KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi proses pengujian logam
D. MATERI
TEGANGAN
a. Pengertian Tegangan
Hukum Newton ketiga tentang aksi dan reaksi. Jika sebuah balok terletak di atas lantai, balok akan
memberikan aksi pada lantai, demikian pula sebaliknya lantai akan memberikan reaksi yang sama,
sehingga benda dalam keadaan setimbang. Gaya aksi sepusat (F) dan gaya reaksi
(F”) dari bawah akan bekerja pada setiap penampang balok tersebut. Jika kita ambil penampang A-A dari
balok, gaya sepusat (F) yang arahnya ke bawah, dan di bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F”)
yang arahnya ke atas.
Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di bawah bidang penampang A-A
saling tekan menekan, maka setiap satuan luas penampang menerima beban sebesar: F/A
Beban yang diterima oleh molekul-molekul benda setiap satuan luas penampang disebut tegangan.
Tegangan biasanya dinyatakan dengan huruf Yunani 𝜎 atau 𝜏 (di baca thau).
F
Dapat di tulis dengan rumus : 𝜎 = dimana F = gaya yang bekerja
A
A = luas penampang
1) Macam-macam tegangan
Tegangan timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan reaksi. Pada pembebanan tarik terjadi
tegangan tarik, pada pembebanan tekan terjadi tegangan tekan, begitu pula pada pembebanan yang lain.
a) Tegangan Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika gaya dalam diukur dalam N,
𝑁 𝑑𝑦𝑛𝑒
sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan adalah atau
𝑚2 𝑐𝑚2
djumhana 1
Gambar Tegangan normal
𝐹𝑞 𝑘𝑔 𝑓
Sedangkan tegangan trangensialnya : 𝜏 = 𝐴
= 𝑚2
.
b) Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban
W akan mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung pada beratnya.
𝐹 𝐹𝑎
𝜎t = 𝐴 = 𝐴
c) Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling berlawanan dan terletak dalam
satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang belum mengalami tekukan, pork sepeda, dan
batang torak. Tegangan tekan dapat ditulis:
𝐹𝑎 𝐹
𝜎D = 𝐴
=𝐴
djumhana 2
Gambar Tegangan tekan
d) Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan arah, tegak
lurus sumbu batang, gaya tidak segaris namun pada penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini
banyak terjadi pada konstruksi seperti sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.
Pada gambar di atas, dua gaya F sama besar berlawanan arah. Gaya F bekerja merata pada
penampang A. Pada material akan timbul tegangan gesernya, sebesar:
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐹
𝜏𝑔 = 𝜏𝑔 = ( N / m2 )
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐴
𝜋
Untuk konstruksi pada paku keling, maka F maksimum = D2
4
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada penampang normal dengan jarak
yang relatif kecil, maka pelengkungan benda diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah
𝐹
𝜏𝑔 = 𝜋
𝐷
4
Apabila pada konstruksi mempunyai n buah paku keling, maka sesuai dengan persamaan dibawah ini
tegangan gesernya adalah
𝐹
𝜏𝑔 = 𝜋
𝑛
4
djumhana 3
e) Tegangan Lengkung
Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan ditumpu. Jadi, merupakan
tegangan tangensial.
Mb = momen lengkung
Wb = momen tahanan lengkung
f) Tegangan Puntir
Tegagan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi pada mobil, juga saat melakukan
pengeboran. Jadi, merupakan tegangan trangensial.
Benda yang mengalami beban puntir akan menimbulkan tegangan puntir sebesar:
𝑀𝑡
𝜏𝑡 =
𝑊𝑝
djumhana 4
2. Pengujian Tarik (Tensile Test)
Pengujian Tarik merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan karena pengujian tarik dapat
menunjukkan prilaku bahan selama proses pembebanan, selain Tegangan tarik dengan notasi 𝜎t, juga
Elastisitas (E), regangan (𝜀) dan Kontraksi (Z).
Prilaku bahan uji (Test piece) selama proses penarikan dalam pengujian tarik.
Prilaku bahan uji (Test piece) selama proses penarikan dalam pengujian tarik, dimana pembebanan yang
diberikan secara axial pada arah yang berlawanan, maka pertambahan panjang pada setiap penambahan
gaya tarik akan terindikasi pada pangukur perpanjangan (Extensometer), melalui grafik akan terlihat
hubungan antara pertambahan panjang dengan pertambahan gaya tarik Pada gambar 10.24
memperlihatkan dimana penambahan gaya tarik yang perlahan-lahan ini menunjukkan kesebandingan
antara peningkatan gaya tarik dengan pertambahan panjang secara proporsional, dan jika gaya tarik ini
dilepaskan, maka bentuk dan ukuran kembali kepada bentuk serta ukuran semula, kondisi ini yang disebut
perubahan bentuk elastis atau yang disebut sebagai deformasi elastis .
djumhana 5
Gambar 10.23
Gambar 10.24
djumhana 6
Sifat-sifat bahan yang dapat diketahui melalui pengujian tarik pengujian tarik.
Diagram Tegangan regangan memberikan informasi tentang prilaku bahan selama bahan tersebut
menerima pembebanan tarik, akan tetapi beberapa sifat bahan juga dapat diketahui secara analisis, antara
lain :
Modulus elastis (young’s Modulus of elasticity) atau “E” yang terlihat pada diagram tegangan
regangan yakni lereng bagian lurus pada curva namun dapat dihitung dengan :
∆𝐿
Regangan (𝜀) =
𝐿𝑜
𝐴𝑢−𝐴𝑜
Z= x 1oo%
𝐴𝑜
𝐿𝑢−𝐿𝑜
∆𝐿 = 𝐿𝑜
x 100%
djumhana 7