Anda di halaman 1dari 7

EKSISTENSI HUKUM KONDOMINIUM

A. Pengertian Eksistensi Hukum Kondominium

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah


keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan.

Sedangkan menurut Abidin Zaenal (2007:16) eksistensi adalah


suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai
dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya
keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat
kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami
perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada
kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

Menurut Nadia Juli Indrani, eksistensi bisa kita kenal juga dengan
satu kata yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang dimaksud
adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Istilah “
hukuman” merupakan istilah umum dan konvensional yang
mempunyai arti yang luas dan dapat berubah-ubah karena istilah itu
dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut
tidak hanya sering digunakan dalam bidang hukum, tetapi juga dalam
istilah sehari-hari seperti di bidang moral, agama dan lain sebagainya.

Eksistensi dalam tulisan ini juga memiliki arti yang berbeda,


eksistensi yang dimaksud adalah mengenai keberadaan aturan atau
hukum yang mengakibatkan perubahannya suatu hal. Atau seberapa
pentingkah suatu hukum itu diperlukan dalam mengatur kehidupan
masyarakat

B. Pola Khas Pertanda Kehadiran Hukum Kondominium

Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya, bahwa


hukum hukum kondominium adalah hukum yang mengatur perihal
hak milik bersama yang obyeknya meskipun terwujud dalam suatu
persatuan konstruksi namun terbagi-bagi atas bagian-bagian tertentu
yang masing-masingnya dimiliki secara individual oleh pemiliknya
yang bersangkutan secara terpisah dan bebas.
Dari pengertian hukum kondominium di atas sudah terlihat bagi
kita suatu pola khas yang menandakan kehadiran hukum
kondominium sehingga dengan melihat obyek hukum kondominium
saja secara langsung kita sudah dapat mengetahui dan memastikan,
apakah obyek hukum tersebut adalah obyek hukum kondominium
atau bukan.

Pola khas yang menjadi pertanda kehadiran hukum kondominium


dapat dilihat secara langsung pada adanya anasir-anasir dasar hukum
kondominium pada obyek-obyek hukum yang bersangkutan yang
pada intisarinya sebagai berikut

1. Adanya bagian-bagian yang penguasaan hukumnya dapat


dilakukan secara terpisah oleh subyek-subyek hukum yang
berlainnan secara masing-masing secara mandiri, artinya tidak
saling bergantung satu sama lainnya.
2. Tetap adanya bagian-bagian tertentu yang secara:
a. Secara konstruktif merupakan bagian penghubung antar
bagian-bagian yang dapat dikuasai masing-masing secara
terpisah/tersendiri
b. Berstatus hukum sebagai hak milik bersama dari para pemilik
tiap-tiap bagian obyek hukumnya yang bersangkutan.

Demikianlah pola khas kehadiran hukum kondominium itu atas


segala macam obyeknya, baik yang bersifat bendawi maupun yang
bersifat tidak bendawi. Hukum kondominium jelas tidak hanya
berobyek pada bangunan-bangunan apartemen/rumah susun saja.

C. Beberapa Persoalan Yang Perlu Diperhatikan Sehubungan


Dengan Eksistensi Hukum KondominiumYang Berobyek pada
Tanah dan Bangunan
Berkaitan dengan eksistensi hukum kondominium yang berobyek
tanah dan bangunan ada beberapa persoalan yang perlu diperhatikan,
yaitu
1. Gedung/bangunan rumah susun merupakan obyek hukum yang
menonjol dalam hukum kondominium.

Sangat dominannya rumah susun sebagai obyek hukum


kondominium disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut

a. Rumah atau tempat tinggal merupakan hak milik yang paling


berharga bagi setiap orang tanpa kecuali, sehingga keperluan
akan rumah atau tempat tinggal yang layak merupakan
kebutuhan primer bagi semua orang
b. Penduduk di negara manapun di muka bumi ini, termasuk
Indonesia senantiasa jumlahnya berkembang, sedangkan jumlah
tanah atau lahan senantiasa dari waktu ke waktu berkurang.
Sementara kebutuhan akan tempat tinggal senantiasa
meningkatkan, dank arena pembangunan tidak lagi bisa
dilakukan secara horizontal (menggunakan lahan yang luas),
melainkan harus secara vertical (menggunakan lahan yang
kecil), sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.

2. Sistem kondominium dapat diterapkan pada tempat-tempat usaha.

3. Obyek hukum kondominium dapat berupa tanah tanpa bangunan

4. Pelaksanaan dan penerapan hukum kondominium

Penataan yang sebaiknya dilaksanakan bagi jalannya


pelaksanaan hukum kondominium adalah penataan dengan sistem
dekonsentrasi, yang seyogyakan merupakan keserasian antara
sistem sentralisasi dan desentralisasi.

Sistem sentralisasi dalam pelaksanaan dan penerapan hukum


kondominium seyogyanya diterapkan dalam penyeragaman tata
rancang fisik dan dasar tata hukum yang mewujudkan
pembangunan bangunan-bangunan kondominium dalam hal:

a. Pengaturan teknis keadaan structural bangunan yang secara


mutlak harus dipenuhi berikut segenap campuran bahan-bahan
yang harus digunakan agar dapat memenuhi persyaratan
structural dalam usaha perwujudan bangunan yang aman, sehat
dan memadai untuk digunakan serta tahan terhadap berbagai
kemungkinan datangnya sumber bahaya.
Di samping itu, dalam pemenuhan persyaratan kesehatan pemakainya,
suatu bangunan yang akan dimiliki bersama secara
kondominium haruslah memenuhi persyaratan kebersihan dan
ventilasi

b. Pengaturan yuridis perihal tata guna atau cara penggunaan


bangunan kondominium.

Sedangkan sistem desentralisasi dalam pelaksanaan dan


penerapan hukum kondominium seyogyanya diterapkan dengan
maksud sebagai penjamin keserbagunaan dan ketepatgunaan
hukum kondominium itu sendiri dalam memenuhi keperluan hidup
masyarakat demi terwujudnya kesetaraan hukum yang sehat agar
terwujudnya keluwesan hukum di masing-masing wilayah negara
selaras dengan situasi dan kondisi daerah yang bersangkutan
masing-masing, sehingga lebih efisien dan efektif.

Adanya sistem desentralisasi untuk memungkinkan pemerintah


daerah dapat lebih leluasa dalam mengatur berbagai cara
pemenuhan keperluan yang dihadapi oleh wilayahnya
masing-masing dengan lebih efisien dan efektif.

Sistem desentralisasi dari hukum kondominium perlu


dijalankan dalam pengaturan tata guna tanah dan guna bangunan
kondominium yang diselaraskan dengan keadaan tanah dan
keadaan masyarakat di suatu daerah.
EKSISTENSI HUKUM KONDOMINIUM

DIKTAT

Materi Ketiga Mata Kuliah


Kondominium dan Landreform

Oleh​;
Dasman
Dosen Dpk

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SATYAGAMA
JAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai