Anda di halaman 1dari 15

MATERIALITAS DAN RESIKO

KELOMPOK 3

ANGGOTA :

I GUSTI WIDIANA (17061104274)


EDWIN E. LOLOWANG (17061104273)
OCTRIA WUISAN (17061104266)
CHERIL HORMAN (17061104284)
MARCELINO STEVANUS (17061104272)
YOSUA BANTALI (17061104287)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANG
MATERIALITAS DAN RESIKO

A. MATERIALITAS

Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam menentukan laporan


audit yang tepat untuk diterbitkan. FSAB mendefinisikan materialitas sebagai
“besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat
dari keadaan yang melingkupnya dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut”

B. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL

PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor untuk memutuskan jumlah


gabungan salah saji dalam laporan keuangan yang akan mereka anggap material di
awal pengauditan bersamaan dengan ketika mereka mengembangkan strategi
audit secara keseluruhan. Kita mengacu hal tersebut sebagai pertimbangan
materialitas awal.Dinamakan pertimbangan materialitas awal, karena meskipun
merupakan opini profesional, penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak
kerja.

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penilaian


Beberapa faktor yang memengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan
materialitas awal dalam laporan keuangan. Hal-hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam konsep materialitas adalah sebagai berikut:
1. Materialitas merupakan konsep relatif, bukan absolut sebuah salah
saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu perusahaan
kecil, sebaliknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak
material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk
menentukan semua acuan nilai nominal untuk pertimbangan materialitas
awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit.
2. Dibutuhkan dasar untuk mengevaluasi materilaitas. Karena
materialitas adalah konsep yang relatif, sehingga sangat penting untuk
memilki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material
atau tidak.
3. Faktor-faktor kualitatif juga memengaruhi materialitas. Beberapa
salah saji kemungkinan menjadi lebih penting dibandingkan salah saji
lainnya bagi para pengguna laporan, meskipun nilai nominalnya sama.
Berikut contohnya:
- Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting
daripada kesalahan yang tidak disengaja untuk jumlah nominal uang
yang sama karena kecurangan merefleksikan kejujuran dan keandalan
manajemen atau personel lainnya yang terlibat.
- Salah saji yang dianggap tidak penting dapat menjadi material jika
terdapat kemungkinan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kewajiban
kontraktual tersebut.
- Salah saji yang dianggap tidak maaterial dapat menjadi material jika
salah saji tersebut berpengaruh pada tren laba.

C. MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL


KE SETIAP BAGIAN (SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA)

Pengalokasian pertimbangan material awal kesetiap bagian merupakan


hal yang penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit
perbagian dibandingkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Jika para
auditor memiliki penilaian materialitas awal untuk setiap bagian, hal itu akan
membantu mereka dalam memutuskan bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan.
Ketika auditor mengalokasikan pertimabngan materialitas awal pada saldo-saldo
akun, materialitas yang dialokasikan kesetiap saldo akun yang dimaksudkan
dalam PSA 25 (SA 312) sebagai salah saji yang dapat diterima.
Auditor menghadapi tiga kesulitan utama berikut dalam menalokasikan
materialitas kedalam akun-akun neraca.
1. Auditor memperkirakanakun-akun tertentu memilki salah saji yang lebih
banyak dibandingkan dengan akun-akun lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya audit relatif memengaruhi alokasi tersebut.

Ilustrasi Alokasi
Pendekatan dalam pengalokasikan yang dilakukan oleh senior, Mira
Abadi, untuk PT Perkakas Prima. Pendekatan ini mengikhtisarkan
neraca,gabungan beberapa akun, menunjukkan alokasi total materialitas yang
dilakukan oleh Mira, menggunakan penilaian dalam pengalokasian, yang
menggunakan dua ketentuan subjektif yang ditentukan oleh Budiman, Jumadi &
Rekan.
- Salah saji yang dapat diterima untuk setiap akun tidak boleh melebihi 60
persen dari penilaian awal (60 persen dari Rp 442.000.000 = Rp
265.000.000- dibulatkan )
- Jumlah dari semua salah saji yang dapat diterima tidak boleh lebih dari
dua kali pertimbangan materialitas awal (2 x Rp. 442.000.000 =
Rp884.000.000).
Ketentuan pertama digunakan untuk memastikan agar auditor tidak
mengalokasikan semua materialitas total kedalam satu akun. Jika, misalnya semua
penilaian awal sebesar Rp442.000.000 dialokasikan pada akun piutang dagang
sa;lah saji sebesar Rp442.000.000 dalam akuntersebut dapat diterima. Namun ,
salah saji yang sangat besar dalam satu akun tersebut mungkin tidak dapat
diterima, dan meskipun diterima, hal ini menyebabkan tidak diperbolehkan
adanya salah saji di akun-akun lain.

Terdapat dua alasan untuk ketentuan kedua, yang mengizinkan jumlah


total salah saji yang dapat diterima untuk melebihi materialitas keseluruhan.
- Tidak mungkin semua akun akan salah saji sebesar jumlah total salah saji
yang dapat diterima.
- Beberapa akun kemungkinan mengalami lebih saji, sedangkan lainnya
kemungkinan menagalami kurang saji, yang mengakibatkan jumlah
bersihyang mungkin lebih kecil daripada yang diperkirakan dalam
penilaian awal.

D. MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKANNYA


DENGAN PENILAIAN AWAL

Ketika para auditor malakukan prosedur audit untuk setiap bagian


pengauditan, mereka menyimpan kertas kerja dari semua salah saji yang
ditemukan. Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis, yaitu
salahsaji yang diketahui, dan salah saji yang mungkin. Salah saji yang
diketahui adalah salah saji diman auditor dapat menentukan jumlah salah saji
dalam akun tersebut. Terdapat dua jenis salah saji yang mungkin. Pertama, salah
saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan
penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Kedua adalah proyeksi salah saji
berdasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi.

E. RISIKO

Ilustrasi Terkait dengan Risiko dan Bukti Audit


Auditor menggunakan model risiko audit untuk mengidentifikasikan lebih
lanjut potensi salah saji dalam laporan keuangan secara keseluruhan dan saldo-
saldo akun tertentu, kelompok- kelompok transaksi dan pengungkapan.

F. MODEL RISIKO AUDIT DAN PERENCANAAN


Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya
dengan menggunakan model risiko audit. Model ini berasal dari literatur
profesional dalam PSA 26 (SA 350) tentang pengujian sampel audit dan dalam
PSA 25 (SA 312) tentang materialitas dan risiko.
Model risiko audit membantu auditor untuk menentukan seberapa banyak dan
jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan auditor untuk setiap siklusnya.

G. JENIS-JENIS RISIKO
Masing-masing dari keempat risiko dalam model audit cukup penting
untuk dibahas secara terperinci.
1. Risiko Deteksi yang Direncanakan ( Planned Detection Risk)
Risiko deteksi yang direncanakan merupakan risiko dimana bukti audit
untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi salah
saji yang dapat diterima.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantif
yang direncanakan dikumpulkan oleh auditor, yang berbanding terbalik
dengan ukuran risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko audit yang
direncanakan dikurangi, maka auditor harus mengumpulkan lebih banyak
bukti audit untuk mencapai pengurangan risiko yang direncanakan.
2. Risiko Bawaan ( Inherent Risk)
Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya
salah saji material (baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah
bagian pengauditan sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian
internal klien. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan salah saji
adalah tinggi.
Risiko bawaan berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang
direncanakan dan berbanding lurus dengan bahan bukti.
3. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalaian mengukur penilaian auditor mengenai apakah
salah saji melebihi jumlah yang dapat diterima di suatu bagian pengauditan
akan dapat dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian
internal klien.
Model risiko audit menunjukkan hubungan yang erat antara risiko bawaan
dengan risiko pengendalian. Menurut PSA 25 (SA 312) , gabungan dari
risiko pengendalian dan risiko bawaan dinamakan risiko salah saji
material ( risk of material misstatement). Auditor dapat melakukan
penilaian secara terpisah untuk risiko bawaan dan risiko pengendalian.
4. Risiko audit Yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)
Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor
untuk menerima kemungkinan adanya salah saji dalam lapooran keuangan
setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian
telah diterbitkan.
Sering kali, auditor menggunakan istilah keyakinan audit (disebut
jugakeyakinan keseluruhan atau tingkat keyakinan, dibandingkan istilah
risiko audit yang dapat diterima. Keyakinan audit atau istilah lain yang
sejenis merupakan pelengkap dari risiko audit yang dapat diterima, yaitu
satu dikurangi dengan risiko audit yang dapat diterima.

Perbedaan Antara Risiko-Risiko Dalam Model Risiko Audit


Terdapat perebedaan yang penting mengenai bagaimana auditor menilai
keempat faktor risiko dalam model risiko audit. Untuk risiko audit yang dapat
diterima, auditor memutuskan risiko yang sanggup diterima oleh KAP bahwa
terdapat salah saji dalam laporan keuangan setelah audit diselesaikan, berdasarkan
beberapa faktor terkait klien. Risiko bawaan dan risiko pengendalian ditetapkan
berdasarkan ekspektasi atau prediksi auditor terhadap kondisi klien. Risiko
deteksi sepenuhnya sangat bergantung pada tiga faktir risiko lainnya. Risiko
deteksi hanya dapat ditentukan setelah auditor menilai ketiga risiko lainnya.

H. MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA

Dampak Risiko Kontrak Kerja Terhadap Risiko Audit Yang Dapat Diterima
Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko dimana auditor KAP akan
mendapatkan masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan audit sudah
benar. risiko kontrak kerja sangat terkaiterat dengan risiko bisnis klien.

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Risiko Audit


Ketika auditor memodifikasi bukti untuk risiko kontrak kerja, hal ini dilakukan
dengan mengendalikan risiko audit yang dapat diterima.
o Tingkat ketergantungan pengguna eksternal laporan keuangan.
Ketika pengguna eksternal sangat mengandalkan laporan keuangan, maka
sangat tepat untuk menurunkan risiko audit yang dapat diterima. Ketika
laporan keuangan menjadi sangat diandalkan, masalah sosial yang besar
dapat terjadi jika salah saji yang signifikan tetap tidak terdeteksi
dalamlaporan keuangan. Beberapa faktor berikut meruapakan indikator
yang baik untuk menilai tingkat ketergantungan para pengguna terhadap
laporan keuangan.
- Ukuran klien. Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien,
makin luas pengguna laporan keuangan.
- Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan publik
umumnya diandalkan oleh lebih banyak pengguna dibandingkan
dengan perusahaan tertutup lainnya
- Sifat dan jumlah liabilitas. Ketika laporan memeilki sejumlah
besar liabilitas, kreditor yang ada atau pun para calon kreditor
dibandingkan dengan perusahaan yang memilki lebih sedikit
liabilitas.
o Kemungkinan klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah
laporan audit diterbitkan.
Jika klien terpaksa mengumumkan kebangkrutannya atau mengalami
kerugian yang sangat besar setelah audit selesai dilaksanankan, auditor
akan mengahadapi kemungkinan yang lebih besar untuk mempertahankan
kualitas auditnya dibandingkan jika klien tidak mengahdapi kesulitan
keuangan.
- Posisi likuiditas. Jika klien terus menerus kekurangan kas dan
modal kerja, hal ini mengindikasikan adanya masalah dimasa
mendatang dalam pembayaran utang-utangnya.
- Laba rugi ditahun-tahun sebelumnya. Ketika suatu perusahaan
secara cepat mengalami penurunan laba atau peningkatan kerugian
dalam beberapa tahun, auditor harus mengenali adanya masalah
dalam kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-
kewajiban yang kemungkinan akan dihadapi oleh klien.
- Metode pertumbuhan pembiayaan. Makin tinggi ketegantungan
klien terhadap utang sebagai alat pembiayaan, makin besar risiko
kegagalan keuangan jika kegiatan operasi klien mengalami
penurunan.
- Sifat kegiatan operasi klien. Beberapa jenis bisnis secara alamiah
lebih berisiko dibandingkan dengan bisnis lainnya.
- Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten secara terus
menerus akan mewaspadai adanya potensi kesulitan keuangan dan
memodifikasinya dengan berbagai metode operasi untuk
meminimalkan pengaruh dari masalah jangka pendek.
o Evaluasi auditor terhadap intergritasmanajemen
Perusahaan- perusahaan dengan integritas yang rendah sering kali
menjalankan aktivitas bisnis mereka dengan cara-cara yang dapat
menimbulkan konflik dengan para pemgang sahamnya, pemerintah dan
pelanggannya. Pada akhirnya konflik tersebut sering kali tercermin dalam
persepsi pengguna terhadap kualitas audit dan dapat mengakibatkan
adanya tuntutan hukum dan ketidak setujuan lainnya.

