Anda di halaman 1dari 3

HUKUM KEPERAWATAN

A. Fungsi Hukum dalam Praktek Keperawatan

Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan :

1. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan


keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri.
4. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan
dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah
hukum (Kozier, Erb, 1990)

B. Undang-Undang Praktek Keperawatan

1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

a. BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam


bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

b. Pasal 1 ayat 4

Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk


menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat
(sebagai revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)

a. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 :

Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :

 Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di


dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan
keperawatan diseluruh Indonesia.
 Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk
menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah
Indonesia.

b. BAB III perizinan

a) Pasal 8, ayat 1, 2, & 3 :


 Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
 perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK
 Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok
harus memiliki SIPP

b) Pasal 9, ayat 1 :
 SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh
dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

c) Pasal 10 :
 SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

d) Pasal 12 :
 SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh
dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
 SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan
ahli madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan
dengaan kompetensi yang lebih tinggi.
 Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti
tertulis yang diberikan perawat untuk menjalankan praktek
perawat.

e) Pasal 13 :
 Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan
melalui penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan
bidang keperawatan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta
kesanggupan melakukan praktek keperawatan
f) Pasal 15 :
 Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang
untuk :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
2) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i)
meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan.
3) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana
dimaksudhuruf (i) dan (ii) harus sesuai dengan standar
asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
4) Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn
berdasarkan permintan tertulis dari dokter.

Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :

o Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan,


perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
o Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

g) Pasal 21 :
 Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus
mencantum SIPP di ruang prakteknya.
 Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak
diperbolehkan memasang papan praktek.

h) Pasal 31 :
 Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
1. Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum
dalam izin tersebut.
2. Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.
3. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan
darurat atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang
tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.

Anda mungkin juga menyukai