I. UMUM
Wilayah DAS Brantas merupakan DAS strategis sebagai penyedia air baku untuk
berbagai kebutuhan seperti sumber tenaga untuk pembangkit tenaga listrik, PDAM,
irigasi, industri dan lain-lain. DAS Brantas di Jawa Timur mempunyai panjang 320 km
dan memiliki DAS seluas 14.000 km2 yang mencakup kurang lebih 25 % luas Propinsi
Jawa Timur.
DAS Hulu Brantas terletak di daerah kabupaten malang, DAS Hulu Brantas meliputi
beberapa Sub-DAS diantaranya adalah Sub DAS Brantas Hulu, Sub DAS Lesti, Sub
DAS Metro. Total luas seluruh DAS Hulu Brantas 2.022 km 2, dan semuanya
merupakan daerah tangkapan air hujan dari Waduk Karangkates.
II. METODOLOGI
1. Pengertian Erosi
Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari
suatu tempat yang terangkut ke tempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air
atau angin (Arsyad, 1983). Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan
(detached ) dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan
gravitasi (Hardjowigeno, 1995). Secara deskriptif, Arsyad (2000) menyatakan erosi
merupakan akibat interaksi dari faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi, dan
aktifitas manusia terhadap sumber daya alam.
Erosi dibagi menjadi dua macam, yaitu erosi geologi dan erosi dipercepat
(Hardjowigeno, 1995). Erosi geologi merupakan erosi yang berjalan lambat dengan
jumlah tanah yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi ini
tidak berbahaya karena terjadi dalam keseimbangan alami. Erosi dipercepat
(accelerated erosion) adalah erosi yang diakibatkan oleh kegiatan manusia yang
mengganggu keseimbangan alam dan jumlah tanahnya yang tererosi lebih banyak
daripada tanah yang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah di
permukaan (top soil) menjadi hilang.
2. Proses Erosi
Erosi merupakan proses alamiah yang tidak bisa atau sulit dihilangkan sama sekali
atau tingkat erosinya nol, khusunya untuk lahanlahan yang diusahakan untuk
pertanian. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mengusahakan supaya erosi yang
terjadi masih di bawah ambang batas yang maksimum (soil loss tolerance), yaitu
besarnya erosi tidak melebihi laju pembentukan tanah (Suripin,2001). Menurut
Suripin (2001) erosi terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahap pelepasan partikel
tunggal dari masa tanah dan tahap pengangkutan oleh media
yang erosif seperti aliran air dan angin. Pada kondisi dimana
energi yang tersedia tidak lagi cukup untuk mengangkut partikel, maka akan
terjadi tahap yang ketiga yaitu pengendapan. Proses terjadinya erosi di suatu lereng
dapat digambarkan dengan suatu diagram pada Gambar 2 (Mayer dan Wishmeier,
1969) dalam Hardjowigeno (1995). Untuk dapat terjadi erosi, tanah harus
dihancurkan oleh curah hujan dan aliran permukaan, kemudian diangkut ke tempat
lain oleh curah hujan dan aliran permukaan.
3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi erosi
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya erosi yang terpenting adalah curah
hujan, tanah, lereng, vegetasi, dan manusia (Hardjowigeno, 1995).
a. Curah Hujan
Sifat hujan yang terpenting yang mempengaruhi besarnya erosi adalah curah
hujan. Intensitas hujan menunujukan banyaknya curah hujan per satuan waktu
(mm/jam atau cm/jam). Kekuatan menghancurkan tanah dari curah hujan jauh
lebih besar dibandingkan dengan kekuatan pengangkut dari aliran permukaan
(Hardjowigeno, 1995). Hujan yang turun sampai ke permukaan tanah memiliki
energi kinetik yang dapat menghancurkan tanah (butir-butir tanah), sehingga
bagian-bagian tanah terhempas, hilang, dan hanyut oleh aliran permukaan.
Hilang atau terkikisnya lapisan tanah inilah yang disebut erosi.
b. Tanah
Sifat fisik tanah sangat berpengaruh terhadap besarnya erosi. Kepekaan tanah
terhadap erosi disebut erodibilitas. Semakin besar nilai erodibilitas suatu tanah
maka semakin peka tanah tersebut terhadap erosi (Hardjoamidjojo dan
Sukartaatmadja, 1992). Hardjowigeno (1995) menyebutkan sifat-sifat tanah
yang berpengaruh terhadap erosi adalah tekstur tanah, bentuk dan kemantapan
struktur tanah, daya infiltrasi atau permeabilitas tanah, dan kandungan bahan
organik. Nilwan (1987) menyebutkan sifat fisik tanah yang mudah mengalami
erosi adalah tanah dengan tekstur kasar (pasir kasar), bentuk struktur tanah yang
membulat, kapasitas infiltrasi yang rendah, dan kandungan bahan organik
kurang dari 2%. Sedangkan sifat fisik tanah yang dapat menahan erosi adalah
tanah dengan tekstur halus (liat, debu, pasir, pasir halus, kapasitas infiltrasinya
besar, dan kandungan bahan organik yang besar untuk menambah kemantapan
struktur tanah).
c. Lereng
Arsyad (2000) dan Hardjowigeno (1995) mengemukakan unsur topografi yang
paling berpengaruh terhadap erosi adalah panjang dan kemiringan lereng. Erosi
akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang. Apabila
lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga
kekuatan mengangkut semakin meningkat pula. Lereng yang semakin panjang
menyebabkan volume air yang mengalir menjadi semakin besar.
d. Vegetasi
Menurut Hardjowigeno (1995) Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah
Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga
kekuatan tanah untuk menghancurkan dapat dikurangi, Menghambat aliran
permukaan dan memperbanyak, air infiltrasi, Penyerapan air ke dalam tanah
diperkuat oleh tranpirasi (penguapan air) melalui vegetasi.
e. Manusia
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik
atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang
berlereng curam merupakan pengaruh baik dari manusia
karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya penggundulan
hutan di daerahdaerah pegunungan merupakan pengaruh
manusia yang buruk karena dapat menyebabkan erosi
(Hardjowigeno,1995).