Membuat keputusan risiko audit yang dapat diterima


Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor pertama kali harus
menilai setiap faktor yang memengaruhi risiko audit yang dapat diterima.
Evaluasi yang biasanya dilakukan untuk risiko audit yang dapat diterima adalah
tinggi, sedang, atau rendah, dimana risiko audit yang dapat diterima rendah berarti
bagi klien yang “berisiko” harus mendapatkan bukti yang lebih banyak,
penugasan staf audit yang lebih berpengalaman, dan/ atau penelaahan yang lebih
mendalam atas dokumentasi audit.

I. MENILAI RISIKO BAWAAN (INHEREN)

Masuknya risiko bawaan dalam model risiko audit merupakan salah satu konsep
penting dalam pengauditan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bawaan
Auditor harus meniali faktor-faktor yang menyusun risiko dan
memodifikasi bukti audit yang akan dijadikan bahan pertimbangan. Auditor harus
mempertimbangkan beberapa faktor utama berikut ketiak menilai risiko
pengendalian.
- Sifat bisnis klien. Risiko bawaan untuk beberapa akan dipengaruhi oleh
sifat bisnis klien.
- Hasil pengauditan sebelumnya. Salah saji yang ditemukan dalam
pengauditan tahun sebelumnya memiliki kecenderungan untuk terjadi lagi
dalam audit tahun berjalan, karena banyak jenis salah saji yang bersifat
sistemis, dan perusahaan cenderung lambat dalam melakukan perusahaan
untuk menghilangkan kesalahan tersebut.
- Kontrak kerja yang pertama atau kontrak kerja yang berulang.
auditor mendapatkan pengalaman dan pengetahuan atas kemungkinan
salah saji setelah mengaudit suatu klien selama beberapa tahun.
- Pihak-pihak yang terkait. Transaksi antara induk dan anak perusahaan,
dan antara manajemen dengan entitas perusahaan, merupakan contoh
transaksi dengan pihak-pihak yang istimewa sebagaimana yang
didefinisikan dalam PSAK 57.
- Transaksi nonrutin. Transaksi yang tidak biasa bagi klien cenderung
untuk dicatat dengan tidak benar dibandingkan dengan transaksi yang
sifatnya rutin karena sering kali tidak memiliki pengalaman dalam
mencatat transaksi yang tidak biasa tersebut.
- Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan
transaksi dengan benar. Banyak saldo akun seperti penyisihan piutang
tak tertagih, persediaan yang usang, liabilitas garansi, perbaikan besar
dibandingkan dengan penggantian sebagian atas aset-aset, dan kerugian
cadangan pinjaman bank yang memerlukan banyak penilaian manajemen
dan estimasi.
- Unsur-unsur populasi. Setiap unsur yang membentuk populasi juga
memengaruhi espektasi auditor terhadap salah saji material.sebagian
auditor menetapkan resiko bawaan yang tinggi untuk akun piutang dahang
yang sebagian besar saldonya melebihi tanggal tempo di bandingkan
dengan jika saldonya sebagian besar belum jatuh tempo.
- Faktor-faktor yang berterkaitan dengan pelaporan keuangan yang
curang dan penyalahgunaan aset. Resiko kecurangan dapat di ukur
untuk keseluruhan pengauditan atau persiklus akun dan tujuannya, sebagai
contoh, adanya insentif yang kuat untuk manajemen untuk mencapai
espektasi laba yang telalu agresif dapat memengaruhi penaguditan secara
keseluhan, sedangkan kerentanan persediaan untuk di curi hanya akan
berpengaruh pada akun persediaan.

Membuat keputusan risiko bawaan


Auditor harus mengevaluasi informasi yang dapat memengaruhi resiko bawaan
dan memengaruhi faktor resiko bawaan yang tepat untuk setiap siklus, akun dan
untuk setiap tujuan audit.
Mendapatkan informasi untuk menilai risiko bawaanAuditor mulai melakuka
penilaian atas resiko bawaan selama fase perencanaa dan memperbarui penilaian
tersebut di sepanjang pengauditan.

J. HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI AUDIT DAN FAKTOR-


FAKTOR YANG MEMENGARUHI RISIKO
Umumnya auditor menangani resiko dengan cara mengubah keluasan pengujian
dan jenis prosedur audit, termasuk menerapkan ketidakpastian dalam prosedur
audit yang di gunakan.Selain melakukna modifikasi buikti audit,terdapat dua cara
lain dimana auditor dapat mengubah auditnya untuk menangani resiko-resiko.
1. Konrak kerja munkin memerlukan lebih banyak staf yang berpengalaman.
KAP harus menugaskan staf yang kompoten dalam semua kontrak
kerja.untuk klien dengan resiko audit yang dapat diterima rendah,
perhatian khusus sangat tepat di berikan pada penugasan staf, dan
pentingnya skeptisme profesional harus di tekankan.
2. Kontrak kerja harus di telah dengan hati-hati dari pada biasanya.KAP
harus yaki bahwa penelahan yang memadai atas arsip-arsip audit yang
mendokumentasikan perencanaan auditor, pengumpulan bukti dan
pengumpulan bukti dan kesimpulankesimpulan dan hal-hal dalam
pengauditan.jika resiko audit yang dapat diterima rendah, penelahan yang
lebih meluas sering kali sangat diperlukan, termasuk penelahan yang
dilakukan oleh personel yang tidak di tugaskan dalam konrak kerja
tersebut. jika resiko salah saji material (gabungan antara resiko
pengendalain dengan resiko bawaan) adalah tinggi untuk beberapa akun,
besar kemungkian menelahharus meluangkan lebuh banyak waktu untuk
meyakinkan bahwa bukti auditnya sudah tepat dan sudah di evaluasi
dengan benar.

Resiko Audit Untuk Setiap Bagian


Resiko audit yang dapat di terima biasnya di ukur oleh auditor selam fase
perencanaan dan tetap konstan untuk setiap siklus dan akun utama,.auditor
biasanya menggunakaan resiko audit yang dapa di terima yang sama untuk setiap
bagian karena faktor-faktor memengaruhi resiko audityang dapat diterima terkait
dengan keseluruhan pengauditan, bukan pada masing-masing akun.sebagai
contoh, tingkat ketergantungan para pengguna external yang tinggi terhadap
laporan keuangan biasanya terkait dengan laporan keuangan secara keseluruhan,
bukan hanya bsatu atau dua akun saja.
Menghubungkan Salah Saji dan Resiko Yang Dapat Diterima dengan
Tujuan Audit Terkait Saldo
Merupakan suatu hal yang umum dalam praktinya untuk mengukur resiko bawaan
dan resiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait saldo, namun tidak laim
untuk mengalokasikan materialitas ke dalam setiap tujuan tersebut.

Keterbatasan dalam Pengukuran


Salah satu kekurangan dalam penerapan model resiko audit adalah kesulitan
dalam pengukuran komponen-kemponen resiko dalam model tersebut.

