Anda di halaman 1dari 14

PETA KONSEP

Faktor dinamika dan proyeksi kependudukan

Mobilitas penduduk dan tenaga kerja

Kualitas penduduk dan indeks pembangunan manusia

DINAMIKA
Bonus demorafi dan dampaknya terhadap pembangunan
PENDUDUK

Permasalahan yang diakibatkan dinamika kependudukan

Sumber data kependudukan

Pengolahan dan analisis data kependudukan


INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

3.5.1 Mengidentifikasi faktor dinamika penduduk

3.5.2 Mengidentifikasi faktor pendukung serta penghambat natalitas dan mortalitas

3.5.3 Menerapkan rumus untuk menghitung angka kelahiran kasar (CBR), angka kelahiran

menurut umur (ASBR), angka kematian kasar (CDR), dan angka kematian menurut

umur (ASDR) berdasarkan data yang tersedia

3.5.4 Menjelaskan pengertian proyeksi penduduk

3.5.5 Mendeskripsikan manfaat proyeksi penduduk

3.5.6 Menghitung angka proyeksi penduduk

3.5.7 Menganalisis hasil perhitungan proyeksi penduduk

3.5.8 Menjelaskan pengertian mobilitas penduduk

3.5.9 Mengklasifikasikan jenis mobilitas penduduk

3.5.10 Menjelaskan faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk

3.5.11 Menguraikan dampak positif dan negatif mobilitas penduduk

3.5.12 Menjelaskan upaya pengendalian mobilitas penduduk

3.5.13 Menjelaskan pengertian tenaga kerja

3.5.14 Menjelaskan jenis-jenis tenaga kerja

3.5.15 Menjelaskan pengertian kualitas penduduk

3.5.16 Menganalisis kualitas penduduk di Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan,

kesehatan, mata pencaharian, dan pendapatan

3.5.17 Menjelaskan pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

3.5.18 Mengidentifikasi komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

3.5.19 Menganalisis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia

3.5.20 Menyebutkan pengertian bonus demografi

3.5.21 Mengidentifikasi dampak bonus demografi terhadap pembangunan

3.5.22 Menemukan solusi dari dampak negatif bonus demografi

3.5.23 Menjelaskan permasalahan yang diakibatkan dinamika kependudukan

3.5.24 Menganalisis permasalahan dinamika kependudukan yang ada di Indonesia


3.5.25 Mencari solusi yang dapat diterapkan untuk menanggulangi permasalahan dinamika

kependudukan

3.5.26 Mengidentifikasi sumber data kependudukan (sensus, survei, dan registrasi

penduduk)

3.5.27 Membedakan macam-macam sensus penduduk

3.5.28 Membedakan metode sensus penduduk

3.5.29 Membedakan tipe survei penduduk

3.5.30 Membedakan registrasi, sensus, dan survei penduduk

3.5.31 Menjelaskan pengertian dan analisis data kependudukan

3.5.32 Menyebutkan fungsi dan tujuan pengolahan dan analisis data

3.5.33 Mengidentifikasi metode pengolahan data

3.5.34 Menganalisis data kependudukan

4.5.1 Membuat grafik hasil proyeksi penduduk

4.5.2 Membuat grafik perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dari

tahun 2010-2017

4.5.3 Membuat peta kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan Timur beserta analisisnya
Sub Materi 1

FAKTOR DINAMIKA
Materi Pembelajaran

A. FAKTOR DINAMIKA KEPENDUDUKAN

Penduduk merupakan salah satu faktor pembentuk suatu negara. Selain itu,

penduduk adalah modal utama pembangunan sebuah negara. Penduduk Indonesia

memiliki 4 ciri umum yaitu jumlah penduduk yang terus bertambah, sebagian besar

penduduk berusia muda, persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagian besar

penduduk bekerja di sektor pertanian. Kondisi penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh

3 faktor yaitu natalitas, mortalitas dan migrasi.

1. Natalitas (Kelahiran)

Gambar 1. Kelahiran
Sumber : www.analisadaily.com/tag/k/kelahiran
Kelahiran merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat

menambah jumlah penduduk. Tingkat kelahiran bergantung pada jumlah pasangan

usia subur dan jumlah bayi yang dilahirkan. Kelahiran bayi dapat dibedakan menjadi

bayi lahir hidup dan bayi lahir mati. Bayi lahir hidup apabila mempunyai tanda-tanda

kehidupan sewaktu lahir, misalnya bernapas, ada gerakan otot, dan ada denyut

jantung. Beberapa faktor yang mendukung kelahiran (pronatalitas) dan menghambat

kelahiran (antinatalitas), antara lain sebagai berikut.


