Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PEMAKAIAN OBAT- OBATAN TERHADAP GINJAL

Oleh
Husein Alatas
(Subbagian Nefrologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM)

PENDAHULUAN

Ginjal merupakan organ yang rentan terjadi kerusakan akibat pemakaian obat-
obatan maupun zat-zat kimia lainnya.
Hal ini disebabkan karena. 1
1. Ginjal mendapat suplai darah terbesar didalam tubuh manusia
diperbandingkan dengan berat organ ginjal. Tiap ginjal menerima kira-
kira 25 persen dari isi sekuncup jantung. Oleh karena itu pengaliran
obat-obatan ke ginjal tinggi sekali.
2. Mempunyai permukaan endotel yang sangat luas, mulai dari
glomerulus sampai ke tubulus yang dapat menjadi tempat pengendapan
kompleks imun pada proses imunologik
3. Sel tubulus baik pada permukaan baso lateral (bagian dalam)
maupun permukaan luminal (“brush border”) sering kontak dengan obat-
obatan juga intrasel sebagai akibat proses reabsorpsi dan sekresi.
Paparan terhadap obat-obatan bertambah bila fungsi ginjal menurun karena
terjadi perlambatan pada eliminasi obat-obat yang potensial bersifat nefrotoksik.
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan disfungsi ginjal akibat obat-obatan
adalah perubahan perfusi ginjal, perubahan filtrasi glomerulus, kerusakan sel
tubulus dan obstruksi tubulus.2

Dalam makalah ini akan dibahas pengaruh obat-obat terhadap ginjal khususnya
yang bersifat nefrotoksik dan dibatasi pada obat-obat yang banyak dipakai di
klinik dalam penanggulangan penyakit pada anak.

MEKANISME NEFROTOKSISITAS

Nefrotoksisitas dapat terjadi melalui beberapa mekanisme 2,3


:
1. Efek pada aliran darah ginjal
2. Efek toksik pada sel tubulus
3. Kelainan Imunologik
4. Obstruksi pada tubulus atau ureter

ad 1. Efek toksik obat yang mengenai pembuluh darah ginjal menyebabkan


penurunan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus misalnya endometasin
memblokir produksi vasodilator prostaglandin

1
ad 2. Zat/obat di tubulus bersinggungan dengan permukaan sel tubulus atau
masuk ke sel tubulus pada proses reabsorpsi atau sekresi.
Pada proses ini dapat terjadi :
- kerusakan “brush border”,
- berbagai organel sel
- inaktivasi enzim
yang berakibat kerusakan fungsi sel atau kematian sel ( cell death )
Hal ini terjadi pada efek toksik aminoglikosida, sefaloridin, logam berat dll.

ad 3. Bersifat Hapten dan menimbulkan reaksi imunologik pada glomerulus


(glomerulonefritis) dan jaringan interstisial ( nefritis interstisial akut ) misalnya
oleh antibiotik metisilin dan rifampisin.

ad 4. akibat pemekatan filtrat tubulus atau perubahan pH terjadi pembentukan


kristal misalnya obat sulfa yang terdahulu.
Sumbatan dapat terjadi akibat nekrosis sel tubulus atau silinder. Ureter dapat
tersumbat oleh kristal atau jaringan nekrotik dari papil ( papillary necrosis ).

Obat nefrotoksik dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas, aktivasi


fosfolipase, dan penurunan sintesis ATP dalam sel. Radikal bebas yang terjadi
dapat menyebabkan kerusakan membran mitokondria yang juga dapat
diakibatkan menurunnya sintesis ATP.
Selain itu akibat penurunan ATP dalam sel, pompa Na-K dan kalsium menurun
dan karena kurangnya energi sel, maka terjadi disrupsi integritas membran sel,
gangguan sintesis asam nukleat dll, perubahan homeostasis kalsium intra seluler
dan pembengkakan sel dan pada akhirnya terjadi perubahan fungsi sel atau
kematian sel (lihat gambar 1) 2

Angka Kejadian
Sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai insidensi penyakit
ginjal akibat obat. Humes dan Weinberg melaporkan angka 25 % kasus-kasus
gagal ginjal akut dan kronik disebabkan oleh zat nefrotoksik. 3
Jenis kerusakan ginjal akibat obat dapat dilihat pada tabel 1.