Pengujian Terperinci Kertas Kerja Perencanaan-Bukti


Dalam prakteknya auditor mengembangkan beragam kertas kerja untuk
membantu dalam mengaitkan pertimbangan-pertimbangan yang memengaruhi
bukti audit dengan pengumpulan bukti yang tepat.
- Salah saji yang dapat diterima .pengukuran materialitas awal ditetapkan
sebesar Rp442.000.000 (sekitar 6 persen dari laba operasi Rp7.370.000.)ia
mengalokasikan Rp265.000.000 untuk audit atas piutang dagang .
- Risiko audit yang dapat diterima.Mira menilai risiko audit yang dapat
diterima tinggi karena kondisi keuangan perusahan yang baik ,integritas
manajemen yang tinggi ,dan pengguna laporan keuangan yang relatif
sedikit jumlah nya.
- Risiko bawaan. Mira menilai risiko bawaan sedang untuk tujuan nilai
keberadaan dan pisah batas, karena perhatian utamanya pada pengakuan
pendapatan.

K. HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN


BUKTI AUDIT
Konsep materialitas dan resiko dalam udit sangat berkaitan erat dan tidajk dapt di
pisahkan.Resiko merupakan ukuran atas ketidakpasian. Sedangkan materialitas
merupakan ukuran besaran atau tinggi rendahny.bersama-sama keduanya
mengukur jumlah ketidakpastian dala suatu besaran tertentu.

L. MENGEVALUASI HASIL

Setelah auditor melakukan perencanaan penugasan dan mengumpulkan bukti


audit, hasil-hasil audit dapat dinyatakan dalam sejumlah istilah dari versi evaluasi
atas model risiko audit. Antara lain:

AcAR = IR x CR x AcDR

Dimana:
AcAR = Risiko audit yang dicapai (Achieved Audit Risk )
Yaitu sebuah ukuran risiko yang diambil audit bahwa satu akun dalam L/K
secara material salah saji setelah auditor mengumpulkan bahan bukti audit.
IR = Risiko bawaan ( Inherent Risk )
Yaitu faktor risiko bawaan yang telah dibahas dalam perencenaan kecuali telah
direvisi sebagai hasil dari informasi baru.
CR = Risiko pengendalian ( Control Risk )
Yaitu risiko pengendalian yang sama yang telah dibahas kecuali telah direvisi
selama audit.
AcDR = Risiko penemuan yang dicapai ( Achieved Detection Risk )
Yaitu sebuah ukuran dari risiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen tidak
mendeteksi salah saji melebihi jumlah yang dapat ditoleransi, jika salah saji
tersebut ada. Auditor dapat mengurangi risiko deteksi yang dicapai hanya
dengan mengumpulkan bahan bukti.
Rumusan itu menunjukan bahwa terdapat tiga cara utnuk mengurangi tingkat
risiko audit yang tercapai hingga mencapai suatu tingkat risiko yang dapat
diterima:
1. Mengurangi risiko bawaan. Karena risiko bawaan dinilai oleh auditor
berdasarkan kondisi klien, penilaian ini diselesaikan selama perencanaan
dan biasanya tidak berubah kecuali fakta-fakta baru terbuka saat audit
berjalan.
2. Mengurangi risiko pengendalian. Risiko pengendalian yang dinilai,
dipengaruhi oleh pengendalian internal dari klien dan pengujian auditor
terhadap pengendalian itu.
3. Mengurangi risiko deteksi dengan meningkatkan uji audit
substantif. Auditor mengurangi risiko deteksi yang dicapai dengan
mengumpulkan bukti menggunakan prosedur analitis, tes substantive dari
transaksi dan tes dari rincian saldo.

Merevisi Risiko dan Bukti


Model risiko audit adalah sebuah model perencanaan dan selanjutnya dapat
dipergunakan secara terbatas dalam melakukan evaluasi atas hasil-hasil audit.
Dalam situasi ini auditor sebaiknya mengikuti pendekatan dua langkah, antara
lain:
1. Auditor harus merevisi penilaian awal tentang risiko yang wajar. Adalah
pelanggaran jika membiarkan penilaian awal tidak diubah jika auditor tahu
itu adalah tidak wajar.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap bukti
yang diharuskan, tanpa penggunaan model risiko audit. Penelitian dalam
bidang audit telah menunjukkan, jika risiko yang direvisi digunakan dalam
model risiko audit untuk menentukan risiko deteksi yang direncanakan,
yang juga telah direvisi, ada bahaya dari tidak meningkatkannya bukti
secara memadai

Anda mungkin juga menyukai