Anda di halaman 1dari 26

Makalah Tentang Tension Pneumothorak, Hemathorak dan

trauma thorak

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Keperawatan Gawar Darurat

Dosen Pengampu :

Disusun oleh :

Insyafiatul Aminah 1410711090

Rifda Rianti 1610711094

Vidya Hanan H 1610711100

Bunga Salsabilla R 1610711101

Suci Tarmira 1610711111

Siti Joharotul F 1610711123

Siti Mutmainah S 1610711125

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul Tension Pneumothorak, Hemathorak dan trauma thorak dan
kasus…. ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan. Dalam
penyusunan makalah ini saya sadar karna kemampuan saya sangat terbatas. Makala ini masih
mengandung banyak kekurangan, untuk itu harapan saya para pembaca bersedia memberi
saran dan pendapat untuk makalah ini.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 31 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang...................................................................................................... 1

1.2. Rumusan masalah ................................................................................................ 2

1.3. Tujuan penulisan .................................................................................................. 2

1.4. Manfaat ................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ................................................................................................................ 4
B. Etiologi ................................................................................................................ 5
C. Manifestasi Klinis ................................................................................................ 6
D. Patofisiologi ......................................................................................................... 8
E. Pathway............................................................................................................... 10
F. Pemeriksaan Diagnosis ....................................................................................... 11
G. Penatalaksanaan .................................................................................................. 11
H. Lgoritma ............................................................................................................. 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................... 15

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan .............................................................................................................

2. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan salah satu organ terprnting dari bagian tubuh
manusia. Sehingga bila terjadi gangguan sistem pernafasan akan mempngaruhi semua
organ yang lain yang akan mengganggu pada aktivitas manusia. Tension Pneumothorak
merupakan medical emergency dimana akumulasi udara dalam rongga pleura akan
bertambah setiap kali bernafas. Peningkatan tekanan intra thoraks mengakibatkan
bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang
mengalami tekanan. (Alagaff, Hood, 2005)
Hemotothorax adalah adanya terdapatnya darah dalam rongga pleura. (Price &
Wilson, 1995). Sumber terjadi darah didinding dada, parenkim paru, jantung atau
thorax. Kondisi biasanya mrupakan konsekuensi dari trauma benda tumpul atau benda
tajam. Ini juga mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit (Pusponegoro,
1995). DiIndonesi pada tahun 2008 terdapat 60% mengalami kasus trauma dada
(Hematothorax) dan menggunakan penatalaksanaan WSD. Manfaat pemasangan water
sealed drainage (WSD) pada pasien pneumotothorax adalah untuk pengeluadan udara ,
cairan atau keduannya dari rongga thoraks. Untuk mengatasi masalah pulmonat
tersebut, selang dimasukan ke dalam rongga pleura (rongga antar pleura parentalis dan
pleura viseralis) agar telanan intrapleura kembali normal. Pemasangan wsd bertujuan
untuk membeuat tekanan dalam rongga toraks menjadi negatif kembali. Kondisi-
kondisi ini yang memerlukan pemasangan wsd adalah semua hal yang menyebabkan
tekanan intrapleura positif meningkat, antara lain pneumothorak, hematothoraks, efusi
pleura, empiema thoraks, chylothorax, dan pasca operasi torakotomi (Wuryanto, dkk.
2011).

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut (Sudoyo, 2010). Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade
3 kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat
trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden
penderita trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi
per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%.Dan hanya
10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi
sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari
ancaman kematian (Sudoyo, 2010).

Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya
trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma.
Trauma toraks dapat meningkatkan kematian akibat Pneumotoraks 38%, Hematotoraks
42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail chest 69% (Nugroho, 2015). Pada trauma dada
biasanya disebabkan oleh benda tajam, kecelakaan lalu lintas atau luka tembak.Bila
tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Akibatnya, selain
terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-
paru. Oleh karena itu, pau-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita Nampak
kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka
menjadi berkurang (Sudoyo, 2010).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Tension pneumothorak,
trauma thoraks, pneumothoraks, dan hemothoraks.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Trauma thoraks,


pneumothoraks, dan hemothoraks serta asuhan keperawatan yang dapat dilakukan
terhadap pasien dengan masalah tersebut.

2. Tujuan Khusus
1.1Mahasiswa mampu mengetahui teori Trauma thoraks, Tension pneumothoraks,
dan hemothoraks
1.2Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada pasien
Trauma Thoraks, Tension pneumothoraks, dan hemothoraks
1.3Mahasiswa mampu memahami tindakan keperawatan pada pasien Trauma
thoraks, Tension pneumothoraks, dan hemothoraks
D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami teori Trauma thoraks, pneumothoraks, dan
hemothoraks
2. Mahasiswa mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan pada pasien Trauma
Thoraks,Tension pneumothoraks, dan hemothorak
3. Mahasiswa mampu memahami tindakan keperawatan pada pasien Tension
Pneumothorak, Trauma thoraks, Tension pneumothoraks, dan hemothoraks
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Tension Pneumothoraks adalah bertambahnya udara dalam ruang pleura secara
progresif, biasanya karna laserasi paru-paru yamh memungkinkan udara untuk masuk
kedalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar atau bertahan didalam rongga pleura.
Tension pneumothorak terjadi karna mekanisme chek valve yaitu pada saat inspirasi
udara masuk ke rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara dari rongga pleura tidak
dapat keluar. Tension pneumotoraks terjadi ketika udara dalam rongga pleura memiliki
tekanan yang lebih tinggi daripada udara daam paru sebelahnya. Udara memasuki rongga
pleura dari tempat ruptur pleura yang berkerja seperti katup satu arah. Pada saat inspirasi
akan terdapat lebih banyak udara lagi yang masuk dan tekanan udara mulai melampaui
tekanan barometrik. Peningkatan tekanan udara akan mendorong paru yang dalam
keadaan recolling sehingga terjadi atelektasis kompresi. Udara juga menekan
mediastinum sehingga terjadi komperensi serta pergeseran jantung dan pembulu darah
besar. Udara tidah bisa keluar dan tekanan yang semakin meningkat akibat penumpukan
udara ini menyebabkan kolaps paru. ketika udara terus menumpuk dan tekanan
intrapleura terus meningkat, mediastinum akan bergeser dari sisi yang terkena dan aliran
balik vena menurun. Keadaan ini mendorong jantung, trakea, esofagus dan pembulu
darah besar berpindah ke sisi yang seht sehingga terjadi penekanan pada jantung serta
paru ke sisi kontralateral yang sehat.
Pneumotoraks adalah terkumpulnya udara dalam rangga pleura. Pneumotoraks
suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara ekstrapulmoner dalam rongga pleura,
antara pleura visceral dan parinteral, yang dapat menyebabkan timbulnya kolaps paru.
Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaa paru-paru leluasa
mengembangkan terhadap rongga dada. (Rahajoe, 2012)

Hemotorak adalah adanya darah yang masuk ke area pleura (antara pleura
viseralis dan pleura parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma
tajam pada dada, yang mengakibatkan robeknya membrane serosa pada dinding dada
bagian dalam atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah
mengalir ke dalam rongga pleura yang akan menyebabkan penekanan pada paru.
Hemothorak merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi pada rongga pleura
yang disebabkan karna adanya trauma pada dada yeng menjadi predisposisi terpenting
perembesan darah berkumpul di kantong pleura tidak bisa diserap oleh lapisan pleura.
Hemotoraks dapat muncul pada klien dengan cedera dada. Sejumlah kecil darah (<300
ml) pada rongga pleura tidak akan menimbulkan manifestasi klinis dan mungkin tidak
membutuhkan intervensi, karena darah akan diserap lagi secara spontan. Hemotoraks
parah (1400-2500 ml) dapat mengancam jiwa karna adanya hipovolomia dan tekanan.
Hemotoraks masih memiliki angka kematian 50% hingga 75%.

Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015). Trauma dada adalah abnormalitas
rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang
rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam
maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul
merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda
tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan
rancu (Sudoyo, 2010).

B. Etiologi
Tension Pneumothoraks yang paling sering terjadi adalah karena iatrogenik atau
berhubungan dengan trauma (Sharma and Jinjad, 2008).
1. Trauma benda tumpul atau tajam meliputi gangguan salah satu pleura visceral
atau pariental dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak
mejadi hal yang penting bagi terjadinya tension pneumothoraks)
2. Pemasangan kateter vena central (kedalam pembuluh darah pusat), biasanya vena
subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia)
3. Komplikasi ventilator, pneumothorak spontan, pneumotorak sederhana ke tension
pneumothoraks
4. Ketidak berhasilan mengatasi pneumothorak sederhana dimana fungsi pebalut
luka sebagai katup satu arah
5. Akupuntur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks.
Etiologi dari pneumothorak infeksi saluran permafasan, adanya ruptur ‘bleb’
pleura, traumatik misalnya pada luka tusuk, Acute lung injury yang disebabkan materi
fisik yang terinhalasi dan bahan kimia, penyakin inflamasi paru akut dan kronik
(penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), TB paru. Fibrosis paru, abses paru, kanker
dan tumor metastase ke pleura.

Etiologi pada hematoraks adalah trauma thoraks. Hematoraks juga dapat


terjadi pada pasien dengan efek pembekuan darah, operasi thoraks atau jantung,
kanker pleura atau paru dan tuberculosis. Selain itu penyebab lainnya adalah
pemasangan kateter vena sentral dan tabung torakolostomi.

Etiologi Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul
65% dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering
adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma
akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan,
samping, belakang, berputar, dan terguling (Sudoyo, 2010). Oleh karena itu harus
dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang
memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks oleh karena trauma
tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah
seperti trauma tusuk, 11 berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi
tinggi seperti pada tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah
adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan
Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam (Hudak, 2011). Trauma toraks dapat
mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga pleura saluran nafas
intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi
tergantung dari mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).

B. Manifestasi Klinis

Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009) yaitu :

1. Tension pneumothorak
a. Hipoksemia (tanda awal)

b. Ketakutan

c. Gawat nafas (takipnea berat)

d. Peningkatan tekanan jalan nafas puncak dan merata, penurunan komplians, dan
auto-tekanan ekspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanis

e. Kolaps kardiovaskular (frekuensi jantung >140 kali/menit pada setiap hal berikut :
sianosis perifer, hipotensi, aktifitas lintrik tanpa denyut nadi). (Morton, 2012)

f. Pasien pneumotoraks memang biasa mengalami sesak napas. Namun, dalam kondisi
tension pneumotoraks, sesak napas terjadi lebih parah karena paru-paru tertekan
oleh udara di rongga dada. Pasien akan sangat gelisah hingga meronta karena sulit
bernapas.

g. Wajah pucat karena jantung yang bertugas memompa darah tertekan udara dan
kesadaran diri pasien menurun.

h. Vena di leher membengkak dan kondisi itu bisa terlihat jelas.

i. Jika diperiksa dengan stetoskop, suara napas terdengar menghilang pada sisi dada
yang sakit. Hal itu terjadi pada pasien tension pneumotoraks. Bagi pasien
pneumotoraks biasa, suara napas hanya menurun.

j. Dada yang sakit menggembung karena udara terjebak di rongga dada. Sesak napas
semakin lama semakin berat. Biasanya, tak sampai 5 menit kemudian, pasien
mengalami henti napas.

