Anda di halaman 1dari 9

Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371

Vol. 5, No. 3, Juli 2016, Hal 113-122

APLIKASI METODE DOUBLE DIFFERENCE DALAM


RELOKASI HIPOSENTER UNTUK MENGGAMBARKAN ZONA
TRANSISI ANTARA BUSUR BANDA DAN BUSUR SUNDA
Iis Nur Jannah1, Titi Anggono2, dan Tony Yulianto M.T1
1Departemen Fisika,Fakultas Sains dan Matematika,Universitas Diponegoro, Semarang
2 Pusat Penelitian dan Teknologi, Fisika Lipi, Serpong.

E-mail:iis.nurjannah@st.fisika.undip.ac.id

ABSTRACT
The region along of zone transition between Banda arc and Sunda arc is very vulnerable region of
earthquake disaster because of this region is located at active subduction zone which caused by convergent
boundaries of two tectonic plate, Eurasian plate and Indo-Australian plates. Precise catalogue data will be
important as references to tectonic and earthquake study in this area. Because that reason, precise hypocenter
information is very important. Earthquake relocation is used to calculate earthquake hypocenter to become
precisely. The purpose of this study is to get precise hypocenter distribution of zone transition between Banda arc
and Sunda arc.
The double-difference (DD) method is a relative hypocenter method using residual time data of pairs of
events to each seismographic station. In this research used by using P wave travel time from the International
Seismological Center (ISC). Earthquake that relocated are earthquake which recorded from 2014 until 2011. The
results show relocated hypocenters move toward a certain structure and from a clear pattern of seismicity. A clear
seismicity pattern is located in northern 119° which active subduction zone of two tectonic plate. The double-
difference (DD) method can provide a significant improvement in the hypocenter location. This is indicated by
residual time that decline.
Keyword: relocation hypocenter, double-difference method, zone transition between Banda arc and Sunda arc.

ABSTRAK
Daerah sepanjang zona transisi antara busur Banda dan busur Sunda adalah daerah yang sangat rawan
terhadap bencana gempa bumi karena daerah tersebut merupakan zona subduksi aktif yang disebabkan oleh
pertemuan dua lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Data katalog yang presisi
sangat dibutuhkan sebagai data referensi untuk studi tektonik dan studi kegempaan pada area ini. Untuk memahami
kondisi tektonik yang tepat diperlukan analisis hiposenter yang akurat. Karena itulah informasi mengenai
hiposenter yang akurat sangat penting. Relokasi gempa bumi dilakukan untuk menentukan ulang hiposenter
gempa bumi menjadi lebih akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan distribusi hiposenter yang lebih
akurat pada zona transisi antara busur Sunda dan busur Banda.
Metode double difference (DD) adalah suatu metode relokasi hiposenter relatif yang menggunakan data
waktu tempuh residual dari pasangan hiposenter ke setiap stasiun seismograf. Pada penelitian menggunakan data
waktu tempuh gelombang-P dari International Seismological Center (ISC). Gempa bumi yang direlokasia dalah
data gempa bumi yang tercatat pada 2011 sampai 2012. Hasil relokasi hiposenter menunjukkan hiposenter
relokasi tampak semakin mendekat ke struktur tertentu dan membentuk pola seismisitas yang jelas. Pola seismitas
yang jelas terdapat pada bujur 119° yang merupakan zona subduksi aktif yang disebabkan oleh pertemuan dua
lempeng tektonik. Metode double difference (DD) mampu memberikan perbaikan lokasi hiposenter yang signifikan.
Hal ini diindikasikan dengan residual waktu tempuh yang menurun.
Kata kunci: relokasi hiposenter, metode double-difference, zona transisi antara busur Banda dan busur Sunda.

