Anda di halaman 1dari 16

VISI

Menjadi Rumah Sakit Islam


pilihan utama masyarakat

MISI
1. Memberikan pelayanan
kesehatan paripurna
secara Islami
LAPORAN
berdasarkan nilai-nilai
tawadlu’.
REDESIGN PROSES
2. Meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan
PEMBUANGAN LIMBAH
secara terus menerus.
3. Meningkatkan ilmu
pengetahuan,
ketrampilan dan sikap
terpuji karyawan.
4. Mengikuti
perkembangan ilmu
pengetahuan ilmu
pengetahuan dan
teknologi dibidang
pelayanan kesehatan.
5. Menjadikan karyawan
sebagai inovator Rumah
Sakit

NILAI
A. Nilai Budaya Kerja
TAWADLU’ :
► T epat dan Cepat
► A man dan Bermutu
► W ajib
Mengutamakan
Pasien
► A manah
► D alam Jangkauan
Seluruh Lapisan
RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA
Masyarakat Jl. Jend. A. Yani 2-4 Surabaya 60243
► L ingkungan Sehat Telp. (031) 828 4505, Fax. (031) 828 4486
► U khuwah Islamiyah Website : www.rsisurabaya.com
E-mail:rsiayani@yahoo.co.id
B. Nilai Sumber Daya Insani
TAWADLU’ :
► T akwa
► A khlakul karimah
► W ahid
► A fiah
► D akwah
2019
► L illah
► U swatun Hasanah
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

(FMEA)

REDESIGN PROSES PEMBUANGAN LIMBAH NON INFEKSIUS (BEKAS JIRIGEN


HD & BOTOL INFUS) DENGAN METODE DEKONTAMINASI DAN PENCACAHAN

RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

TAHUN 2019
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)

TAHAPAN FMEA

1. Memilih proses berisiko tinggi dan membentuk tim


a. Memilih proses berisiko
Identifikasi proses berisiko di rumah sakit baik medis maupun non medis, kemudian dalam
memilih prioritas masalah menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).
- Urgency : berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah
untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
- Seriousness : berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi
organisasi seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa
manusia, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak
masalah tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah
tersebut.
- Growth : berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. 5 Suatu
masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi
permasalahan tersebut.
NO KLASIFIKASI U S G TOTAL
1 Belum adanya alat untuk mengatur tekanan positif pada 5 5 5 125
ruang isolasi
2 suhu water heater tidak memenuhi syarat 4 5 4 80
3 kurang pengetahuan petugas tentang tehnik aseptik selama 4 5 5 100
prosedur iv terapi
4 Tidak mematuhi SPO tentang pembersihan OK 4 4 4 64
5 ketidakpatuhan dalam pelaksanaan bundle prevention IDO 3 4 4 48
6 sterilisasi alat tidak terpenuhi 5 5 5 125
7 petugas belum mendapatkan pelatihan secara menyeluruh 4 3 4 48
dan periodik tentang pemasangan infus dan pemberian
terapi iv
8 tidak ada tim khusus yang memonitor dan mengevaluasi 3 4 3 36
ketrampilan perawat dalam memasang infus
9 setelah tranfusi darah infus set tidak diganti dalam waktu 3 3 3 27
24 jam
10 tindakan aseptik dan antiseptik yang tidak tepat saat 3 4 4 48
pemasangan infus
11 ketidakpatuhan penggunaan antibiotik sesuai panduan 4 3 3 36
12 ketidakpahaman staf tentang bundle pencegahan plebitis 4 4 4 64
dan penerapan bundle pencegahan phlebitis
13 penggunaan plester coklat pada pasien anak sehingga tanda 3 3 3 27
infeksi tidak jelas
14 kurang patuh cuci tangan 4 4 4 64
15 kurang patuh penggunaan APD 3 3 3 27
16 Tercampurnya limah non infeksius (botol infus bekas) 5 5 5 125
kecontainer limbah infeksius
17 tidak ada pembatasan personil yang masuk kamar operasi 3 3 4 36
18 chiller penyimpanan sayur dan bumbu rusak 3 3 3 27
19 alur penanganan sampel /limbah lab kurang optimal 3 3 3 27
20 Tidak adanya ruang ventilasi airborne di IGD 5 5 5 125

Berdasarkan daftar proses berisiko diatas, salah satu proses berisiko yang mendapat nilai
tertinggi setelah dilakukan metode USG adalah Keterlambatan pengiriman status rekam
medis ke poli rawat jalan.
b. Membentuk tim
Ketua : dr Wiwit Pujiati R
Wakil Ketua : Dr. Widayanti
Sekretaris : Arie Kusumodewi, S. Kep. Ners
Peserta : Kesling, Rawat inap. Rawat Jalan, Rawat Khusus, IGD dan, HD
1. Kusumayanti, AMD,KL
2. Tri wi,Amd Kep.
3. Drg Hesty Nurfarida
4. Budi Setianto.ST,M.ARS
5. Sulastri, S. Kep.Ners.M.Kep
6. Inamah,S.Kep,Ners
7. Budi Setiawan,S.Kep.Ners
8. Dr. Dlorifudin Dzuhri
Tanggal : 5 Pebruari 2019

2. Menggambarkan alur proses dan branstorming modus kegagalan


2.1 Menggambarkan alur proses PREREDESGN
2.1 Gambar Alur Proses Preredesign Pembuangan Limbah Botol Infus dan Jirigen HD

Pemesanan Cairan TRANFER PASIEN vv


Pemakaian cairan Pembuangan Limbah TPS LB3
Infus & Cairan HD Distribusi di Rawat
infus dan cairan HD Di Unit Kerja
Oleh unit FARMASI Inap/Rawat
Jalan/Rawat Khusus
SUB PROSES : dan HD SUB PROSES :
Pemakaian infus SUB PROSES
a.Ruangan dan cairan HD di a. Bekas
melakukan masing2 unit jirigen
pemesanan cairan SUB PROSES : 1. P SUB PROSES
cairan HD
HD di unit farmasi a. petugas HD e a. Jirigen HD
di dikirim
b.Dokter mengambil r disimpan
ke TPS LB3
meresepkan cairan cairan HD s diruangan B3
tiap hari
infus sesuai di gudang i b. Bekas Non infeksius
kebutuhan pasien farmasi a sementara
Botol Infus
b. Petugas p belum diambil
dibuang di
farmasi a oleh transporter
Sampah
melayani n (1 bulan)
Infeksius
peresepan t b. Bekas botol
(tempat
infus r infus (non
sampah
a infeksius)
kuning di
n dikumpulkan
kresek
s diruangan B3
kuning Infeksius
f
e diambil setiap
r hari
d
i
I
G
D
2. P
r
o
s
e
s
Lanjutan alur preredesign

INCENERATOR
Tranporter

SUBPROSES
a. Pengambil
an limbah
jirigen oleh
transporter di
TPBLB3 non Limbah jirigen
infeksius setiap HD dan infus
bulan sekali dibuang di
b. Pengambil incinerator
an Limbah
botol infus
(non infeksius)
di TPSLB3
infeksius setiap
hari
2.2 Brainstorming modus kegagalan
Dari setiap sub-sub proses penyiapan dan penyerahan, kemudian tim melakukan
brainstorming modus kegagalan yang diperkiran dapat terjadi.

2.3 Menentukan dampak / effects


Dari proses brainstroming terhadap modus kegagalan setiap sub-sub proses penyiapan dan
penyerahan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan dampak / effects.

2.4 Memprioritaskan modus kegagalan


Dalam tahap 4 menggunakan penilaian Severity, Occurence, dan Detection untuk menentukan
prioritas modus kegagalan. Dengan penjelasan sebagai berikut :
- Severity (S) adalah Penilaian keseriusan efek dari bentuk kegagalan potensial.

NILAI PENJELASAN PENGERTIAN

10 Amat sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan kematian pelanggan


dan kerusakan sistem tanpa tanda-tanda yang mendahului

9 Sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera


8 berat/permanen pada pelanggan atau gangguan serius pada
sistem yang dapat menghentikan pelayanan dengan adanya
tanda yang mendahului
7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera ringan sampai
sedang dengan tingkat ketidak puasan yang tinggi dari
pelanggan dan/atau menyebabkan ganggung sistem yang
membutuhkan perbaikan berat atau kerja ulang yang
signifikan
6 Berbahaya sedang Kesalahan berakibat pada cedera ringan dengan sedikit
5 ketidak puasan pelanggan dan/atau menimbulkan masalah
besar pada sistem
4 Berbahaya ringan sampai Kesalahan menyebakan cedera sangat ringan atau tidak
3 sedang cedera tetapi dirasakan mengganggu oleh pelanggan
dan/atau menyebabkan masalah ringan pada sistem yang
dapat diatasi dengan modifikasi ringan
2 Berbahaya ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan pelanggan tidak
menyadari adanya masalah tetapi berpotensi menimbulkan
cedera ringan atau tidak berakibat pada sistem
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak berdampak
pada sistem

- Occurance (O) adalah kemungkinan / probabilitas / frekuensi terjadinya kegagalan.

NILAI PENJELASAN PENGERTIAN

10 Kemungkinan terjadinya Kesalahan terjadai paling tidak sekali sehari atau hampir
dapat dipastikan setiap saat

9 Hampir tidak dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau terjadi setiap 3
dihindarkan sampai 4 hari

8 Kemungkinan terjadai Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling tidak seminggu
7 sangat tingggi sekali

6 Kemungkinan terjadi Kesalahan terjadi sekali sebulan


5 tinggi sedang
4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tidap tiga bulan
3 sedang
2 Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau terjadi sekitar sekali setahun
rendah
1 Kemungkinan terjadi Kesalahan hampir tidak pernah terjadi, atau tidak ada yang
amat sangat rendah ingat kapan terakhir terjadi

- Detection (D) adalah penilaian dari kemungkinan alat tersebut dapat mendeteksi penyebab
potensial terjadinya suatu bentuk kegagalan

NILAI PENJELASAN PENGERTIAN

10 Tidak ada peluang untuk Tidak ada mekanisme untuk mengetahui adanya kesalahan
diketahui
9 Sangat sulit diketahui Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi yang
8 menyeluruh, tidak feasible dan tidak segera dapat dilakukan

7 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan inspeksi manual atau


6 tidak ada proses yang baku untuk mengetahui, sehingga
ketahuan karena kebetulan
5 Berpeluang sedang untuk Ada proses untuk double checks atau inspeksi tetapi tidak
diketahui otomatis atau dilakukan secara sampling
4 Berpeluang tinggi untuk Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin tetapi tidak
3 diketahui otomatis
2 Berpeluang sangat tinggi Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang otomatis
untuk diketahui
1 Hampir dipastikan untuk Ada proses otomatis yang akan menhentikan proses untuk
diketahui mencegah kesalahan

- Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara Severity (S), Occurance
(O), dan Detection (D)

RPN = (S) x (O) x (D)

Berikut ini hasil dari langkah 2.2 (Brainstorming modus kegagalan), langkah 2.3 (menentukan
dampak / effects), dan langkah 2.4 (memprioritaskan modus kegagalan)

POTENSIAL
MODUS POTENSIAL DAMPAK
NO SUB PROSES PENYEBAB SEV OCC DET NILAI
KEGAGALAN KEGAGALAN
KEGAGALAN
1 Jirigen bekas Petugas HD tidak Penumpukan Kesibukan 2 7 7 98
cairan HD segera limbah jirigen petugas atau
dikirim setiap mengirimkan cairan HD di TPSLB3 masih
hari ke TPSB3 jirigen bekas HD ruangan HD penuh
Non infeksius ke TPSLB3 non
infeksius
dari ruangan
2 petugas ruangan Limbah B3 non Bekas botol infus Tidak ada 7 10 5 300
rawat inap, infeksius (botol yang sebenarnya sistem
rawat khusus, infus) dibuang ke tidak infeksius pemilahan
rawat jalan dan dalam tempat justru bercampur limbah untuk B3
IGD membuang sampah infeksius dengan material non infeksius
botol infus ke infeksius dan belum ada
tempat sampah Biaya pembuangan sarana
infeksius lebih mahal karena container
adanya material pembuangan
infeksius atau (sampah B3 non
cairan infus yang infeksius)
tertinggal
3 Limbah jirigen Waktu tunggu Penumpukan Keterbatasan 3 7 7 147
cairan HD penampungan Limbah kemampuan
ditampung di limbah jirigen di kapasitas
TPSLB3 sebelum TPSLB3 terlalu transporter
dibawa oleh lama
transporter ke
incinerator
Prioritas Modus Kegagalan

No MODUS KEGAGALAN SEV OCC DET NILAI

1 Petugas HD tidak segera mengirimkan jirigen 2 7 7 98


bekas HD ke TPSLB3 non infeksius
2 Limbah B3 non infeksius (botol infus) dibuang 7 10 5 300
ke dalam tempat sampah infeksius
3 Waktu tunggu penampungan limbah jirigen di 3 7 7 147
TPSLB3 terlalu lama

3. Identifikasi penyebab masalah

1. Petugas HD tidak segera mengirimkan jirigen bekas HD ke TPSLB3 non infeksius

No Faktor penyebab Analisa faktor penyebab

1 Man Petugas lupa atau sibuk


2 Money Biaya pembuangan limbah jirigen bekas HD

3 Material TPSLB3 penuh oleh karena limbah jirigen HD dibuang sebulan sekali

4 Methode Belum ada jadwal pengiriman limbah jirigen bekas cairan HD


5 Machine Keterbatasan kemampuan transporter untuk mengambil limbah di TPSLB3

2. Limbah B3 non infeksius (botol infus) dibuang ke dalam tempat sampah infeksius

No Faktor penyebab Analisa faktor penyebab

1 Man Belum mengetahui oleh karena belum ada kebijakan tentang prosedur
pembuangan Limbah B3 non infeksius
2 Money Penambahan biaya pembuangan limbah

