Anda di halaman 1dari 21

Arsitektur Mesir Purba

Sepanjang Sejarah Mesir Purba, terbagi dalam 6 jaman – jaman kerajaan, atau kurang lebih 31
dinasti firaun-Firaun. Dan gaya arsitektur yang berkembang di zaman ini tidak memakan waktu
yang singkat tetapi memakan waktu beratus – ratus tahun. Perkembangan arsitektur di peradaban
Mesir Purba tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan dan kepercayaan kaum Mesir Purba.

Budaya dan arsitektur masyarakat

Sebagian Besar masyarakat mesir purba hidup sebagai petani. Karena daratan lembah
sungai Nil memiliki tanah yang subur. Akan tetapi kegiatan bertani ini sangat dipengaruhi oleh
pasang surut air sungai Nil. Disaat musim pasang datang dan mereka tidak bisa memanfaatkan
tanah mereka untuk bertani, maka waktu dan tenaga mereka dipakai untuk membangun di bidang
lain misalnya di bidang arsitektur.

Proyek pembangunan dikelola dan dinai oleh pemerintah untuk kepentingan religious.
Sebagai bentuk peringatan terhadap kekuasaan Firaun. Bangsa Mesir purba sudah mampu
membangun struktur batu dengan peralatan sederhana namun efektif, dengan tingkat akurasi dan
presisi yang tinggi.

Kediaman rumah tinggal mereka terbuat dari tanah liat yang di desain untuk menjaga
udara tetap dingin di siang hari. Bangsa mesir purba sangat menghargai penampilan dan
kebersihan. Jadi dampaknya juga terlihat pada bangunan rumah tinggal mereka yang temboknya
dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang diberi warna.

Kediaman masyarakat baik dari kalangan kaya maupun biasa terbuat dari bahan baku
batu bata dan kayu yang mudah hancur. Oleh karena itu tidak ada satupun peninggalan kediaman
rumah mereka yang terselamatkan. Perbedaannya masyarakan biasa memiliki rumah yang
sederhana sedangkan kaum kaya memiliki kediaman dengan struktur rumit. Seperti istana
dengan hiasan dengan pemandangan yang indah. Sedangkan struktur penting seperti kuil atau
makam dibuat dari batu agar dapat bertahan lama.

Kepercayaan

Kaum Mesir Purba percaya akan kekuatan gaib dan adanya kehidupan setelah kematian.
Kehidupan mereka juga tergantung pada kekuasaan Firaun yang tidak bisa dipisahkan sebagai
manusia, pendeta dan wakil tertinggi. Masyarakat mesir percaya bahwa manusia terdiri dari
bagian fisik dan spiritual. Jadi setelah kematian aspek spiritual mereka akan lepas dari tubuh dan
mencari tubuh fisik mereka dalam bentuk lain seperti patung sebagai tempat terakhir untuk
pulang. Oleh karena itu masyarakat Mesir Purba menyembah patung- patung yang di letakan di
ruang di tengah sebuah kuil atau menyembah patung dirumah mereka.

Patung firaun

Adat pemakaman Mesir purba cukup unik. Karena percaya dengan adanya kehidupan setelah
kematian, mereka mengawetkan tubuh mayat melalui mumifikasi. Dan mayat yang sudah
dimumifikasi diletakkan kedalam sebuah peti berbentuk perahu yang melambangkan eratnya
sungai dengan kehiduoan manusia. Usaha pertama mereka menciptakan sebuah kuburan yaitu
berupa Mastaba.
Bentuk mastaba sederhana. Yaitu terbuat dari tumpukan batu – batu kali atau batu – batu
gunung. Mastaba memiliki struktur persegi panjang dengan atap datar yang dibangun untuk
menutupi ruang bawah tanah untuk menyimpan mayat. Dari bentuk mastaba yang sederhana ini
seiring dengan berjalannya dinasti berkembang menjadi piramida tangga yang tidak lain adalah
tumpukan – tumpukan mastaba. Contoh mastaba yang tertua dan terkenal adalah Mastaba Firaun
Aha dari dinasti ke II yang terletak di Sakhara.

Bentuk mastaba ini semakin lama semakin berkembang dan menjadi bentuk pyramid –
pyramid raksasa yang lebih layak untuk tempat persemayaman seorang Firaun. Dan proses
berkembangnya bentuk mastaba menjadi bentuk pyramid ini memakan waktu yang tidak singkat,
yaitu sampai beratus – ratus tahun.

Pyramid

Terdapat perbedaan pula antara penguburan orang Mesir biasa dan orang Mesir kaya. Orang
mesir kaya biasanya dikuburkan dengan jumlah barang mewah yang lebih banyak. Tradisi
penguburan barang mewah dan barang – barang sebagai bekal almarhum juga berlaku pada
semua tanpa memandang status sosial. Pada permulaan kerajaan baru, Buku kematian disertakan
dalam kuburan mereka bersama dengan patung Shabti, patung yang dipercaya akan membantu
pekerjaan mereka di akhirat. Dan setelah pemakaman, kerabat yang masih hidup diharapkan
untuk sesekali membawa makanan ke dalam makam dan membacakan doa atas nama almarhum.

Bangunan Kuil terbagi dalam 2 type. Yaitu tipe Cult- Temple yang fungsinya sebagai
tempat peribadatan dan pemujaan langsung ke dewa.

