JURNAL TAHUN PENULIS JUDUL TUJUAN METODE KESIMPULAN
BELAKANG PEMBAHASAN Jurnal 2019 Risqa Kajian Potensi mengkaji Perubahan iklim Penelusuran A.hasil Trypanosoma Vektor Novita Tripanosomiasis Trypanosoma (Climate changes) kepustakaan Terdapat 19 kasus pada sebagai salah Penyakit sebagai sebagai salah merupakan dilakukan manusia yang disebabkan oleh satu agen Penyakit satu agen tantangan yang melalui berbagai spesies penyakit Zoonosis penyakit yang sangat besar internet Trypanosoma, antara T. berpotensi Emerging di berpotensi terhadap kesehatan dengan brucei, T. vivax, T. menimbulkan Indonesia menimbulkan masyarakat di abad peramban congolense, T. evansidan T. infeksi parasit infeksi parasit 21. Perubahan Google, Pu lewisi. Saat ini yang emerging yang emerging iklim terjadi saat bmed dan berpeluang patogen ke menular ke yang dapat ini berdampak Elseier . manusia adalah T. evansi manusia di menular ke pada danT. lewisi. Trypanosoma Indonesia, manusia di ketidakseimbangan adalah parasit protozoa yang karena Indonesia ekologi memiliki lagella. Indonesia lingkungan. Salah Trypanosoma merupakan memiliki satu penyebab parasit darah yang hidup di sel kondisi perubahan iklim darah merah. Infeksi lingkungan yang adalah perubahan Trypanosoma umumnya nyaman bagi lahan yang semula disebabkan oleh spesies- perkembangan habitat hewan liar spesies antara lain : T. evansi, lalat dan tikus yaitu hutan T. cruzi, T. brucei, T. lewisi, sebagai vektor menjadi area T. lewisi like. Bentuk parasit penyakit pemukiman Trypanosoma tripanosoma manusia, Pada umumnya manusia serta didukung persawahan atau memiliki kekebalan alami oleh populasi perkebunan terhadap infeksi penduduk yang Trypanosoma, sehingga tinggi. Adanya perubahan infeksi Trypanosoma tidak fungsi lahan bersifat patogen pada manusia tersebut membuat dan umumnya tidak jarak antara menimbulkan gejala klinis. lingkungan Infeksi Trypanosoma yang manusia dengan tidak patogen ke manusia hewan menjadi biasanya disebabkan oleh sangat dekat. Hal spesies, T. brucei, T. vivax, T. ini dapat congolense, T. evansi dan T. menyebabkan lewisi. perubahan tingkah B.Pembahasan laku manusia, Tripanosomiasis sebagai hewan, vektor penyakit zoonosis penyakit 3 dan Trypanosoma evansi pada agen penyakit. awalnya tidak terdeteksi sebagai agen penyakit zoonosis karena manusia memiliki faktor tripanolitik yang terdapat pada serum darah normal yang dapat melisiskan T. evansi (Desquesnes et al. 2013) Adanya jumlah populasi ternak dan populasi penduduk yang tinggi didukung dengan kondisi lingkungan yang rendah sanitasi dapat menyebabkan terjadinya penyakit zoonosis, baik yang bersifat emerging maupun non-emerging. Data kasus tripanosoma pada manusia di Indonesia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. T. evansi ditemukan di Indonesia pada serum peternak di pulau Sumba. Hasil pemeriksaan metode CATT/T. evansi dan Field ELISA menunjukkan sebanyak 16,7% 11 positif T. evansi. Penyakit Surra yang menyerang kerbau di Indonesia diketahui sejak tahun 1983 dan hingga kini hewan ternak di Indonesia belum bebas dari 30 penyakit Surra. Penyakit dapat menular melalui kontak langsung dengan hewan penderita melalui luka di kulit, per oral dan melalui gigitan vektor yang memiliki jarak terbang sangat tinggi sehingga dapat memperluas daerah 25 penyebaran penyakit. Spesies Trypanosoma yang dapat menular ke manusia Trypanosoma evansi dan Trypanosoma lewisi. Di berbagai negara terutama di daerah pedesaan dan di padat penduduk serta kumuh membuat distribusi tripanosoma menjadi semakin luas Cara Penularan T. lewisi terdapat pada tikus sebagai induk semang dapat menularkan penyakit ke manusia melalui perantara vektor yaitu kutu tikus yang menggigit darahnya. Temperatur tinggi yang timbul akibat perubahan iklim berdampak langsung pada vektor penyakit dan habitatnya. Temperatur tinggi menyebabkan tingginya jumlah telur vektor yang menetas yaitu nyamuk, kutu, tungau dan siput. Hal tersebut berdampak terhadap peningkatan jumlah vektor, termasuk kutu tikus. Diagnosis spesies Tr ypanosoma umumnya menggunakan preparat ulas darah yang diwarnai dengan Giemsa. Hasil positif dinyatakan jika ditemukan morfologi parasit pada pemeriksaan mikroskop. Uji antibodi dapat menggunakan uji aglutinasi langsung, 9 ELISA. Uji lanjutan untuk membedakan antar spesies Trypanosoma perlu pemeriksaan biomolekular seperti Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji PCR sangat sensitif sehingga sering ditemukan hasil false positif. Untuk mensiasati hal tersebut, diagnosis juga dapat dilakukan dengan uji ampliikasi sinyal asam nukleus yang spesiik terhadap masing17 masing spesies Trypanosoma. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengupayakan sanitasi lingkungan yang tinggi dan segera berobat ke fasilits layanan kesehatan terdekat jika menderita selama satu minggu. Alat diagnostik cepat dapat berupa strip untuk diteteskan reagen dan darah bercurah hujan tinggi yang dipenuhi dengan p e r s a wa h a n . Ha s i l p e n e l i t i a n i n i menunjukkan bahwa tikus liar dapat menjadi reservoir terhadap trypanosoma. Tikus yang terinfeksi oleh T. lewisi tidak menunjukkan 1,7 gejala klinis.