Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Tataniaga Pertanian merupakan salah satu mata kuliah pada
Program Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mata kuliah ini sangat penting karena mahasiswa dapat mengetahui teori-teori
yang diajarkan dalam pertemuan tatap muka perkuliahan. Selain itu mata
kuliah ini dapat memberikan wawasan tentang konsep-konsep pemasaran bagi
mahasiswa sehingga mahasiswa lebih siap saat terjun ke masyarakat.
Tataniaga adalah semua kegiatan bisnis yang terlibat dalam arus barang
dan jasa dari titik produksi hingga barang dan jasa tersebut ada di tangan
konsumen. Berdasarkan pengertian tataniaga di atas maka didefinisikan
pengertian tataniaga pertanian secara umum, yaitu segala kegiatan yang
berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barang–barang hasil
pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen termasuk kegiatan-
kegiatan yang ada di dalamnya.
Pengetahuan tentang tataniaga (pemasaran) merupakan hal yang sangat
penting bagi pelaku agrobisnis, termasuk mahasiswa bidang agribisnis. Atas
dasar pentingnya pengetahuan tentang tataniaga ini, maka tataniaga diajarkan
di jurusan agribisnis fakultas pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
sebagai mata kuliah yang wajib diambil. Selain dari kegiatan belajar di kelas,
pengetahuan tersebut juga dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti studi
kasus, literasi, dan menganalisis kondisi pasar secara langsung.

1
B. Permasalahan
Permasalahan yang dibahas dalam paper Tataniaga Pertanian ini antara
lain :
1. Bagaimana konsep umum tataniaga pertanian ?
2. Bagaimana aplikasi teori tataniaga dalam kehidupan nyata ?
C. Tujuan
1. Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper Tataniaga Pertanian adalah :
a. Mengetahui konsep umum tataniaga pertanian.
b. Mengetahui aplikasi teori tataniaga dalam kehidupan nyata.
2. Kegunaan
Paper Tataniaga Pertanian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai
berikut :
a. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang koperasi dan
kemitraannya, sekaligus sebagai syarat kelulusan mata kuliah
Tataniaga Pertanian.
b. Bagi Fakultas
Mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan
pertanian. Selain itu, paper ini berguna untuk menambah arsip dan
pengetahuan tentang Tataniaga Pertanian.
c. Bagi Pembaca
Memperluas wawasan tentang Tataniaga terutama mengenai
Tataniaga Pertanian secara kusus.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tataniaga
Khol dan Uhl (2002) mendefinisikan tataniaga sebagai suatu
aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik
produksi sampai ke titik konsumen. Produksi adalah penciptaan
kepuasan, proses membuat kegunaan barang dan jasa. Kepuasan
dibentuk dari proses produktif yang diklasifikasikan menjadi kegunaan
bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Pendekatan dalam tataniaga
pertanian dikelompokan menjadi pendekatan kelembagaan (institutional
approach), pendekatan fungsi (fungtional approach), pendekatan barang
(the commodity approach) dan pendekatan sistem (sistim approach).
Berikut penjelasan dari pendekatan-pendekatan tersebut, antara lain:
1. Pendekatan Kelembagaan (institutional approach)
Yaitu suatu pendekatan yang menekankan untuk mempelajari
pemasaran dari segi organisasi lembaga-lembaga yang turut serta
dalam proses penyampaian barang dan jasa dari titik produsen
sampai titik konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses
penyampaian barang dan jasa antara lain: produsen, pedagang besar
dan pedagang pengecer.
2. Pendekatan Fungsi (fungtional approach)
Adalah mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas dan tindakan atau
perlakuan-perlakuan ke dalam fungsi yang bertujuan untuk
menyampaikan proses penyampaian barang dan jasa. Adapun fungsi
pemasaran terdiri dari tiga fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi pertukaran :
 Penjualan, yaitu mengalihkan barang ke pembeli dengan harga
yang memuaskan.
 Pembelian, yaitu mengalihkan barang dari penjual dan pembeli
dengan harga yang memuaskan.

