Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN TRAUMA THORAX

DISUSUN OLEH :

KELAS :3A KEPERAWATAN


KELOMPOK : I

Agung Hadibyo 201601001


Andrika 201601005
Dadang Surono 201601009
Haerul Ardi 201601018
Marsuji Utami 201601022
Ozchan 201601032
Suhastin Agaman 201601041
Adel Cristy 201601049
Aldina 201601055
Elisdiyanti 201601062
Jihan Rizki Annisa 201601067
Mitta 201601071
Nadila Yuninda 201601029
Anggi Maimunna 201601056

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019-2020
BAB I

KONSEP TEORI
A. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus.Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Sudoyo, 2010).
B. Anatomi fisiologi
Dinding toraks merupakan rongga yang berbentuk kerucut, dimana
pada bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian
belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Pada rongga toraks terdapat
paru - paru dan mediastinum.Mediastinum adalah ruang didalam rongga dada
diantara kedua paru - paru. Di dalam rongga toraks terdapat beberapa sistem
diantaranya yaitu: sistem pernapasan dan peredaran darah. Organ yang
terletak dalam rongga dada yaitu; esophagus, paru, hati, jantung, pembuluh
darah dan saluran limfe (Patriani, 2012).
Kerangka toraks meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut
terdiri dari sternum, dua belas pasang kosta, sepuluh pasang kosta yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan dua pasang kosta yang
melayang.Tulang kosta berfungsi melindungi organ vital rongga toraks
seperti jantung, paru-paru, hati dan Lien (Patriani, 2012).
Muskulus interkostal merupakan tiga otot pipih yang terdapat pada
tiap spatium interkostalis yang berjalan di antara tulang rusuk yang
bersebelahan. Setiap otot pada kelompok otot ini dinamai berdasarkan posisi
mereka masingmasing:
1. m.interkostal eksternal merupakan yang paling superficial
2. m.interkostal internal terletak diantara m.interkostal eksternal dan
profundal
Muskulus interkostal profunda memiliki serabut dengan orientasi yang
sama dengan muskulus interkostal internal. Otot ini paling tampak pada
dinding torakslateral.Mereka melekat pada permukaan internal rusuk - rusuk
yang bersebelahan sepanjang tepi medial lekuk kosta (Nugroho, 2015).
Muskulus subkostal berada pada bidang yang sama dengan
m.interkostalprofunda, merentang diantara multiple rusuk, dan jumlahnya
semakin banyak diregio bawah dinding toraks posterior. Otot - otot ini
memanjang dari permukaan interna satu rusuk sampai dengan permukaan
internarusuk kedua atau ketiga di bawahnya (Nugroho, 2015)
Muskulus torakal transversus terdapat pada permukaan dalam dinding
toraks anterior dan berada pada bidang yang sama dengan m.interkostal
profunda. Muskulus torakal transversus muncul dari aspek posteriorprosesus
xiphoideus, pars inferior badan sternum, dan kartilage kosta rusuk sejati di
bawahnya.
1. Suplai arterial
Pembuluh-pembuluh darah yang memvaskularisasi dinding
toraks terutama terdiri dari arteri interkostal posterior dan anterior, yang
berjalan mengelilingi dinding toraks dalam spatium interkostalis di
antara rusuk - rusuk yang bersebelahan (Hudak, 2011).
Arteri interkostal posterior berasal dari pembuluh-pembuluh
yang berhubungan dengan dinding toraks posterior.Dua arteri
interkostal posterior yang paling atas pada tiap sisinya berasal dari arteri
interkostal suprima, yang turun memasuki toraks sebagai percabangan
trunkus kostoservikal pada leher.Trunkus kostoservikal merupakan
suatu cabang posterior dari arteri subklavian.Sembilan pasang arteri
interkostal posterior sisanya berasal dari permukaan posterior aorta
torakalis (Hudak, 2011).
Pada sekitar level spatium interkostalis keenam, arteri ini
bercabang menjadi dua cabang terminal :
a. arteri epigastrik superior, yang lanjut berjalan secara inferior
menujudinding abdomen anterior.
b. arteri muskuloprenikus, yang berjalan sepanjang tepi kostal,
melewati diafragma, dan berakhir di dekat spatium interkostal
terakhir Arteri interkostal anterior yang menyuplai enam
spatium interkostal teratas muncul sebagai cabang lateral dari
arteri torakal internal, sedangkan yang menyuplai spatium yang
lebih bawah berasal dari arteri muskuloprenikus.
2. Suplai Vena
Drainase vena dari dinding toraks pada umumnya paralel
dengan pola suplai arterialnya. Secara sentral, vena - vena interkostal
pada akhirnya akan didrainase menuju sistem vena atau ke dalam vena