 Faktor-faktor pronatalitas

a. Kawin usia muda

Apabila seorang perempuan kawin pada usia muda maka masa reproduksi

perempuan tersebut menjadi lebih lama. Masa reproduksi yang lama

memberikan kesempatan bagi perempuan itu untuk mempunyai anak lebih

banyak dibandingkan dengan perempuan yang kawin pada usia dewasa.

b. Rendahnya tingkat kesehatan

Tingkat kesehatan yang rendah menyebabkan banyaknya bayi yang meninggal

menyebabkan orang tua cenderung memilih mempunyai banyak anak. Hal ini

bertujuan apabila ada satu anak yang meninggal masih ada anak yang lain.

Tingkat kesehatan yang baik juga berperan dalam peningkatan kelahiran,

karena semakin baik kesehatan seorang ibu maka semakin besar

kemampuannya untuk melahirkan anak.

c. Anggapan banyak anak banayak rezeki

Masyarakat agraris tradisional memiliki semboyan banyak anak banyak rezeki.

Hal tersebut terjadi karena masyarakat agraris tradisional bekerja dengan

lebih banyak mengandalkan tenaga manusia dan hewan.

 Faktor-faktor antinatalitas

a. Pembatasan usia menikah

Indonesia menerapkan peraturan pembatasan usia pernikahan. Batas usia

menikah bagi perempuan minimal 16 tahun, sedangkan bagi laki-laki minimal 19

tahun.

b. Program keluarga berencana

Pemerintah membatasi jumlah kelahiran dengan memasyarakatkan program

keluarga berencana dan menyediakan berbagai peralatan kontrasepsi. Jumlah

anak yang diperbolehkan dalam program KB adalah maksimal 2 orang.


Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan juga dapat dilakukan dengan

penggunaan alat-alat kontrasepsi.

c. Pembatasan tunjangan anak

Pada pegawai negeri dan karyawan perusahaan tertentu, diberlakukan

pembatasan tunjangan anak. Pembatasan tunjangan ini akan mendorong para

pegawai untuk memiliki jumlah anak sesuai syarat untuk mendapatkan

tunjangan.

d. Anak merupakan beban

Masyarakat modern memiliki anggapan bahwa anak merupakan beban bagi

orang tua. Orang tua harus menyiapkan berbagai fasilitas kesehatan, sosial,

dan pendidikan bagi anak-anaknya.

Pengukuran kelahiran dapat dilakukan melalui beberapa cara.

a. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate- CBR)

Angka kelahiran kasar (crude birth rate atau CBR) menunjukkan jumlah

kelahiran tiap 1.000 penduduk setiap tahun, dengan rumus sebagai berikut.
B
CBR = xk
P

Keterangan:

B = jumlah anak yang lahir (birth) pada tahun tertentu

P = jumlah penduduk (population) pada pertengahan tahun

k = konstanta (1.000)

Angka kelahiran kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu

sebagai berikut.

a. Tinggi, jika angka kelahiran kasar suatu daerah lebih dari 30 tiap 1.000 orang.

b. Sedang, jika angka kelahiran kasar suatu daerah berkisar antara 20-30 tiap

1.000 orang.

c. Rendah, jika angka kelahiran kasar suatu daerah kurang dari 20 tiap 1.000

orang.
Contoh soal:

Pada suatu daerah terdapat penduduk sejumlah 25 juta orang dan jumlah bayi

yang lahir dalam setahun sebanyak 500.000 orang. Berapakah nilai CBR untuk

daerah tersebut?
B
CBR = P
xk
500.000
= 25.000.000 x 1.000

= 20 bayi/1.000 wanita

Jadi, nilai CBR daerah tersebut adalah 20 bayi/1.000 wanita.

b. Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Birth Rate -ASBR)

Cara pengukuran kelahiran menggunakan metode CBR seringkali dianggap kurang

memuaskan karena tidak memperhatikan pembagian menurut jenis kelamin dan

golongan umur. Oleh karena itu, digunakanlah cara pengukuran kelahiran dengan

mempertimbangkan umur yaitu caraage specific birth rate (ASBR). ASBR adalah

angka yang menunjukkan jumlah kelahiran setiap 1.000 wanita golongan umur

tertentu setiap tahun. Nilai ASBR dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Bx
𝐴𝑆𝐵𝑅 = x k
Px

Keterangan :

Bx = jumlah anak yang lahir dari wanita kelompok umur x

Px = jumlah wanita pada kelompok umur x

k = konstanta (1.000)

Penduduk bisa digolongkan dalam kelompok umur tertentu, misalnya kelompok

umur lima tahunan, yaitu 20 – 24 tahun, 25 – 29 tahun, 30 – 34 tahun, dan

seterusnya.