2. Temponade jantung

a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung

b. Gelisah

c. Pucat, keringan dingin Peninggian TVJ (Tekanan Vena Jugularis)

d. Pekak jantung melebar


e. Bunyi jantung melemah

f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure

g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead

h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)

3. Hematothorax

a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD

b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)

4. Pneumothoraks

a. Pasien bisanya mengalami sesak nafas dengan riwayat nyeri dada sebelumnya,
dan batu-batuk. Nyeri dada yang dirasakan bersifat tajam seperti ditusuk-tusuk
dan sangat sakit. Nyeri biasanya menjalar kepundak ipsilateral dan memberat
pada saat inspirasi (Pleuritik).

b. Gagal pernapasan dengan sianosis

c. Kolaps sirkulasi

d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali

e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik

F. takikardia sering terjadi menyertai tipe pneumotoraks.

C. Patofisiologi
Tension Pneumothoraks terjadi ketika adanya gangguan yang melibatkan pleura
visceral, pariental, atau cabang trakeobronkial. Gangguan terjadi ketika terbentuk katup 1
arah, yang memungkinan udara masuk ke rongga pleura tetapi tidak memungkinkan bagi
keluarnya udara. Volume udara ini meningkat setiap kali inspirasi karena efek katup 1
arah. Akibatnya, tekanan meningkat pada hemothoraks yang terkena. Peningkatan
tekanan lebih lanjut menyebabkan mediastinum terdorong kearah kontralateral dan
menekan jantung serta pembuluh darah besar (Bronhi, 2004). Udara yang tertangkap akan
meningkatkan tekanan positif di rongga pleura sehingga menekan mediastinum dan
mendorong jantung serta paru kearah kontralateral. Hal ini menyebabkan turunya curah
jantung dan timbulnya hipoksia. Curah jantung turun karena venouse return ke jantung
berkurang, sedangkan hipoksia terjadi akibat gangguan pertukaran udara pada paru yang
kolaps dan paru yang tertekan disisi kontralateral. Hipoksia dan turunnya curah jantung
akan menganggu kestabilan hemodinamik yang akan berakibat fatal jika tidak ditangani
secara tepay (Boowan, 2006).
Patofisiologi trauma thoraks yaitu utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan
untuk sebuah ventilasipernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah
luar oleh otot -otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan
negative dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru
selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari
dinding toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitudinding dada,
rongga pleura, parenkim paru, dan mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang -
tulang dada dan otot - otot yang terkait (Sudoyo, 2009).
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh
darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru –
parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio, laserasi,
hematoma dan pneumokel.Mediastinum termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar
dari toraks, cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab
untuk fungsi vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan oksigenasi darah untuk
metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan darah, salah satunya
maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari cedera toraks (Sudoyo, 2009).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor,
antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari 13 cedera, cedera lain yang
terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien – pasien trauma toraks
cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara
sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).
Patofisiologi Pneumothoraks yaitu pneumothoraks dapat tertutup atau terbuka.
Pada pneumothoraks tertutup, udara dapat lolos ke dalam rongga pleura dari
tusukan/robekan pada struktur pernapasan internal seperti bronkus,bronkiolus atau
alveolus( gambar 63-9 A). Rusuk yang patah dapat juga menyebabkan pneumothoraks
tertutup. Pada pneumothoraks terbuka, udara dapat memasuki rongga pleura secara
langsung melalui lubang di dinding dada atau diafragma (gambar 63-9 B)
Pneumothoraks dapat diklasifikasikan sebagai spontan atau traumatic, dan
keduanya dapat menyebabkan tekanan pneumothoraks. Pneumothoraks spontan dapat
bersifat idiopatik ketika tidak ada penyebab yang ditemukan (primer) atau sebagai akibat
dari penyakit paru lainnya seperti PPOK, tuberklosis, atau kanker (sekunder). Lepuh atau
bula dapat rupture walaupun dinding dada tetap utuh, sehingga menyebabkan paru kolaps.
Pneumothoraks traumatik yang mengakibatkan paru kolaps disebabkan oleh gaya truma
tumpul ke dinding dada atau pembentukan luka dada terbuka yang mengisap yang
disebabkan oleh gaya trauma tumpul ke dinding dada atau pembentukan luka dada
terbuka yang mengisap disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, luka tembak, atau tusukan
pisau, atau prosedur diagnostik seperti torakosentesis. Faktor resiko lain yang
menyebabkan pneumothoraks (gambar 63-2)
Tekanan pneumothoraks terjadi ketika udara terjebak didalam rongga pleura
selama inspirasi dan tidak dapat lolos keluar saat ekspirasi. Tekanan Intrapleura menjadi
lebih besar dari tekanan jaringan paru, menyebabkan kompresi paru dan struktur
disekitarnya.

D. Pathway
E. Pemeriksaan diagnosis
Diagnosis klinis ditegakan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang.
a. Anamnesis
1) Pneumothoraks spontan biasanya muncul saat istirahat
2) tanyakan dan periksa faktor risiko : perokok, usia 18-40 tahun.
3) Riwayat penyakit paru, baik akut maupun kronis, tanyakan juga mengenai trauma,
jenis trauma, mekanisme, waktu kejadian, dan sebagainnya.
4) tanyakan riwayat pneumothoraks sebelumnya untuk memungkinkan rekurensi
5) Eksplorasi gejala dan tanda yang telah dijabarkan dalam bagian manefestasi
klinis.
b. Pemeriksaan fisis paru
1) Inspeksi : Rongga dada lebih besar dari pada biasa atau normal, bagian dada yang
terkena tertinggal dalam gerak pernafasan (pada saat ekspirasi)
2) Palpasi : Fremitus taktil berkurang disisi yang terkena, krepitasi akibat efisema
subkutis bila ada hubungan subkutis.
3) Perkusi : Hipersonor
4) Auskultasi : Suara pernafasan berkurang atau menghilang pada daerah yang
terkena, dapat terdengar rhonki atau wheezing.
c. Pemeriksaan penunjang

Pada foto thoraks PA dapat terlihat bagian toraks yang avaskular, paru yang
kolaps, dan apabila besar tampak pergeseran trakea dan medistinum ke sisi yang
sehat. Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dikerjakan adalah analisis gas darah
(untuk mengetahui adanya hipoksemia dan hiperkarbia), CT scan, dan ultrasonografi
(USG).

F. Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma
lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B:
Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure
without causing hypothermia (Nugroho, 2015). Pemeriksaan primary survey dan
pemeriksaan dada secara keseluruhan harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa dengan segera, seperti
obstruksi jalan napas, tension Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif,
hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar (Nugroho, 2015).
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama untuk intubasi
endotrakeal darurat.
Resusitasi cairan intravena merupakan terapiutama dalam menangani syok
hemorhagik.Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu hal yang sangat penting
pada pasien trauma toraks. Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia,
hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011). Pasien dengan
tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani dekompresi dengan
torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari
pada pasien - pasien ini karena diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan
x - ray hanya akan menunda pelaksanaan tindakan medis yang harus segera dilakukan
(Hudak, 2011).
Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami pada
kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang biasanya disebabkan
oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut
(Patriani, 2012) .
G. Algoritma Pneumothorak dan trauma dada
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS TENSION PNEUMOTHORAKS

Seorang laki-laki berusia 57 tahun di bagi ke IGD dengan keluhan sesak napas dan
nyeri dada, hasil pemeriksaan diperoleh tampak memar didada sebelah kanan,
riwayat kecelakaan lalu linta, jugularis vena distention meningkat, perkusi thoraks
sebelah kanan hipersonor, pengembangan dinding dada tidak simetris, tampak
sesak napas bertambah, dan deviasi trakea ke sebelah kiri. Tekanan darah
110/70mmHg, nadi 125x/menit, pernafasan 32x/menit, dan CRT 4 detik. Pasien
tampak nyaman dengan posisi orthopneu, di dapatkan hasil rontgen thorax:

