Anda di halaman 1dari 13

1.

COUPLINGS
(Kopling Tetap)

SUDARISMAN
Mechanical Engineering
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 1

1. Couplings

1.1. Pengantar
Fungsinya: memindahkan daya dan/atau putaran dari satu poros ke
poros lain yang posisinya pada satu garis lurus atau dengan sedikit
simpangan.
Karakteristik:
• Pemindahan daya tanpa selip
• Penghubungan dan/atau pelepasan hubungan terjadi pada keadaan
tanpa beban/berhenti atau pada putraran sangat rendah
Cara pemindahan daya:
• Melalui gesekan: kopling kerucut dan kopling plat (Gambar 2.1(a) dan
(b))  terjadi slip, penghubungan dan pelepasan hubungan dapat
dilakukan waktu bekerja (Kopling tidak tetap).
• Melalui efek baji: kopling cakar dan kopling freewheel (Gambar 2.1(c)
dan (d))  tidak terjadi slip, pelepasan hubungan dapat dilakukan
pada kecepatan rendah, sedangkan penghubungan waktu berhenti
saja.

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 2

1
2. Couplings: 1.1. Pengantar
Jenisnya:
1. Kopling kaku:
• Bus (a)
• Flens (b)
• Flens tempa (c)
Kebaikannya:
• Konstruksi sederhana
• Komponen sedikit
• Pembuatan mudah
Kekurangannya
• Pemasangan sulit krn
Kaku  pasangan po-
ros harus benar-benar
segaris.
• Getaran dan tumbukan
•besar
Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 3

2. Couplings: 1.1. Pengantar


Jenisnya:
2. Kopling elastis dan universal
a. Flens elastis b. Karet ban
c. Karet bintang d. Rantai
e. Gigi f. Univ Hook

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 4

2
2. Couplings: 1.1. Pengantar

Jenisnya:
2. Kopling elastis dan universal
Kebaikannya:
• Pemasangan lebih mudah, simpangan posisi dan arah poros
dapat diakomodasi
• Getaran dan tumbukan dapat diredam/dikurangi  bekerjanya
lebih tenang

Kekurangannya
• Konstruksi lebih rumit
• Komponennya lebih banyak
• Pembuatannya lebih sulit
• Harganya lebih mahal

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 5

2. Couplings: 1.1. Pengantar

Pertimbangan Perancangan:

1. Ringan dan tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu


membebani poros dengan lenturan, dan tidak memerlukan
ruangan yang besar.
2. Bagian yang menonjol terlindungi dengan baik, sehingga
aman dalam pemakaiannya.
3. Dapat mengakomodasi pergeseran aksial yang kecil yang
dapat terjadi kerena perubahan suhu sekitar.
4. Pemasangannya mudah.
5. Getaran dan tumbukan sekicil mungkin, terutama pada
putaran tinggi.
6. Dapat mencegah terjadinya pembebanan lebih.

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 6

3
2. Couplings

1.2. Kopling Selongsong/Bus


Kebaikannya: sangat sederhana dan murah.
Kelemahannya: tidak dapat mengakomodasi eksentrisitas relatif antara
kedua poros  posisi kedua poros harus benar-benar
segaris.
Bila terdapat eksentrisitas namun tetap dipaksakan, maka poros atau kop-
ling atau keduanya akan mudah rusak akibat adanya te-
gangan lentur awal sebagai bawaan akibat pemasangan
sehingga menimbulkan getaran pembebanan pada pema-
kaiannya.
Bahan bus: baja paduan
Jenisnya:
• Bus tak bercelah  pengencangan dengan selongsong berdinding tipis
dengan lingkar luarnya tirus yang dipres secara aksial.
• Bus bercelah  pengencangan dengan mangatupkan dengan baut
pengikat.

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 7

2. Couplings: 1.2. Kopling Selongsong/Bus

ds

2l
Db

SKF Bercelah Selongsong


Besar gaya tekan pada bidang kontak
ds = diameter poros (mm)
Q =  ds l pa (2.1) l = setengah panjang selongsong (mm)
pa = tekanan kontak ijin (N/mm2)
Besar torsi yang dapat dipindahkan

ds π (2.2)
Td  Q     π d s l pa  ds / 2  ds 2 l pa  (N.mm)
2 2
 = koef gesek
Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 8

4
2. Couplings: 1.2. Kopling Selongsong/Bus

Pemeriksaan baut: Untuk model belah seperti gambar sebelah kiri, besar
gaya yang harus diberikan oleh baut
Fb = ds l pa (2.3)

Besar tegangan tarik yang terjadi pada baut


Fb 8 Fb
b   (MPa) db1 = diameter inti baut (mm)
π n π d b12 nb
d b12 b (2.4) nb = cacah baut.
4 2
Syarat aman: b ≤ ba (2.5)

ba = tegangan tarik ijin bahan baut (MPa)


Pemeriksaan bus: Harus aman meneruskan torsi.
Besar tegangan geser yang terjadi pada bus:
Syarat aman:
Td  Db / 2 16 Td  Db
 bus 
 π D  (MPa)
 bus ≤ ba

(2.7)
π 4
 ds 4
Db 4  d s 4 b (2.6)
32
Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 9

2. Couplings:1.2. Kopling Flens Kaku

Prosedur pemilihannya:
1. Data input: daya, P (kW)
putaran poros, ns (rpm).
karakter mesin penggerak Tabel 2.2
karakter mesin yang digerakkan  fc
kondisi pembebanan  faktor keamanan, sf1
bentuk poros  faktor konsent. tegangan, sf2
2. Daya rencana, Pd = P ∙ fc (kW) (2.6)

3. Torsi rencana, Td = 9,549106 (Pd /ns) (N∙mm) (2.7)

4. Memilih bahan poros (Tabel 2.3 (a, b atau c)).


Catatan: tegangan ijin (MPa) = nilai Tabel (kg/mm2) × g
5. Tegangan geser ijin,  (2.8)  t (MPa)
sa
Sf1 S f2
Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 10

5
2. Couplings: 1.3. Kopling Flens Kaku

Tabel 2.2. Faktor


koreksi daya, fc

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 11

2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

Tabel 2.3a. Baja


paduan yang
biasa digunakan
untuk poros

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 12

6
2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

Tabel 2.3b. Baja


karbon difinis
dingin yang
biasa digunakan
untuk poros

Tabel 2.3c. Baja


karbon difinis
dingin untuk
poros
kenderaan rel

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 13

2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

6. Menentukan faktor beban tumbukan dan faktor beban lentur, kt


dan Cb:
aplikasi beban secara halus  kt = 1,0
aplikasi beban sedikit kejutan/tumbukan  kt = 1,0 – 1,5
aplikasi beban dg kejutan/tumbukan yg besar  kt = 1,5 – 3,0
besar momen lentur relative stabil  Cb = 1,5
momen lentur dg tumbukan kecil  Cb = 1,5 s.d. 2,0
momen lentur dg tumbukan besar  Cb = 2 s.d. 3
7. Ukuran dia. poros pejal, kriteria kegagalan teganan geser max
16
ds  3 M b Cb 2  Td k t 2 (mm) (2.9a)
πa
Poros pejal, kriteria kegagalan teganan normal max
16 M C 
ds  3
 b b
M b Cb 2  Td k t 2  (mm) (2.9b)
πa 
Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 14

7
2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

Poros berlubang, kriteria kegagalan teganan geser max


Ds4  d s4 16
 M b Cb 2  Td k t 2 (mm) (2.9c)
Ds πa
Poros berlubang, kriteria kegagalan teganan normal max
Ds4  d s4 16 M C 

 b b
M b Cb 2  Td k t 2  (mm) (2.9d)
Ds πa 
8.Berdasar ds atau Ds dipilih flens yang sesuai dari Tabel 2.4
berikut ukuran detilnya (mm), meliputi:
A = Diamater luar flens B = lingkaran jarak bagi baut
C = diameter bus atau naf flens D = diameter poros
F = tebal flens G = diameter luar flens
H = lebar sayap pelindung n = jumlah baut pengikat
L = panjang bus d = diameter baut pengikat

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 15

2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku


Tabel 2.4. Ukuran kopling flens kaku (JIS B 1451-1962)

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 16

8
2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

9. Pemeriksaan baut:
Gaya dan tegangan geseryang bekerja pada baut :
2 Td Fb
Fb
(2.11a.b)  ( N) b  (MPa )
B π / 4  d b1
2
 ne
B = dia lingk jarak bagi baut (mm)
db1 = dia intu baut (mm)
ne – jumlah baut efektif, 60-80%
Syarat aman: b ≤ ba (2.11a.b)

ba = tegangan ijin material baut, dihitung seperti persamaan (2.8),


dengan b diambil dari material pada Tabel 2.5.
10.Pemeriksaan flens
2 Td geseryang bekerja pada
Gaya dan tegangan Ff flens:
Ff  ( N) f  (MPa )
C π C  F (2.14a,b)

C = dia luar bus (mm)


Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 17
F = tebal flens (mm)

2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

Syarat aman: f ≤ fa (2.16)

fa = tegangan ijin material flens, dihitung seperti persamaan (2.8),


dengan f diambil dari material pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Bahan flens dan baut untuk kopling kaku

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 18

9
2. Couplings:1.4. Kopling Karet Ban
(a) (b)

Gambar 2.5. (a) Struktur karet kopling


(b) Ukuran-ukuran utama

Kelebihannya:
• Terjadinya redaman getaran dan tumbukan
• Simpangan posisi poros (Gambar 2.4) dapat diakomodasi
• Pemasangannya lebih mudah
• Bila ada hubungan listrik dari satu poros ke poros yang lainnya dpt dicegah.
Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 19

2. Couplings:1.4. Kopling Karet Ban

(a) (b) (c)

Gambar 2.4. (a) Simpangan pemasangan yang diijinkan


Efek simpangan:
(a) Terjadi fluktuasi besar dan tarik-tekan pada karet
(b) Terjadi fluktuasi besar beban saja
(c) Terjadi deformasi yang besarnya tetap.
Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 20

10
2. Couplings:1.4. Kopling Karet Ban

Prosedur pemilihannya
1. Data input: daya, P (kW) dan putaran poros, ns (rpm).
karakter mesin penggerak dan yang digerakkan  Tabel 2.2  fc
kondisi pembebanan  faktor keamanan, sf1
bentuk poros  faktor konsent. tegangan, sf2
2. Daya rencana, Pd = P ∙ fc (kW) (2.6)

3. Torsi rencana, Td = 9,549106 (Pd /ns) (N∙mm) (2.7)


Tabel
2.6.
Kopling
Karet
Ban

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 21

2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

4. Berdasar Td dipilih kopling karet ban yang sesuai dari Tabel 2.4
berikut ukuran detilnya (mm), meliputi:
A = Diamater luar flens B = lingkaran jarak bagi baut
C = Lebar karet ban D = dia luar bus
d1 = diameter luar cakram penekan d2 = dia. dlm cakram penekan
ds = diameter poros d = diameter baut pengikat
F = tebal flens L = panjang bus atau naf

n = jumlah baut pengikat E = dia luar flensMenentukan

(2.9b)

16 M C 
ds  3
 b b
M b Cb 2  Td k t 2  (mm)
πa 
Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 22

11
2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

Poros berlubang, kriteria kegagalan teganan geser max


Ds4  d s4 16
 M b Cb 2  Td k t 2 (mm) (2.9c)
Ds πa
Poros berlubang, kriteria kegagalan teganan normal max
Ds4  d s4 16 M C 

 b b
M b Cb 2  Td k t 2  (mm) (2.9d)
Ds πa 
8.Berdasar ds atau Ds dipilih flens yang sesuai dari Tabel 2.4
berikut ukuran detilnya (mm), meliputi:
A = Diamater luar flens B = lingkaran jarak bagi baut
C = diameter bus atau naf flens D = diameter poros
F = tebal flens G = diameter luar flens
H = lebar sayap pelindung n = jumlah baut pengikat
L = panjang bus d = diameter baut pengikat

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 23

2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku


Tabel 2.4. Ukuran kopling flens kaku (JIS B 1451-1962)

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 24

12
2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

9. Pemeriksaan baut:
Gaya dan tegangan geseryang bekerja pada baut :
2 Td Fb
Fb
(2.11a.b)  ( N) b  (MPa )
B π / 4  d b1
2
 ne
B = dia lingk jarak bagi baut (mm)
db1 = dia intu baut (mm)
ne – jumlah baut efektif, 60-80%
Syarat aman: b ≤ ba (2.11a.b)

ba = tegangan ijin material baut, dihitung seperti persamaan (2.8),


dengan b diambil dari material pada Tabel 2.5.
10.Pemeriksaan flens
2 Td geseryang bekerja pada
Gaya dan tegangan Ff flens:
Ff  ( N) f  (MPa )
C π C  F (2.14a,b)

C = dia luar bus (mm)


Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 25
F = tebal flens (mm)

2. Couplings: 1.2. Kopling Flens Kaku

Syarat aman: f ≤ fa (2.16)

fa = tegangan ijin material flens, dihitung seperti persamaan (2.8),


dengan f diambil dari material pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Bahan flens dan baut untuk kopling kaku

Sudarisman Mechanical Eng, UMY: Mechanical Power Transmission Systems 26

13

Anda mungkin juga menyukai