Contoh soal:
Pada suatu wilayah terdapat 100.000 wanita yang berumur antara 25 – 29 tahun,

dan jumlah kelahiran dari wanita dalam kelompok umur tersebut sebanyak

20.000 orang. Berapakah nilai ASBR wilayah tersebut?


Bx
𝐴𝑆𝐵𝑅 = xk
Px
20.000
𝐴𝑆𝐵𝑅 = 100.000
x 1.000

= 200 bayi/1.000 wanita

Jadi, ASBR daerah tersebut adalah 200 bayi dari setiap 1.000 wanita pada

kelompok umur 25 – 29 tahun.

c. Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate)

Angka kelahiran umum (GFR) adalah banyaknya kelahiran tiap 1.000 wanita yang

berusia 15-49 tahun pada pertengahan tahun. Nilai ASBR dihitung dengan rumus

sebagai berikut.
𝐿
GFR=𝑊(15−49) 𝑥 1000

Keterangan:

L = banyaknya kelahiran selama satu tahun

W(15-49) = banyaknya penduduk wanita berumur (15-49)

Contoh soal:

Di kecamatan X banyaknya wanita berumur 15 - 49 tahun pada pertengahan

tahun 2006 ada 9.000 orang, sedangkan jumlah bayi yang lahir 900 anak.

Berapakah angka kelahiran umumnya?


𝐿
GFR = 𝑊(15−49) 𝑥 1000
90
= 9000
𝑥 1000

= 10

Jadi, angka kelahiran umum 10, artinya setiap 1.000 wanita berumur 15 - 49

tahun dalam satu tahun terdapat jumlah kelahiran 10 bayi.


2. Mortalitas (Kematian)

Gambar 2. Mortalitas
Sumber: http://cdn2.tstatic.net/makassar/foto/bank/images/ilustrasi-mayat_20170603_165821.jpg
Pertumbuhan jumlah penduduk dipengaruhi oleh tingginya tingkat kematian.

Tingkat kematian adalah jumlah kematian per 1.000 penduduk setiap tahun. Tingkat

kematian pada suatu kelompok penduduk berbeda dengan tingkat kematian penduduk

pada kelompok lainnya. Biasanya tingkat kematian penduduk laki-laki lebih tinggi

dibandingkan dengan penduduk perempuan.

Negara maju umumnya mempunyai tingkat kematian yang lebih rendah

dibandingkan dengan negara berkembang. Tingkat kematian penduduk dipengaruhi

oleh berbagai faktor seperti kondisi sosial, ekonomi, pekerjaan, tempat tinggal,

pendidikan, dan jenis kelamin. Semua faktor tersebut, menurut sifatnya, dapat

dibedakan menjadi faktor pendukung kematian (pro-mortalitas) dan faktor

penghambat kematian (anti-mortalitas) sebagai berikut.

 Faktor-faktor anti-mortalitas

a. Fasilitas kesehatan yang memadai.

b. Lingkungan yang bersih dan teratur.

c. Ajaran agama yang melarang bunuh diri.

d. Tingkat kesehatan yang tinggi.


 Faktor-faktor pro-mortalitas

a. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.

b. Gaya hidup tidak sehat dan penggunaan narkoba

c. Kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai, seperti rumah sakit, peralatan

kesehatan, dan obat-obatan.

d. Sering terjadi kecelakaan lalu lintas

e. Terjadi bencana alam yang mengakibatkan korban jiwa

f. Terjadi peperangan

Pengukuran tingkat kematian dapat dilakukan melalui beberapa cara.

a. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR)

Angka kematian kasar (crude death rate atau CDR) adalah angka yang

menunjukkan jumlah kematian dari setiap 1.000 penduduk per tahun, dengan

rumus sebagi berikut.


D
CDR = P
xk

Keterangan:

D = jumlah kematian

P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

k = konstanta (1.000)

Angka kematian kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu sebagai

berikut.

1) Tinggi, jika angka kematian kasar suatu daerah lebih dari 20 orang dari setiap

1.000 penduduk.

2) Sedang, jika angka kematian kasar suatu daerah berkisar antara 10 – 20 orang

dari setiap 1.000 penduduk.

3) Rendah, jika angka kematian kasar suatu daerah kurang dari 10 orang dari

setiap 1.000 penduduk.


Contoh soal:

Jumlah penduduk suatu negara pada pertengahan tahun adalah 25 juta jiwa. Pada

tahun tersebut terdapat 50.000 orang yang meninggal dunia. Berapakah tingkat

kematian pada negara tersebut?


D
CDR = P
xk
50.000
= 25.000.000
x 1.000

= 2 orang

Jadi, besar CDR untuk negara tersebut adalah 2 orang dari setiap 1.000

penduduk.

b. Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate atau ASDR)

Angka kematian menurut umur (age specific death rate atau ASDR)

adalah angka yang menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur

tertentu dari setiap 1.000 penduduk dalam kelompok umur yang sama. Bila

dibandingkan dengan CDR, hasil perhitungan ASDR lebih teliti karena

didasarkan pada kelompok umur. Rumus untuk menghitung angka kematian

menurut umur adalah sebagai berikut.


Dx
𝐴𝑆𝐷𝑅 = Px
xk

Keterangan

Dx = jumlah kematian dalam kelompok umur x

Px = jumlah penduduk pada kelompok umur x

k = konstanta (1.000)

Contoh soal:

Pada suatu daerah terdapat penduduk berusia antara 50 – 55 tahun sebanyak

1.000.000 orang. Pada golongan umur tersebut terjadi 10.000 kematian dalam

setahun. Berapakah besar ASDR untuk daerah tersebut?


Dx
𝐴𝑆𝐵𝑅 = xk
Px
10.000
𝐴𝑆𝐵𝑅 = x 1.000 = 10 orang
1.000.000

Jadi, besar ASDR daerah tersebut adalah 10 orang dari tiap 1.000 penduduk

golongan usia 50 – 55 tahun.

c. Tingkat Kematian Bayi (Infrant Mortality Rate/IMR)

Tingkat kematian bayi adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi

berumur kurang dari 1 tahun 1.000 kelahiran setiap tahunnya. Cara menghitung

tingkat kematian bayi atau infant mortality rate (IMR) adalah antara lain sebagai

berikut :
𝑫𝒃
IMR = 𝑷𝒃
𝒙𝒌

Keterangan :

Db = Jumlah kematian bayi sebelum satu tahun

Pb = Jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama

K = Konstanta (1.000)

Contoh soal:

Hasil sensus penduduk di Jepang tahun 1990, dilaporkan jumlah kematian bayi

dalam 1 tahun terdapat kematian sejumlah 5616 bayi dengan jumlah kelahiran

hidup 1.277.900 orang, berapa IMR tahun 1990?

5616
IMR = 𝑥 1000
1277900

= 4,6 per 1000

Infant Mortality Rate Negara Jepang tahun 1990 adalah 5 orang per 1000

penduduk (tergolong rendah).

Tingkat kematian bayi dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu sebagai

berikut:

1. Tingkat kematian bayi > 125 tergolong Sangat Tinggi

2. Tingkat kematian bayi 75-125 Tinggi


3. Tingkat kematian bayi 35-75 Sedang

4. Tingkat kematian bayi < 35 Rendah

3. Migrasi

Gambar 3. Migrasi penduduk


Sumber: http://visiontechone.blogspot.co.id/2016/10/mobilitas-sosial-dan-macam-macam-migrasi.html
Migrasi adalah pergerakan atau perpindahan penduduk dari suatu tempat ke

tempat lain, dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan

penduduk di suatu daerah atau suatu negara. Migrasi merupakan salah satu dari tiga

faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan

kematian. Migrasi secara regional dan lokal sangat penting, berkaitan dengan

densitas atau kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merata.

Ketidakmerataan inilah yang menjadi salah satu pendorong dan penarik orang-orang

dalam melakukan migrasi.

Pada umumnya, orang melakukan migrasi karena keinginan untuk

meningkatkan taraf hidup. Alasan lain adalah karena adanya faktor-faktor yang

memaksa dirinya untuk berimigrasi dari daerah asalnya ke daerah yang baru.

Contohya adalah bencana alam, konflik sosial, peperangan, atau tingginya frekuensi

tindak kejahatan di suatu wilayah.

Anda mungkin juga menyukai