Cult- Temple

Dan tipe kedua yaitu Mortuary – temples yang dibangun untuk mengabadikan dan memuja
seorang Firaun yang meninggal.

Mortuary – temples
Bangunan kuil terdiri dari entrance hall yang terdiri dari tiang – tiang, Court atau halaman dalam,
lalu berikutnya alas hypostyle hall baru setelah itu ada ruang suci dan beberapa kapel yang
semuanya dikelilingi oleh dinding tinggi dengan lubang – lubang cahaya dari atas.

Namun semakin lama, peran firaun sebagai perantara spiritual mulai berkurang seiring dengan
munculnya kebiasaan untuk memuja langsung Tuhan, tanpa perantara. Di sisi lain, para imam
mengembangkan system ramalan (oracle) untuk mengomunikasikan langsung keinginan dewa
kepada masyarakat.

Seni

Bangsa Mesir Purba sudah mulai menganal seni. Mulai dari ukiran ukiran juga mengenal
musik dengan instrument musik yang biasa digunakan dalam acara pemakaman.

Selama 3500 tahun seniman mengikuti bentuk artistic dan ikonografi yang dikembangkan
pada masa kerajaan lama. Terdapat aliran ketat yang haru sdiikutin sehingga bentuk aliran ini
tidak mudah berubah dan tidak terpengaruh oleh aliran lain. Standard artistik pada masa itu
antara lain :

· Garis – garis sederhana

· Bentuk, area, warna yang datar mengkombinasi dengan karakteristik figure yang tidak
memiliki kedalaman spasial

· Menciptakan rasa keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya

Perpaduan antara gambar dan tulisan dapat terjalin dengan baik di tembok makam maupun kuil,
peti mati dan patung.

Bahan yang mereka pakai untuk memahat biasanya adalah :

· batu kayu sebagai bahan dasar untuk memahat.

· Cat yang di dapat dari mineral seperti biji (merah dan kuning), bijih perunggu (biru dan
hijau), jelaga, atau arang (hitam) dan batu kapur (putih).

· Cat dapat dicampur dengan gum arab sebagai pengikat dan ditekan.
Ukiran di mastaba ptah hotep

CONTOH KARYA ARSITEKTUR

Piramid Zoser

Ini adalah pyramid besar pertama. Pyramid ini dibangun selama dinasti ke-3, pada periode
dinasti pertama. Arsiteknya yang bernama Imphotep merancang bangunan ini
untuk menjadi makam firaun Zoser (2649-2575 SM). Tinggi bangunan ini mencapai 62 meter.
Piramid Gizeh

Piramida Agung Giza adalah piramida tertua dan terbesar dari tiga piramida yang ada di
Nekropolis Giza dan merupakan satu-satunya bangunan yang masih menjadi bagian dari Tujuh
Keajaiban Dunia. Dipercaya bahwa piramida ini dibangun sebagai makam untuk firaun dinasti
keempat Mesir, Khufu. dan dibangun selama lebih dari 20 tahun dan diperkirakan berlangsung
pada sekitar tahun 2560 SM.. Piramida ini kadang-kadang disebut sebagai Piramida Khufu

Sphinx

Sphinx patung singa berkepala manusia diyakini merupakan kepala Khufu. Memiliki panjang 3
meter dan tinggi 20 meter. Melambangkan watak gagah laksana singa dan kepribadian lembut
laksana manusia.
Obelisk

Obelisk adalah monumen tinggi, ramping bersisi empat yang dimahkotai kemuncak
berbentuk piramida. Obelisk pada masa Mesir purba biasanya terbuat dari monolit atau batu
tunggal. Tang tingginya sekitar 9 sampai 10 kali ukuran bidang dasar dan di keempat sisinya
ditulisi dengan huruf hieroglyph.

Pada dasarnya pembuatan obelisk adalah untuk pemujaan dewa matahari.

Kuil Abu Simbel


Abu Simbel adalah kuil termegah peninggalan Mesir Kuno di masa pemerintahan Firaun
Ramses II pada masa jaman kerajaan baru dan jaman kerajaan Ptolemeus. Dibangun dengan
desain dan konstruksi yang istimewa. Membentang menembus perut bukit, di Sungai Nil. Kuil ini
dibangun pada tahun 1301 SM.

Dominasi Romawi

Potret-potret mumi Fayummelambangkan pertemuan budaya Mesir dengan Romawi.


Mesir menjadi provinsi Kekaisaran Romawi pada tahun 30 SM setelah Augustus berhasil
mengalahkan Mark Antony dan Ratu Cleopatra VII dalam Pertempuran Actium. Romawi sangat
memerlukan gandum dari Mesir, dan legiun Romawi, di bawah kekuasaan praefectus yang
ditunjuk oleh kaisar, memadamkan pemberontakan, memungut pajak yang besar, serta mencegah
serangan bandit.
Meskipun Romawi berlaku lebih kasar daripada Yunani, beberapa tradisi, seperti mumifikasi dan
pemujaan dewa-dewa, tetap berlanjut.Seni potret mumi berkembang, dan beberapa kaisar
Romawi menggambarkan diri mereka sebagai firaun (meskipun tidak sejauh penguasa-penguasa
dinasti Ptolemeus). Pemerintahan lokal diurus dengan gaya Romawi dan tertutup dari gaya Mesir
asli.
Pada pertengahan abad pertama, Kekristenan mulai mengakar di Iskandariyah. Agama tersebut
dipandang sebagai kultus lain yang akan diterima. Akan tetapi, Kekristenan pada akhirnya
dianggap sebagai agama yang ingin menggantikan paganisme dan mengancam tradisi agama
lokal, sehingga muncul penyerangan terhadap orang-orang Kristen. Penyerangan terhadap orang
Kristen memuncak pada masa pembersihan Diokletianus yang dimulai tahun 303. Akan tetapi,
Kristen berhasil menang.Pada tahun 391, kaisar Kristen Theodosius memperkenalkan undang-
undang yang melarang ritus-ritus pagan dan menutup kuil-kuil. Iskandariyah menjadi latar
kerusuhan anti-pagan yang besar.Akibatnya, budaya pagan Mesir terus mengalami kejatuhan.
Meskipun penduduk asli masih mampu menuturkan bahasa mereka, kemampuan untuk
membaca hieroglif terus berkurang karena melemahnya peran pendeta kuil Mesir. Sementara itu,
kuil-kuil dialihfungsikan menjadi gereja, atau ditinggalkan begitu saja.
Administrasi dan perdagangan