torakal internal, yang terhubung dengan vena brakhiosefalika dalam
leher. Vena - vena interkostal posterior pada sisi kiri akan bergabung
dan membentuk vena interkostal superior kiri, yang akan didrainase ke
dalam vena brakhiosefalik kiri (Patriani, 2012).
3. Drainase Limfatik
Pembuluh limfatik pada dinding toraks didrainase terutama ke
dalam limfonodi yang berhubungan dengan arteri torakal internal
(nodus parasternal), dengan kepala dan leher rusuk (nodus interkostal),
dan dengan diafragma (nodus diafrgamatikus) (Patriani, 2012)
4. Innervasi
Innervasi dinding toraks terutama oleh nervus interkosta, yang
merupakan ramus anterior nervus spinalis T1 - T11 dan terletak
padaspatium interkostalis di antara rusuk-rusuk yang bersebelahan.
Nervus interkostal berakhir sebagai cabang kutaneus anterior, yang
muncul baik secara parasternal, di antara kartilage kosta yang
bersebelahan, ataupun secra lateral terhadap midline, pada dinding
abdomen anterior, untuk menyuplai kulit pada toraks, nervus interkostal
membawa :
a. Inervasi somatik motorik kepada otot – otot dinding toraks (
intercostal,subcostal, and transversus thoracis muscles )
b. Innervasi somatik sensoris dari kulit dan pleura parietal,
c. Serabut simpatis postganglionic ke perifer.
Innervasi sensori dari kulit yang melapisi dinding toraks bagian
atas disuplai oleh cabang kutaneus, yang turun dari pleksus servikal di
leher. Selain menginnervasi dinding toraks, nervus interkosta juga
menginnervasi area lainnya :
a. Ramus anterior T1 berkontribusi ke pleksus brakhialis
b. Cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis kedua
berkontribusikepada innervasi kutaneus permukaan medial lengan
atas
c. Nervus interkostal bawah menyuplai otot, kulit, dan peritoneum
dinding abdomen.
C. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul
65% dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks
tersering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al.,
2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact)
yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan terguling
(Sudoyo, 2010).
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat
yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda.
Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3
berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk,
berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada
tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya
tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan
Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam (Hudak, 2011).
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim
paru.Kerusakan ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari
mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).
D. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah
ventilasipernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar
oleh otot -otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan
tekanan negative dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara
pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur -
struktur yang berbedadari dinding toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi
kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura, parenkim paru, dan
mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang dada dan otot - otot
yang terkait (Sudoyo, 2009).
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat
terisi oleh darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim
paru termasuk paru – parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin
dapat mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan pneumokel.Mediastinum
termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang
trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk
fungsi vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan oksigenasi darah
untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan
darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari
cedera toraks (Sudoyo, 2009).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada
beberapa faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari
cedera, cedera lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang
mendasari. Pasien – pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai
akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan
berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).

