Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi dan Psikologi Perkembangan Manusia merupakan

subyek dalam kehidupan, sebab sebagai makhluk ciptaan Tuhan dialah

yang selalu melihat, bertanya, berpikir dan mempelajari segala sesuatu

yang ada dalam kehidupannya. Manusia bukan hanya tertarik dan ingin

mempelajari apa yang ada pada lingkungannya atau sesuatu di luar dirinya

tetapi juga hal-hal yang ada dalam dirinya. Dengan kata lain, manusia

ingin mengetahui keadaan dirinya sendiri. Ilmu pengetahuan yang

berobyekan manusia, dan mempelajari berbagai perilaku manusia sebagai

individu adalah Psikologi. Pada dasarnya psikologi terbagi atas dua

bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi umum

adalah ilmu yang mempelajari konsep umum tentang perilaku individu,

apa, mengapa dan bagaimana individu berperilaku. (Yusuf Syamsu. 2011)

Perkembangan psikologi anak adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini

menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa perkembangan

emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya. Aspek– aspek perkembangan individu meliputi psikologi

fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan

1
fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir.

Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk

beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada

umumnya. (Yusuf Syamsu. 2011)

Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu

perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik

maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.

Seorang ahli psikologi, Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa kurun

usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan (the golden age).

Karenanya di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan

mental, dengan berbagai karakteristik. (Yusuf Syamsu. 2011)

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.

Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini

perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

kesadaran emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat.

Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi

antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak anak optimal bila

interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai

tahap perkembangan. (Izzaty Rita Eka 2008)

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas didapatkan rumusan masalah

sebagai berikut, yaitu bagaimana perkembangan psikologi pada anak masa

pra sekolah, masa sekolah dan pubertas ?

C. Tujuan

Penyususnan makalah ini bertujuan supaya mahasiswa mengetahui

bagaimana perkembangan psikologi pada masa anak pra sekolah, masa

sekolah dan pada masa pubertas.

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. Perkembangan Psikologi Anak Pada Masa Pra Sekolah

A. Perkembangan

Perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam

organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional

dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan progresif meliputi:

1. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak

terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.

2. Filogenetik, yakni perkembangan dari asal usul manusia sampai

sekarang ini.

(Sunarto dan Agung Hartono 2008)

B. Pengertian Prasekolah

Prasekolah (bahasa Inggris: pre-school) merupakan pilihan

pendidikan bagi kanak-kanak sebelum memasuki sekolah. Early

Childhood adalah anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia

delapan tahun. Batasan ini seringkali dipergunakan untuk merujuk anak

yang belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakanya

sebagai tipe prasekolah. (Yusuf Syamsu. 2011)

4
Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan

pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6 tahun dalam

jangka masa satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di

sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah "Belajar Sambil Bermain"

dengan menekankan "Pembelajaran Bertema”. Pendidikan prasekolah

bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek

perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif

sebagai persedian untuk masuk ke sekolah dasar. (Yusuf Syamsu. 2011)

C. Ciri Fisik Anak Pra Sekolah

Ciri Fisik Anak Prasekolah. Penampilan maupun gerak gerik prasekolah

mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya:

1. Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan

atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang

dilakukan sendiri.

2. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan

istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka

harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan

anak.

3. Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol

terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum

terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti

misalnya, mengikat tali sepatu.

5
4. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan

pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah

sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.

5. Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang

melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila

anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya

dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.

6. walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil

dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik

halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak

terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan,

juga dalam kompetisi ketrampilan.

(Yususf Syamsu. 2011)

D. Ciri Sosial Anak Prasekolah

1. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat,

tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat

menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.

Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi

kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.

(Yususf Syamsu. 2011)

2. Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara

baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.

6
3. Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak

yang lebih besar.

Beberapa tingkah laku sosial:

a. Tingkah laku unoccupied anak tidak bermain dengan

sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan

memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.

b. Bermain soliter anak bermain sendiri dengan menggunakan alat

permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang

berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling

berbicara.

c. Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan

mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang

dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain

bersama.

d. Bermain pararel anak-anak bermain dengan saling berdekatan,

tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain,

mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi

dengan cara tidak saling bergantung.

e. Bermain asosiatif anak bermain dengan anak lain tanpa

organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak

bermain dengan caranya sendiri-sendiri.

f. Bermain Kooperatif anak bermain dalam kelompok di mana ada

organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak

7
melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main

toko-tokoan, atau perang-perangan.

(Akbar Reni. 2010)

E. Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah

Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan

emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula

kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan

mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak

mengungkapkan emosinya. (Akbar Reni. 2010)

Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap

untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat

mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah

dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau

dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa

pun. (Akbar Reni. 2010)

Berikut beberapa ciri anak pada masa pra sekolah, yaitu :

1. Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan

terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia

tersebut.

2. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali

memperebutkan perhatian guru. (Akbar Reni. 2010)

8
F. Ciri Kognitif Anak Prasekolah

1. Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari

mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya

anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih

untuk menjadi pendengar yang baik. (Akbar Reni. 2010)

2. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,

kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig

(1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara

mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten

dengan cara sebagai berikut:

a. Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.

b. Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan

anak.

c. Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan

mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.

d. Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan

berbagai kegiatan secara mandiri.

e. Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan

dalam berbagai tingkah laku.

f. Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh

lingkungannya.

g. Kagumilah apa yang dilakukan anak.

9
h. Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan

hangat dan dengan ketulusan hati. (Akbar Reni. 2010)

G. Prinsip Perkembangan Anak

Dalam perkembangan anak dikenal prinsip-prinsip perkembangan

sebagai berikut:

1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek.

Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu

tetapi menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu

mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya

lebih tersembunyi. Perkembangan tersebut juga berlangsung terus

sampai akhir hayatnya, hanya pada saat tertentu perkembangannya

lambat bahkan sangat lambat, sedangkan pada saat lain sangat cepat.

(Akbar Reni. 2010)

2. Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan

yang berbeda. Seorang anak mungkin mempunyai kemampuan

berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan tempo

perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam aspek

lainnya seperti keterampilan atau estetika kemampuannya kurang

dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak yang

keterampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan

kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak lambat. (Akbar

Reni. 2010)

10
3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.

Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang

lainnya. Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa

meraban sebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya. (Akbar Reni.

2010)

4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi

sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi

sedikit tetapi dalam situasi-situasi tertentu dapat juga terjadi

loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan

perkembangan aspek tertentu. (Akbar Reni. 2010)

5. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum

menuju ke yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan

integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-

kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang

dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya,

baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima

jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat

memegang dengan beberapa jari, dan akhirnya menggunakan ujung-

ujung jarinya. (Akbar Reni. 2010)

6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi

karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat,

sehingga nampak ke luar seperti tidak melewati fase tersebut,

11
sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga

nampak seperti tidak berkembang. (Akbar Reni. 2010)

7. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat

dipercepat atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh factor

pembawaan dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang wajar dari

pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan

yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang berlebih atau

berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan dapat

menyebabkan laju perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.

8. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi

dengan teman.

9. Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu

perkembangan pria berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun,

anak wanita lebih cepat matang secara sosial dibandingkan dengan

laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan inteleknya

sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan

estetikanya. (Akbar Reni. 2010)

H. Perkembangan Motorik

Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada

taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak

harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya

12
mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik

kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota

tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat,

naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan

sekaligus seperti melompat sambil melempar bola. (Yusuf Syamsu.

2011)

I. Perkembangan Kreativitas

Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan

anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap

benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di

masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah

cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya

bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar.

Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak

sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor

naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin

orang lain juga turut meyakininya. (Akbar Reni. 2010)

Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai

membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai

hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk

terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan,

membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan

13
mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang

mungkin menjadi kebiasaan. (Akbar Reni. 2010)

J. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau

bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek

kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat. (Akbar

Reni. 2010)

Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk

mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat

dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan

bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti

kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah

dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena

ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat. (Akbar Reni.

2010)

K. Perkembangan Moral

Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia

prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu

14
sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak

prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari

konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.

Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan

teman sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik

merupakan modal yang harus dimiliki anak. Semakin baik

kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil.

Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula

mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun

kelak di tempat bekerja. (Akbar Reni. 2010)

L. Keterampilan Gender

Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang

dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut

yang berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh

yang berbeda pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai

memperkenalkannya, entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-

buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya keterampilan

membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang

tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di

usia prasekolah. (Akbar Reni. 2010)

15
II. Perkembangan Psikologi Anak Pada Masa Sekolah

A. Aspek-aspek Perkembangan

1. Perkembangan fisik

Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum

memasuki masa remaja yang pertumbuhannya begitu cepat. Masa

yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai

kemampuan akademik.

Menurut seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik

meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan

otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat,

hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara

individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan

keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan

dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung,

penglihatan dan sebagainya). (Desmita. 2011)

Bagi anak kegiatan fisik diperlukan untuk mengembangkan

kestabilan tubuh dan kestabilan gerak serta melatih koordinasi untuk

menyempurnakan berbagai keterampilan. Kebutuhan untuk selalu

bergerak perlu bagi anak karena energy yang terumpuk pada anak

perlu penyaluran. Di samping itu kegiatan jasmani diperlukan untuk

lebih menyempurnakan berbagai keterampilan menuju keseimbangan

tubuh,seperti bagaimana menendang bola dengan tepat sasaran,

16
mengantisipasi gerakan. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak penting

bagi anak. (Desmita. 2011)

2. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana

kemampuan berpikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan

kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih

kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan

masalah. Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang

sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.

Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi

konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa

konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak,

diantaranya :

(Desmita.2011)

a. Anak adalah pembelajar yang aktif.

Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang

mereka lihat dan dengar secara pasif, tetapi mereka secara natural

memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara

aktif berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman

dan kesadarannya tentang realitas tentang dunia yang mereka

hadapi.

17
b. Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari

pengalamannya.

Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka

pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan.

Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan

menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.

c. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses

asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan

baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak

mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi

terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni

anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.

d. Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah

bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek.

Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi

seseorang berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya,

sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yakni

keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya

di lingkungan.

18
3. Perkembangan bahasa

Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami dan

menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini

perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata

dan tata bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja

yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti memukul,

melempar, menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya

untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang

tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuahan

bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa untuk

komunikasi.

a. Perkembangan bicara

Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam

berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik

dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak menggunakan

kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-

mata sebagai bentuk latihan verbal. (Izzaty Rita Eka 2008

b. Minat membaca

Sampai usia 8 tahun anak membaca penuh semangat

terutama tentang ceritera-ceritera khayal seperti misalnya karya

Anderson dan Grimm. Sedangkan, pada usia 10-12 tahun

perhatian membaca mencapai puncaknya. Materi bacaan semakin

luas. Dari kegiatan membaca inilah anak memperkaya

19
perbendaharaan kata dan tata bahasa sebagai bekal untuk

berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain. (Izzaty Rita Eka

2008)

4. Perkembangan moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk

memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat.

Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta

perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya. Perkembangan moral

ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.

Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan

emosi anak. (Izzaty Rita Eka 2008)

Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia

keadilan sudah berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral

menggantikan moral yang kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun,

berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar

sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah dibenarkan

dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat

bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang

heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka sudah

bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas

autonomous. (Izzaty Rita Eka 2008)

20
Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam

tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni tingkatan:

a. Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang

belatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-buruk,

benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik

suatu tindakan.

b. Konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok

atau agama dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya

sendiri, anak tidak perduli apapun akan akibat-akibat langsung

yang terjadi. Sikap yang nampak pada tahap ini terlihat dari sikap

ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan member justifikasi

pada ketertiban.

c. Pasca-konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas

untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang

sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok

atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut terlepas

apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau

tidak. (Izzaty Rita Eka 2008)

5. Perkembangan Emosi

Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan.

Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila

emosi itu kuat dan berulang-ulang.

21
Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada

masa ini masih sama dengan masa sebelumnya, seperti: marah, takut,

cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang. (Izzaty

Rita Eka 2008)

Ciri-ciri emosi emosi masa kanak-kanak akhir:

a. Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya

beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba.

b. Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut,

marah atau sedang bersendau gurau.

c. Emosi anak mudah berubah.

d. Emosi anak nampak berulang-ulang.

e. Respon emosi anak berbeda-beda.

f. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah

lakunya.

g. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya.

h. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. (Izzaty Rita

Eka 2008)

6. Perkembangan sosial

Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan

dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai

proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma

22
kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan social anak

dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan guru.

a. Kegiatan bermain

Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan

social anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman

main yang banyak memberikan berbagai pengalaman berharga.

Bermain secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran

kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesama

teman. (Izzaty Rita Eka 2008)

b. Teman sebaya

Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social

baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Pengaruh positif

terlihat pada pengembangan konsep diri dan pembentukan harga

diri. Pengaruh negatif membawa dampak seperti merokok,

mencuri, membolos, menipu serta perbuatan antisosial lainnya.

(Izzaty Rita Eka 2008)

B. Masa Perkembangan Usia Sekolah

Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas perkembangan

manusia mengikuti pola umum, meskipun terdapat perbedaan yang

menyangkut irama dan tempo perkembangan. Secara umum tahapan

perkembangan manusia akan melalui beberapa tahap, salah satunya pada

usia sekolah.

23
1. Ciri Khas Peserta Didik Usia Sekolah

Ciri-ciri khas anak usia sekolah dasar

a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi

sekolah.

b. Suka memuji diri sendiri.

c. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas atau

pekerjaan itu dianggap tidak penting.

d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu

menguntungkan dirinyaSuka meremehkan orang lain.

e. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari

f. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.

g. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

h. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai

prestasi belajarnya di sekolah.

i. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup

untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam

kelompoknya.

2. Kematangan sekolah

Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak

lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur

pola perkembangan tingkah laku individu. Akan tetapi, kematangan

tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan

24
karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum

dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.

Kematangan merupakan suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu

dan penyesuaian struktur pada diri individu seperti adanya

kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang

disebut kematangan biologis. Kematangan pada aspek meliputi

keadaan berfikir, rasa, kemauan, dan lain-lain. (Desmita. 2011)

Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki

masa-masa sekolah. Usia anak yang matang sekolah yaitu sekitar

umur 7 tahun. Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :

a. Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat

abstrak seperti matematika dan angka-angka. (Desmita. 2011)

b. Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.

c. Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir

rambut sendiri, mengikat tali sepatu serta menyisir rambut dengan

benar.

d. Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk

dan mendengarkan pelajaran daripada masa sebelumnya,

walaupun mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik. (Rumini

Sri.2004)

25
3. Tugas perkembangan

Pada masa ini anak sudah semakin luas lingkungan pergaulannya.

Anak sudah banyak bergaul dengan orang-orang di luar rumah.

Masyarakat mengharapkan agar anak menguasai dan menyelesaikan

tugas-tugas perkembangannya agar diterima dengan baik oleh

lingkungannya.

Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa anak sekolah adalah :

a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.

b. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap

yang sehat mengenai diri sendiri.

c. Belajar bergaul dengan teman sebaya.

d. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita.

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk

membaca, menulis dan berhitung.

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari.

g. Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai.

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok social dan lembaga.

i. Mencapai kebebasan pribadi. (Izzaty Rita Eka 2008)

Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan

ditentukan oleh lingkungan keluarga, orang tua, orang-orang terdekat

dalam keluarga dan guru di sekolah. (Izzaty Rita Eka 2008)

26
Tugas-tugas perkembangan yang dipaparkan diatas, merupakan

gambaran perwujudan kematangan biologis dan psikologis individu,

ekspektasi masyarakat dan tuntutan budaya dan agama. Penuntasan

tugas-tugas perkembangan tersebut tidak selalu berjalan dengan

mulus. Untuk mencapai tugas-tugas perkembangan tersebut, beberapa

upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu:

a. Menciptakan iklim religious yang dapat memfasilitasi

perkembangan kesadaran beragama, akhlak mulia, etika atau

karakter peserta didik. Pihak sekolah perlu menyediakan sarana

dan prasarana peribadatan, memberikan contoh atau suri tauladan

dalam melaksanakan ibadah, dan berakhlak mulia, seperti

menyangkut aspek kedisiplinan, ketertiban, kebersihan, keindahan,

kejujuran, dan tanggung jawab. (Yusuf Syamsu. 2011)

b. Membangun suasana sosio-emosional yang kondusif bagi

perkembangan keterampilan social dan kematangan emosi peserta

didik, seperti memelihara hubungan yang harmonis antara kepala

sekolah dengan guru-guru, guru dengan guru, siswa dengan siswa.

Guru bersikap ramah dan respek terhadap peserta didik, begitupun

peserta didik kepada guru. (Yusuf Syamsu. 2011)

c. Membangun iklim intelektual yang memfasilitasi perkembangan

berpikir, nalar, dan kemampuan mengambil keputusan yang baik.

Penciptaan ilkim intelektual ini bias berlangsung dalam proses

pembelajaran di kelas (seperti guru menerapkan metode

27
pembelajaran yang variatif; menjelaskan materi pelajaran dengan

menggunakan multimedia atau memanfaatkan laboratorium secara

efektif; memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan

mengemukakan pendapat atau gagasan); dan kegiatan kelompok-

kelompok belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.

(Yusuf Syamsu. 2011)

d. Mengoptimalkan program bimbingan dan konselling untuk

memfasilitasi perkembangan peserta didik, baik menyangkut

aspek pribadi, social, belajar/ akademik, maupun karier (sekolah

lanjutan atau dunia kerja). (Yusuf Syamsu. 2011)

4. Implikasi Tugas Perkembangan Pada Pendidikan

Pada masa ini anak mampu berpikir logis mengenai objek dan

kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret,

dapat digambarkan atau pernah dialami. Meskipun sudah mampu

berpikir logis, tetapi cara berpikir mereka masih berorientasi pada

kekinian. Baru pada masa remajalah anak dapat benar-benar berpikir

abstrak, membuktikan hipotesisnya dan melihat berbagai

kemungkinan dimana anak sudah mencapai tahapan berpikir operasi

formal. Anak telah mampu menggunakan simbol-simbol untuk

melakukan suatu kegiatan mental, mulailah digunakan logika.

(Purwanti.2002)

28
Pada masa ini umumnya egosentrisme mulai berkurang. Anak

mulai memperhatikan dan menerima pandangan orang lain. Berkurang

rasa egonya dan mulai bersikap social. Materi pembicaraan mulai

lebih ditunjukkan kepada lingkungan social, tidak pada dirinya saja.

Mampu mengelompokkan benda-benda yang sama ke dalam dua atau

lebih kelompok yang berbeda. Anak mampu mengklasifikasikan objek

menurut beberapa tanda dan mampu menyusunnya dalam suatu seri

berdasarkan suatu dimensi. (Purwanti.2002)

Mulai timbul pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar.

Anak dapat berpikir dari banyak arah atau dimensi pada satu objek.

Mengalami kemajuan dalam pengembangan konsep. Pengalaman

langsung sangat membantu dalam berpikir. Oleh sebab itu, guru perlu

mengamati dan mendengar apa yang dilakukan oleh siswa dan

mencoba menganalisisnya bagaimana siswa berpikir. (Purwanti. 2002)

III. Perkembangan Psikologi Pada Anak Masa Puberitas

A. Pengertian Pubertas

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-

anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Seperti

dituliskan oleh Hurlock dalam sebuah bukunya, dari seorang ahli

(Root) menjelaskan, “Masa puber adalah suatu tahapan dalam

perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan

tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-

29
perubahan dalam pertumbuhan somatic dan perspektif psikologis.”

(Hurlock, 1980: 183).

Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik

yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi

selama remaja awal. (Santrock, Adolescene, 2003). Istilah pubertas

datang dari kata puber (yaitu pubescent). Kata lain pubescere berarti

mendapatkan puber atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin

sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. (Monks, 2006).

Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka

dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja.

(Desmita, 2010).

B. Tugas Pada Masa Pubertas

Pubertas dianggap sebagai masa pemasakan seksual, masa ini juga

dianggap sebagai masa yang rentang dalam perkembangannya. Ada

beberapa tugas yang perlu diperhatikan dalam proses berjalannya atau

perkembangannya pada masa pubertas ini, tugas-tugas perkembangan

tersebut diantaranya :

a. Menstabilkan perubahan-perubahan fisik maupun psikis.

b. Mengarahkan atu mengendalikan emosi.

c. Menerima perubahan yang terjadi pada fisiknya;Membentuk

kepribadian, akhlak dan pendidikan.

d. Meningkatkan kesadaran beragama.

30
e. Menerima dan memahami peran seks.

f. Mengembangkan konsep diri.

(Rahayu, 2013)

C. Teori-Teori Psikologi Perkembangan Mengenai Pubertas

Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih.

Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara masa

kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan tumpang tindih karena

beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya,

sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber

meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.

Menjelang anak matang secara seksual, ia masih disebut “anak puber”,

begitu matang secara seksual ia disebut “remaja” atau “remaja muda”.

(Al Mighwar, 2006).

Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan

fisik mereka begitu menonjol. Remaja puber sangat cemas akan

perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan

bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja

menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon

seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul

pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi

yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnya

mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan

31
hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan

pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal

ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam

hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. (Al

Mighwar, 2006)

Masa puber terjadi secara bertahap, yaitu :

a. Tahap PraPubertas (9-10 tahun)

Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua

terakhir masa kanak-kanak. Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum

pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang

menandakan kematangan seksual.Pada masa ini anak dianggap sebagai

”prapuber”, sehingga ia tidak disebut seorang anak dan tidak pula

seorang remaja. Pada tahap ini, ciri-ciri seks sekunder mulai tampak,

namun organ-organ reproduksinya belum berkembang secara

sempurna. (Al Mighwar, 2006)

b. Tahap Puber (12-16 tahun untuk Lk/11-15 tahun untuk Pr)

Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis antara

masa kanak - kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria

kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid

pertama dan pada anak laki - laki terjadi mimpi basah pertama kali.

Dan mulai berkembang ciri - ciri seks sekunder dan sel - sel diproduksi

dalam organ - organ seks. (Al Mighwar, 2006)

32
c. Tahap Pasca Puber (17-18 tahun)

Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa

remaja. Pada tahap ini ciri -ciri seks sekunder sudah berkembang

dengan baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara matang.

Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika

pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk

dengan cukup baik. Pada masa ini, anak laki-laki dan perempuan

senang bergabung dengan mereka yang sebaya, jenis dan status yang

sama. Mereka cepat membentuk hubungan-hubungan emosional dan

mengembangkan temannya atau kelompok mereka. Permainan

kelompok, tim, kegiatan olahraga musiman sangat menarik baginya.

Persahabatan teman sebaya sangat dibutuhkan, sehingga mereka

seolah-olah hanya ke sekolah karena ingin bermain dengan kawan-

kawannya. Hubungan teman sebaya membuat anak-anak menilai diri

mereka sendiri, menyampaikan pandangan mereka sendiri, dan

memperdebatkan sudut pandang yang berbeda. Konflik dengan teman

sebaya membuat anak mengenal pikiran, perasaan, dan pandangan-

pandangan teman-teman lain. Guru dapat meningkat peran teman

sebaya ini dengan membentuk kelompok kecil dan memberikan

permainan yang dapat membuat kegiatan yang melibatkan banyak

anak. (Al Mighwar, 2006)

33
Tanda-tanda masa pubertas ini ada tiga aktivitas yakni:

a. Penemuan aku.

b. Pertumbuhan pedoman kehidupan.

c. Memasukkan diri pada kegiatan kemasyarakatan. (Abu Ahmadi,

2005)

Pada kegiatan anak dalam rangka penemuan akunya itu anak mulai

menyadari akan keberadaan dirinya, yang lebih dalam dibanding pada

sebelumnya. Tetapi ia pun juga mulai mengetahui betapa pentingnya ia

untuk ikut serta dalam kemasyarakatan. Walaupun terasa masih belum

sempurna., ia bertingkah laku di tengah masyarakat. Ia masih penuh

dengan kecanggungan serta tidak seimbang. Olehkarena itu anak sedikit

bersikap tertutup (introvert) dan lebid sengan mengungkap pengalamannya

itu pada buku harian, senang termenung, dan lain-lain. (Abu Ahmadi,

2005)

Pada kegiatan pencarian dan pedoman hidup, anak puber sudah

mulai aktif dan menerima akan norma-norma susila (etis) juga norma

agama, estetika. Tetapi bentuk pengakuan tersebut masih terbatas pada

kondisi dirinya. Dalam kegiatan ke luar ia masih menggantungkan pada

oranglain tersebut anak puber sudah mengaguminya. Ia pun menyadari

akan dirinya yang masih belum seperti yang di pujanya itu. Kegiatan dan

perasaan ini disebutnya sebagai merindu puja. (Abu Ahmadi, 2005)

34
Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika

minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi

itulah yang menjadi pusat pikirannya. Ada beberapa sifat yang menonjol

pada masa ini, yang tidak sama kuatnya pada semua remaja. Di antara

sifat-sifat itu adalah:

a. Pendapat lama ditinggalkan

Mereka ingin menyusun pendirian yang baru. Pada saat-saat

mencari kebenaran itu segala sesuatunya berubah menjadi tidak

berketentuan. (Zulkifli, 2005)

b. Keseimbangan jiwanya terganggu

Mereka suka menentang tradisi, mengira mereka sanggup

menentukan pendapatnya tentang segala masalah kehidupan. Mereka

menggunakan pendiriannya sendiri sebagai pedoman hidupnya.

(Zulkifli, 2005)

c. Suka menyembunyikan isi hatinya

Remaja puber suka menjadi teka-teki, karena sukar diselami

jiwanya. Baik perbuatan maupun tindakannya tidak dapat dijadikan

pedoman untuk menentukan corak kejiwaannya. Sebentar ia bertindak

kasar, kemudian ia tampak lemah-lembut; kadang-kadang ia suka

melamun, kemudian ia tampak giat dan kembali gembira. (Zulkifli,

2005)

35
d. Masa bangunnya perasaan kemasyarakatan

Pada masa ini sudah mulai terjalin persahabatan karena dorongan

bersatu dengan teman sebayanya semakin bertambah kuat, tetapi

sikapnya masih menentang kewibawaan orang dewasa. Mereka lebih

memperhatikan ejekan teman daripada ejekan orang dewasa. (Zulkifli,

2005)

e. Perbedaan sikap pemuda dengan sikap gadis

Perbedaan antara pemuda dan gadis besar sekali, khususnya dalam

perbedaan kelamin. Seorang pemuda mempunyai keinginan seksual

yang timbul dengan sendirnya, dan dialaminya lebih kuat daripada

yang dirasakan seorang gadis. Untuk gadis yang normal, hal seksual itu

dapat diumpamakan dengan putri yang sedang tidur dalam hutan. Jika

seorang pemuda menciumnya, ia akan terbangun dari peraduannya.

Perasaan gadis tertidur seperti putri yang cantik itu artinya perasaan

gadis itu tidak nyata. Sebelum ia berpengalaman dalam percintaan, ia

tidak menaruh hati walaupun melihat pemuda yang ganteng.

Sebaliknya dalam diri pemuda itu timbul keinginan-keinginan tertentu

bila ia melihat gadis yang menarik hatinya. (Zulkifli, 2005)

D. Perkembangan Moral

Perkembangan moral tahap ini dapat kita lihat dari beberapa teori dan

pendapat, yaitu :

36
a. Menurut pandangan Psikoanalisa ; menurut pandangan ini masa

remaja masuk pada tahap genital S. Freud, dimana masaknaya organ-

organ reproduksi dan muncul hasrat atau dorongan sexual terhadap

lawan jenis.

b. Menurut teori Belajar Sosial: masa dimana remaja mencari identitas

diri, dapat disebut dengan pemberontakan. Remaja sering

menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya, hal ini terjadi

karena remaja menganggap bahwa hanya teman yang dapat mengerti

mereka dan remaja juga dapat berbagi apapun kepada teman sebaya

tanpa harus ada rasa takut atau malu.

c. Menurut teori perkembangan kognitif ; remaja sudah dapat berfikir

“Apa yang benar?” dan bukan hanya “Apa yang dilihat”. Perubahan

yang dialami oleh remaja dapat membentuk kematangan dalam

berfikir. (Zulkifli, 2005)

Pada saat masa remaja puber ini orang tua sangat berperan penting

dalam mendampingi anaknya yang masuk pada tahap remaja awal karena

pada masa remaja awal banyak sekali konflik atau masalah yang dihadapi

oleh remaja yang tidak semua remaja dapat mengatasinya dan

membutuhkan bantuan orang lain seperti teman atau orang tua. Seperti

yang dikatakan Erikson jika remaja tidak dapat menemukan identitasnya

maka akan terjadi kekacauan identitas dimana remaja merasa tidak

percaya diri dan nanti akan merasa terisolasi oleh keadaan yang menuntut

mereka lebih. (Zulkifli, 2005)

37
E. Perkembangan Remaja

Perkembangan remaja terlihat pada:

a. Perkembangan biologis

Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal

di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat

jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada

penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder. (Wong,

et. 2009)

b. Perkembangan psikologis

Teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis

perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya

identitas. Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai

individu yang lain. (Wong, et. 2009)

c. Perkembangan kognitif

Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir

abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang

merupakan cirri periode berfikir konkret, remaja juga memerhatikan

terhadap kemungkinan yang akan terjadi. (Wong, et. 2009)

d. Perkembangan moral

Anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan atau sudut

pandang orang dewasa, sedangkan remaja, untuk memperoleh

38
autonomi dari orang dewasa mereka harus menggantikan seperangkat

moral dan nilai mereka sendiri.

e. Perkembangan spiritual

Remaja mampu memahami konsep abstrak dan mengintepretasikan

analogi serta simbol - simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi

dan berfikir secara logis. (Wong, et. 2009)

f. Perkembangan social

Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus

membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan

sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa

remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat

terhadap temen dekat dan teman sebaya.