4. Pendugaan erosi
Praktek-praktek bercocok tanam dapat merubah keadaan
penutupan lahan dan oleh karena itu dapat mengakibatkan
terjadinya erosi permukaan pada tingkat atau besaran yang
bervariasi. Oleh karena besaran erosi yang berlangsung
ditentukan oleh intensitas dan bentuk aktifitas pengelolaan lahan,
maka perkiraan besarnya erosi yang terjadi akibat aktifitas
pengelolaan lahan tersebut perlu dilakukan. Dari beberapa
metode untuk memperkirakan besarnya erosi permukaan, metode
Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah metode yang paling
umum digunakan (Asdak, 1995).
Wischmeier dan Smith (1978) juga menyatakan bahwa metode
yang umum digunakan untuk menghitung laju erosi adalah
metode Universal Soil Loss Equation (USLE). Adapun persamaan
ini adalah:
A = R.K.LS.C.P
dimana :
A : Jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun (ton/ha/tahun)
R : Indeks daya erosi curah hujan (erosivitas hujan)
K : Indeks kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah)
LS : Faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S)
C : Faktor tanaman (vegetasi)
P : Faktor usaha-usaha pencegahan erosi (konservasi)
LS =
dimana :
l = Panjang lereng (meter)
S = Kemiringan lahan (%)
m = Nilai eksponensial yang tergantung dari kemiringan
S < 1% maka nilai m = 0.2
S = 1 – 3 % maka nilai m = 0.3
S = 3 – 5 % maka nilai m = 0.4
S > 5% maka nilai m = 0.5
Tabel Nilai LS
Kelas lereng Kemiringan lereng (%) Nilai LS
A 0 -5 0,25
B 5 - 15 1,20
C 15 - 35 4,25
D 35 - 50 9,50
E > 50 12,00
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RTL – RLKT (1986)
Keterangan :
SR = Sangat Ringan,
B = Berat,
R = Ringan,
SB = Sangat Berat,
S = Sedang
2. Pengolahan data
Tahap selanjutnya mengolah data-data yang diperlukan untuk
dipakai dalam perhitungan pendekatan USLE guna memprediksi
besarnya erosi. Tahap-tahap pengolahan data selengkapnya
sebagai berikut:
Tabel nilai K
Jenis Tanah Nilai K
Aluvial 0.32
Andosol 0.09
Grumosol 0.26
Litosol 0.28
Mediteran 0.25
NCB Soil 0.20
Regosol 0.20
c. Membuat peta kemiringan lereng untuk menentukan nilai LS
Untuk mempermudah Pembuatan peta kemiringan lereng menggunakan
software GIS, yang hasilnya dituangkan pada gambar dan tabel dibawah ini
Tabel Nilai LS
d. Menentukan nilai CP
Untuk menentukan nilai CP didasarkan tutupan lahan DAS Brantas bagian hulu.
Tabel Nilai CP
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa pendugaan erosi di DAS Brantas bagian Hulu dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Daerah Tangkapan Air Karangkates mempunyai Luas 202.3 km2
2. Dari analisa di atas diperoleh
DAS Kelas Erosi Luas (Ha) Prosentase (%)
DAS Brantas Hulu Kelas I (< 15 ton/ha/tahun) 65765.338 61.62
Kelas II (15 - 60 ton/ha/tahun) 12060.086 11.30
Kelas III (60 - 180 ton/ha/tahun) 18569.942 17.40
Kelas IV (180 - 480 ton/ha/tahun) 7120.635 6.67
Kelas V (> 480 ton/ha/tahun) 3212.286 3.01
Total 106728.287 100.00
DAS Metro Kelas I (< 15 ton/ha/tahun) 22995.241 76.83
Kelas II (15 - 60 ton/ha/tahun) 2036.278 6.80
Kelas III (60 - 180 ton/ha/tahun) 2937.517 9.81
Kelas IV (180 - 480 ton/ha/tahun) 868.952 2.90
Kelas V (> 480 ton/ha/tahun) 1091.201 3.65
Total 29929.189 100.00
DAS Lesti Kelas I (< 15 ton/ha/tahun) 34930.076 53.24
Kelas II (15 - 60 ton/ha/tahun) 14732.137 22.46
Kelas III (60 - 180 ton/ha/tahun) 10933.843 16.67
Kelas IV (180 - 480 ton/ha/tahun) 3978.138 6.06
Kelas V (> 480 ton/ha/tahun) 1032.984 1.57
Total 65607.178 100.00
Dari ketiga sub DAS tersebut menyumbang erosi di DAS Brantas bagian hulu tidak
jauh berbeda antar satu sub DAS dengan Sub DAS yang lain.
3. Dari perhitungan erosi rumus USLE diperoleh erosi rata – rata masing – masing
DAS sebagai berikut :
RATA-RATA LAJU
EROSI
NO DAS (TON/HA/TAHUN)
1 DAS Brantas Hulu 131.44
2 DAS Lesti 317.35
3 DAS Metro 143.86