E. Pathway

Trauma tajam atau tumpul

Thorax

Cedera jaringan lunak,cedera/hilangnya kontinuitas struktur

Perdarahan jaringan interstitiumm,perdarahan intra alveolar,kolaps arteri


dan arteri kecil,hingga tahanan perifer pembuluh darah paru meningkat

Reabsorbsi darah oleh pleura tidak memadai/tidak optimal

Ekspansi paru Hemothorax Akumulasi cairan


dalam kavum pleura

Merangsang reseptor
Gangguan ventilasi nyeri pada pleura Pemasangan WSD
viseralis dan patietalis
Thorak drains bergeser
Ketidak efektifan pola
nafas Diskontinuitas jaringan
Merangsang reseptor nyeri
pada periver kulit
Nyeri akut
Edematracheal/faringeal,peningk
atan produksi secret dan Ketidak efektifan Resiko infeksi
penurunan kemampuan batuk bersihan jalan kerusakan
efektif nafas integritas kulit

Sumber : Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat
darurat. Padang : Medical book
F. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak,
(2009) yaitu :
1. Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan
menembus jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena
Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara
napas yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
2. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
3. Hemoglobin : mungkin menurun.
4. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
5. Pa O2 normal / menurun.
6. Saturasi O2 menurun (biasanya).
7. Toraksentesis : menyatakan darah
8. Diagnosis fisik :
a. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap
simtomatik, observasi.
b. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc)
drainase cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan
drainase dengan continues suction unit.
c. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkan thorakotomi.
d. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain
lebih dari 800 cc segera thoraks
H. Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan
pasien trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with
care ofcervical spine, B: Breathing adequacy, C: Circulatory support, D:
Disabilityassessment, dan E: Exposure without causing hypothermia
(Nugroho, 2015).
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara
keseluruhan harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan
menangani kondisi yang mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi
jalan napas, tension Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif,
hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar
(Nugroho, 2015).
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan
indikasi utama untuk intubasi endotrakeal darurat.Resusitasi cairan intravena
merupakan terapiutama dalam menangani syok hemorhagik.Manajemen nyeri
yang efektif merupakan salah satu hal yang sangat penting pada pasien
trauma toraks.Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia,
hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011).
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera
menjalani dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan
torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena
diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan
menunda pelaksanaan tindakan medis yang harus segera dilakukan (Hudak,
2011).
I. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%,
pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum
20%. Dimana 50-60% pasien dengan kontusio pulmonum yang berat
akanmenjadi ARDS. Walaupun angka kematian ARDS menurun dalam
decadeterakhir, ARDS masih merupakan salah satu komplikasi trauma toraks
yang sangat serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho, 2015).
1. Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma
toraksyangpaling sering terjadi.Sebagai akibat dari trauma tumpul
dinding toraks,perdarahan masifdapat terjadi karena robekan pada
pembuluh darah pada kulit,subkutan, otot dan pembuluh darah
interkosta.
2. Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung
maupuntidak langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah
nyeri, yang meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau pada saat
bergerak.
3. Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang
berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada
daerah kostokondral.
4. Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering
kalidisertai dengan fraktur kosta multipel.
5. Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang
palingumum terjadi.
6. Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks
pada trauma tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi
dada tiba - tiba menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intraalveolar yang dapat menyebabkan rupture alveolus.Gejala yang
paling umum pada Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh
dispneu
J. Pencegahan
Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari
faktor penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya
banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma
tumpul serta menghindari kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda
tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Patriani, 2012) .
1. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer
meliputi penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga
swadaya masyarakat dan lembaga social lainnya. Misal:
a. Program penyuluhan di arahkan ke penggunaan Helm saat
mengemudi kendaraan bermotor
