Anda di halaman 1dari 9

INSTRUMEN DERIVATIF DI PASAR MODAL

Derivatif merupakan suatu sekuritas yang nilainya itu merupakan turunan dari suatu
sekuritas lainnya, sehingga nilai instrument derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas
lain yang ditetapkan sebagai patokan. Derivatif adalah suatu instrument yang jika tidak
dipergunakan dengan hati-hati dan bijak akan menimbulkan resiko yang sangat tinggi. Ada
beberapa macam instrument derivatif di Indonesia, seperti Bukti Right , Waran (Warrant),
dan Kontrak Berjangka (Index Futures) dan Opsi (Option). Berikut ini, beberapa penjelasan
mengenai definisi, manfaat dan resiko dari instrument derivatif di pasar modal:

1. Bukti Right
Menurut undang-undang yang mengatur mengenai Pasar Modal, Bukti Right
merupakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada harga yang telah
ditetapkan selama periode tertentu. Bukti Right ini diterbitkan pada penawaran umum
terbatas (Right Issue), dimana saham baru tersebut ditawarkan pertama kali kepada
pemegang saham lama. Sehingga pemegang saham lama akan mendapatkan keuntungan
dalam hal harga yang lebih murah dan bisa menjaga porsi kepemilikan saham di
perusahaan tersebut. Namun, apabila pemegang saham tidak menukar Bukti Right tersebut
maka akan terjadi dilusi pada kepemilikan atau jumlah saham yang dimiliki secara
proporsional terhadap jumlah total saham yang diterbitkan perusahaan.

A. Manfaat Bukti Right:


 Investor memiliki hak istimewa untuk membeli saham baru pada harga yang telah
ditetapkan dengan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya
 Investor memperoleh keuntungan dengan membeli saham baru dengan harga yang
lebih murah.
 Bukti Right dapat diperdagangkan pada Pasar Sekunder, sehingga investor dapat
menikmati capital gain, ketika harga jual dari Bukti Right tersebut lebih besar dari
harga belinya.

Contoh: Jika seorang investor membeli Bukti Right di Pasar Sekunder pada harga Rp 200,
dengan harga pelaksanaan (exercise price) Rp 1.500. Pada tanggal pelaksanaan harga
saham perusahaan X diasumsikan melonjak hingga Rp 2.000 per lembar. Ia dapat membeli
saham PT. X hanya dengan membayar Rp 1.700, yaitu Rp 1.500 (harga pelaksanaan) + Rp
200 (harga Right). Kemudian investor tersebut akan memperoleh keuntungan Rp 300 yang
berasal dari Rp 2.000 – Rp 1.700.

B. Risiko memiliki Bukti Right:


 Investor dapat mengalami kerugian (capital loss), ketika harga jual dari Bukti
Right tersebut lebih rendah dari harga belinya.
Contoh: Seorang investor membeli Bukti Right di Pasar Sekunder pada harga Rp 200
dengan harga pelaksanaan Rp 1.500. Kemudian pada periode pelaksanaan, harga saham
turun menjadi Rp. 1,200 per saham. Investor tersebut tentunya tidak akan menukarkan
Bukti Right yang dimilikinya, karena jika ia melakukannya, maka ia harus membayar Rp
1.700 (Rp 1.500 harga pelaksanaan + Rp 200 harga right). Sementara itu jika ia tidak
menukarkan Bukti Right yang dimilikinya, maka ia mengalami kerugian Rp 200 atas harga
Right tersebut.

2. Waran (Warrant)
Waran biasanya melekat pada perdagangan saham sebagai daya tarik pada
penawaran umum saham ataupun obligasi, karena biasanya harga pelaksanaan lebih
rendah dari pada harga pasar saham. Perdagangkan waran dapat dilakukan secara
terpisah, setelah saham ataupun obligasi tercatat di bursa.
Periode perdagangan waran lebih lama dari pada bukti right, yaitu 3 tahun sampai 5
tahun. Waran merupakan suatu pilihan (option), dimana pemilik waran mepunyai pilihan
untuk menukarkan atau tidak warannya pada saat jatuh tempo. Pemilik waran dapat
menukarkan waran yang dimilikinya 6 bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh emiten.
Selama periode perdagangan, harga waran itu sendiri berfluktuasi

A. Manfaat dari Waran:


 Ketika harga saham perusahaan melebihi harga pelaksanaan, pemilik waran
memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga yang lebih
rendah dari harga saham di Pasar Sekunder dengan menukarkan waran yang
dimilikinya.
 Apabila waran diperdagangkan di Bursa, maka pemilik waran bisa memperoleh
keuntungan (capital gain) apabila harga jual waran lebih besar dari harga beli.

Contoh: Jika seorang investor membeli waran pada harga Rp 200 per lembar dengan harga
pelaksanaan Rp 1.500, dan pada tanggal pelaksanaan, harga saham perusahaan
meningkat menjadi Rp 1.800 per saham, maka ia akan membeli saham perusahaan
tersebut dengan harga hanya Rp 1.700 (Rp 1.500 + Rp 200). Jika ia langsung membeli
saham perusahaan tersebut di pasar sekunder, ia harus mengeluarkan Rp 1.800 per
saham.

B. Risiko memiliki Waran:


 Investor akan mengalami kerugian (capital loss), jika harga saham pada periode
pelaksanaan (exercise period) jatuh dan menjadi lebih rendah dari harga
pelaksanaannya.

Contoh: Jika seorang investor membeli waran di Pasar Sekunder dengan harga Rp 200,
serta harga pelaksanaan Rp. 1.500. Pada tanggal pelaksanaan, harga saham perusahaan
yang bersangkutan turun menjadi Rp 1.200. Jika hal tersebut terjadi, maka investor tidak
akan menukarkan waran yang dimilikinya, karena ia harus mengeluarkan Rp 1.700 (Rp
1.500 harga pelaksanaan + Rp 200 harga Waran). Jika ia tidak menukarkan Waran yang
dimilikinya maka kerugian yang ditanggung hanya Rp 200, yaitu harga beli waran tersebut.

3. Kontrak Berjangka atas Indeks Efek (Index Futures)


Index Futures adalah kontrak atau perjanjian yang dibuat antara 2 pihak dimana
mengharuskan mereka untuk menjual atau membeli produk (Underlying Asset ) yang akan
menjadi variabel pokok di masa datang dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sebelum membuka kontrak setiap pihak harus menyetorkan margin awal. Karena
kontrak tersebut memiliki waktu yang terbatas, maka pada saat jatuh tempo posisi kontrak
harus ditutup pada berapapun harga yang terjadi bursa. Margin itu sendiri harus berada
pada suatu level harga tertentu dan jika margin tersebut turun di bawah level, yang
biasanya diakibatkan kerugian yang sangat besar, lembaga kliring akan meminta investor
untuk menambah dananya kembali. Seluruh transaksi pada kontrak berjangka dilakukan di
Bursa Efek.
Contoh : Di Indonesia, saat ini bentuk kontrak berjangka yang tersedia adalah LQ45
(Kontrak Berjangka Indeks Efek yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Surabaya).

A. Manfaat Kontrak Berjangka Indeks


1) Instrumen Hedging
Untuk melindungi nilai investasi sehingga dapat meminimalkan risiko.
Contoh: seorang investor yang memiliki portofolio berencana untuk menjual salah satu
sahamnya di masa yang akan datang, tapi dia ingin menentukan pendapatan yang
diperolehnya dengan menetapkan harga jual sahamnya saat ini.
Dia dapat membuka kontrak jual di masa yang akan datang, sehingga berapapun harga
yang terbentuk pada saat jatuh tempo, investor tetap akan menjual saham tersebut dengan
harga yang telah ditetapkan sebelumnya.

2) Spekulasi
Investor dapat berspekulasi dengan melakukan perdagangan indeks berjangka
daripada melakukan transaksi saham. Hal ini dimungkinkan dengan adanya “leverage”.
Dengan “leverage” ini, investor dapat memperoleh keuntungan dari pergerakan harga
dengan modal yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan modal yang harus dikeluarkan
jika melakukan transaksi perdagangan masing-masing saham di atas.

3) Arbitrase
Dengan arbitrase, investor dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan antara
harga di pasar spot dan pasar berjangka.

B.Risiko Kontrak Berjangka Indeks Efek


 Investor dapat mengalami kerugian yang sangat besar jika dibandingkan dengan
modal awalnya. Jika pada saat jatuh tempo, investor harus menutup atau
menyelesaikan posisinya, walaupun harga yang terjadi berbeda dengan
harapannya,
 Investor diharuskan menyetor tambahan dana ke lembaga kliring, akibat
kerugian yang dialami

4. Opsi (Options)
Opsi adalah suatu kontrak berupa hak tapi bukan suatu kewajiban bagi pembeli
kontrak untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu kepada penjual kontrak dalam
jangka waktu yang telah ditentukan atau disepakati. Sebagai salah satu instrumen turunan
atau derivatif di pasar modal, ada beberapa aset yang dapat melandasi opsi tersebut, yaitu
saham, obligasi, mata uang, dan juga komoditi.

REKSA DANA (MUTUAL FUNDS)


A. Pengertian
Reksadana merupakan kumpulan saham, obligasi serta efek lain yang bisa dibeli
oleh para investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan investasi yang punya
profesionalitas. Reksadana juga merupakan suatu wadah pengelolaan modal/dana bagi
sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrument yang tersedia di Pasar.

Dengan membeli sebagian unit penyertaan investor individual dengan dana yang
terbatas, mereka dapat menikmati manfaat atas kepemilikan sejumlah berbagai efek.
Selain itu investor juga terbebas dari kesulitan untuk menganalisis efek.

B. Manfaat

 Kemudahan Berinvestasi
Nominal penyertaan awal di reksa dana tidak terlalu besar. Saat ini hanya
dengan dana sebesar Rp.100.000,- investor sudah bisa membeli produk reksa dana.
Oleh karena itu, orang atau investor yang hanya mempunyai modal yang sedikit sudah
bisa untuk melakukan investasi.

 Dikelola oleh Manajemen Profesional


Reksa Dana hanya dapat dikelola oleh Manajer Investasi yang memperoleh Ijin
OJK dan pengelolaan portofolio investasinya selalu dimonitor oleh OJK.

 Diversifikasi Investasi
Investor yang membeli reksa dana secara tidak langsung sudah berinvestasi di
saham atau obligasi melalui portofolio investasi reksa dananya. Dengan hal itu, para
investor dapat melakukan disversifikasi.

 Likuiditas Tinggi
Unit Penyertaan Reksa Dana dapat dibeli dan dijual kembali setiap hari bursa.
Manajer Investasi yang mengelola reksa dana wajib membeli kembali unit penyertaan
reksadana yang dijual kembali oleh investor sesuai dengan harga NAB (Nilai Aktiva
Bersih).

 Hasil Investasi Menarik


Hasil investasi yang diberikan di reksa dana lebih tinggi dibandingkan produk
investasi lainnya, tetapi keuntungannya juga tergantung dari jenis reksa dananya.

 Sesuai Untuk Berbagai Tujuan Keuangan


Investasi di reksa dana dapat digunakan untuk kebutuhan investasi jangka
pendek, menengah ataupun jangka panjang. Tetapi, lagi-lagi hal itu harus disesuaikan
dengan jenis reksa dananya.

 Keamanan Dana Nasabah


Produk reksa dana harus mendapat ijin OJK. Dana investor disimpan pada Bank
Kustodian dan dikelola oleh Manajer Investasi. Tiap produk reksa dana wajib memiliki
alokasi dana likuid di pasar uang yang dicadangkan untuk membayar kembali
pemegang unit penyertaan yang akan menjual kembali unit penyertaan reksa dananya.

 Transparansi Informasi
Dengan izin yang didapatkan dari OJK, maka Bank Kustodian wajib melaporkan
NAB harian setelah 1 hari transaksi kepada OJK. Laporan perkembangan NAB wajib
dilaporkan sebelum jam 10 pagi keesokan harinya dan diumumkan kepada publik
melalui media surat kabar. Laporan yang dilaporkan tersebut juga harus bersifat
transparan dan terbuka.

C. Resiko

 Penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB)


NAB reksa dana berubah setiap harinya sesuai harga pasar dari portofolio
investasi yang dimilikinya. Besarnya penurunan NAB tergantung dari jenis reksa
dananya, karena setiap jenis reksa dana memiliki perbedaan instrumen investasi dalam
pengelolaan portofolionya.

 Likuiditas
Jika terjadi penjualan kembali unit penyertaan secara bersamaan dalam jumlah
yang besar dan melebihi alokasi dana likuid, maka Manajer Investasi perlu menjual
beberapa instrumen investasi dalam portofolionya. Jika hal ini terjadi, dana yang
dibutuhkan untuk pembayaran penjualan kembali harus menunggu hasil penjualan
instrument investasinya.

 Perubahan Ekonomi dan Politik serta Peraturan Perpajakan


Perubahan ekonomi dan politik bisa mempengaruhi kondisi pasar modal yang
dapat menimbulkan gejolak perubahan harga pasar dari instrumen investasi yang
dimiliki dalam portofolio reksa dana. Saat ini hasil investasi reksa dana bukan
merupakan objek pajak.

D. Tipe Reksa Dana


Dilihat dari portofolio investasi, terdapat empat jenis reksa dana:

1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)

Reksa dana pasar uang ini merupakan jenis reksa dana yang
menempatkan seluruh dana investasi pada instrumen pasar uang. Reksa
dana pasar uang bersifat utang dan memiliki jatuh tempo kurang dari satu
tahun seperti deposito, obligasi dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Reksa
dana pasar uang sangat cocok untuk para investor konservatif karena reksa
dana jenis ini memiliki risiko yang sangat rendah.

2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)

Reksa dana pendapatan tetap adalah jenis reksa dana yang


menempatkan sekurang-kurangnya 80% dari dana investasi ke dalam efek
yang memberikan pendapatan tetap seperti surat utang negara maupun surat
utang perusahaan yang memiliki jangka jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Bagi para investor moderat, Reksa dana pendapatan tetap ini bisa menjadi
pilihan yang tepat karena reksa dana jenis ini memiliki risiko yang lebih tinggi
dari reksa dana pasar uang.

3. Reksa Dana Campuran (Balanced Fund)

Reksa dana campuran adalah reksa dana yang menempatkan dananya


untuk diinvestasikan ke dalam berbagai jenis efek secara sekaligus. Efek
tersebut merupakan efek ekuitas (saham), surat utang maupun instrumen
pasar uang. Para investor jenis moderat juga disarankan untuk memilih reksa
dana campuran, karena reksa dana campuran juga memiliki tingkat risiko
yang sedang.

4. Reksa Dana Saham (Equity Fund)

Reksa dana saham adalah reksa dana yang menempatkan sekurang-


kurangnya 80% dari dana yang dikelola untuk diinvestasikan ke dalam efek
yang bersifat ekuitas (saham). Reksa dana saham ini cocok untuk jenis
investor yang agresif, karena reksa dana saham ini memiliki risiko yang lebih
tinggi dibandingan reksa dana lainnya. Namun, meskipun dengan resiko yang
tingggi return yang akan didapatkan lebih tinggi dibandingkan jenis reksa
dana lainnya.
5. Reksa Dana Terproteksi

Reksa dana terproteksi merupakan reksa dana yang waktu pembeliannya


ditentukan oleh MI yang menerbitkan, sementara waktu penjualannya dapat
dilakukan setelah jangka waktu tertentu. Karakter reksa dana terproteksi mirip
dengan deposito. Reksa dana memiliki masa jatuh tempo, pembagian
keuntungan (dividen) secara periodik, dan biasanya nilai pokok investasi
investor masih utuh pada saat jatuh tempo. Penjualan sebelum jangka waktu
yang ditentukan dapat dilakukan tanpa jaminan adanya proteksi akan pokok
investasi. Manajer Investasi reksa dana terproteksi akan menginvestasikan
sebagian dana yang dikelolanya pada Efek yang bersifat utang yang masuk
dalam kategori layak investasi (investment grade) sehingga dapat
memberikan proteksi pada pokok investasi nasabah pada saat jatuh tempo.

6. Reksa Dana Indeks

Reksa dana yang komposisi portofolionya dibuat menyerupai suatu indeks


acuan sehingga return yang diperoleh pun mirip dengan indeks yang
diikutinya (bisa berupa indeks obligasi maupun indeks saham). Reksa dana
ini dapat dibeli dan dijual sesuai keinginan investor (setiap hari bursa),
sifatnya hampir sama dengan reksa dana terbuka.

7. ETF (Exchange Traded Fund)

Reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya


diperdagangkan di bursa, dan kinerjanya mengacu pada indeks tertentu,
dapat berupa indeks saham atau indeks obligasi. Para investor pemegang
unit ETF dapat dengan mudah mentransaksikan unitnya di bursa setiap saat
selama jam bursa. Salah satu contoh reksa dana ETF adalah LQ-45.
Meskipun harga ETF bisa segera diketahui saat dibeli dan pembeliannya
dilakukan pada saat bursa (tidak melalui MI), bukan berarti ETF itu saham,
ETF berbeda dengan saham. ETF memiliki prinsip diversifikasi yang sama
dengan reksa dana.

8. Reksa Dana Syariah


Reksa dana merupakan reksa dana yang menginvestasikan dana
kelolaannya menurut ketentuan dan prinsip syariah. Reksa dana syariah tidak
menginvestasikan dananya pada saham atau obligasi dari perusahaan yang
pengelolaan atau produknya bertentangan dengan prinsip syariah, contohnya
yang berkaitan dengan riba.

Dilihat dari segi bentuknya, reksa dana dapat dibedakan menjadi :


1. Reksa dana berbentuk Perseroan (corporate type).
Dalam bentuk reksa dana ini, perusahaan penerbit Reksa dana
menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari
hasil penjualan tersebut di investasikan pada berbagai jenis Efek yang
diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang.
Reksa dana bentuk Perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya
menjadi reksa dana Perseroan yang terbuka.

Reksa dana berbentuk Perseroan mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut :
 Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas.
 Pengelolaan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara
Direksi Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk.
 Penyimpanan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara
Manajer Investasi dengan Bank Kustodian.

2. Reksa dana berbentuk Investasi Kolektif (contractual type).


Reksa dana berbentuk Investasi Kolektif ini merupakan kontrak
antara Mnager Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat
pemegang Unit Penyertaan. Manager Investasi diberi kewenangan untuk
mengelola portofoilio investasi kolektif, sedangkan Bank Kustodian diberi
wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
Bentuk inilah yang lebih populer dan jumlahnya semakin
bertambah dibandingkan dengan reksa dana yang berbentuk Perseroan.
Reksa dana bentuk Investasi Kolektif ini bercirikan :

 Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.


 Pengelolaan reksa dana dilakukan oleh Manajer Investasi berdasarkan
kontrak.
 Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank
Kustodian berdasarkan kontrak.

Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi :

1. Reksa dana bersifat Tertutup (Closed – End Fund)


Reksa dana bersifat tertutup adalah reksa dana yang tidak dapat
membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada Pemodal.
Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada
Manajer Investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal
ini harus dilakukan melalui tempat saham reksa dana tersebut dicatatkan
(Bursa Efek).

2. Reksa dana bersifat Terbuka (Open-End Fund)


Reksa dana bersifat terbuka adalah reksadana yang menawarkan
dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah
modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat menjual
kembali saham / unit penyertaannya setiap saat apabila diinginkan.
Manajer Investasi reksa dana, melalui Bank Kustodian, wajib membelinya
sesuai dengan NAB per saham/unit pada saat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai