan daerah melibatkan Forkopimda

khususnya mengenai isu-isu penting dalam penyelenggaraan di Kota Banda Aceh.

b. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini meliputi Walikota Banda Aceh, Ketua

DPRK Kota Banda Aceh, Kapolresta Banda Aceh, Kepala Mahkamah

Syar'iyah Kota Banda Aceh, Kepala Kejaksaan Negeri Kota Banda Aceh dan

Sekretaris Daerah Kota Banda Aceh.

3. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan

purposive sampling yaitu dengan cara mengambil sampel penelitian secara

keseluruhan yang berdasarkan pada tujuan tertentu. Sehingga dengan

menganalisa data diberikan dari beberapa orang erat kaitannya


11

permasalahan dan dianggap dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

mewakili populasi penelitian. 6

a. Responden

1. Walikota Banda Aceh

2. Ketua DPRK Kota Banda Aceh

3. Kepala Mahkamah Syar'iyah Kota Banda Aceh

4. Kapolresta Banda Aceh

b. Informan

1. Kepala Kejaksaan Negeri Kota Banda Aceh

2. Sekretaris Daerah Kota Banda Aceh

3. Pengamat Pemerintahan

4. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan

skripsi ini menggunakan studi kepustakaan dan penelitian lapangan:7

1. Studi kepustakaan (library research) yaitu cara untuk memperoleh data

sekunder melalui serangkaian studi kepustakaan dengan cara membaca,

membaca, mengutip, mencatat, dari literatur-literatur serta menelaah

peraturan perundang-undangan, dokumen dan informasi lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

2. Studi Lapangan (field research) yaitu untuk memperoleh data primer dengan

cara menggali informasi secara lebih mendalam dengan wawancara (in

depth interview) terkait permasalahan penelitian.


6
Suharmi Arikonto, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2012, hlm. 97.
7
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta, 2010, hlm. 116.
12

5. Cara Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data dan pengolahan data, peneliti

melakukan analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Analisis ini dilakukan dengan cara menguraikan data-data yang diperoleh dari

hasil penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun secara sistematis

dan dikelompokkan berdasarkan jawaban atas masalah yang diteliti, sehingga

dari hasil analisis tersebut dapat diketahui serta diperoleh kesimpulan yang

didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus dan kemudian disimpulkan

secara umum. Selanjutnya dari beberapa kesimpulan tersebut dapat diajukan

saran sebagai rekomendasi.8

8
Umi Narimawati, Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Teori dan Aplikasi,
Agung Media, Bandung 2008, Hlm 34.

Anda mungkin juga menyukai