Firaun biasanya digambarkan menggunakan simbol kebangsawanan dan kekuasaan.


Firaun adalah raja yang berkuasa penuh atas negara—setidaknya dalam teori—dan memegang
kendali atas semua tanah dan sumber dayanya. Firaun juga merupakan komandan militer
tertinggi dan kepala pemerintahan, yang bergantung pada birokrasi pejabat untuk mengurusi
masalah-masalahnya. Yang bertanggung jawab terhadap masalah administrasi adalah orang
kedua di kerjaan, sang wazir, yang juga berperan sebagai perwakilan raja yang mengkordinir
survey tanah, kas negara, proyek pembangunan, sistem hukum, dan arsip-arsip kerajaan.Di level
regional, kerajaan dibagi menjadi 42 wilayah administratif yang disebut nome, yang masing-
masing dipimpin oleh seorang nomark, yang bertanggung jawab kepada wazir. Kuil menjadi
tulang punggung utama perekonomian yang berperan tidak hanya sebagai pusat pemujaan,
namun juga berperan mengumpulkan dan menyimpan kekayaan negara dalam sebuah sistem
lumbung dan perbendaharaan dengan meredistribusi biji-bijian dan barang-barang lainnya.
Sebagian besar perekonomian diatur secara ketat dari pusat. Bangsa Mesir Kuno belum
mengenal uang koin hingga Periode Akhir sehingga mereka menggunakan sejenis uang barter
berupa karung beras dan beberapa deben (satuan berat yang setara dengan 91 gram) tembaga
atau perak sebagai denominatornya.Pekerja dibayar menggunakan biji-bijian; pekerja kasar
biasanya hanya mendapat 5 karung (200 kg) biji-bijian per bulan sementara mandor bisa
mencapai 7 karung (250 kg) per bulan. Harga tidak berubah di seluruh wilayah negara dan
biasanya dicatat utuk membantu perdagangan; misalnya kaus dihargai 5 deben tembaga
sementara sapi bernilai 140 deben. Pada abad ke 5 sebelum masehi, uang koin mulai dikenal di
Mesir. Awalnya koin digunakan sebagai nilai standar dari logam mulia dibanding sebagai uang
yang sebenarnya; baru beberapa abad kemudian uang koin mulai digunakan sebagai standar
perdagangan.
Status sosial
Masyarakat Mesir Kuno ketika itu sangat terstratifikasi dan status sosial yang dimiliki seseorang
ditampilkan secara terang-terangan. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani, namun
demikian hasil pertanian dimiliki dan dikelolah oleh negara, kuil, atau keluarga ningrat yang
memiliki tanah. Petani juga dikenai pajak tenaga kerja dan dipaksa bekerja membuat irigasi atau
proyek konstruksi menggunakan sistem corvée] Seniman dan pengrajin memunyai status yang
lebih tinggi dari petani, namun mereka juga berada di bawah kendali negara, bekerja di toko-toko
yang terletak di kuil dan dibayar langsung dari kas negara. Juru tulis dan pejabat menempati
strata tertinggi di Mesir Kuno, dan biasa disebut "kelas kilt putih" karena menggunakan linen
berwarna putih yang menandai status mereka. Perbudakan telah dikenal, namun bagaimana
bentuknya belum jelas diketahui.
Mesir Kuno memandang pria dan wanita, dari kelas sosial apa pun kecuali budak, sama di mata
hukum.Baik pria maupun wanita memiliki hak untuk memiliki dan menjual properti, membuat
kontrak, menikah dan bercerai, serta melindungi diri mereka dari perceraian dengan menyetujui
kontrak pernikahan, yang dapat menjatuhkan denda pada pasangannya bila terjadi perceraian.
Dibandingkan bangsa lainnya di Yunani, Roma, dan bahkan tempat-tempat lainnya di dunia,
wanita di Mesir Kuno memiliki kesempatan memilih dan meraih sukses yang lebih luas. Wanita
seperti Hatshepsut dan Celopatra bahkan bisa menjadi firaun. Namun, wanita di Mesir Kuno
tidak dapat mengambil alih urusan administrasi dan jarang yang memiliki pendidikan dari rata-
rata pria ketika itu.

Juru tulis adalah golongan elit dan terdidik. Mereka menghitung pajak, mencatat, dan
bertanggung jawab untuk urusan administrasi.

Sistem hukum
Sistem hukum di Mesir Kuno secara resmi dikepalai oleh firaun yang bertanggung jawab
membuat peraturan, menciptakan keadilan, serta menjaga hukum dan ketentraman, sebuah
konsep yang disebut masyarakat Mesir Kuno sebagai Ma'at. Meskipun belum ada undang-
undang hukum yang ditemukan, dokumen pengadilan menunjukkan bahwa hukum di Mesir
Kuno dibuat berdasarkan pandangan umum tentang apa yang benar dan apa yang salah, serta
menekankan cara untuk membuat kesepakatan dan menyelesaikan konflik.
Dewan sesepuh lokal, yang dikenal dengan nama Kenbet di Kerajaan Baru, bertanggung jawab
mengurus persidangan yang hanya berkaitan dengan permasalahan-permasalahan kecil. Kasus
yang lebih besar termasuk di antaranya pembunuhan, transaksi tanah dalam jumlah besar, dan
pencurian makam diserahkan kepada Kenbet Besar yang dipimpin oleh wazir atau firaun.
Penggugat dan tergugat diharapkan mewakili diri mereka sendiri dan diminta untuk bersumpah
bahwa mereka mengatakan yang sebenarnya.
Dalam beberapa kasus, negara berperan baik sebagai jaksa dan hakim, serta berhak menyiksa
terdakwa dengan pemukulan untuk mendapatkan pengakuan dan nama-nama lain yang bersalah.
Tidak peduli apakah tuduhan itu sepele atau serius, juru tulis pengadilan mendokumentasikan
keluhan, kesaksian, dan putusan kasus untuk referensi pada masa mendatang.
Hukuman untuk kejahatan ringan di antaranya pengenaan denda, pemukulan, mutilasi di bagian
wajah, atau pengasingan, tergantung kepada beratnya pelanggaran. Kejahatan serius seperti
pembunuhan dan perampokan makam dikenakan hukuman mati seperti pemenggalan leher,
penenggelaman, atau penusukan. Hukuman juga bisa dikenakan kepada keluarga
penjahat.[65] Sejak pemerintahan Kerajaan Baru, oracle memiliki peran penting dalam sistem
hukum, baik pidana maupun perdata. Prosedurnya adalah dengan memberikan pertanyaan "ya"
atau "tidak" kepada dewa terkait sebuah isu. Sang dewa, diwakili oleh sejumlah imam, memberi
keputusan dengan memilih salah satu jawaban, melakukan gerakan maju atau mundur, atau
menunjuk pada selembar papirus atau ostracon
Pertanian

Relief yang menggambarkan pertanian di Mesir.


Kondisi geografi yang mendukung dan tanah di tepi sungai Nil yang subur membuat bangsa
Mesir mampu memproduksi banyak makanan, dan menghabiskan lebih banyak waktu dan
sumber daya dalam pencapaian budaya, teknologi, dan artistik. Pengaturan tanah sangat penting
di Mesir Kuno karena pajak dinilai berdasarkan jumlah tanah yang dimiliki seseorang
Pertanian di Mesir sangat bergantung kepada siklus sungai Nil. Bangsa Mesir mengenal tiga
musim: Akhet (banjir), Peret (tanam), dan Shemu(panen). Musim banjir berlangsung dari Juni
hingga September, menumpuk lanau kaya mineral yang ideal untuk pertanian di tepi sungai.
Setelah banjir surut, musim tanam berlangsung dari Oktober hingga Februari. Petani membajak
dan menanam bibit di ladang. Irigasi dibuat dengan parit dan kanal. Mesir hanya mendapat
sedikit hujan, sehingga petani sangat bergantung dengan sungai Nil dalam pengairan
tanaman Dari Maret hingga Mei, petani menggunakan sabit untuk memanen. Selanjutnya, hasil
panen dirontokan untuk memisahkan jerami dari gandum. Proses penampian menghilangkan
sekam dari gandum, lalu gandum ditumbuk menjadi tepung, diseduh untuk membuat bir, atau
disimpian untuk kegunaan lain
Bangsa Mesir menanam gandum emmer dan jelai, serta beberama gandum sereal lain, sebagai
bahan roti dan bir Tanaman-tanaman Flaxditanam dan diambil batangnya sebagai serat. Serat-
serat tersebut dipisahkan dan dipintal menjadi benang, yang selanjutnya digunakan untuk
menenun linen dan membuat pakaian. Papirus ditanam untuk pembuatan kertas. Sayur-sayuran
dan buah-buahan dikembangkan di petak-petak perkebunan, dekat dengan permukiman, dan
berada di permukaan tinggi. Tanaman sayur dan buah tersebut harus diairi dengan tangan. Sayur-
sayuran meliputi bawang perai, bawang putih, melon, squash, kacang, selada, dan tanaman-
tanaman lain. Anggur juga ditanam untuk diolah menjadi wine

Sennedjem membajak ladangnya dengan sepasang lembu, yang dimanfaatkan sebagai hewan
pekerja dan sumber makanan.