b. Anak-anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua,
c. Jangan mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi,
d. Pada pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan
pengaman pada kepala dan badan,Pada pekerja bangunan agar
menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi
2. Pencegahan sekunder
Pada pencegahan sekunder ini upaya yang dilakukan berupa
pencegahan agar tidak terjadi kematian dan kecatatan pada jam-jam
pertama setelah terjadinya trauma. Seperti masalah-masalah yang
mengancam nyawa terkait jalan nafas, sirkulasi dan status kesadaran
pasien di identifikasi, di evaluasi serta dilakukan tidakan dalam
hitungan menit sejak dating di unit gawat darurat. Misal:
a. Tindakan untuk mengeluarkan cairan yang masif lewat chest
tube
b. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi mandibulla yang
tepat.
c. Lihat tanda-tanda kehilangan darah ekesternal yang massif dan
tekan langsung daerah tersebut.
d. Denyut nadi di raba untuk mengetahui ada atau tidaknya nadi
kualitas, laju dan ritme
e. Memeriksa tingkat kesadaran pasien dengan menilai GCS dan
dapat dilakukan dengan AVPU
Selain itu pada pencegahan sekunder ini juga melakukan
pemeriksaan lengkap Head to Toe, apabila di temukan masalah maka
tidak akan di lakukan tindakan dengan segera, akan di catat dan
diprioritaskan untuk tindakan selanjutnya. Misal:
a. Pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital)
b. Mengenali keluhan dan melakukan intervensi bila di butuhkan
c. Melakukan pengkajian terkait informasi tentang riwayat
kesehatan pasien, anggota keluarga juga bisa menjadi sumber
informasi, serta pengkajian Head to Toe
3. Pencegahan tersier
Klien yang mengalami rauma thorak harus melakukan
pemeriksaan thorak secara teratur. Pada saat klien trauma berada di
unit gawat darurat, nilai ulang kien secara regular dan teratur untuk
mengetahui penurunan kondisi atau cedera yang tidak terdeteksi
sebelumnya.
K. Terapi Pengobatan
1. Chest tube/ drainase udara (pneumotoraks)
2. WSD/ bullow drainage (hematotoraks)
3. Pungsi
4. Torakotomi
5. Pemberian oksigen
6. antibiotik
7. Analgetik
8. Expectorant
L. Rehabilitasi
1. Hilangkan nyeri interkosta yang mungkin terjadi dengan menggunakan
pemanasan local dan nalgesia oral
2. Selingi berjalan dan aktivitas lain dengan periode istirahat yang sering.
Sadari bahwa kelemahan dan keletihan adalah umum untuk 3 minggu
pertama
3. Praktikkan lah latihan pernapasan beberapa kali sehari selama
beberapa minggu pertama dirumah
4. Hindari mengangkat beban lebih dari 10 kg sampai terjadinya
penyembuhan sempurna; otot-otot dada dan insisi mungkin lebih
lemah dari normal selama 3-6 bulan setelah operasi
5. Berjalan dengan jarak sedan, secara bertahap tingkatkan waktu dan
jarak berjalan. Jaga tetap persisten.
6. Dengan segera hentikan semua aktivitas yang dapat menyebabkan
keletihan, peningkatan sesak napas atau nyeri dada
7. Hindari iritan bronchial (merokok,asap,polusi udara,semprot aerosol)
8. Cegah kedinginan atau infeksi
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien :Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor register, diagnostik medik, alamat.
b. Identitas penanggung jawab :Identitas penanggung jawab ini
sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab
selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :Merupakan keluhan yang paling utama yang
dirasakan oleh klien saat pengkajian.Biasanya keluhan utama
yang klien rasakan adalah nyeri pada dada dan gangguan
bernafas.
b. Riwayat kesehatan sekarang : Merupakan pengembangan diri dari
keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif
(P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q)
yaitu bagaimana (nyeri yang dirasakan klien, Regional (R) yaitu
penyebaran nyeri, safety (S) yaitu posisi yang sesuai untuk
mengurangi nyeri dan dapat membuat klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri.
c. Riwayat kesehatan yang lalu :Perlu dikaji apakah klien pernah
menderita penyakit sama atau pernah terdapat riwayat
sebelumnya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
1) Sesak napas
2) Nyeri, batuk-batuk.
3) Terdapat retraksi klavikula/dada.
4) Pengambangan paru tidak simetris.
5) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
6) Pada perkusi ditemukan adanya suara
sonor/hipersonor/timpani, hematotraks
7) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang.
8) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
9) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
10) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
b. Sistem Kardiovaskuler :
1) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
2) Takhikardia, lemah
3) Pucat, Hb turun /normal.
4) Hipotensi.
c. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
1) Kemampuan sendi terbatas.
2) Ada luka bekas tusukan benda tajam.
3) Terdapat kelemahan.
4) Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub
kutan.
d. Sistem Endokrin :
1) Terjadi peningkatan metabolisme.
2) Kelemahan.
e. Spiritual :
1) Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
4. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area
pleural.
b. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
c. Pa O2 normal / menurun.
d. Saturasi O2 menurun (biasanya).
e. Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
f. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
5. Pengelompokkan data :
a. Analisa data
No Data Etiologi Masalah

