T001 PDF
T001 PDF
Abstrak
Persimpangan Lenteng Agung sebagai titik transit antar moda dilalui oleh beberapa moda
transportasi angkutan umum, salah satunya adalah angkutan perkotaan (angkot). Kemacetan yang
terjadi di persimpangan tersebut antara lain disebabkan oleh kinerja angkot yang tidak optimal.
Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja angkot yang melalui persimpangan Lenteng
Agung, mengidentifikasi ketersediaan fasilitas angkutan umum dan menganalisa upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan terkait angkutan umum di persimpangan tersebut.
Parameter kinerja angkot yaitu load factor, jumlah penumpang yang diangkut, waktu tunggu
penumpang, waktu antara (headway), kecepatan perjalanan, ketersediaan angkutan dan sebab-
sebab kelambatan. Parameter tersebut didapatkan dari survei statis di persimpangan Lenteng
Agung dan survei dinamis pada angkot trayek D.83 dan S.02. Hasil survei menunjukkan kinerja
angkot yang belum optimal, dimana Load factor rata-rata angkot di persimpangan Lenteng Agung
kurang dari 70%, waktu tunggu penumpang dan headway rata-rata kurang dari 2 menit dan
kecepatan perjalanan rata-rata kurang dari 20 km/jam. Tidak tersedianya fasilitas khusus angkutan
umum juga mengakibatkan angkot berperilaku sering berhenti di sembarang tempat. Rekomendasi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di Lenteng Agung ini yaitu pengurangan
jumlah armada angkot D.83 dari 47 unit menjadi 31 unit dan angkot S.02 dari 70 unit menjadi 46
unit, perubahan rute trayek dan pembangunan bus bay.
Abstract
Lenteng Agung Intersection is known as transit point. It is passed by many public transportation
modes, such as minibus (angkot). The existence of the angkot has made serious problem on
Lenteng Agung Intersection. This study aims to identify the performance of angkot, to identify the
availability of public transportation facilities and to analyze some efforts to solve problems at
Lenteng Agung Intersection.Performance of angkot is represented by load factor, quantity of
passenger, passenger’s waiting time, headway, vehicle speed, availability of angkot and causes of
delay. These parameters are obtained through static survey at the intersection and dinamic survey
on angkot D.83 and S.02 route.The result shows that performance of angkot is not optimal, in
which the average load factor at the intersection is less than 70%, passenger’s waiting time and
average headway are less than 2 minutes and average angkot’s speed is less than 20 km/hour. The
absence of public transportation facilities at the intersection has made the angkot frequently stop at
any arbitrary points. Some recommendation to solve problems at Lenteng Agung Intersection are
proposed, those are the reduction of fleet size of Angkot D.83 from 47 units to 31 units and
Angkot S.02 from 70 units to 46 units, route change and perform bus bay.
PENDAHULUAN
Kemacetan di Jakarta disebabkan oleh berbagai permasalahan kompleks, yang tak
kunjung dapat diselesaikan dari akarnya hingga tuntas. Kemacetan lalu lintas
disebabkan oleh jumlah kendaraan yang melampaui kapasitas jalan. Tingginya
laju pertumbuhan kendaraan di Jakarta menunjukkan bahwa masyarakatnya
cenderung masih memilih bepergian menggunakan kendaraan pribadi
dibandingkan dengan menggunakan angkutan umum. Padahal, secara konsep
angkutan umum merupakan suatu solusi dalam menyelesaikan permasalahan
kemacetan di Jakarta. Di sisi lain, pengelolaan angkutan umum yang kurang baik
justru mengakibatkan timbulnya permasalahan baru seperti kemacetan, potensi
kecelakaan dan tindak kejahatan. Oleh karenanya, diperlukan suatu pengaturan
untuk meningkatkan kinerja angkutan umum namun dengan tetap tidak
mengganggu arus lalu lintas atau kapasitas jalan.
Di DKI Jakarta, salah satu jalan yang seringkali terjadi kemacetan adalah di Jl.
Raya Lenteng Agung arah dari Depok menuju Jakarta, tepatnya di persimpangan
Lenteng Agung. Persimpangan Lenteng Agung merupakan persimpangan strategis
yang dilalui oleh berbagai moda transportasi seperti KRL Jabodetabek, bus dan
angkot. Kemacetan di titik ini antara lain disebabkan oleh banyaknya angkot yang
sering berhenti sembarangan. Terdapat dua trayek angkot yang menjadikan titik
ini sebagai terminal mereka yaitu angkot D.83 dan S.02. Oleh karena itu tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kinerja angkot di persimpangan
Lenteng Agung, mengidentifikasi ketersediaan fasilitas angkutan umum di titik
tersebut dan menganalisa upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan terkait angkutan umum di persimpangan Lenteng Agung (Gambar
2).
METODA PENELITIAN
Alur Penelitian
A
Mulai
B
B
Selesai
Frekuensi
30 30
Frekuensi
20
10 20
0 Pagi 10 Pagi
123,1 -…
69,2 - 75%
0,0%
23,1 - 25%
46,2 - 50%
92,3 - 100%
Sore 0 Sore
100,0%
16,7%
33,3%
50,0%
66,7%
83,3%
0,0%
Load Factor (%) Load Factor (%)
Gambar 3 Distribusi Frekuensi Load Factor D.83 (Biru) dan S.02 (Merah)
60 100
Frekuensi
Frekuensi
40
50
20
0 Pagi 0 Pagi
Sore Sore
Gambar 4 Distribusi Frekuensi Waktu Berhenti D.83 (Biru) dan S.02 (Merah)
150 200
Frekuensi
Frekuensi
100
100
50 Pagi Pagi
0 0
Sore Sore
0-2 2-5 5-10 >10 0-2 2-5 5-10 >10
Waktu (menit) Waktu (menit)
Gambar 6 Load Factor Sepanjang Trayek D.83 (Kiri) dan S.02 (Kanan)
Berdasarkan survei dinamis nilai load factor angkot D.83 dan S.02 dapat
dikatakan tidak optimal. Besarnya nilai load factor yang terlihat dari masing-
masing grafik menunjukan karakteristik jumlah penumpang pada dua trayek
tersebut secara umum. Kedua trayek tersebut juga memiliki segmen terpadat yang
sama yaitu pada segmen Jl. Jagakarsa, sesuai dengan pengamatan langsung,
tepatnya di permulaan Jl. Jagakarsa. Yang cukup menjadi perbedaan adalah
jumlah penumpang menuju Lenteng Agung memang lebih banyak yang
menggunakan angkot S.02, terlihat dari grafik load factor menuju Lenteng Agung
yang relatif lebih besar dibandingkan dengan load factor angkot D.83.
Angkot D.83
Moda 35%
Transportas
i Lain 50%
Angkot S.02
15%
Gambar 8 Diagram Tabulasi Silang Pengguna KRL Jabodetabek
Dari data tersebut juga menyebutkan bahwa 87% pengguna KRL Jabodetabek
merupakan pengguna yang rutin (menggunakan setiap hari). Dari analisa tabulasi
silang ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas orang yang lalu lalang di
persimpangan Lenteng Agung merupakan pengguna angkot D.83, S.02 dan KRL
Jabodetabek.
Rekomendasi Perbaikan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya terlihat bahwa nilai load factor angkot tidak
optimal dan fasilitas khusus angkutan umum tidak tersedia. Dalam perencanaan
penyelenggaraan angkutan umum Dirjen Perhubungan Darat Tahun 2002
disebutkan bahwa load factor direncanakan mencapai angka 70%. Oleh karena
itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap jumlah armada dan juga rute serta
kelengkapan fasilitas. Dari hasil evaluasi, tiga rekomendasi yang diajukan yaitu
evaluasi armada, perubahan rute perjalanan dan pembangunan fasilitas angkutan
umum.
a. Evaluasi Armada
Reduksi jumlah armada untuk mencapai angka load factor sekitar 75% untuk
angkot D.83 dan S.02 adalah 31 unit dan 46 unit. Armada angkot D.83
direduksi dari 47 unit menjadi 31 unit, serta armada angkot S.02 direduksi
dari 70 unit menjadi 46 unit. Penerapan evaluasi ini dapat berupa
penjadwalan hari operasi dalam seminggu yaitu sebagian unit angkot hanya
beroperasi pada hari-hari tertentu (misalnya beroperasi pada hari senin, rabu
dan jumat) dan sebagian lainnya beroperasi pada sisa hari berikutnya (selasa,
kamis, sabtu dan minggu).
b. Perubahan Rute Perjalanan
Dari rute eksisting trayek S.02 terlihat bahwa sangat memungkinkan untuk
sedikit mengubah rute perjalanannya. Terutama untuk menghindari
permulaan Jl. Jagakarsa tetapi tetap tidak menghilangkan potensi penumpang
dari Lenteng Agung. Rute alternatif yang direkomendasikan yaitu dari Jl.
Lenteng Agung kemudian belok ke Jl. Moh. Kahfi II – Jl. Jeruk dan kembali
ke Jl. Jagakarsa. Dengan menerapkan hal ini calon penumpang angkot S.02
kini dapat naik di awal Jl. Moh. Kahfi II dan diharapkan volume angkot yang
melewati Jl. Jagakarsa arah Jagakarsa setidaknya akan terbagi. Perpindahan
titik naik angkot ini juga tidak begitu jauh yaitu sekitar 100 m.
c. Pembangunan Fasilitas Angkutan Umum
Fasilitas yang diajukan dalam hal ini adalah jalur bus bay khusus untuk
mengakomodasi kegiatan naik turun penumpang di Lenteng Agung. Sketsa
bus bay ditunjukkan pada Gambar 9. Jenis tempat perhentian bus yang
digunakan ini adalah Standar Tempat Henti Kelompok 6 Tunggal (Dirjen
Perhubungan Darat, 1996).
Saran
- Mengevaluasi kembali jumlah armada untuk meningkatkan load factor.
- Perlu dipertimbangkan lebih lanjut tentang pembangunan fasilitas-fasilitas
angkutan umum seperti halte dan (bus bay).
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perhubungan Prov. DKI Jakarta. (2013). Dinas Perhubungan Dalam Angka
Tahun 2012. Jakarta: Dinas Perhubungan Prov. DKI Jakarta.
Dirjen Perhubungan Darat. (1996). Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat
Perhentian Kendaraan Penumpang Umum. Jakarta: Dirjen Perhubungan
Darat.
Dirjen Perhubungan Darat. (2001). Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum
Perkotaan. Jakarta: Dirjen Perhubungan Darat.
Dirjen Perhubungan Darat. (2002). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan
Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan
Teratur. Jakarta: Dirjen Perhubungan Darat.
Vuchic, V. R. (2005). Urban Transit: Operations, Planning, and Economics. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.