3 3
b. Fungsi pengadaan secara fisik :
 Pengangkutan, yaitu pemindahan barang dari tempat produksi
dan atau tempat penjualan ke tempat-tempat dimana barang
tersebut akan terpakai (kegunaan tempat).
 Penyimpanan, yaitu penahanan barang selama jangka waktu
antara dihasilkan atau diterima sampai dijual (kegunaan waktu).
c. Fungsi pelancar
 Pembiayaan, yaitu mencari dan mengurus modal uang yang
berkaitan dengan transaksi-transaksi dalam arus barang dari
sektor produksi sampai sektor konsumsi.
 Penanggungan risiko, yaitu usaha untuk mengelak atau
mengurangi kemungkinan rugi karena barang yang rusak,
hilang, turunnya harga dan tingginya biaya.
 Standardisasi dan Grading, yaitu penentuan atau penetapan
dasar penggolongan (kelas atau derajat) untuk barang dan
memilih barang untuk dimasukkan ke dalam kelas atau derajat
yang telah ditetapkan dengan jalan standardisasi.
 Informasi Pasar, yaitu mengetahui tindakan-tindakan yang
berhubungan dengan fakta-fakta yang terjadi, penyampaian fakta,
menafsirkan fakta dan mengambil kesimpulan akan fakta yang
terjadi.
3. Pendekatan barang (the commodity approach)
Yaitu suatu pendekatan yang menekankan perhatian terhadap
kegiatan atau tindakan-tindakan yang diperlakukan terhadap barang
dan jasa yang selama proses penyampaiannya mulai dari titik produsen
sampai ke titik konsumen. Pendekatan ini menekankan pada
komoditi yang akan diamati.
4. Pendekatan Sistem (sistim approach)
Yaitu merupakan suatu kumpulan komponen-komponen yang
bekerja secara bersama-sama dalam suatu cara yang terorganisir.

4
Suatu komponen dari suatu sistem, mungkin merupakan suatu
system tersendiri yang lebih kecil yang dinamakan subsistem
2. Saluran Tataniaga
Menurut Kotler (2003), saluran tataniaga adalah serangkaian
lembaga yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk
menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke
konsumen. Produsen memiliki peranan utama dalam menghasilkan
barang-barang dan sering melakukan sebagian kegiatan pemasaran,
sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat,
bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga
yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada
masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.
Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk
menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan
jalur-jalur yang dapat ditempuh. Selain itu saluran pemasaran dapat
mempermudah dalam mencari besarnya margin yang diterima tiap
lembaga yang terlibat.
Menurut Kotler dan Amstrong (2003), Saluran tataniaga terdiri
dari serangkaian lembaga tataniaga atau perantara yang akan
memperlancar kegiatan tataniaga dari tingkat produsen sampai tingkat
konsumen. Tiap perantara yang melakukan tugas membawa produk dan
kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir yang merupakan satu
tingkat saluran. Saluran nol-tingkat (saluran tataniaga nol-langsung) terdiri
dari produsen yang menjual langsung ke konsumen akhir. Saluran satu-
tingkat terdiri dari satu perantara penjual, yaitu pengecer. Saluran
dua-tingkat dari dua perantara, seperti pedagang besar dan pengecer.
Saluran tiga-tingkat dalam saluran tataniaga barang konsumsi memiliki
tiga perantara, yaitu pedagang besar, pemborong dan pengecer.

5
3. Marjin Tataniaga
Marjin tataniaga didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih
harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen
atau dapat pula dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan
kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen
akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik
konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi.
Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari
produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga.
Hammond dan Dahl (1977) menyatakan bahwa marjin tataniaga
menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen (Pr) dengan harga
di tingkat produsen (Pf). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-
fungsi pemasaran yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga
jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen
akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin besar
perbedaan harga antar produsen dengan harga di tingkat konsumen.
Secara grafis marjin tataniaga dapat dilihat pada gambar berikut ini :

6
Marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat
dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga
tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi
belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator
yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan
membandingkan persentase atau bagian harga yang diterima petani
(farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.
Tingkat efisiensi tataniaga juga dapat diukur melalui besarnya
rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap
biaya tataniaga didefinisikan sebagai besarnya keuntungan yang
diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya
penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional
sistem tataniaga akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus, 1987).

7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literatur


Tataniaga adalah suatu aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat
aliran barang dan jasa dari titik produksi sampai ke titik konsumen.
Pendekatan dalam tataniaga pertanian dikelompokan menjadi pendekatan
kelembagaan (institutional approach), pendekatan fungsi (fungtional
approach), pendekatan barang (the commodity approach) dan pendekatan
sistem (sistim approach). Dalam pelaksanaan tataniaga, terdapat serangkaian
lembaga-lembaga yang memperlancar kegiatan-kegiatannya. Rangkaian
lembaga ini disebut saluran tataniaga.
Saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga yang melakukan
semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Saluran tataniaga yang berbeda
akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-masing
lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut. Semakin panjang
rantai distribusi suatu produk, semakin besar pula perbedaan harga dari
produsen dengan harga yang diterima konsumen. Perbedaan ini disebut marjin
tataniaga atau marjin pemasaran.
Marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat
dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga
yang terlibat. Tingkat efisiensi tataniaga dapat diukur melalui besarnya
rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya
tataniaga didefinisikan sebagai besarnya keuntungan yang diterima atas
biaya tataniaga yang dikeluarkan.

8
8
B. Pembahasan Hasil
Hasil dari kajian literasi dan pengumpulan data dari berbagai sumber
memberikan suatu pemahaman akan pentingnya pengetahuan tataniaga bagi
mahasiswa dan pelaku bisnis di Indonesia. Hal ini karena pengetahuan tentang
tataniaga dapat membantu memahami pemasaran dan mengefisienkan kegiatan
tataniaga. Indonesia, dimana kondisi ekonominya yang masih berkembang,
banyak terdapat pelaku bisnis dan umkm dan sangat membutuhkan
pengetahuan tentang tataniaga.
Saluran tataniaga sangat mempengaruhi tingkat pendapatan produsen
dan juga keterjangkauan harga hasil produksi. Hal ini karena semakin panjang
rantai distribusi, akan membuat kenaikan harga hasil produksi. Laba yang
diterima oleh setiap lembaga tataniaga yang berperan dalam proses
pendistribusian akan menambah harga yang harus dibayar konsumen. Dengan
meningkatnya harga hasil produksi, permintaan akan hasil produksi itu pun
akan menurun dan pendapatan produsen pun berkurang. Ini membuktikan
efisiensi tataniaga sangatlah penting baik bagi produsen maupun kosumen.
Masyarakat dan mahasiswa harus menyadari akan pentingnya
pengetahuan tataniaga. Dengan mengetahui dan memahami prinsip-prinsip
tataniaga, masyarakat diharapkan bisa mengoptimalkan potensi tataniaga dan
ikut berperan dalam pembangunan perkoperasian di Indonesia. Semakin efisien
kegiatan tataniaga, harga barang dan pemenuhan kebutuhan masyarakat
semakin mudah dan terjangkau. Tataniaga yang dibangun dengan peran aktif
masyarakat, akan lebih besar dampaknya bagi kesejahteraan masyarakat itu
sendiri.

9
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari paper tentang Tataniaga Pertanian
ini atara lain sebagai berikut :
1. Pentingnya pengetahuan tataniaga bagi segala lini masyarakat Indonesia
2. Tataniaga yang baik mampu memberikan kontribusi lebih bagi
pembangunan ekonomi.
3. Kesadaran tentang tataniaga bagi masyarakat sangat diperlukan.
4. Dengan memahami prinsip-prinsip tataniaga, masyarakat akan sangat
terbantu dan mampu mendapatkan manfaat dari kegiatan tataniaga.
B. Saran
Dalam rangka kegiatan tataniaga, tentu saja masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahano. Untuk itu perlu adanya perbaikan dalam kegiatan
tataniaga. Perbaikan yang bisa dilakukan menurut penulis antara lain yaitu :
1. Perlu adanya pelatihan dan workshop untuk mengedukasi masyarakat
tentang tataniaga.
2. Masyarakat harus berperan aktif dan kritis untuk memperoleh pengetahuan
tentang tataniaga.
3. Pelaksanaan kegiatan tataniaga harus berjalan seefisien mungkin, sehingga
akan memberikan lebih banyak manfaat bagi masyarakat.
4. Perlu adanya pemdampingan dari pemerintah bagi kegiatan tataniaga agar
tercapai harga yang lebih stabil dan lebih terjangkau.
5. Perlu adanya integrasi antara pemerintah, produsen dan konsumen dalam
kegiatan tataniaga diberbagai sektor di Indonesia.

10 10
Daftar Pustaka

Amstrong, dan Kotler 2003, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesembilan, Penerbit
PT. Indeks Gramedia, Jakarta
Dahl Dc, Hammond JW. 1977. Market and Price Analysis The Agricultural Industry. Mc.
Grawhill Book Company. New york.
Khol and Uhl. (2002), Marketing of Agricultural Product, Purdue University. Macmilan
Publishing Company. New York.
Kotler, Philip. (2003). Manajemen Pemasaran jilid I dan II. Edisi Milenium. Jakarta.
Prenhalindo.
Limbong W.H, dan Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian IPB.
Bogor

11

Anda mungkin juga menyukai