Data Tambahan: Penggunaan otot bantu pernafasan (+), sianosis (+), semakin nyeri
saat menarik napas dalam, dari hasil pemeriksaan akral dingin.
1. PENGKAJIAN ABC
A. Airway
Tidak ada sumbatan yang mengganggu jalan nafas
B. Breathing
- Klien mengatakan sesak nafas
- Perkusi thoraks sebelah kanan hipersonor
- Pengembangan dinding dada tidak simetris
- Tampak sesak napas klien bertambah
- Deviasi trachea ke sebelah kiri
- Pernapasan 32x/menit
- Klien tampak nyaman dengan posisi orthopnea
- Penggunaan otot bantu napas
C. Circulation
- Klien mengeluh nyeri dada dan nyeri dada pada saat menarik napas dalam
- Riwayat kecelakaan lalu lintas
- Terdapat peningkatan Jugularis Vena Distension
- Tekanan darah 110/70 mmHg
- Tampak memar di dada sebelah kanan
- Nadi 125x/menit
- CRT 4 detik
- Sianosis (+)
- Akral dingin
2. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengeluh sesak - Tekanan darah 110/70 mmHg
napas - Nadi 125 x/menit
- Klien mengatakan dada - Pernapasan 32x/menit
nya nyeri saat menarik - CRT 4 detik
napas dalam - Pasien tampak nyaman dengan posisi
- Klien mengatakan riwayat - orthopneu
kecelakaan lalu lintas - Tampak memar di dada sebelah
kanan
- Jugularis vena distention meningkat
- Perkusi thoraks sebelah kanan
- hipersonor
- Pengembangan dinding dada tidak
- simetris
- Tampak sesak napas bertambah, dan
- Deviasi trakea ke sebelah kiri
- penggunaan otot bantu pernapasan
(+)
- sianosis (+)

3. ANALISA DATA
DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
Ds : Ketidakefektifan Pola napas Hiperventilasi
• Klien mengatakan
sesak nafas
Do :
• Perkusi thoraks
sebelah kanan
hipersonor
• Pengembangan
dinding dada tidak
simetriis
• Tampak sesak napas
klien bertambah
• Deviasi trachea ke
sebelah kiri
• Pernapasan
32x/menit
• Klien tampak nyaman
dengan posisi
orhopnea
Penurunan curah jantung Perubahan Preload
Ds :
• Klien mengeluh nyeri
dada dan semakin
nyeri pada saat napas
dalam
• Riwayat kecelakaan
lalu lintas
Do :
• Terdapat peningkatan
Jugularis Vena
Distension
• Tekanan darah
110/70 mmHg
• Nadi 125x/menit
• Sianosis (+)
• Akral dingin
• CRT 4 detik

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Pola Napas b.d Hiperventilasi
2. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan preload

5. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN HASIL
1 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan 1. Perawatan Gawat Darurat
nafas b.d tindakan keperawatan , (hlm 357)
hiperventilasi diharapkan masalah
a. Aktifkan sistem medis
keperawatan
darurat
ketidakefektifan pola
nafas teratasi, dengan b. Dapatkan AED : Trolly
kriteria hasil : Emergency
Status Pernapasan : c. Mulai tindakan
Ventilasi (Hal. 560, 0403) penyelamatan pasien
dengan Algoritma
1. Frekuensi napas
Tension Pneumothorax :
dalam rentang 27-
30x/menit 1) Primary survey
(perhatikan airway,
2. Suara perkusi dada :
breathing dan
sonor Pengembangan
circulation)
dinding dada tidak
simetris 2) Lakukan dekompresi
dipertahankan dari
sangat berat dan dengan cara :
ditingkatkan ke skala
a. Tusukan jarum melalui
berat (1-2)
dinding dada lalu
3. Penggunaan otot masuk ke rongga
bantu napas pleura
dipertahankan pada
b. Buat hubungan dengan
berat dari kisaran
udara luar melalui
normal di tingkatkan
kontra ventil :
ke cukup berat dari
kisaran normal (2-3) - Gunakan jarum infus
set dan tusukkan ke
4. Orthopnea
dindin g dada sampai
dipertahankan pada
ke rongga pleura.
berat dari kisaran
Kemudian dialirkan
normal di tingkatkan
ke botol yang berisi
ke cukup berat dari
air
kisaran normal (2-3)
- Gunakan jarum
5. Irama pernafasan di
abocath. Jarum
pertahankan pada
abocath ditusukkan
deviasi yang berat di
pada posisi tetap
tingkatkan ke deviasi
dinding thorax
cukup berat (1-2)
sampai menembut ke
cavum pleura, jarum
dicabut dan canula
ditinggal. Kanula
dihubungkan ke
botol berisi air.
- Pipa Water Sealed
Drainage. Pipsa
khusus yang
dimasukan ke rongga
pleura dengan
perantara troakar
atau dengan bantuan
klem penjepit.
2. Monitor Pernapasan (hlm.
236)
a. Palpasi kesimetriasn
ekspansi patu
b. Perkusi thorax sebelah
kanan
c. Monitor kecepatan dan
kesulitas bernapas pasca
dekompresi
d. Monitor pola napas pasca
dekompresi
e. Catat dan monitor
pergerakan dada dan
ketidaksimetrisan pasca
dekompesi
f. Catat lokasi trakhea
g. Auskultasi suara napas
setelah tindakan
dekompresi
2 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Gawat Darurat (hlm
jantung b.d perubahan tindakan Keperawatan, 357)
preload diharapkan penurunan
a. Dekatkan AED : Trolly
curah jantung dapat
Emergency
teratasi dengan kriteria
hasil : b. Periksa tanda dan gejala henti
jantung
Status Sirkulasi (Hal. 561,
c. Mulai tindakan penyelamatan
0401)
jika terjadi henti jantung
1. Tekanan darah
Manajemen syok : jantung (hal
sistol
211)
dipertahankan
pada deviasi berat a. Catat tanda dan gejala
dari kisaran penurunan curah jantung
normal di
tingkatkan ke b. Peratahankan preload optimal
deviasi cukup dengan pemberian cairan IV
berat dari kisaran c. Berikan oksigen
normal (1-2)
Pengaturan Hemodinamik (hal
2. Tekanan darah 304):
diastole
dipertahankan a. Lakukan penilaian
pada deviasi berat komperehensif terhadap
dari kisaran status hemodinamik
normal di (memeriksa tekanan darah,
tingkatkan ke denyut nadi, tekanan vena
deviasi cukup jugularis
berat dari kisaran b. Monitor pengisian kapiler
normal (1-2)
c. Monitor dan dan catat teknan
3. tekanan nadi
dipertahankan darah dan denyut nadi
pada deviasi berat
d. Evaluasi efek dari terapi
dari kisaran
cairan
normal di
tingkatkan ke
deviasi cukup
berat dari kisaran
normal (1-2)
4. Capillary refil
time
dipertahankan
pada deviasi berat
dari kisaran
normal di
tingkatkan ke
deviasi cukup
berat dari kisaran
normal (1-2)
5. Distensi vena
jugularis (leher)
dipertahankan
pada deviasi berat
dari kisaran
normal di
tingkatkan ke
deviasi cukup
berat dari kisaran
normal (1-2)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tension Pneumothorak merupakan medical emergency dimana akumulasi udara
dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernafas. Peningkatan tekanan intra
thoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan
dari sisi paru yang mengalami tekanan. (Alagaff, Hood, 2005)
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
karena gejala-gejala umum dan rancu (Sudoyo, 2010)
Pneumotoraks adalah terkumpulnya udara dalam rongga pleura. Pneumothoraks
merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara ekstrapulmoner dalam rongga
pleura, antara pleura viseral dan parinteral, yang dapat menyebabkan timbulnya kolaps
paru. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa
mengembangkan terhadap rongga dada. (Rahajoe, 2012)
Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke area pleura (antara pleura
viseralis dan pleura parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma
tajam pada dada, yang mengakibatkan robeknya membrane serosa pada dinding dada
bagian dalam atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah
mengalir ke dalam rongga pleura yang akan menyebabkan penekanan pada paru.

B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini
bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna
evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing

Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi - VIII
Jakarta: EGC

Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat darurat.
Padang : Medical book

Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1. jogjakarta : penerbit buka Mediaction.

Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada. http://asuhankeperawatan-


patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-dada.html. Diakses pada tanggal 02 Januari
2019

Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit dalam .
yogjakarta : Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai