Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN PETROLOGI

1.1 Struktur dan Komposisi Bumi

Dengan menggunakan bantuan alat-alat teknologi tinggi seperti seismograf, ahli-ahli


kebumian mempunyai pandangan baru terhadap bentuk maupun struktur dalam bumi. Data-data
yang terekam dalam alat tersebut memberikan keterangan adanya struktur bagian dalam bumi
yang berlapis-lapis sepusat (Gambar 1.1) dan juga memberikan gambaran ciri-ciri fisik dari
setiap perlapisan bagian dalam bumi (geosfera).

Gambar 1.1 Skema struktur dalam bumi (perhatikan ketebalan setiap lapisan).

Secara umum geosfera dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu dimulai dari bagian paling
dalam disebut inti bumi (core), bagian tengah disebut mantel (mantle) dan bagian paling luar
disebut kerak bumi (crust) (Gambar 1.2). Inti bumi dibagi menjadi inti bumi bagian dalam dan
inti bumi bagian luar. Inti bumi bagian dalam digambarkan sebagai keadaan padat, sedangkan
inti bumi bagian luar sebagai leburan kental. Inti bumi ini disusun oleh bahan-bahan yang
mempunyai berat jenis lebih kurang 10 dan berat jenis sebesar ini telah menimbulkan dugaan
bahwa susunan inti bumi mungkin mirip dengan meteorit logam, juga dapat dikatakan bahwa
bahan besi dan nikel memegang peranan penting di dalamnya.
Mantel atau dikenal dengan selubung/selimut bumi terletak/diapit oleh bagian luar dari
kerak bumi dengan lapisan yang tipis dan bagian dalam dibatasi oleh inti bumi bagian luar,
kedua bidang pemisah tersebut dikenal sebagai bidang diskontinuitas. Mantel sendiri dibagi
menjadi mantel bagian dalam yang disusun oleh unsur besi dan nikel (berat jenis 5-6) dan mantel
bagian dalam yang tersusun oleh batuan peridotit dan dunit dengan berat jenis 3,6 hingga 4.
Sedangkan lapisan bumi paling luar disebut kerak bumi atau dikenal dengan litosfera
yang disusun oleh batuan seperti yang umum dijumpai di permukaan bumi. Kerak bumi juga
dibagi menjadi kerak bumi bagian dalam yang terdiri dari lapisan SIMA dengan kandungan
mineral utamanya adalah silisium dan magnesium, sedang kerak bumi bagian luar terdiri dari
lapisan SIAL dengan komposisi utamanya berupa oksigen, silisium dan aluminium.
\

Gambar 1.2 Keratan bumi yang memperlihatkan bagian-bagian dari


inti bumi, mantel dan kerak bumi.

Komposisi bumi dari unit-unit struktur utama di atas dapat dilihat dalam Tabel 1.1.
Terlihat unsur mineral utama inti bumi adalah besi dan magnesium ditambah silikat-silikat besi
terkandung dalam jumlah yang lebih besar dari mantel. Silikat banyak terjadi di kerak
bumi/benua. Sedangkan Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa kelompok mineral silikat yang paling
banyak yaitu kelompok feldspar (K-feldspar dan plagioklas) dengan 58% volume dan mineral-
mineral utama pembentuk batuan seperti piroksen, amfibol, kuarsa, mika dan olivin mencapai
37% volume, serta mineral-mineral penyerta pembentuk batuan berjumlah sangat kecil yaitu 5%
volume seperti karbonat, oksida, sulfida, halida, epidot, aluminosilikat, garnet dan zeolit.

Tabel 1.1. Komposisi dari struktur bumi dalam persen berat (Mason, 1966).
Mantel (rata- Inti (rata-rata
Unsur Kerak Benua Kerak rata Batuan Meteorit Besi)
Samudra Meteorit)
SiO2 60,1 49,9 38,3
TiO2 1.1 1.5 0.1
Al2O3 15.6 17.3 2.5
Fe2O3 3.1 2.0
FeO 3.9 6.9 12.5
FeS 5.8
Fe 11.9 90.8
Ni 1.4 8.6
Co 0.1 0.6
MgO 3.6 7.3 24.0
CaO 5.2 11.9 2.0
Na2O 3.9 2.8 1.0
K2O 3.2 0.2 0.2
P2O5 0.3 0.2 0.2

Tabel 1.2. Mineral penyusun kerak bumi (Ernst, 1969).

Kelompok Mineral Persen Volume


K-Feldspar, Plagioklas 58
Piroksen, Amfibol 13
Kuarsa 11
Mika, Klorit, Mineral Lempung 10
Karbonat, Oksida, Sulfida, Halida 3
Olivin 3
Epidot, Aluminosilikat, Garnet, Zeolit 2

1.2 Pengertian Petrologi

Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari batuan
pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi.
Pengertian luas dari petrologi adalah mempelajari batuan secara mata telanjang, secara optik/
mikroskopis, secara kimia dan radio isotop. Studi petrologi secara kimia sering disebut
petrokimia yang dapat dipandang sebagai bagian dari ilmu geokimia. Untuk kuliah dan
praktikum mahasiswa Teknik pertambangan maka studi petrologi dibatasi secara
megaskopis saja. Aspek pemerian antara lain meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat
jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan
batuan. Aspek genesa – interpretasi mencakup tentang sumber asal (“source”) hingga proses
atau cara terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak
(kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur
(mengkristal). Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas
lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisis maupun biologis, serta proses erosi dari
batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi tersebut termasuk batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan, yaitu :
1. Batuan beku (“igneous rocks”), adalah kumpulan mineral silikat sebagai hasil pembekuan
daripada magma yang mendingin (Huang, 1962).
2. Batuan sedimen (“sedimentary rocks”), adalah batuan hasil litifikasi bahan rombakan
batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan
organisme (Pettijohn, 1964).
3. Batuan metamorf atau batuan malihan (“metamorphic rocks”), adalah batuan yang berasal
dari suatu batuan yang suda ad yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral
pada fasa padat sebagai perubahan kondisi fisika (tekanan dan temperatur) (Winkler, 1967).
Dalam sejarah pembentukannya ketiga jenis batuan tersebut dapat mengalami jentera
(siklus) batuan seperti pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3. Jentera batuan (Gillen, 1982).

1.3 Magma
Magma sebagai batuan pijar mengalami pendinginan, pembekuan
dan penghabluran
membentuk batuan beku. Batuan beku ini sebagai akibat proses pelapukan,
pengikisan dan
pengangkatan membentuk sedimen atau endapan. Sedimen ini setelah mengalami pembatuan
membentuk batuan sedimen. Di lain pihak batuan beku yang masuk ke dalam bumi
mengalami
proses metamorfisme (perubahan suhu dan tekanan dalam waktu geologi) membentuk batuan
metamorf. Proses pelapukan ini dapat juga terjadi pada sedimen itu sendiri, batuan sedimen,
dan
batuan metamorf. Sepertihalnya batuan beku, maka batuan sedimen yang
mengalami
metamorfisme juga membentuk batuan metamorf. Akhirnya batuan metamorf, sebagai akibat
tekanan dan temperatur yang lebih tinggi mengalami pelelehan kembali membentuk
magma.

Anda mungkin juga menyukai