Hewan
Bangsa Mesir percaya bahwa hubungan yang seimbang antara manusia dengan hewan
merupakan elemen yang penting dalam susunan kosmos; maka manusia, hewan, dan tumbuhan
diyakini sebagai bagian dari suatu keseluruhan Hewan, baik yang didomestikasimaupun liar,
merupakan sumber spiritualitas, persahabatan, dan rezeki bagi bangsa Mesir Kuno. Sapi adalah
hewan ternak yang paling penting; pemerintah mengumpulkan pajak terhadap hewan ternak
dalam sensus-sensus reguler, dan ukuran ternak melambangkan martabat dan kepentingan
pemiliknya. Selain sapi, bangsa Mesir Kuno menyimpan domba, kambing, dan babi. Unggas
seperti bebek, angsa, dan merpati ditangkap dengan jaring dan dibesarkan di peternakan. Di
peternakan, unggas-unggas tersebut dipaksa makan adonan agar semakin gemuk Sementara itu,
di sungai Nil terdapat sumber daya ikan. Lebah-lebah juga didomestikasi dari masa Kerajaan
Lama, dan hewan tersebut menghasilkan madu dan lilin
Keledai dan lembu digunakan sebagai hewan pekerja. Hewan-hewan tersebut bertugas
membajak ladang dan menginjak-injak bibit ke dalam tanah. Lembu-lembu yang gemuk
dikorbankan dalam ritual persembahan Kuda-kuda dibawa oleh Hyksos pada Periode Menengah
Kedua, sementara unta, meskipun sudah ada sejak periode Kerajaan Baru, tidak digunakan
sebagai hewan pekerja hingga Periode Akhir. Selain itu, terdapat bukti yang menunjukkan
bahwa gajah sempat dimanfaatkan pada Periode Akhir, tetapi akhirnya dibuang karena
kurangnya tanah untuk merumput Anjing, kucing, dan monyet menjadi hewan peliharaan,
sementara hewan-hewan seperti singa yang diimpor dari jantung Afrika merupakan milik
kerajaan. Herodotus mengamati bahwa bangsa Mesir adalah satu-satunya bangsa yang
menyimpan hewan di rumah mereka Selama periode pradinasti dan akhir, pemujaan dewa dalam
bentuk hewan menjadi sangat populer, seperti dewi kucing Bastet dan dewa ibis Thoth, sehingga
hewan-hewan tersebut dibesarkan dalam jumlah besar untuk dikorbankan dalam ritual
Sumber daya alam
Mesir kaya akan batu bangunan dan dekoratif, bijih tembaga dan timah, emas, dan batu-batu
semimulia. Kekayaan itu memungkinkan orang Mesir Kuno untuk membangun monumen,
memahat patung, membuat alat-alat, dan perhiasan Pembalsem menggunakan garam dari Wadi
Natrun untuk mumifikasi, yang juga menjadi sumber gypsum yang diperlukan untuk membuat
plester Batuan yang mengandung bijih besi dapat ditemukan di wadi-wadi gurun timur dan Sinai
yang kondisi alam yang tidak ramah. Membutuhkan ekspedisi besar (biasanya dikontrol negara)
untuk mendapatkan sumber daya alam di sana. Terdapat sebuah tambang emas luas di Nubia,
dan salah satu peta pertama yang ditemukan adalah peta sebuah tambang emas di wilayah
ini. Wadi Hammamat adalah sumber penting granit, greywacke, dan emas. Rijang adalah mineral
yang pertama kali dikumpulkan dan digunakan untuk membuat alat-alat, dan kapak Rijang
adalah potongan awal yang membuktikan adanya habitat manusia di lembah Sungai Nil. Nodul-
nodul mineral secara hati-hati dipipihkan untuk membuat bilah dan kepala panah dengan tingkat
kekerasan dan daya tahan yang sedang, dan ini tetap bertahan bahkan setelah tembaga digunakan
untuk tujuan tersebut
Perdagangan
Orang Mesir kuno berdagang dengan negeri-negeri tetangga untuk memperoleh barang yang
tidak ada di Mesir. Pada masa pra dinasti, mereka berdagang dengan Nubia untuk memperoleh
emas dan dupa. Orang Mesir kuno juga berdagang dengan Palestina, dengan bukti adanya kendi
minyak bergaya Palestina di pemakaman firaun Dinasti Pertama Koloni Mesir di Kanaan selatan
juga berusia sedikit lebih tua dari dinasti pertama Firaun Narmer memproduksi tembikar Mesir
di Kanaan, dan mengekspornya kembali ke Mesir
Paling lambat dari masa Dinasti Kedua, Mesir kuno mendapatkan kayu berkualitas tinggi (yang
tak dapat ditemui di Mesir) dari Byblos. Pada masa Dinasti Kelima, Mesir kuno
dan Punt memperdagangkan emas, damar, eboni, gading, dan binatang liar seperti monyet Mesir
bergantung pada Anatolia untuk memasok persediaan timah dan tembaga (keduanya merupakan
bahan baku untuk membuat perunggu). Orang Mesir kuno juga menghargai batu biru lazuardi,
yang harus diimpor dari Afganistan. Partner dagang Mesir di Laut Tengah meliputi Yunani dan
Kreta, yang menyediakan minyak zaitun (selain barang-barang lainnya Sebagai ganti impor
bahan baku dan barang mewah, Mesir mengekspor gandum, emas, linen, papirus, dan barang-
barang jadi seperti kaca dan benda-benda batu
Perkembangan historis
Bahasa Mesir adalah bahasa Afro-Asiatik yang berhubungan dekat dengan bahasa
Berber dan Semit Bahasa ini memiliki sejarah bahasa terpanjang kedua (setelah Sumeria).
Bahasa Mesir telah ditulis sejak 3200 SM dan sudah dituturkan sejak waktu yang lebih lama.
Fase-fase pada bahasa Mesir Kuno adalah bahasa Mesir Lama, Pertengahan, Akhir, Demotik,
dan Koptik Tulisan Mesir tidak menunjukkan perbedaan dialek sebelum Koptik, tetapi mungkin
dituturkan dalam dilek-dialek regional di sekitar Memphis dan nantinya Thebes
Kesusasteraan
Papirus Edwin Smith(sekitar abad ke-16 SM) yang menggambarkan anatomi dan perawatan
medis.
Tulisan pertama kali ditemukan di lingkungan kerajaan, terutama pada barang-barang di makam
keluarga kerajaan. Pekerjaan menulis biasanya hanya diberikan kepada orang-orang tertentu
yang juga menjalankan institusi Per Ankh atau Rumah Kehidupan, serta perpustakaan (disebut
Rumah Buku), laboratorium, dan observatorium Karya-karya literatur yang terkenal sebagian
ditulis dalam bahasa Mesir Klasik, yang terus digunakan secara bahasa tertulis hingga sekitar
tahun 1300 SM. Bahasa Mesir Akhir mulai digunakan mulai masa Kerajaan Baru sebagaimana
direpresentasikan dalam dokumen administratif Ramses, puisi dan kisah cinta, serta teks-teks
Demotik dan Koptik. Selama periode ini, berkembang tradisi menulis autografi di makam. Genre
ini dikenal sebagai Sebayt (instruksi) dan dikembangkan sebagai usaha untuk menurunkan ajaran
dan tuntunan bangsawan terkenal.
Kisah Sinuhe yang ditulis dalam bahasa Mesir Pertengahan juga dapat dikategorikan sebagai
literatur Mesir klasik Contoh lainnya adalah Instruksi Amenemope yang dianggap sebagai
mahakarya dalam dunia literatur timur tengah Pada masa akhir Kerajaan Baru, Bahasa Mesir
Akhir lebih banyak digunakan untuk menulis seperti yang terlihat pada Cerita
Wenamun dan Instruksi Any. Cerita Wenamun menceritakan kisah tentang bangsawan yang
dirampok dalam perjalanannya untuk membeli cedar dari Lebanon dan perjuangannya kembali
ke Mesir. Sejak 700 SM, cerita naratif dan instruksi, seperti misalnya Instruksi Onchshesonqy,
dan dokumen-dokumen bisnis ditulis dalam bahasa Demotik). Banyak cerita pada masa Yunani-
Romawi juga dalam bahasa Demotik, dan biasanya memiliki setting pada masa-masa ketika
Mesir merdeka di bawah kekuasaan Firaun agung seperti Ramses II.[101]
Kehidupan sehari-hari

Patung yang menggambarkan kegiatan masyarakat kecil Mesir Kuno.


Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani. Kediaman mereka terbuat
dari tanah liat yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap rumah
memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu giling untuk menggiling
tepung dan oven kecil untuk membuat roti Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi
dengan hiasan berupa linen yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi
dengan furnitur sederhana untuk duduk dan tidur
Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai penampilan dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi
di Sungai Nil dan menggunakan sabun yang terbuat dari lemak binatang dan kapur. Laki-laki
bercukur untuk menjaga kebersihan, menggunakan minyak wangi dan salep untuk
mengharumkan dan menyegarkan kulit Pakaian dibuat dengan linen sederhana yang diberi warna
putih, baik wanita maupun pria di kelas yang lebih elit menggunakan wig, perhiasan, dan
kosmetik. Anak-anak tidak mengenakan pakaian hingga mereka dianggap dewasa, pada usia
sekitar 12 tahun, dan pada usia ini laki-laki disunat dan dicukur. Ibu bertanggung jawab menjaga
anaknya, sementara sang ayah bertugas mencari nafkah
Musik dan tarian menjadi hiburan yang paling populer bagi mereka yang mampu membayar
untuk melihatnya. Instrumen yang digunakan antara lain seruling dan harpa, juga instrumen yang
mirip terompet juga digunakan. Pada masa Kerajaan Baru, bangsa Mesir memainkan bel, simbal,
tamborine, dan drum serta mengimpor kecapi dan lira dari Asia Mereka juga menggunakan
sistrum, instrumen musik yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.
Bangsa Mesir Kuno mengenal berbagai macam hiburan, permainan dan musik, salah satunya
adalah Senet, permainan papan yang bidaknya digerakkan dalam urutan acak. Selain itu mereka
juga mengenal mehen. Juggling dan permainan menggunakan bola juga sering dimainkan anak-
anak, juga permainan gulat sebagaimana digambarkan dalam makam Beni Hasan Orang-orang
kaya di Mesir Kuno juga gemar berburu dan berlayar untuk hiburan.
Arsitektur