Usia mulainya pubertas dan perkembangannya dipengaruhi oleh

berbagai faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Faktor

terpenting tampaknya adalah kesehatan umum individu (Henderson,

2005)

Perubahan ini ditandai dengan munculnya :

a. Tanda-tanda seks primer

Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan

organ seks (terjadinya haid pada remaja putri dan terjadinya mimpi

basah pada remaja laki-laki). Pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri

seks primer, yaitu organ-organ seks merupakan perubahan fisik

mendasar yang ketiga. Organ-organ reproduksi wanita tumbuh selama

39
masa puber dengan tingkat kecepatan yang bervariasi. Haid dianggap

sebagai petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak

perempuan menjadi matang.Gejala ini merupakan awal dari

serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur

dari uterus secara berkala, dan akan berhenti saat wanita mencapai

menopause (Al-Mighwar,2006).

b. Tanda- tanda seks sekunder

Pada masa pubertas ditandai dengan kematangan organ-organ

reproduksi, termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada masa ini juga

remaja mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat (BKKBN,

2010). Tanda-tanda seks sekunder pada remaja laki-laki terjadi

perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah

besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot,

tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di sekitar kemaluan dan

ketiak.

Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi

juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan

dirinya (akunya), serta mencari pedoman hidup, untuk bekal

kehidupannya mendatang. Kegiatan tersebut dilakukannya penuh

semangat menyala-nyala tetapi ini sendiri belum memahami akan

hakikat dari sesuatu yang di carinya itu. Sehingga Ch.

Buhler pernah menggambarkan dengan ungkapan “saya menginginkan

sesuatu tetapi tidak mengetahui akan sesuatu itu:. Sehingga masa ini

40
ada yang menyebutnya sebagai masa strumund drang (badai dan

dorongan). (Abu Ahmadi, 2005)

41
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seorang ahli psikologi, Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa

kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan (the golden age).

Karenanya di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan

mental, dengan berbagai karakteristik. Ada dua teori atau pendekatan

mengenai perkembangan, yaitu pendekatan-pendekatan perkembangan

kognitif, dan belajar atau lingkungan. Dikemukakan juga pendekatan dari

Imam Al-Ghazali.

Dalam upaya mendidik atau membimbing anak agar mereka dapat

mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin maka bagi para

pendidik, orangtua, atau siapa saja yang berkepentingan dalam pendidikan

anak, perlu dianjurkan untuk memahami perkembangan anak.

Ada 9 karakteristik fase pra sekolah anak:

1. Perkembangan Fisik

2. Perkembangan Intelektual

3. Perkembangan Emosional

4. Perkembangan Bahasa

5. Perkembangan Sosial

6. Perkembangan Bermain

7. Perkembangan Kepribadian

8. Perkembangan Moral

42
9. Perkembangan Kesadaran Beragama

Pubertas merupakan periode tahapan perkembangan yang di dalamnya

terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi,

beriringan dengan perkembangan tersebut juga terjadi perubahan-

perubahan dalam pertumbuhan somatic dan prespektif psikologis.

Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan

transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak

dengan masa remaja dan dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri

biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa

ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir

masa kanak-kanak dan awal masa remaja.

Selama periode ini anak yang sedang berkembang mengalami

pelbagai perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk

penampilan, pakaian, milik, jangkauan pilihan, dan perubahan dalam

sikap terhadap seks dan lawan jenis. Kesemuanya meliputi hubungan

orang tua-anak yang berubah dan perubahan dalam peraturan-peraturan

yang dikenakan pada anak muda.

B. Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis dari

pembaca.

43
44
Daftar Pustaka

Abu Ahmadi. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta

Ahmad Zulkifli. 2005. Perkembangan Psikologi. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Al-Mighwar. 2006. Psikologi Remaja : Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua.

Bandung : Pustaka Setia

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY

Press

Purwanti, Endang dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang:

UMM Press

Reni Akbar. 2010. Psikologi Perkembangan Anak : Mengenal Sifat dan

Kemampuan Anak . Yogyakarta : Grasindo

Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka

Cipta

Yusuf , Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

45
Yusuf Syamsu. LN. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung.

PT. Remaja Rosdakarya

Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT

Rineka Cipta

46

Anda mungkin juga menyukai