1 Ds :pasien muntah darah Hematoraks Ketidakefektifan


Do : bersihan jalan napas
a. Suara napas ngorok
b. Terdapat lendir dan gumpalan Ekspensi paru
darah di mulut pasien
c. Frekuensi napas cepat
Gangguan ventilasi

2 Ds : Trauma thorak Gangguan pola


a. dada klien membentur benda napas
tumpul sebelum mengalami
penurunan kesadaran Reabsorsi darah
b. pasien bernapas cepat (sesak)
Do :
a. Suara napas ronchi Hemathorak
b. Pasien bernapas menggunakan
cuping hidung dan otot-otot
pernapasan Ekspensi paru
c. Frekuensi napas cepat

Gangguan ventilasi

3 Ds: Penolong mengatakan bahwa Trauma thorak Gangguan


pasien sebelum tak sadarkan diri pertukaran gas
mengalami muntah darah Perdarahan jaringan
Do :
a. Terdapat gumpalan darah di
area mulut dan menggangu Intersitium
proses ventilasi
b. Suara napas ngorok
c. Pasien tampak sesak, pucat Reabsorsi darah
d. Napas cepat dan dangkal
dengan frekuensi nadi
35x/menit Hemathorak
e. Pemeriksaan AGD :
Saturasi 85%.
Ekspensi paru

Gangguan ventilasi

4 Ds :Penolong mengatakan bahwa Trauma tajam dan Gangguan perfusi


pasien mengalami kecelakaan trauma tumpul jaringan
bermobil dengan posisi dada
membentur stir mobil kemudian Trauma thorak
mengalami penurunan kesadaran
Do: Perdarahan jaringan
a. Pasien mengalami penurunan intersitium
kesadaran
b. Terdapat bengkak dan jejas di Reabsorsi darah
dada
c. Pemeriksaan gcs 8 kesadaran Hemathorak
sopor
d. Tampak sianosis, dan pucat Gangguan ventilasi
e. Akral teraba dingin
f. SPo2 85%
g. CRT > 3 detik
h. Pemeriksaan ttv :
TD :120/80 mmHg
N : 110x/m
P : 35x/m
S : 38,7oc

5 Ds : Proses Nyeri dada


a. Penolong mengatakan ada aterosclerosis
bengkak dan jejas di bagian
dada pasien
b. Penolong mengatakan dada penyumbatan
pasien membentur stir aliran pembuluh
Do : darah
a. Tampak ada bengkak dan
jejas di dada pasien
b. Pengkajian PQRST demand
c. Region : Tampak ada bengkak O2bertambah
dan jejas didada pasien
sebelah kiri.
proses anaerob

nyeri dada
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah
pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan
sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi
1. Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Hipoksia, tidak
adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan
2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru
yang tidakmaksimal karena trauma, hipoventilasi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri
dan keletihan.
4. Perubahan kenyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
dan reflek spasme otot sekunder.
5. Resiko terjadinya Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik
terpasang bullow drainage.
7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak cukupan
kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
8. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya
organisme sekunder terhadap trauma
9. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi tentang penyakit, Tindakan invasive ditandai dengan
anxietas
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi
- VIII Jakarta: EGC
Muttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan Edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat
darurat. Padang : Medical book
Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1. jogjakarta :
penerbit buka Mediaction.
Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada. http://asuhan-
keperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-dada.html. Diakses
pada tanggal 7 Maret 2019.
Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit
dalam .yogjakarta : Nuha medika
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan intervensi
NIC dan Kriteria hasil NOC . Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai