Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA CAPITIS

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Trauma capitis adalah gangguan traumatic yang menyebabkan
gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan dan tidak
mengganggu jaringan otak.
B. Etiologi
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
 Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera
setempat.
 Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi
ketika energi/ kekuatan diteruskan kepada otak.
C. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis secara umum pada trauma kapitis :
 Pada kontusio segera terjadi kehilangan kesadaran.
 Pola pernafasan secara progresif menjadi abnormal.
 Respon pupil mungkn lenyap.
 Nyeri kepala dapat muncul segera/bertahap seiring dengan
peningkatan TIK.
 Dapat timbul mual-muntah akibat peningkatan tekanan
intrakranial.
 Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara
dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
D. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan Oksigen dan
Glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai
cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Trauma kepala

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-
myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan
otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan
disritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel, takikardia. Akibat adanya
perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol
akan berkontraksi.
E. Klasifikasi Cedera Kepala
Cedera kepala pada praktek klinis sehari-hari dikelompokkan atas
empat gradasi sehubungan dengan kepentingan seleksi perawatan
penderita, pemantauan diagnostic-klinik penanganan dan prognosisnya,
yaitu :
 Tingkat I : bila dijumpai adanya riwayat kehilangan
kesadaran/pingsan yang sesaat setelah mengakami trauma, dan
kemudian sadar kembali. Pada waktu diperiksa dalam keadaan sadar
penuh, orientasi baik, dan tidak ada deficit neurologist.
 Tingkat II : kesadaran menurun namun masih dapat mengikuti
perintah-perintah yang sederhana, dan dijumpai adanya deficit
neurologist fokal.
 Tingkat III : kesadaran yang sangat menurun dan tidak bisa
mengikuti perintah (walaupun sederhana)sama sekali. Penderita
masih bisa bersuara , namun susunan kata-kata dan orientasinya
kacau, gaduh gelisah. Respon motorik bervariasi dari keadaan yang
masih mampu melokalisir rasa sakit sampai tidak ada respon sama
sekali. Postur tubuh dapat menampilkan posisi dekortikasi-
deserebrasi.
 Tingkat IV : tidak ada fungsi neurologist sama sekali.

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
Kategori Penentuan Keparahan Cedera Kepala berdasarkan Nilai
Glasgow Coma Scale(GCS).

Penentuan
Deskripsi Frekuensi
keparahan

Minor  GCS 13 – 15 55 %
 Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau
amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
 Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada
kontusio serebral, hematoma
Sedang  GCS 9 – 12
 Kehilangan kesadaran dan atau amnesia
lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 24 %
jam.
 Dapat mengalami fraktur tengkorak
Berat  GCS 3 – 8
 Kehilanmgan kesadaran dan atau terjadi
amnesia lebih dari 24 jam
 Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, 21 %
atau hematoma intracranial.

F. Pemeriksaan Penunjang
 CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
 Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
 X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
 Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
 Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial.
G. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut :
 Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi.
 Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma.
 Berikan oksigenasi.
 Awasi tekanan darah
 Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neuregenik.
 Atasi shock
 Awasi kemungkinan munculnya kejang.
 Penatalaksanaan lainnya:
 Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral,
dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
 Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi
vasodilatasi.
 Pemberian analgetika
 Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol
20% atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
 Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
 Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat diberikan
apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18
jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikana makanan lunak.
 Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak
cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8
jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari
selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui NGT
(2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea N.

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesehatan, letargi
Hemiparase, quadrepelgia
Ataksia cara berjalan tak tegap
Masalah dalam keseimbangan
Cedera (trauma) ortopedi
Kehilangan tonus otot, otot spastik
Sirkulasi
Gejala : Perubahan darah atau normal (hipertensi)
Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang
diselingi bradikardia disritmia).
Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung
depresi dan impulsif.
Eliminasi
Gejala : Inkontenensia kandung kemih/ usus atau mengalami gngguan
fungsi.
Makanan/ cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : Muntah (mungkin proyektil)
Gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia).
Neurosensoris
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,
vertigo, sinkope, tinitus kehilangan pendengaran, fingking, baal pada
ekstremitas.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
Perubahan status mental
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri)
Wajah tidak simetri
Genggaman lemah, tidak seimbang
Refleks tendon dalam tidak ada atau lemah
Apraksia, hemiparese, Quadreplegia
Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda
biasanya koma.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangangan nyeri
yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
Pernapasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Nafas berbunyi stridor, terdesak, ronkhi, mengi positif.
Keamanan
Gejala : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/ dislokasi
Gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekutan secara
umum mengalami paralisis
Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh
Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang-ulang.

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral;
penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung).
2. Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan
kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak).
Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan trauma,
kulit rusak, prosedur invasif. Penurunan kerja silia, stasis cairan
tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi tertekan (penggunaan
steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS,).
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi
atau kognitif. Penurunan kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan
/kewaspadaan keamanan, misal: tirah baring, imobilisasi.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk mencerna
nutrien (penurunan tingkat kesadaran). Kelemahan otot yang
diperlukan untuk mengunyah, menelan. Status hipermetabolik.
C. Intervensi Keperawatan
1). Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian
aliran darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD
sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung)
Tujuan:
Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan
fungsi motorik/sensorik.
Kriteria hasil:
Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
Rencana Tindakan :
1. Tentukan faktor-faktor yg menyebabkan koma/penurunan perfusi
jaringan otak dan potensial peningkatan TIK.

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
2. Pantau /catat status neurologis secara teratur dan bandingkan
dengan nilai standar GCS.
3. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan,
reaksi terhadap cahaya.
4. Pantau tanda-tanda vital: TD, nadi, frekuensi nafas, suhu.
5. Pantau intake dan out put, turgor kulit dan membran mukosa.
6. Turunkan stimulasi eksternal dan berikan kenyamanan, seperti
lingkungan yang tenang.
7. Bantu pasien untuk menghindari /membatasi batuk, muntah,
mengejan.
8. Tinggikan kepala pasien 15-45 derajad sesuai indikasi/yang dapat
ditoleransi.
9. Batasi pemberian cairan sesuai indikasi.
10. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
11.Berikan obat sesuai indikasi, misal: diuretik, steroid,
antikonvulsan, analgetik, sedatif, antipiretik.
2). Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak). Kerusakan
persepsi atau kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.
Tujuan:
Mempertahankan pola pernapasan efektif.
Kriteria evaluasi:
Bebas sianosis, GDA dalam batas normal
Rencana tindakan :
1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan. Catat
ketidakteraturan pernapasan.
2. Pantau dan catat kompetensi reflek gag/menelan dan kemampuan
pasien untuk melindungi jalan napas sendiri. Pasang jalan napas
sesuai indikasi.
3. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miirng sesuai
indikasi.

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
4. Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif bila
pasien sadar.
5. Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangan lebih dari
10-15 detik. Catat karakter, warna dan kekeruhan dari sekret.
6. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan
adanya suara tambahan yang tidak normal misal: ronkhi,
wheezing, krekel.
7. Pantau analisa gas darah, tekanan oksimetri
8. Lakukan rontgen thoraks ulang.
9. Berikan oksigenasi.
10. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi.
3). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan trauma,
kulit rusak, prosedur invasif. Penurunan kerja silia, stasis cairan
tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi tertekan (penggunaan
steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS).
Tujuan:
Mempertahankan normotermia, bebas tanda-tanda infeksi.
Kriteria evaluasi:
Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan :
1. Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tehnik cuci
tangan yang baik.
2. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan, daerah yang
terpasang alat invasi, catat karakteristik dari drainase dan adanya
inflamasi.
3. Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil,
diaforesis dan perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran).
4. Anjurkan untuk melakukan napas dalam, latihan pengeluaran
sekret paru secara terus menerus. Observasi karakteristik sputum.
5. Berikan antibiotik sesuai indikasi

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
4). Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi
atau kognitif. Penurunan kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan
/kewaspadaan keamanan, misal: tirah baring, imobilisasi.
Tujuan :Klien merasa nyaman.
Kriteria hasil :
Klien akan melaporkan peningkatan kekuatan/ tahanan dan
menyebutkan makanan yang harus dihindari.
Rencana tindakan :
1. Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan
bantalan penghangat diatas abdomen.
R/ tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi
tenaga selama perawatan dan saat klien lemah.
2. Singkirkan pemandangan yang tidak menyenagkan dan bau yang
tidak sedap dari lingkungan klien.
R/ pemandangan yang tidak menyenagkan atau bau yang tidak
sedap merangsang pusat muntah.
3. Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal
:teh encer, air jahe, agar-agar, air) 30-60 ml tiap ½ -2 jam.
R/ cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan terdesak area
gastrik dan dengan demikian tidak memperberat gejala.
4. Instruksikan klien untuk menghindari hal ini :
 Cairan yang panas dan dingin
 Makanan yang mengandung serat dan lemak (misal; susu, buah)
 Kafein
R/ Cairan yang dingin merangsang kram abdomen; cairan panas
merangsang peristaltik; lemak juga merangsang peristaltik dan
kafein merangsang motilitas usus.
5. Lindungi area perianal dari iritasi
R/ sering BAB dengan penigkatan keasaman dapat mengiritasi
kulit perianal.

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
5). Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk mencerna
nutrien (penurunan tingkat kesadaran). Kelemahan otot yang
diperlukan untuk mengunyah, menelan. Status hipermetabolik.
Tujuan :
1. Intake nutrisi meningkat.
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Berat badan stabil.
4. Torgor kulit dan membran mukosa membaik.
5. Membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
diberikan per oral.
Keluarga mampu menyebutkan pantangan yang tidak boleh
dimakan, yaitu makan rendah garam dan rendah lemak.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengatakan kondisinya sudah mulai membaik dan tidak
lemas lagi. Klien diberikan rentang skala (1-10).
1. Mengkaji keadaan nutrisi untuk mengetahui intake nutrisi klien.
2. Kaji faktor penyebab perubahan nutrisi (klien tidak nafsu makan,
klien kurang makan makanan yang bergizi, keadaan klien lemah
dan banyak mengeluarkan keringat).
3. Kolaborasi dengan tim gizi tentang pemberian mekanan yang
sesuai dengan program diet (rendah garam dan rendah lemak).
4. Membantu keluarga dalam memberikan asupan makanan peroral
dan menyarankan klien untuk menghindari makanan yang
berpantangan dengan penyakitnya.
5. Membantu memberikan vitamin dan mineral sesuai program.
6. Kolaborasi dengan Tim dokter dalam pemberian Transfusi Infus
RD 5% 1500 cc/24 jam dan NaCl.

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.

Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/trauma-kapitis/

http://panduankeperawatan.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-cedera-

kepala-trauma-capitis/

Asvan Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar


173145901042

Anda mungkin juga menyukai