Kuil Edfu adalah salah satu hasil karya arsitektur bangsa Mesir Kuno.
Karya arsitektur bangsa Mesir Kuno yang paling terkenal antara lain: Piramida Giza dan kuil di
Thebes. Proyek pembangunan dikelola dan didanai oleh pemerintah untuk tujuan religius,
sebagai bentuk peringatan, maupun untuk menunjukkan kekuasaan firaun. Bangsa Mesir Kuno
mampu membangun struktur batu dengan peralatan sederhana namun efektif, dengan tingkat
akurasi dan presisi yang tinggi
Kediaman baik untuk kalangan elit maupun masyarakat biasa dibuat dari bahan yang mudah
hancur seperti batu bata dan kayu, karenanya tidak ada satu pun yang terisa saat ini. Kaum tani
tinggal di rumah sederhana, di sisi lain, rumah kaum elit memiliki struktur yang rumit. Beberapa
istana Kerajaan Baru yang tersisa, seperti yang terletak di Malkata dan Amarna, menunjukkan
tembok dan lantai yang dipenuhi hiasan dengan gambar pemandangan yang indah Struktur
penting seperti kuil atau makam dibuat dengan batu agar dapat bertahan lama.
Kuil-kuil tertua yang tersisa, seperti yang terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup
dengan lembaran atap yang didukung oleh pilar. Pada Kerajaan Baru, arsitek
menambahkan pilon, halaman terbuka, dan ruangan hypostyle; gaya ini bertahan hingga periode
Yunani-Romawi Arsitektur makam tertua yang berhasil ditemukan adalah mastaba, struktur
persegi panjang dengan atap datar yang terbuat dari batu dan bata. Struktur ini biasanya
dibangun untuk menutupi ruang bawah tanah untuk menyimpan mayat
Seni
Patung dada Nefertiti, karya Thutmose, adalah salah satu mahakarya terkenal bangsa Mesir
Kuno.
Bangsa Mesir Kuno memproduksi seni untuk berbagai tujuan. Selama 3500 tahun, seniman
mengikuti bentuk artistik dan ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan Lama. Aliran
ini memiliki prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti, mengakibatkan bentuk aliran ini tidak
mudah berubah dan terpengaruh aliran lain Standar artistik—garis-garis sederhana, bentuk, dan
area warna yang datar dikombinasikan dengan karakteristik figure yang tidak memiliki
kedalaman spasial—menciptakan rasa keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya.
Perpaduan antara teks dan gambar terjalin dengan indah baik di tembok makam dan kuil, peti
mati, maupun patung
Seniman Mesir Kuno dapat menggunakan batu dan kayu sebagai bahan dasar untuk memahat.
Cat didapatkan dari mineral seperti bijih besi (merah dan kuning), bijih perunggu (biru dan
hijau), jelaga atau arang (hitam), dan batu kapur (putih). Cat dapat dicampur dengan gum
arabsebagai pengikat dan ditekan (press), disimpan untuk kemudian diberi air ketika hendak
digunakan Firaun menggunakan relief untuk mencatat kemenangan di pertempuran, dekret
kerajaan, atau peristiwa religius. Pada masa Kerajaan Pertengahan, model kayu atau tanah liat
yang menggambarkan kehidupan sehari-hari menjadi populer untuk ditambahkan di makam.
Sebagai usaha menduplikasi aktivitas hidup di kehidupan setelah kematian, model ini diberi
bentuk buruh, rumah, perahu, bahkan formasi militer
Meskipun bentuknya hampir homogen, pada waktu tertentu gaya karya seni Mesir Kuno
terkadang mengikuti perubahan kultural atau perilaku politik. Setelah invasi Hykos di Periode
Pertengahan Kedua, seni dengan gaya Minoa ditemukan di Avaris.[121] Salah satu contoh
perubahan gaya akibat adanya perubahan politik yang menonjol adalah bentuk artistik yang
dibuat pada masa Amarna: patung-patung disesuaikan dengan gaya pemikiran
religius Akhenaten. Gaya ini, yang dikenal sebagai seni Amarna, langsung diganti dan dibuah ke
bentuk tradisional setelah kematian Akhenaten
Agama dan kepercayaan
Kitab Kematian adalah panduan perjalanan untuk kehidupan setelah kematian.
Kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan adanya kehidupan setelah kematian dipegang secara
turun temurun. Kuil-kuil diisi oleh dewa-dewa yang memiliki kekuatan supernatural dan menjadi
tempat untuk meminta perlindungan, namun dewa-dewa tidak selalu dilihat sebagai sosok yang
baik; orang mesir percaya dewa-dewa perlu diberi sesajen agar tidak mengeluarkan amarah.
Struktur ini dapat berubah, tergantung siapa yang berkuasa ketika itu.

Patung Ka dipercaya dapat menjadi tempat bersemayam bagi mereka yang telah meninggal.
Dewa-dewa disembah dalam sebuah kuil yang dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah
kuil biasanya terdapat patung dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk publik, dan
hanya pada hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan untuk disembah oleh
masyarakat. Masyarakat umum beribadah memuja patung pribadi di rumah masing-masing,
dilengkapi jimat yang dipercaya mampu melindungi dari marabahaya Setelah Kerajaan Baru,
peran firaun sebagai perantara spiritual mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan
untuk memuja langsung tuhan, tanpa perantara. Di sisi lain, para imam mengembangkan sistem
ramalan (oracle) untuk mengkomunikasikan langsung keinginan dewa kepada masyarakat
Masyarakat mesir percaya bahwa setiap manusia terdiri dari bagian fisik dan spiritual. Selain
badan, manusia juga memiliki šwt (bayangan), ba(kepribadian atau jiwa), ka (nyawa), dan
nama Jantung dipercaya sebagai pusat dari pikiran dan emosi. Setelah kematian, aspek spiritual
akan lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka hati, namun mereka membutuhkan tubuh fisik
mereka (atau dapat digantikan dengan patung) sebagai tempat untuk pulang. Tujuan utama
mereka yang meninggal adalah menyatukan kembali ka dan ba dan menjadi "arwah yang
diberkahi." Untuk mencapai kondisi itu, mereka yang mati akan diadili, jantung akan ditimbang
dengan "bulu kejujuran." Jika pahalanya cukup, sang arwah diperbolehkan tetap tinggal di bumi
dalam bentuk spiritual

Makam firaun dipenuhi oleh harta karun dalam jumlah yang sangat besar, salah satunya adalah
topeng emas dari mumi Tutankhamun.

Adat pemakaman
Orang Mesir Kuno mempertahankan seperangkat adat pemakaman yang diyakini sebagai
kebutuhan untuk menjamin keabadian setelah kematian. Berbagai kegiatan dalam adat ini
adalah : proses mengawetkan tubuh melalui mumifikasi, upacara pemakaman, dan penguburan
mayat bersama barang-barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat. Sebelum periode
Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam lubang gurun, cara ini secara alami akan
mengawetkan tubuh mayat melalui proses pengeringan. Kegersangan dan kondisi gurun telah
menjadi keuntungan sepanjang sejarah Mesir Kuno bagi kaum miskin yang tidak mampu
mempersiapkan pemakaman sebagaimana halnya orang kaya. Orang kaya mulai menguburkan
orang mati di kuburan batu, akibatnya mereka memanfaatkan mumifikasi buatan, yaitu dengan
mencabut organ internal, membungkus tubuh menggunakan kain, dan meletakkan mayat ke
dalam sarkofagus berupa batu empat persegi panjang atau peti kayu. Pada permulaan dinasti
keempat, beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara terpisah dalam toples kanopik

Anubis adalah dewa pada zaman mesir kuno yang dikaitkan dengan mumifikasi dan ritual
pemakaman. Pada gambar ini ia sedang mendatangi seorang mumi.
Pada periode Kerajaan Baru, orang Mesir Kuno telah menyempurnakan seni mumifikasi. Teknik
terbaik pengawetan mumi memakan waktu kurang lebih 70 hari lamanya, selama waktu tersebut
secara bertahap dilakukan proses pengeluaran organ internal, pengeluaran otak melalui hidung,
dan pengeringan tubuh menggunakan campuran garam yang disebut natron. Selanjutnya tubuh
dibungkus menggunakan kain, pada setiap lapisan kain tersebut disisipkan jimat pelindung,
mayat kemudian diletakkan pada peti mati yang disebut antropoid. Mumi periode akhir
diletakkan pada laci besar cartonnage yang telah dicat. Praktik pengawetan mayat asli mulai
menurun sejak zaman Ptolemeus dan Romawi, pada zaman ini masyarakat mesir kuno lebih
menitikberatkan pada tampilan luar mumi
Orang kaya Mesir dikuburkan dengan jumlah barang mewah yang lebih banyak. Tradisi
penguburan barang mewah dan barang-barang sebagai bekal almarhum juga berlaku pada semua
masyarakat tanpa memandang status sosial. Pada permulaan Kerajaan Baru, Kitab Kematian ikut
disertakan di kuburan, bersamaan dengan patung shabti yang dipercaya akan membantu
pekerjaan mereka di akhiratSetelah pemakaman, kerabat yang masih hidup diharapkan untuk
sesekali membawa makanan ke makam dan mengucapkan doa atas nama almarhum

Teknologi
Dalam bidang tekonologi, pengobatan, dan matematika, Mesir kuno telah mencapai standar yang
relatif tinggi dan canggih pada masanya. Empirisme tradisional, sebagaimana dibuktikan
oleh Papirus Edwin Smith dan Ebers (c. 1600 SM), ditemukan oleh bangsa Mesir. Bangsa Mesir
kuno juga diketahui menciptakan alfabet dan sistem desimal mereka sendiri.

Salah satu peninggalan Mesir kuno yang bernilai seni tinggi.

Tembikar glasir bening dan kaca


Bahkan sebelum masa keemasan di bawah kekuasaan Kerajaan Lama, bangsa Mesir kuno telah
mampu mengembangkan sebuah material kilap yang dikenal sebagai tembikar glasir bening,
yang dianggap sebagai bahan artifisial yang cukup berharga. Tembikar glasir bening adalah
keramik yang terbuat dari silika, sedikit kapur dan soda, serta bahan pewarna, biasanya
tembaga Tembikar glasir bening digunakan untuk membuat manik-manik, ubin, arca, dan
lainnya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menciptakan tembikar glasir bening,
namun yang sering digunakan adalah menaruh bahan baku yang telah diolah menjadi pasta di
atas tanah liat, kemudian membakarnya. Dengan teknik yang sama, bangsa Mesir kuno juga
dapat memproduksi sebuah pigmen yang dikenal sebagai Egyptian Blue, yang diproduksi dengan
menggabungkan silika, tembaga, kapur dan sebuah alkali seperti natron
Bangsa mesir kuno juga mampu membuat berbagai macam objek dari kaca, namun tidak jelas
apakah mereka mengembangkan teknik itu sendiri atau bukan Tidak diketahui pula apakah
mereka membuat bahan dasar kaca sendiri atau mengimpornya, untuk kemudian dilelehkan dan
dibentuk, namun mereka dipastikan memiliki kemampuan teknis untuk membuat objek dan
menambahkan elemen mikro untuk mengontrol warna dari kaca tersebut. Banyak warna yang
dapat mereka ciptakan, termasuk di antaranya kuning, merah, hijau, biru, ungu, putih, dan
transparan

Anda mungkin juga menyukai