Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PEMBUATAN ASAM SITRAT

OLEH :
ISABELLA CAROLINE
1141620018
KELOMPOK 8

TEKNIK KIMIA
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
2018
PEMBUATAN ASAM SITRAT

I. TUJUAN
1. Mempelajari produksi asam sitrat pada proses fermentasi menggunakan
aspergilus niger.

II. DASAR TEORI


Asam sitrat adalah suatu asam trikarboksilat, digunakan dalam industri
farmasi, makanan dan minuman sebagai “acidifying and flavour agent”. Asam ditrat
diproduksi dari beet dan molase dengan cara fermentasi menggunakan Aspergillus
niger L – 51.
Produksi asam sitrat yang menggunakan bahan baku jeruk dan sebagainya,
sejak berkembangnya proses fermentasi dari larutan yang mengandung karbohidrat
(gula), secara berangsur-angsur mulai berkurang.
Wehmwr (1983) menguraikan cara produksi asam sitrat dengan fermentasi
oleh sejenis fungi, yang disebut Citromyces dan selanjutnya dilaporkan bahwa
Penicillum dan Mucor pun dapat menghasilkan produk tersebut. Tahun 1917 Curle
menegaskan bahwa strain-strain dari Aspergillus niger merupakan fungi yang paling
baik untuk digunakan dalam produksi asam sitrat.
Mikroba yang dapat menghasilkan asam sitrat cukup banyak. Diantar mikroba
tersebut adalah Aspergillus niger, A. wentii, A. ciavatus, Penicillum luteum, P. citrinum,
Mucor priformis, Paeocilomyces dicaricatum, Citromeaces prefferianus, Candida
guillermondii, Sacharaecopsis lipolytica, Trichoderma viride, Arthroacter paraffimeaus dan
Corynebacterium sp. Diantar mikroba tersebut yang dipakai untuk produksi asam sitrat
adalah Aspergillus niger dan A. wentii yang merupakan galur yang paling produktif.
Dalam memilih suatu species mikroba perlu dipertimbangkan suatu kenyataan
bahwa suatu galur mikroba seringkali dikembangkan berdasarkan jenis sumber
karbonnya.
Suatu galur yang memberikan hasil optimum pada media yang mengandung
sumber karbon tertentu, umumnya akan menurunkan produktivitas bila
ditumbuhkan pada media yang mengandung sumber karbon lain.
Asam sitrat biasanya diproduksi dalam bentuk kristal monohidrat
(C6H8O7.H2O), yang tak berwarna, tak berbau dan rasanya asam. Mudah larut dalam
air dingin daripada dalam air panas.
Proses fermentasinya:
Larutan gula dari berbagai sumber telah digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan asam sitrat dalam skala industri, tetapi sukrosa dan glukosa tetap
merupakan bahan baku yang paling mudaj dan paling baik kemudian diikuti oleh
maltosa dan molase (tetes).
Mekanisme pembentukan asam sitrat seperti dinyatakan dengan siklus Krebs
atau siklus asam trikarboksilat, yaitu bahwa asam piruvat yang diperoleh dari
glukosa menghasilkan Acetil CoA yang berkondensasi dengan asam oxalo-asetat
yang telah terbentuk dalam siklus menghasilkan asam sitrat.
Asam sitrat merupakan senyawa antara pada siklus krebs. Lintasan reaksi
karbolik yang mendahului pembentukan asam sitrat ini diantaranya adalah lintasan
glikolisis (Embden-Meyerhoff parnas) dan lintasan Entner Doudoroff yang
menyediakan senyawa antara asam piruvat yang merupakan senyawa kunci dalam
metabolisme sel. Sebagian besar (80%) dari glukosa diubah menjadi piruvat melalui
lintasan glikolisis. Piruvat akan mengalami dekarboksilasi dan berkaitan dengan
koenzim A membentuk asetil KoA dan selanjutnya masuk ke dalam siklus krebs
dengan bantuan enzim piruvat karboksilase yang mengubah piruvat menjadi
oksaloasetat.
Pada Aspergillus niger fosfoenol piruvat dapat diubah langsung menjadi
oksaloasetat (tanpa melalui piruvat) oleh enzim fosfenol piruvat karboksilase. Reaksi
tersebut membutuhkan ATP sebagai sumber energi, Mg2+ atau Mn2+ dan K+ atau
NH4+.
Apabila sumber karbon bukan glukosa, tapi misalnya asam asetat atau
senyawa alifatik berantai panjang (C-9, C-23), maka isositrat liase terinduksi sehingga
siositrat diubah menjadi malat oleh malat oleh malat sintesa. Rangkaian reaksi melalui
glioksilat. Bila glukosa ditambahkan glukosa, siklus tersebut terhambat.
Diduga bahwa terjadinya akumulasi asam sitrat ini adalah sebagai akibat dari
adanya kekurangan enzim disebabkan kurangnya unsure-unsur nutrisi. Kekurangan-
kekurangan nitrogen, fosfat, mangan, besi dan seng adalah unsure-unsur yang sering
disebut-sebut.
Apabila kadar logamnya tinggi, maka untuk mengurainya biasanya tetesnya
mengalami pengolahan pendahuluan terlebih dahulu, yaitu dengan penambahan
Kalium ferrosianida atau dengan cara pertukaran ion.
Media untuk produksi asam sitrat harus menyediakan semua kebutuhan zat
gizi mikroba, yaitu meliputi sumber karbon, nitrogen dan mineral.
a. Sumber karbon
Berbagai hasil pertanian, atau limbah pengolahan hasil pertanian
dapat digunakan sebagai sumber karbon diantaranya adalah umbi-umbian
(misalnya ubi kayu, talas dan singkong) sirup glukosa yang berasal dari
pati yang dihidrolisa dengan asam, sukrosa, molase (bai dari gula maupun
bit), onggok, dedak padi atau gandum, limbah pengolahan kopi dan limbah
pengolahan nenas.
b. Sumber nitrogen dan mineral
Untuk proses fermentasi dibutuhkan sejumlah senyawa sumber
nitrogen dan mineral (baik mineral makro maupun mikro). Biasanya,
mineral mikro (tembaga, mangan, magnesium,besi,seng dan molybdenum)
tidak perlu ditambahkan, karena pada bahan baku sumber karbon yang
dipakai untuk produksi secara komersial, mineral tersebut sudah terdapat
dalam jumlah yang banyak. Justru kadang-kadang perlu dilakukan
perlakuan pendahuluan untuk mengurangi kandungan atau pengaruh
mineral mikro yang bersifat toksik terhadap mikroba. Misalnya pada
penambahan tembaga, asam sitrat tidak akan diproduksi. Penambahn
tembaga berkoreasi positif dengan produksi asam sitrat.
Metode fermentasi :
a. Pembuatan inokulum dan starter
Untuk fermentasi media padat dan fermentasi dangkal dibutuhkn
inokulum berupa suspensi spora. Inokulum ini dibiakkan pada substrat
padat suhu 250C dengan masa inkubasi 10 – 14 hari pada kondisi aerobic.
b. Proses fermentasi
Proses fermentasi dapat dilakukan dengan fermentasi kultur
terendam atau fermentasi kultur permukaan. Fermentasi kultur
terendam terbagi dua yaitu dilakukan pada fermentor berpengaduk
(stirrer pengaduk) dan pada air lift fermentor. Sedangkan fermentasi
kultur permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan media cair
maupun media padat.
1. Fermentasi permukaan pada media padat
Fermentasi ini menggunakan media padat dari limbah
pengolahan hasil pertanian, seperti onggok, dedak padi, dedak
gandum, pulp tebu dan limbah pengolahan nenas. Pada fermentasi
ini, mikroba kurang sensitife terhadap tingginya konsentrasi mineral
mikro.
2. Fermentasi permukaan pada media cair
Fermentasi ini menggunakan media cair pada wadah dangkal
(tidak terlalu dalam) sehingga memperluas bidang kontak antara
media dengan oksigen di udara.
3. Fermentasi kultur terendam
Saat ini sebagian besar (80%) produksi asam sitrat berasal dari fermentasi
kultur terndam. Fermentasi ini menggunakan paralatan yang lebih canggih dengan
kebutuhan energi yang lebih banyak, tapi lebih sedikit memerlukan lahan dan tenaga
kerja.
Pemilihan media fermentasi yang tepat adalh factor yang paling kritis dalam
produksi asam sitrat. Dalam hal ini diperlukan defisiensi nutrsional logam-logam dan
fosfat. Meskipun ini harus sedikit defisien dalam unsure fosfat atau satu atau lebih
unsure logamnya, yakni mangan, besi, seng dan mungkin tembaga.
Beberapa factor sangat menetukan persiapan media. Faktor-faktor tersebut
adalah kandungan gula, garam organic, pH, nisbah luas permukaan terhadap
volume, ketersediaan oksigen dan suhu media.
1) Kandungan gula
Umumnya konsentrasi gula yang tinggi diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang banyak. Larutan dengan konsentrasi 14-20 %
dapat dipergunakan. Substitusi parsial terhadap sukrosa dan fruktosa atau
glukosa, yang menghasilkan konsentrasi gula 1-5 % (diluar total 14 %)
akan menghasilkan asam sitrat yang lebih sedkkit bila dibandingkan
dengan media yang hanya mengandung sukrosa. Hidrolisa parsial selama
sterilisasi juga menurunkan hasil asam sitrat.
2) Garam-garam anorganik
Selain karbon, hydrogen dan oksigen yang berasal dari karbohidrat
diperlukan juga nitrogen, kalium, fosfor, belerang dan magnesium untuk
media fermentasi.
3) Keasaman (pH)
Kemantapan pH adalah factor yang terpenting dalam proses
fermentasi. Garam-garam anorganik dan pH sangat berpengaruh terhadap
prporsi asm sitrat dan oksalat yang dihasilkan. Jadi pH dan garam
anorganik harus demikian hingga produksi asam sitrat tinggi dan
sebaliknya asam oksalat ditekan serendah mungkin. Penggunaan pH
rendah banyak menguntungkan yakni hasil asam sitrat yang tinggi,
pembentukan asam oksalat tertekan dan bahaya kontaminasi minimum.
4) Nisbah luas permukaan terhadap volume media
Dalam fermentasi asam sitrat konversi gula menjadi asam sitrat
dilakukan oleh enzim-enzim intrasel dan berlangsung dalam sel yang
membentuk suatu lapisan miselium. Gula masuk ke dalam sel-sel secara
osmosis, sedangkan asam keluar dengan cara difusi. Laju awal proses
enzimatik dan difusi akan menentukan beberapa lama fermentasi
berlangsung.
5) Suplai oksigen
Suplai oksigen (melalui udara) yang terlalu banyak justru akan
menurunkan rendemen. Kadang-kadang justru rendemen akhir
fermentasi dengan suplai udara khusus sama saja dengan rendemen akhir
fermentasi tanpa suplai udara. Tetapi suplai udara yang terlalu sedikit juga
berakibat tidak baik terhadap asam sitrat.
6) Suhu
Suhu yang tepat tergantung pada organisme dan kondisi fermentasi.
Biasanya fermentasi dilakukan pada suhu 25 – 35 0C. Doelgar dan Prescott
menegaskan bahwa 26 - 28 0 C adalah suhu yang paling optimum. Mereka
menyatakan bahwa jumlah asam sitrat yang dihasilkan akan meningkat
seiring dengan peningkatan suhu dari 8 – 28 0C. Diatas 30 0C produksi
asam sitrat akan menurun dan produksi asam oksalat justru akan
meningkat. Aspergillus niger pada suhu inkubasi menghasilkan kalsium
sitrat sebanyak 25 – 30 gram dari 200 gram molase yang mengalami dua
hari fermentasi. selain itu juga dihasilkan kalsium glukonat.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Autoklaf
2. Labu erlenmeyer
3. Tabung reaksi
4. Pembakar Spirtus
5. pH universal
6. Pipet ukur
7. Rotary shaker
8. Stationary shaker

Bahan :

1. Sukrosa Teknis
2. KH2PO4
3. MgSO4.7H2O
4. NH4NO3
5. MnSO4
6. FeSO4
7. Aquadest
8. HCl 0.1 N
IV. CARA KERJA

 Pembuatan Asam Sitrat :

Ditimbang sukrosa teknis 150 gram, KH2PO4 1 gram, MgSO4.7H2O 0.25


gram, NH4NO3 0.25 gram , MnSO4 0.0018 gram dan FeSO4 0.0002 gram.

Dilarutkan dengan aquadest sampai volumenya 1 L



Diatur pH 2.5-3 dengan HCl 0.1 N

Dibagi ke dalam 3 labu Erlenmeyer masing masing sebanyak 250 ml

Satu labu Erlenmeyer dikocok menggunakan rotary shaker



labu Erlenmeyer yang kedua dikocok dengan menggunakan staan stationary ,
sedang labu Erlenmeyer ketiga sebagai kontrol

Disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit dan ddinginkan selama 1 jam

Diinokulasikan suspense aspergilus niger ke masing masing labu Erlenmeyer

Dinkubasi selama 1 minggu

 Pengujian Asam Sitrat :

Disaring asam sitrat agar diperoleh asam sitrat murni



Dilakukan pengecekan pH pada larutan asam sitrat

Dipipet 10 ml filtrate kedalam erlenmyer 250 ml, encerkan dengan 10 ml akuades,
lalu ditambahkan 2 tetes Indicator PP

Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai titik akhir merah jambu

Dicatat volume NaOH yang dibutuhkan sebagai V1

Dilakukan hal yang sama untuk control dan volme NaOH yang dibutuhkan sebagai
V0.

V. DATA PENGAMATAN

 Perhitungan Biomasa

Bobot kertas saring (gr)


Perlakuan
Awal (W0) Akhir (W1)
Stationary Shaker 1,419 2,170
Rotary Shaker 1,442 4.087

Stationary Shaker = {(W1-W0) x 100%} / (volume media)


= {(2.170-1,419) gr x 100%} / (250 ml)
= 0,3004 % b/v
Rotary Shaker = {(W1-W0) x 100%} / (volume media)
= {(4.087-1,442) gr x 100%} / (250 ml)
= 1,058 %b/v

 pH
pH
Perlakuan
Awal Akhir
Stationary shaker 3 3
Rotary Shaker 3 3
Kontrol 3 3
 Total Asam Sitrat

Vol. NaOH 0,1 N (ml)


Perlakuan
V0 blanko V1 sampel
Stationary shaker - 2.2
Rotary Shaker - 4.3
Kontrol 1,1 -

Total Asam Sitrat Stationary shaker


= {(V1-V0) ml x BE NaOH x BE As.sitrat x 100%} / (ml contoh x 1000)
= {(2.2-1,1) ml x 0.1 N x 64 grek x 100 %} / (10 ml x 1000)
= 0,0704 %

Total Rotary Shaker


= {(V1-V0) ml x BE NaOH x BE As.sitrat x 100%} / (ml contoh x 1000)
= {(4.3-1,1) ml x 0.1 N x 64 grek x 100 %} / (10 ml x 1000)
= 0.2048%

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan asam sitrat ini, memiliki tujuan untuk
mempelajari produksi asam sitrat pada proses fermentasi menggunakan aspergilus
niger.
Mekanisme pembentukan asam sitrat seperti dinyatakan dengan siklus Krebs
atau siklus asam trikarboksilat, yaitu bahwa asam piruvat yang diperoleh dari
glukosa menghasilkan Acetil CoA yang berkondensasi dengan asam oxalo-asetat
yang telah terbentuk dalam siklus menghasilkan asam sitrat.
pH medium dalam proses fermentasi sangat penting. pH yang rendah akan
mengurangi resiko kontaminasi pada saat fermentasi oleh mikroorganisme lain. pH
yang rendah juga menghambat produksi dari asam organik yang tidak diinginkan
(misalnya asam glukonat, asam oksalat) dan hal ini membuat perbaikan asam sitrat
dari media cair.
pH pada media juga mempengaruhhi produksi asam sitrat dari A. niger karena
beberapa enzim yang berperan dalam siklus TCA sensitif terhadap pH. pH yang
rendah selama fermentasi untuk produksi asam sitrat yang optimal diperlukan pH
sekitar 2. Jika kondisi tersebut tidak diperoleh hasil produksi akan berkurang (Mattey,
1992). Papagianni (1995) & Papagianni et al. (1999) melaporkan bahwa pH
mempengaruhi morfologi dan produktivitas asam sitrat dari A. niger dari hasil data
kuantitatif. Morfologi dengan agregat yang kecil dan filament yang pendek berkaitan
dengan meningkatnya produksi asam sitrat pada pH sekitar 2,0 ± 0,2. Pada pH 1,6
morfologi akan berkembang abnormal (bulbous hyphae) dan produksi asam sitrat
akan menurun secara drastis. Pada pH 3,0 agregat mempunyai bentuk perimeter yang
lebh panjang dan terbentuk asam oksalat.
Pada proses fermentasi ini, sumber gula yang digunakan adalah sukrosa.
Sukrosa akan dipecah menjadi fruktosa dan glukosa. Sel akan memasukkan fruktosa
dan glukosa ini dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme hidrolisis invertase
sukrosa. Menurut Kubicek dan Rohr (1989) sukrosa baik untuk dijadikan sebagai
sumber glukosa oleh A. niger karena memiliki ikatan intervase mycelium
ekstraselular yang kuat dan aktif pada pH rendah sehingga hidrolisis sukrosa relatif
lebih cepat. keunggulan penggunaan sukrosa dari pada glukosa dan fruktosa pada
proses fermentasi asam sitrat.
Inkubator shaker diperlukan untuk menjaga bakteri dan media agar selama
fase pertumbuhannya dan masa perombakan karbonnya dapat terjadi secara baik
tanpa adanya tumpukan, dan biasa untuk mereaksikan sesuatu faktor pengadukan/
penggoyangan medium akan dapat mempercepat terbentuknya hasi atau dengan
kata lain kita akan mendapatkan hasil yang lebih optimal lagi.
Pada percobaan produksi asam sitrat digunakan Aspergillus niger yang
berfungsi sebagai biokatalisator dimulai dengan membuat media inokulum dengan
menggunakan glukosa, KH2PO4, NH4NO3, pepton dan FeSO4.7H2O lalu di add
sebanyak 1 Liter . kemudian dibagi kedalam 3 erlenmeyer , satu Erlenmeyer
diperlakukan sebagai sataionary shaker yang , Erlenmeyer kedua diperlakukan
sebagai rotary shaker , dan Erlenmeyer ketiga sebagai control. Dilakukan sterilisasi
dengan autoklaf dan ditambahkan biakan murni aspergilus niger . diinkubasi selama
1 minggu.
Dari data yang didapat % biomassa pada rotary shaker lebih besar dibanding
stationary shaker yaitu 1,058 %> 0.304% . Biomassa itu sendiri merupakan jumlah
keseluruhan organisme yang terdapat dalam suatu habitat/ tempat hidup . Dari segi
pH tdak ada yang berubah pH awal dan akhir sama . dilihat dari total asam sitrat %
rotary shaker lebih besar disbanding stationary artinya perlakuan rotary lebih
maksimal dibanding dengan stationary shaker.

VII. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa Pembuatan asam sitrat dapat
dilakukan dengan proses fermentasi Aspergillus niger, dengan 2 proses fermentasi,
yakni perlakuan rotary shaker dan stationary shaker dengan perolehan % asam sitrat
0.2048% dan 0,0704 %.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Khairulanam.2010.laporan-asam sitrat.
https://khairulanam.files.wordpress.com/2010/08/laporan-asam-sitrat-
2.pdf : diakses pada 4 maret 2018

Anonymous.2015.asam-sitrat
http://colapteknikkimia.blogspot.co.id/2015/08/produksi-asam-sitrat-oleh-
aspergillus.html : diakses pada 4 maret 2018

Mangunwidjaja D. dan A. Suryani. 1994. Teknologi Bioproses. Penebar


Swadaya. Jakarta

Judoamidjojo M., A.A. Darwis dan E.G. Sa'id. 1992. Teknologi Fermentasi.
CV.Rajawali pers. Jakarta

Okada, G. 1985. Purification and Properties of a Cellulase from Aspergillus


niger. J. Biochem. 49 (5) : 1257-1265.

Anda mungkin juga menyukai