113
Iis Nur Jannah dkk. Aplikasi Metode Double Difference ...

PENDAHULUAN menunjam di bawah lempeng benua (Lempeng


Eurasia). Wilayah Busur Sunda meliputi busur
Dalam seismologi, penentuan hiposenter kepulauan yang membentang dari Sumatera,
gempa bumi secara tepat dan akurat sangat Jawa sampai pulau-pulau di sebelah timurnya,
penting. Seiring dengan perkembangan sampai Pulau Sumbawa, sementara wilayah
teknologi penentuan hiposenter dapat Paparan Sunda meliputi wilayah Kalimantan
dilakukan secara cepat. Namun, parameter ke barat melalui daerah Natuna hingga
hiposenter yang dihasilkan dianggap masih menyambung dengan Semenanjung Malaya,
perlu lebih diakuratkan karena dalam disebelah selatannya termasuk Laut Jawa,
penentuannya, model kecepatan yang bagian utara-barat Jawa dan bagian paling
digunakan adalah model kecepatan satu timur – utara Sumatera [4]
dimensi yang global [1].
MetodeDouble Difference menggunakan
data katalog gempa dan juga waveform
crosscorelation, metode Double Difference
pertama kali kemukakan oleh Waldhauser dan
Ellsworth pada tahun 2000. Model ini masih
memiliki kesalahan (error) ketika adanya
variasi kecepatan yang tidak dimodelkan,
contohnya seperti stasiun yang terletak lebih
tinggi atau lebih rendah dan adanya kontras Gambar 1. Zona penunjaman di bawah busur
Sunda [5]
kecepatan dekat stasiun. Dengan
menggunakan metode Double Difference,S Wilayah Busur Banda
kesalahan akibat hal tersebut dapat dikurangi Tatanan tektonik di Busur Banda cukup
tanpa membutuhkan koreksi stasiun. kompleks, sebelah selatan terdapat palung
Kelebihan Metode Double-Difference yaitu Timor dandi utara adalah palung Seram.
dapat merelokasikan hiposenter sehingga Kedua palung ini melingkar membentuk
tampak pola seismisitas yang lebih jelas [2] setengah lingkaran mulaidari selatan pulau
Busur Banda dan Busur Sunda Timor, Tanimbar, berbelok keatas di sebelah
merupakan salah satu wilayah dengan timur pulau Seram dan Buru. Hal ini
tingkat seismisitas yang tinggi. Hal ini disebabkan tumbukan lempeng Eurasia yang
disebabkan karena wilayah ini menjadi relatif diam dengan lempeng Indo-Australia
pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu dari sebelah selatan dengan kecepatan sekitar
lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan 70mm/tahun, sementara lempeng pasifik
lempeng Pasific. Batas-batas lempeng- menabrak dari sebelah timur dengan kecepatan
lempeng ini merupakan sebuah zona sekitar 90 mm/tahun.
subduksi yang merupakan zona aktif gempa Zona zubduksi di bawah Busur Banda
bumi. [3] sangat unik, di mana slab litosfer yang
menunjam membentuk struktur yang
menyerupai sendok. Hal ini dimungkinkan
DASAR TEORI oleh proses terputarnya Busur Banda yang
hampir 180° berlawanan dengan arah putar
Wilayah Busur Sunda dan Paparan Sunda jarum jam. Geometri dari litosfer yang ter
Busur Sunda adalah busur kepulauan hasil subduksi di bawah Busur Banda digambarkan
dari interaksi lempeng samudera (disini secara 3-D dengan lebih jelas dalam diagram
lempeng Indo-Australia yang bergerak ke blok pada Gambar 2
utara dengan kecepatan 7 cm pertahun) yang

114
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 5, No. 3, Juli 2016, Hal 113-122

Gambar 2. Struktur 3-D dari penunjaman Gambar 4.Jarak hiposenter [7]


litosfer yang membuat sebuah bentuk sendok 𝐷=𝑇𝑝𝑜.𝑉𝑝(2)
di bawah busur Banda [6] 𝐷=𝑇𝑠𝑜.𝑉𝑠(3)
𝐷=𝑇𝑠−𝑇𝑜.𝑉𝑠(4)
Parameter Gempa Bumi 𝐷={(𝑇𝑠 − 𝑇𝑝)+( Tp-To) }.𝑉𝑠(5)
a. (Origin Time) 𝐷=𝑇𝑠𝑝+𝑇𝑝𝑜.𝑉𝑠(6)
Origin Time atau waktu terjadinya dengan Tsp adalah Ts – Tp, Tpo adalah Tp-To
gempa bumi merupakan waktu dimana dan Tso adalah Ts – To.
pelepasan energi pertama kali terjadi pada
lempeng tektonik bumi yang mengalami c. Episenter
tekanan akibat tumbukan atau gesekan. Untuk Episenter merupakan sebuah daerah di
menentukan origin time, secara sederhana permukaan bumi yang tegak lurus terhadap
dapat menggunakan grafik Wadati. hiposenter.

d. Magnitudo
Merupakan besaran yang menunjukkan
kekuatan gempa bumi secara empiris. Satuan
yang dipakai adalah Skala Richter.

Metode Double-Difference
Gambar 3.GrafikWadati Metoda double-difference merupakan
𝑇𝑠𝑝 teknikrelokasi gempa bumi dengan tujuan
𝑇𝑜=𝑇𝑝 - (1)
𝑙 untuk mendapatkan posisi hiposenter yang
𝑉𝑝
dengan Tsp adalah Ts – Tp dan l adalah 𝑉𝑠 −1 lebih presisi agar sesuai dengan kondisi
tektoniknya [8]. Prinsip metoda ini adalah
b. Hiposenter dengan meminimumkan residual time dari
Hiposenter merupakan pusat gempa bumi waktu tempuh hasil perhitungan dan waktu
yang berada di dalam permukaan bumi. Untuk tempuh hasil pengamatan pada dua event
memudahkan seseorang terkadang hiposenter gempa yang berdekatan dengan sejumlah
diasumsikan sebagai sebuat titik namun pada stasiun pencatat gempa yang sama. Jarak
kenyataannya hiposenter merupakan sebuah antara dua event gempa tersebut harus jauh
bidang yang luasnya tergantung pada besarnya lebih kecil dibandingkan terhadap jarak
energi yang dilepaskan. Penentuan hiposenter stasiun-stasiun pencatat gempanya. Asumsi
juga dapat menggunakan grafik Wadati, tersebut menunjukkan bahwa kedua event
dengan mengasumsikan bahwa lapisan bumi tersebut memiliki ray path yang sama.
adalah homogen. Pada gambar dibawah, D Residual time antara observasi dan
adalah jarak hiposenter dengan stasiun kalkulasi didefinisikan sebagai perbedaan
pencatat, dan dapat dinyatakan dengan waktu tempuh observasi dan kalkulasi antara
persamaan berikut:

115
Iis Nur Jannah dkk. Aplikasi Metode Double Difference ...

dua event gempa yang dituliskan dalam Diagram Alir Penelitian


persamaan: a. Pra Pengolahan
𝑜𝑏𝑠 𝑐𝑎𝑙
𝑑𝑟𝑘𝑖𝑗 = (𝑡𝑘𝑖 − 𝑡𝑘𝑗 ) − (𝑡𝑘𝑖 − 𝑡𝑘𝑗 ) (7) Mulai
dengan persamaan (7) didefinisikan sebagai
double difference perlu diperhatikan bahwa
Data katalog
persamaan (7) dapat digunakan untuk fase gempa
dengan waktu datang teramati menggunakan
waktu tempuh absolut, t, atau selisih waktu
tempuh relatif dari korelasi-silang. Perhitungan waktu
tempuh

Pemilihan event

Pemformatan ulang

Gambar 5.Ilustrasi relokasi hiposenter Phase.dat dan Mengubah parameter


dengan algoritma double-difference [8]. station.dat masukan ph2dt

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Dalam penelitian ini menggunakan Tautan event Tidak
beberapa perangkat lunak komputer sebagai kuat > 60 % k
berikut :
a. Perangkat lunak HypoDD digunakan Ya
untuk pengolahan data relokasi gempa
bumi.
Dt.ct event.sel
b. Perangkat lunak GMT (Generic dan station.dat
Mapping Tools) digunakan untuk
pemetaan lokasi hiposenter gempa bumi
sebelum dan sesudah terkoreksi. A
c. Perangkat lunak Microsoft Excel
digunakan untuk menghitung nilai Gambar 6. Diagram alir pra pengolahan
waktu tempuh (travel time) gempa bumi.
d. Notepad untuk penyusunan data teks dan
angka
Data yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Data data waktu tiba (arrival time)
gelombang P dan hiposenter katalog gempa
bumi ISC (International Seismological Center)
untuk gempa bumi zona transisi antara busur
Sunda dan busur Banda pada tahun 2004
sampai 2011.

116
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 5, No. 3, Juli 2016, Hal 113-122

b. Relokasi Hiposenter

Model A
Parameter
Kecepatan masukan

Relokasi
hiposenter
Gambar 8. Grafik jumlah gempa dari tahun
2004 sampai 2011 sebelum relokasi
Mengubah
Tidak parameter masukan
Residual
time< 1

Ya

Lokasi akhir

Plotting

Interpretasi
Gambar 9. Grafik jumlah gempa dari tahun
2004 sampai 2011 setelah relokasi

Gempa yang terjadi dari tahun 2004 sampai


Selesai
tahun 2011 memilik kekuatan gempa
(magnitudo) yang berbeda-beda berkisar
Gambar 7. Diagram alir relokasi hiposenter dari 2 sampai 6,5. Gambar 10 menunjukkan
distribusi jumlah gempa dan magnitudo
HASIL DAN PEMBAHASAN gempa sebelum relokasi dan Gambar 11
menunjukkan distribusi gempa setelah
Analisis Data Katalog
relokasi.
Dari 2513 jumlah gempa data katalog ISC
mulai tahun 2004 sampai tahun 2011
didapatkan data gempa sejumlah 1211 dan
89 stasiun pencatat yang akan direlokasi.
Gambar 8 menunjukkan distribusi jumlah
gempa dari tahun 2004 sampai tahun 2011
sebelum relokasi dan Gambar 9
menunjukkan distribusi jumlah gempa
setelah relokasi.

Gambar 10. Grafik distribusi antara jumlah


gempa dan magnitudo dari tahun 2004
sampai 2011 setelah sebelum relokasi

117
Iis Nur Jannah dkk. Aplikasi Metode Double Difference ...

Gambar 11. Grafik distribusi antara jumlah Gambar 13. Cross section hiposenter pada
gempa dan magnitudo dari tahun 2004 116°-123° (a) sebelum relokasi (b) setelah
sampai 2011 setelah relokasi. relokasi
Gambar 12 menunjukkan hasil cross
Distribusi Hiposenter Sebelum dan section hiposenter pada longitude 116°-123°
Setelah Relokasi sebelum dan sesudah direlokasi. Dari
Hasil keluaran dari program hypoDD Gambar 12 terlihat perbedaan distribusi
merupakan data hiposenter yang telah kedalaman hiposenter sebelum dan setelah
direlokasi. Berdasarkan hasil hiposenter direlokasi. Distribusi kedalaman hiposenter
yang telah terlokasi kemudian di lakukan yang telah direlokasi cenderung lebih
plotting menggunakan software GMT tersebar merata. Hal ini disebabkan
(Generic Mapping Tools). Hal ini di lakukan distribusi hiposenter setelah di relokasi
untuk mengetahui lokasi distribusi mengalami pergeseran, namun pergeseran
hiposenter sebelum dan setelah di relokasi. ini tidak terlalu sigifikan.
Penggunaan software GMT (Generic
Mapping Tools) ini juga digunakan untuk Interpretasi
mengetahui cross section dari distribusi Metode Double Difference mempunyai
hiposenter untuk mengetahui pergeseran tingkat kepercayaan yang lebih besar. Hal
lokasi hiposenter setelah relokasi serta itu karena dari analisis koherensi semua
kedalaman huposenter. hiposenter dalam satu kelompok
mempunyai koherensi yang sangat mirip
(mendekati satu), sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa hiposenter tersebut
berasal dari satu mekanisme gempa yang
sama dan terletak saling berdekatan pada
satu trend bidang rekah atau struktur.
Gambar 13 menunjukkan peta
persebaran lokasi awal gempa sebelum dan
setalah relokasi, dimana lingkaran hitam
merupakan distribusi lokasi gempa bumi
sebelum relokasi dan lingkaran merah
merupakan distribusi lokasi gempa bumi
Gambar 12. Cross section hiposenter pada setelah relokasi. Pada Gambar 4.20 tampak
116°-123° bahwa gempa bumi relokasi lebih mendekat
pada struktur tertentu yaitu yang berada
pada longitude sekitar 119° jika
dibandingkan dengan gempa bumi awal.

118
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 5, No. 3, Juli 2016, Hal 113-122

Distribusi hiposenter yang berada pada menunjukkan adanya aktifitas seismik yang
latitude 119° sebelum relokasi berjumlah tinggi. Tingginya aktifitas seismik
118, setelah dilakukan relokasi distribusi mengindikasikan adanya zona subduksi
hiposenter berjumlah 162. lempeng. Pada Gambar 14 tampak jelas
Gambar 14 merupakan peta persebaran adanya lineasi sumber gempa setelah
lokasi awal hiposenter sebelum dan setalah relokasi. Lineasi ini menggambarkan dengan
relokasi, Hiposenter relokasi tampak lebih jelas adanya zona subduksi zona
menyusut serta tampak pola seismisitas yang transisi antara busur Banda dan busur
cukup jelas. Pola seismitas yang cukup jelas Sunda.

Gambar 13. Distribusi lokasi gempabumi sebelum


dan setelah relokasi.

Gambar 14. Distribusi lokasi hiposenter sebelum dan setelah relokasi

119
Iis Nur Jannah dkk. Aplikasi Metode Double Difference ...

Validasi Data KESIMPULAN


Validasi digunakan untuk menguji hasil
relokasi hiposenter.Dengan melakukan Kesimpulan
validasi dapatdiketahui apakah hasil yang Berdasarkan penelitian yang telah
diperoleh sudahbenar atau tidak.Validasi dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
dilakukan dengan caramembandingkan Metode double difference yang diterapkan
frekuensi residual time sebelum dan sesudah pada zona transisi antara busur Sunda dan
relokasi hiposenter [9]. busur Banda mampu memberikan solusi
Gambar 15 menunjukkan frekuensi hiposenter yang lebih baik, hiposenter
residual time sesudahrelokasi hiposenter relokasi yang semakin mendekat ke struktur
yang mendekati nol jauh lebihtinggi tertentu, dan membentuk pola seismisitas
sebelum relokasi hiposenter. Kondisi sebagai penggambaran kondisi tektonik
tersebut menunjukkan setelah relokasi zona transisi antara busur Banda dan busur
hiposenterterjadi perbaikan posisi Sunda.
hiposenter.Residual timemendekati nol
menunjukkan antara model bumi dan Saran
kenyataan tidak terlalu jauh 1. Data korelasi silang dapat ditambahkan
berbeda.Residual time yang besar dalam melakukan relokasi hiposenter
menunjukkansebaliknya. Metode double- agar diperoleh solusi hiposenter yang
difference mampu memberikan perbaikan lebih baik.
lokasi hiposenter yang signifikan.Hal ini 2. Sebaiknya menggunakan model
diindikasikan dengan naiknya jumlah kecepatan regional sebagai parameter
residual waktu tempuh (mendekati nol masukan program hypoDD.
sampai 0,3) sebelum relokasi yang
berjumlah 292 (24%) menjadi 820 (67,71%) DAFTAR PUSTAKA
setelah dilakukan relokasi hiposenter. [1]. Kayal J.R,. (2008), Microearthquake
Seismology and Seismotectonics of
South Asia, Copublished by Springer
AA Dordrecht, The Netherlands with
Capital Publishing Company, New
Delhi, India.
[2]. Sahara, David P., dan Kusumo
Andrianto W., Rahmad Sule,
Aplikasi Metode Double Difference
Untuk Relokasi Hiposenter Gempa
Vulkanik Gunung Kelud Secara
Akurat, Program Studi Teknik
Geofisika, Fakultas Teknik
Pertambangan dan Perminyakan
ITB, Bandung.
[3]. National Earthquake Information
Center (NEIC)
Gambar 15. Histogram residual time dan [4]. Bachri, Saiful., 2013, Peran Sistem
frekuensi (a) sebelum relokasi hiposenter Tunjaman, Sesar Mendatar
(b) setelah relokasi hiposenter. Transform Dan Pemekaran
Terhadap Sebaran Cekungan
Sedimen Di Indonesia The Role Of

120
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 5, No. 3, Juli 2016, Hal 113-122

Subduction Systems, Tranform [7]. Husni R, Mochammad., 2014,


Faults And Rifting To The Aplikasi Metode Double-Difference
Distribution Of Sedimentary Basins untuk Relokasi Hiposenter Gempa
In Indonesia, Jurnal Sumber Daya Mikro di Lapangan Panas Bumi
Geologi, Vol. 14 No. 1. “KRHR”, Skripsi, Program Studi
[5]. Widiyantoro, Sri., dan Nanang P. Geofisika Jurusan Fisika FMIPA
Puspito., Tomografi Waktu Tempuh UGM, Yogyakarta.
Gelombang S dan Struktur 3-D Zona [8]. Waldhauser, F., 2001, hypoDD -- A
Penunjaman Di Bawah Busur Sunda. Program to Compute Double-
Jurusan Geofisika dan Meteorologi Difference Hypocenter Locations,
Fakultas Matematika dan Ilmu Geology Survey, U.S.
Pengetahuan Alam ITB, Bandung. [9]. Ramdhan, Mohamad dan Nugraha,
JMS Vol. 3 No. 2, hal. 97 -104, Andri D.,Studi Kegempaan Area
Oktober 1998 Selat Sunda Dan Sekitarnya
[6]. Ngatmanto, Drajat., (2009), Berdasarkan Hasil Relokasi
Penentuan Potensi Gempa Bumi Hiposenter Menggunakan Metoda
Merusak Berdasarkan Parameter Double-Difference Pusat Gempa dan
Kegempaan Di Wilayah Busur Tsunami, Badan Meteorologi
Banda, Pusat Penelitian dan Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.
Pengembangan, Badan Meteorologi JTM Vol. XIX No. 4/2012
Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.

121

Anda mungkin juga menyukai