Hal-hal yang memudahkan terjadinya kerusakan ginjal dapat dilihat pada tabel 2

2
Nefrotoksin

Sintesis ATP Radikal bebas Fosfolipase


teraktivasi

ATP sel Kerusakan membran Asam lemak bebas


mitokondria

Pompa K-Na Pompa Permeabilitas


sel kalsium sel membran

Pembengkakan
sel Peningkatan kalsium sitosol
dan mitokondria

Perubahan fungsi sel/kematian sel

Gamb 1.
Perubahan biokimia yang menyebabkan disfungsi dan kematian sel akibat obat 2

3
Tabel 1. Kerusakan ginjal akibat obat nefrotoksik.4

Jenis Obat Efek nefrotoksik utama

Aminoglikosida - Nekrosis tubulus akut

Analgesik - Nefritis interstisial


- Nekrosis papila ginjal

Amfoterisin-B - kerusakan tubulus dan glomerulus


- Asidosis tubulus ginjal

Sefalosporin (lama) - Nekrosis tubulus proksimal

Sisplatin - Nekrosis tubulus akut


- Nefritis interstisial

Zat kontras - kerusakan tubulus akut


- iskemia ginjal

Siklosporin - lesi tubulus interstisial dan glomerulus


- gagal ginjal

Furosemid - kalsifikasi ginjal (pada prematur)

NSAID (Non steroid - nefritis intersitial, sindrom nefrotik (jarang)


Antiinflamatory drug)

Penisilin (Metilisin) - Nefritis interstisial akut (imunologik)

Sulfonamida (lama) - Uropati obstruktif

Tetrasiklin kadaluwarsa - Sindrom Fanconi (reversibel)


(“expired”)

Istilah “lama” berarti jenis obat terdahulu, pada jenis-jenis baru jarang dijumpai.

Tabel 3. Hal yang mempermudah terjadi nefrotoksik 4

- Penyakit berat, terutama yang disertai penurunan fungsi ginjal,


hepar
- Pemberian dosis tinggi atau infus kontinu yang menyebabkan
akumulasi obat
- Kombinasi dengan obat nefrotoksik lain
- Perfusi ginjal menurun akibat dehidrasi, hipotensi, gagal jantung
- Obstruksi pada saluran kemih

Berikut ini akan dibahas efek nefrotoksisitas masing-masing golongan obat

4
OBAT-OBAT ANTI KANKER

CISPLATIN

Cisplatin (Cis-diamine dichloro platinum) adalah obat antineoplasma yang kuat


dan banyak dipakai meskipun sudah diketahui mempunyai efek nefrotoksik.
Cisplatin menghambat sintetis DNA. 5
Pemberiannya secara intravena dan terutama di ekskresi di ginjal. 50 % di
ekskresi dalam 24 jam dan 76 % dalam 48 jam. Pada percobaan binatang dalam
2-4 minggu setelah pemberian suntikan i.v sebagian masih ditemukan di korteks
ginjal terutama di sitosol sel tubulus.

MEKANISME NEFROTOKSISITAS

Pada pemeriksaan patologi anatomik pada percobaan tikus cisplatin


menyebabkan nekrosis tubulus terutama pada tubulus proksimal daerah
kortikomedular.Pada sitoplasma sel terjadi vakuolisasi , inti yang piknotik dan
degenerasi hidropik.
Cisplatin juga menyebabkan nekrosis tubulus fokal terutama daerah tubulus
distal dan duktus koligens.Glomerulus dan pembuluh darah renal relatif tidak
terganggu.

Cisplatin difiltrasi di glomerulus dan disekresi di tubulus. 5


Efek nefrotoksik bukan karena Platinum, karena yang menimbulkan efek toksik
hanya cis-isomernya. Cisplatin menghambat ATP ase dan fosforilasi oksidatif
pada mitokondria spesifik pada sel ginjal. 6

GAMBARAN KLINIK

Setelah pemberian dosis tunggal LFG menurun dalam 48 - 72 jam disebabkan


oleh penurunan aliran darah ginjal dan peningkatan resistensi vaskular 7 dan
dapat menyebabkan Gagal Ginjal Akut.

Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron tidak berperan besar pada efek nefrotoksik


cisplatin, terbukti dengan pemberian ACE inhibitor ( Kaptopril ) maupun
penghambat Kalsium-channel tidak memodifikasi nefrotoksisitas cisplatin. 7

Pada 22 anak yang diberi 180 dosis cisplatin penurunan LFG terjadi secara
progresif pada tiap kali pemberian cisplatin.8

5
Cisplatin menginduksi beberapa fungsi tubulus lainnya, yang paling sering
penyerapan magnesium hingga terjadi hipomagnesemia serta mengurangi
kalsiuria. Hal ini terjadi di lengkung Henle bagian asenden. 8 Selain itu juga dapat
terjadi kebocoran Natrium (hiponatremia), kalium (hipokalemia) dan poliuria
serta peningkatan β-microglobulin yang menunjukkan disfungsi tubulus
proksimal. Nefrotoksisitas berhubungan dengan lama dan dosis pemberian
cisplatin.

Pemberian hidrasi yang cukup, manitol atau cairan garam fisiologis sebelum
pemberian cisplatin mengurangi efek nefrotoksisitas.7
Pemberian Furosemid tidak mempengaruhi efek toksik cisplatin.
Gagal ginjal akut yang terjadi akibat pemberian cisplatin umumnya bersifat
reversibel, tetapi pada beberapa anak dapat berlanjut menjadi gagal ginjal
kronik.

SINERGISME DENGAN OBAT NEFROTOKSIK LAIN

Cisplatin dilaporkan bersinergi dengan obat aminoglikosida terutama Gentamisin


dalam menimbulkan nekrosis tubulus hingga mempercepat terjadinya Gagal
Ginjal Akut. Hal ini mungkin disebabkan karena cisplatin mereduksi klirens
gentamisin.9

SIKLOFOSFAMID

Siklofosfamid banyak dipakai pada penanggulangan kanker dan sindrom nefrotik


serta SLE. Efek samping obat ini bukan nefrotoksisitas tetapi depresi sumsum
tulang. Pada saluran kemih yang banyak ditemukan adalah sistitis hemoragik.
Siklofosfamid diubah di hati menjadi akrolein suatu metabolit yang bersifat toksik
terhadap mukosa kandung kemih. Oleh karena itu pada pemberian obat ini
dianjurkan banyak minum, sedangkan pada pemberian bolus/pulse intravena
yang biasanya dosisnya jauh lebih tinggi dianjurkan pemberian Mesna ( 2-
merkaptoetan sulfonat ) yang dapat mengurangi efek toksik acrolein, serta
hidrasi yang cukup. 2

IFOSFAMID

Ifosfamid adalah sintetik analog siklofosfamid yang juga dipakai dalam


pengobatan kanker. Obat ini juga dimetabolisme menjadi akrolein di hepar,
sehingga pencegahan terjadinya sistitis hemoragik sama yaitu dengan pemberian
hidrasi yang cukup dan Mesna. 1
Pada review terakhir pemakaian obat ini dapat menimbulkan nefrotoksisitas pada
25 dari 102 anak yaitu menyebabkan kerusakan tubulus dengan gejala
proteinuria, glikosuria, asidosis, hipomagnesemia, hipofosfatemia, dan pada
beberapa kasus disertai penurunan fungsi ginjal.10

6
METOTREKSAT

Metotreksat yang juga dipakai pada pengobatan kanker ternyata bersifat


nefrotoksik dan dapat menimbulkan gagal ginjal akut pada pemberian dosis
tinggi.
Pada sebagian besar kasus, nefrotoksisitas disebabkan oleh pembentukan kristal
di tubulus ginjal pada urin yang asam. Resiko terjadinya Gagal Ginjal Akut oleh
karena itu dapat dihindarkan dengan pemberian hidrasi yang cukup dan
alkalinisasi urin.1,2

ANTIBIOTIK

AMINOGLIKOSIDA

Aminoglikosida adalah antibiotik yang sudah lama diketahui bersifat nefrotoksik


dan ototoksik, tetapi kadang-kadang terpaksa dipakai terutama pada
penanggulangan Infeksi Saluran Kemih meskipun sudah ada penurunan fungsi
ginjal karena antibiotik lain sudah resisten, tentu saja dengan penyesuaian dosis.
Aminoglikosida sangat baik untuk pengobatan bakteri gram negatif.
Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya nefrotoksisitas adalah: dosis obat,
lama pemberian, umur ( neonatus ) , penurunan fungsi ginjal yang kadang-
kadang tidak diketahui sebelumnya, kombinasi dengan obat nefrotoksik lain
seperti amfoterisin B, beberapa sefalosporin, siklosporin.11

MEKANISME NEFROTOKSISITAS

Aminoglikosida hampir seluruhnya difiltrasi di ginjal. Reabsorpsi di tubulus


proksimal melalui lumen tubulus dan sebagian kecil melalui permukaan
basolateral. Di dalam sel tubulus terakumulasi dalam lisosom. 12
Meskipun perubahan patologik bisa terjadi pada suntikan pertama pada
percobaan binatang pada umumnya kerusakan terjadi setelah beberapa kali
disuntikkan. Sekali terjadi kerusakan sel, lisosom akan mengeluarkan
aminoglikosida yang terakumulasi serta mengeluarkan enzim-enzim lisosom yang
menyebabkan terjadinya kerusakan sel. Nekrosis tubulus terutama terjadi di
tubulus proksimal paling atas.
Aminoglikosida menurunkan respirasi mitokondria ( dengan meningkatkan
hidrogen peroksida ) dan menurunkan aktivitas K-Na ATP ase di basolateral sel
tubulus.13
Efek nefrotoksik mulainya bersifat perlahan tetapi kemudian dapat berlanjut
menjadi gagal ginjal akut yang biasanya bersifat nonoliguria, tetapi pada
keadaan yang berat akan menjadi oliguria.

7
TOKSITAS KLINIK

Dalam klinik nefrotoksisitas terjadi setelah pemberian 5 – 7 hari. Pemantauan


dilakukan dengan pemeriksaan kreatinin plasma berkala dan kadar
aminoglikosida dalam darah.
Pada urutan nefrotoksisitas, yang paling toksik neomisin -->gentamisin -->
tobramisin --> amikasin. Netilmisin kadang-kadang ditempatkan sebelum atau
sesudah amikasin.14
Pencegahan sedapat mungkin tidak memberi aminoglikosida pada anak yang
sudah mengalami penurunan fungsi ginjal, misalnya pada neonatus dengan
sepsis dengan peningkatan kadar ureum / kreatinin. Mencegah pemberian
kombinasi dengan obat nefrotoksik lain misalnya vankomisin. Pemberian
aminoglikosida 1x sehari dilaporkan dapat mengurangi efek toksik dibandingkan
2x sehari.15

BETA LAKTAM

Beta laktam adalah antibiotik yang dapat menembus dinding sel bakteri karena
resisten terhadap enzim bakteri tersebut. Beta laktam bersaudara dengan
golongan penisilin. Umumnya golongan penisilin tidak nefrotoksik tetapi
beberapa sefalosporin dan karbapenem bersifat nefrotoksik.

Imipenem yaitu Karbapenem baru yang bersifat nefrotoksik. Untuk mencegah


terjadinya efek ini harus di kombinasi dengan cilastatin yang bersifat inhibitor
dehidropeptidase 1 di “brush border” sel tubulus yang bersifat merubah
imipenem menjadi sefaloridin yang nefrotoksik. Nefrotoksisitas B-laktam adalah
dapat menyebabkan terjadi nekrosis tubulus akut yang dapat berlangsung
beberapa hari atau minggu.16

VANKOMISIN

Dulu dapat menyebabkan kerusakan ginjal pada 25 % anak, saat ini setelah
dimurnikan menjadi hanya 3 %. Efek nefrotoksik meningkat bila dikombinasi
dengan aminoglikosida.2

SULFONAMIDA

Obat Sulfonamida terdahulu dapat menyebabkan pembentukan kristal di urin


karena itu harus dikombinasi dengan alkali. Tetapi saat ini tidak lagi. Obat

8
golongan sulfa yang paling sering dipakai saat ini adalah kotrimoksazol yaitu
kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol.1

PENISILIN

Penisilin tidak menyebabkan nefropati toksik. Pada beberapa penisilin, yang


paling sering adalah metisilin dapat menyebabkan nefritis interstisial akut yang
bersifat imunologik.1,2 Gejala yang terjadi adalah hematuria, proteinuria,
eosinofiluria dan eosinofilia. Bila berat dapat terjadi gagal ginjal akut biasanya
bersifat reversibel bila obat segera di hentikan.

RIFAMPISIN

Rifampisin sering dipakai untuk pengobatan tuberkolosis. Pada pemakaian yang


terus menerus tidak menimbulkan kelainan ginjal. Tetapi setelah dihentikan dan
pada suatu saat dipakai pernah dilaporkan dapat menimbulkan gagal ginjal akut,
diduga karena proses imunologik. 17

OBAT ANTI JAMUR

AMFOTERISIN B
Amfoterisin B adalah obat anti jamur yang paten bersifat toksik terhadap sel
pada seluruh segmen nefron.
Pada anak kurang toksik dibandingkan orang dewasa.
Efek toksik pada ginjal dapat berupa : penurunan aliran darah ginjal, penurunan
laju filtrasi glomerulus dan defek fungsi tubulus. Dapat ditemukan hipokalemia,
hipomagnesemia dan hipokalsemia. 18
Lama pengobatan diusahakan sependek mungkin untuk mencegah kerusakan
ginjal yang ireversibel. Umumnya azotemia membaik dalam 1-2 bulan. 19

ANTIVIRAL

ASIKLOVIR
Umumnya dapat ditoleransi dengan baik, tetapi pernah dilaporkan menimbulkan
gagal ginjal akut jangka pendek. Asiklovir difiltrasi glomerulus dan disekresi
tubulus, diduga GGA disebabkan oleh kristalisasi yang kemudian menyumbat
tubulus, oleh karena itu dianjurkan agar dijaga hidrasi yang cukup. 20

SIKLOSPORIN
Siklosporin adalah obat imunosupresif pada pengobatan pasca transplantasi dan
beberapa penyakit autoimun seperti sindrom nefrotik dan nefritis lupus.

9
Jenis terbaru yaitu neoral saat ini lebih banyak dipakai daripada siklosporin, dan
dapat mengurangi dosis pemakaian 2
Pemakaian obat ini biasanya jangka panjang yaitu berbulan-bulan dan bahkan bertahun-
tahun
Pada pemeriksaan patologi anatomi dengan biopsi ginjal dapat ditemukan
sklerosis glomerulus, dan fibrosis interstisial yang bersifat reversibel.