3 Material Belum ada sarana pembuangan limbah (tempat sampah dan kresek coklat)

4 Methode Belum ada regulasi yang mengatur pembuangan limbah B3 non infeksius
5 Machine
4. Redesain proses

No KEGAGALAN DESAIN LAMA DESAIN BARU

1 Petugas HD tidak segera Belum ada jadwal pengiriman Petugas HD mengirimkan bekas
mengirimkan jirigen bekas HD limbah bekas cairan HD. jirigen infus sehari sekali ke
ke TPSLB3 non infeksius TPSLB3 untuk didekontaminasi
dan dicacah pada waktu yang
sudah disepakati
Mekanisme timbang terima dan K menertibkan timbangterima
saling mengingatkan mengenai limbah jirigen HD antara
pengiriman limbah jirigen HD petugas HD dan petugas Kesling
belum maksimal serta saling mengingatkan jika
ada keterlambatan pengiriman
2 Limbah B3 non infeksius Bekas Botol infus dibuang di Bekas botol infus dibuang
(botol infus) dibuang ke tempat sampah infeksius kresek cairannya didekontaminasi dan
dalam tempat sampah kuning dicacah untuk direuse sebagai
infeksius limbah plastik
Bekas botol infus sebelum Bekas botol infus setelah
diambil oleh transporter dibuang cairannya disimpan
disimpan di TPSLB3 infeksius sementara di TPSLB3 Non
Infeksius, didekontaminasi
kemudian dicacah
3 Waktu tunggu Waktu tumggu penyimpanan Limbah HD akan segera
penampungan limbah sementara limbah jirigen HD di didekontaminasi untuk
jirigen di TPSLB3 terlalu TPSLB3 terlalu lama (sebulan) dilakukan proses
lama pencacahan 2 kali seminggu
ACTION PLAN
Implementation
Recommendation Implementation Implementation Resourcere recqulred
No Failure mode Cause of the place
(s) by whom by when (time)
(where)
1 Petugas HD Belum ada jadwal 1.Adanya jadwal Kanit kesling dan Maret 2019 Unit Kesling dan Mulai Agustus 2019
tidak segera pengiriman limbahpengiriman bekas Kanit HD HD Sarana yang
mengirimkan bekas cairan HD. jirigen HD dari diperlukan :
jirigen bekas HD unit HD ke TPSLB3
ke TPSLB3 non 2. Melengkapi log 1. Bak Dekontaminasi
infeksius book timbang 2. SPO
terima limbah, Dekontaminasi
mengingatkan jika 3. Pelaksana/SDM
belum ada
pengiriman limbah
3. Supervisi
ruangan TPSLB3
non infeksius dan
tempat
penyimpanan
jirigen cairan HD
bekas di unit HD,
adakah
penumpukan
2 Limbah B3 non Belum ada prosedur 1. Pengadaan Kanit Kesling Mulai Oktober 2019 Rawat inap,Rawat 1. Kebijakan
infeksius (botol pemilahan khusus tempat Kanit Rawat inap, Jalan, rawat pembuangan
infus) dibuang untuk Limbah B3 sampah Rawat Jalan dan Khusus, IGD dan limbah RS
ke dalam non infeksius khusus limbah Rawat Khusus Unit Kesling 2. Tempat
tempat sampah B3 dengan sampah khusus
infeksius pembungkus limbah Be non
kresek coklat infeksius
3. Kresek coklat
Implementation
Recommendation Implementation Implementation Resourcere recqulred
No Failure mode Cause of the place
(s) by whom by when (time)
(where)
2. Revisi SPO Unit Kesling Oktober 2019 TPSLB3 non 1. Revisi SPO
penyimpanan infeksius
limbah non
infeksius
(bekas botol
infus) di
TPSLB3 non
infeksius
3 Waktu tunggu Keterbatasan 1.Melakukan Unit Kesling Maret 2019 Unit Kesling 1.Revisi Kebijakan
penampungan kapasitas angkut recycle limbah B3 2.Pembuatan SPO
limbah jirigen di transporter non infeksius 3.Bak Dekontaminasi
TPSLB3 terlalu dengan Limbah B3
lama dekontaminasi dan 4.SPO
pencacahan untuk Dekontaminasi
diproses ulang
2. Proses
Dekontaminasi dan
pencacahan
dilakukan 2x
seminggu untuk
menghindari
penumpukan
5. Analisa dan uji coba
a. Uji Coba dekontaminasi jirigen HD dan recycle dengan pencacahan
b. Oktober Uji coba pelaksanaan pemilahan dengan penyediaan tempat sampah dengan
plastik coklat untuk limbah medis non infeksius
c. Uji coba dekontaminasi botol bekas infus dan pencacahan untuk recycle

Hasil Uji Coba


Analisa Redesain

No Desai lama Desain Baru Analisa


1 Belum ada jadwal Dibuat jadwal pengiriman Sudah berjalan untuk
pengiriman limbah bekas untuk limbah B3 non pengiriman limbah
cairan HD. infeksius jirigen HD per hari

2 Belum ada prosedur Pemilahan sampah medis Terlaksana sebagian 80%


pemilahan khusus untuk non infeksius dengan Ruang pelayanan sudah
Limbah B3 non infeksius menyediakan tempat mempunyai tempat
sampah dengan kresek sampah untuk limbah B3
coklat non infeksius
3 Penumpukan limbah Limbah B3 non infeksius Seluruh limbah jirigen
karena keterbatasan dilakukan dekontaminasi HD sudah berhasil
kapasitas angkut dan recycle, sehingga direcycle, untuk bekas
transporter tidak menggunakan jasa botol infus dalam tahap
transporter uji coba

Anda mungkin juga menyukai