Oleh karena itu pada pemakaian obat ini harus dilakukan pemantauan kadar
siklosporin dalam darah yaitu 100-200 ng/ml dan sebaiknya dilakukan biopsi
ginjal setelah 2 tahun. 21

Kelainan ginjal lain yang dilaporkan adalah :


- gagal ginjal akut
- disfungsi tubulus
- trombotik mikroangiopati 1

ANTI INFLAMASI NON STEROID ( NSAID ) DAN OBAT GOLONGAN


ANALGESIK

Obat NSAID ( Non Steroid Anti Inflammatory Drug ) dapat menghambat sintesis
prostaglandin E2 ( PGE2 ) yang berfungsi menyebabkan vasodilatasi lokal di
ginjal, yaitu dengan cara mengikat siklo-oksigenase suatu enzim yang dipakai
untuk memproduksi PGE2. Akibatnya terjadi penurunan aliran darah ke ginjal
serta penurunan laju filtrasi glomerulus, dan gagal ginjal akut. 22 ( lihat gambar 2)
Pada pemakaian jangka panjang seperti pada pemakaian obat analgesik lainnya
( golongan salisilat dll ) dapat menyebabkan nefritis tubulo interstisial yang
disebut nefropati analgesik. Pada nefropati analgesik juga sering terjadi nekrosis
papila.2 Laporan awal mengenai nefropati analgesik adalah pada penggunaan
kombinasi obat analgesik yang mengandung fenasetin, sehingga berakibat
larangan penggunaan obat tersebut. Tetapi ternyata kejadian nefropati analgesik
tetap terjadi meskipun telah diganti dengan obat acetaminofen dan salisilat.
Gejala nefropati analgesik adalah gangguan konsentrasi tubulus, gangguan
asidifikasi dan kadang-kadang disertai kebocoran natrium ( salt loosing ).
Proteinuria ditemukan positif + atau ++ dan piuria steril kadang-kadang disertai
hematuria. Nefropati analgesik bersifat progresif lambat dan dapat berlanjut
menjadi gagal ginjal kronik.
National Kidney Foundation melaporkan bahwa pada penggunaan asetaminofen
yang sekali-sekali pada penyakit demam atau penggunaan salisilat ( aspirin )
dosis rendah pada pencegahan penyakit jantung koroner tidak menyebabkan
nefropati analgesik.23
Pada ibu hamil, endometasin salah satu NSAID tidak boleh diberikan karena
efeknya yang menghambat prostaglandin dapat menyebabkan vasokonstriksi

10
pembuluh darah ginjal dan terjadi oliguria, edema, hiperkalemia dan kadang-
kadang berakibat fatal.24

Fosfolipid

Asam Arakidonat

Siklo-oksigenase

PGG2
PGH2

Prostasiklin PGE2 PGD2 Tromboksan

Vasodilator Vasokonstriktor
Natriuretik Trombotik
Antitrombotik

Gamb 2. Produksi prostanoid


- Siklooksigenase di blok oleh obat NSAID
- PG = Prostaglandin

ACE ( = ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME ) INHIBITOR

ACEI a.l kaptopril, inalapril dll dalam nefrologi sering dipakai untuk obat
antihipertensi dan pada keadaan proteinuria persisten seperti pada sindrom
nefrotik yang sudah tidak mempan dengan kortikosteroid, sitostatika, siklosporin
dipakai untuk mengurangi proteinuria. Meskipun biasanya hasilnya baik, tetapi
pada keadaan hemodinamik yang tidak stabil terutama neonatus dengan
penyakit berat harus berhati-hati karena dapat menimbulkan gagal ginjal akut. 25
Demikian juga pada anak dengan stenosis a. renalis bilateral atau unilateral 26
tetapi dengan ginjal hanya satu ( single kidney ). ACE inhibitor mempunyai efek
vasodilator arteriol eferen, hingga aliran darah di glomerulus menjadi lebih cepat
dan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan pengurangan proteinuria. Pada

11
stenosis arteri renalis unilateral atau pada hipertensi umumnya hal ini dapat
dikompensasi ginjal yang sehat dan memang bersifat sementara. Tetapi pada
stenosis arteri renalis bilateral kompensasi tidak dapat dilakukan hingga terjadi
gagal ginjal akut. Bila obat cepat dihentikan GGA bersifat reversibel.
Pemberian ACE inhibitor merupakan kontraindikasi pada wanita hamil karena
dapat melewati sawar placenta masuk ke tubuh janin dan mengakibatkan janin
pada waktu dilahirkan dapat terjadi anuria yang dapat berakibat kematian. 27
Meskipun jarang ACE inhibitor pernah dilaporkan dapat menyebabkan terjadinya
sindrom nefrotik.

ZAT KONTRAS

Dengan makin banyaknya penggunaan zat kontras pada pemeriksaan radiologik


maka kejadian disfungsi renal makin meningkat. Angka yang pasti mengenai hal
ini sampai saat ini belum ada.
Meskipun Nefrotoksisitas yang terjadi umumnya ringan, tetapi dapat
menimbulkan gagal ginjal akut, yang umumnya bersifat nonuliguria. Peningkatan
kadar kreatinin paling tinggi terjadi pada hari ke 3-5 dan menurun kembali pada
hari ke 10-14. Pada keadaan yang berat, gagal ginjal akut dapat terjadi dalam 24
jam setelah penyuntikan. Perubahan patologi anatomik pada tubulus proksimal
yaitu berupa vakuolisasi sel tubulus, edema interstisial dan nekrosis sel tubulus.
Beberapa faktor berperan dalam kerusakan sel tubulus yaitu : toksisitas sel
tubulus langsung, obstruksi dan iskemia. 28 Zat kontras mengakibatkan terjadinya
presipitasi protein di lumen tubulus seperti protein Tamm Horsfall yang kemudian
menimbulkan obstruksi. 29
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya nefrotoksisitas adalah: dehidrasi,
insufisiensi ginjal sebelumnya, diabetes mellitus dan hyperurisemia. 30
Pencegahan nefropati zat kontras adalah hidrasi yang cukup bila perlu dengan
infus cairan garam fisiologik sebelum dan selama prosedur. Sebaiknya pemberian
zat kontras tidak dikombinasi dengan pemberian obat nefrotoksik lain.
Pemakaian zat kontras jenis yang non ionik dapat mengurangi efek nefrotoksik
tetapi sayangnya harganya lebih mahal. 1
Bila fungsi ginjal normal kemungkinan terjadinya gagal ginjal akut hanya 1 %. 31
Bila fungsi ginjal sudah menurun indikasi pemberian kontras harus betul betul
ketat.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Tune BM, Reznik VM, Mendoza SA. Renal complication of drug
therapy. Dalam : Holliday MA, Barratt TM, Avner ED, penyunting.
Pediatric Nephrology, Edisi ke 3, Baltimore : Williams & Wilkins,
1994:1212-26
2. Chesney RW, Jones DP. Drug nephrotoxicity. Dalam : Barratt TM,
Avner ED, Harmon WE, penyunting. Pediatric Nephrology. Edisi ke 4,
Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins. 1999;1067-78
3. Humes HD, Weinburg JM. Toxic Nephropathies. Dalam: Brenner
BM, Rector FC, penyunting. Philadelphia: WB Saunders Co. 1986; 1491-
532
4. Cafruny EJ, Feinfield DA, Schwartz GJ, Spitzer A. Effects of Drugs,
Toxins and Heavy metals on the Kidney. Dalam: Edelmann CM Jr,
penyunting, Pediatric Kidney Disease, Edisi 2, Boston : Little Brown Co
1992; 1707-26
5. Gordon JA, Gattone YH. Mitochondrial alterations in cisplatin
induced acute renal failure. Am J Physiol 1986;250. E991-F998
6. Safirstein R, Winstorn J, Glodstein M dkk. Cisplatin nephrotoxicity.
Am J Kidney Dis 1986;8:356-67
7. Womer RB, Pritchard J. Barratt TM. Renal toxicity of cisplatin in
children. J Pediatr 1985; 106:659-63
8. Bock PR, Kolioskas DE, Barratt TM dkk. Partial reversibility of
cisplatin nephrotoxicity in children. J Pediatr 1991:118. 531-34
9. Dos Santos OFP, Boim MA, Barros EJG, Schor N. Rule of platelet
activating factor in gentamicin and cisplatin nephrotoxicity.Kidney Int
1991;40:742-47
10. Shure R, Greenberg M, Geary D, Koren G. Ifosfamide-induced
nephrotoxicity in children.Pediatr Nephrol 1992;6:162-65
11. Sturgill BC, Bolton WK. Iatrogenic renal disease. Pathol Ann 1985;
20: 247-79
12. Mendoza SA. Nephrotoxic drugs. Pediatr Nephrol 1988;2: 466-476
13. Hames HD. Aminoglycoside nephrotoxicity. Kidney Int 1988 ; 33:
900-11
14. De Broe ME, Paulus GJ, Verpooten GA dkk. Early effects of
gentamycin, tobramycin and amikacin on the human kidney. Kidney Int
1984; 25: 643-52
15. Hayani KC, Hatzopoulos FK. Frank AL dkk. Pharmacokinetics of
once daily dosing of gentamycin in neonates. J. Pediatr 1997;131:76-80
16. Balfour JA, Bryson HM, Broyden RM dkk. Imipenem/Cilastatin: an
update of its antibacterial activity, pharmacokinetics and therapeutics
eficacy in the treatment of serious infections. Drugs 1996;51:99-136

13
17. Flynn CT, Rainford DJ, Hupe E. Acute renal failure and rifampicin,
danger of unsupected intermittent dosage. Br Med J 1974;2:482
18. Cheng JT, Witty RT, Robinson RR dkk. Amphotherisin B
nephrotoxicity : increased renal resistance and tubular permeability.
Kidney Int 1982;22:626-33

19. Fisher MA, Talbot GH, Meislin G dkk. Risk factors of Amphotericin-B
associated nephrotoxicity. Am J Med 1989;87: 547-52
20. Biancetti MG, Rocult C, Vetliker 077. Acyclovir-induced renal failure:
course and risk factors. Pediatr Nephrol 1991;5:238-239
21. Hoyer PF, Brodell J, Ehrlich JHH dkk. Practical aspects in the use of
cyclosporin in pediatric nephrology. Pediatr Nephrol 1991;5:630-38
22. Seyberth HW, Konhardt A, Tonshoft B dkk. Prostanoids in
paediatric kidney disease. Pediatr Nephrol 1991;5:639-49
23. Palmer BF, Henrich WL. Nephrotoxicity of Non Steroidal
antiinflamatory agents, Analgesics and Angiotensin-Converting enzyme
inhibitors. Dalam: Schrier RW, penyunting. Disease of the Kidney and
Urinary tract. Edisi 7. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.
2001:1189-1209.
24. Veersama D, De Jong PA, Van Wijck Jam. Fetal and neonatal effect
of endometasin. J Obstet Gynecol 1985;153:926-27
25. Tack ED, Periman JM. Renal failure in sick hypertensive premature
infants receiving captopril therapy. J. Pediatr 1988;112:805-10
26. Hricik DE, Browning PJ, Kopelman R dkk. Captopril induced
fungsional renal insufficiency in patients with bilateral renal artery
stenosis or renal artery stenosis in a solitary kidney. N Engl J Med
1983;308:373-76
27. Rothberg AD, Lorentz R. Can captopril cause fetal and neonatal
renal failure ? Pediatr pharmacol 1984;4:189-92
28. Barret BJ. Contrast nephrotoxcity. J Am Soc Nephrol 1994; 5: 125-
37
29. Vari RC, Nata rajan LA, Whitescarver SA dkk. Induction, Prevention
and mechanisms of contrast media induced acute renal failure. Kidney
Int. 1988;33:699-707
30. Postletwaite AE, Kelley WN. Uricosuria effect of radiocontrast
agents. A study in man of four commonly used preparations. Ann Intern
Med 1971;74:845-52
31. Brezis M, Cronin RE. Radiocontrast Media-Induced Acute Renal
Failure. Dalam Schier RW, Penyunting. Diseases of the Kidney and
Urinary tract. Edisi ke 7, Philadelphia: Lippincolt, Williams and Wilkins
2001: 1211-23

14
15

Anda mungkin juga menyukai