Laporan Pendahuluan "Marasmus" A. Pengertian: Tin Salurapa'
Laporan Pendahuluan "Marasmus" A. Pengertian: Tin Salurapa'
“MARASMUS”
A. PENGERTIAN
Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang berarti wasting/ merusak.
Marasmus pada umumnya merupakan penyakit pada bayi (dua belas bulan
pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan. Penyakit ini dapat terjadi
karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak
higienis atau sering kena infeksi terutama gastroenteritis. Marasmus berpengaruh
jangka panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki (Almatsier,
2009).
Sedangkan menurut Arisman (2004), marasmus adalah suatu bentuk
malgizi protein energi karena kelaparan, semua unsur diet kurang. Marasmus
terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat, penyakit usus menahun,
kelainan metabolik atau infeksi menahun seperti tuberkulosis.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan marasmus adalah
suatu penyakit malnutrisi energi protein berat akibat dari kurang mendapat
masukan makanan dalam waktu lama yang ditandai dengan penurunan berat
badan dan atropi jaringan tubuh secara bertahap terutama subkutan sehingga anak
tampak lebih tua dengan kulit keriput dan turgor kulit menurun.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orang tua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital (Nelson, 1999).
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat
C. MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada
kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari
bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberapa
waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan
datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan
nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan
sedikit (Nelson, 1999).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
D. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam
keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat
terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002).
A. PENGKAJIAN
1. Penampilan
Muka seorang penderita marasmus menunjukan wajah seorang tua. Anak
terlihat sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian besar lemak
dan otot-ototnya
2. Pengukuran Antopometri
Berat badan menurut usia < 60% dari berat badan normal usianya
3. Perubahan Mental
Anak menangis, juga setelah mendapat makan oleh sebab masih merasa lapar.
Kesadaran yang menurun (apati) terdapat pada penderita marasmus yang berat
4. Kulit
Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan kehilangan banyak
lemak dibawah kulit serta otot-ototnya
5. Rambut Kepala
Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor, adakalanya
tampak rambut yang kering, tipis dan mudah rontok, berserabut, rapuh, pudar,
depigmentasi
6. Lemak Dibawah Kulit
Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang
7. Otot-Otot
Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas, lemas
8. Sistem Neurologis
Lesu, peka rangsang, letargi, apatis
9. Saluran Pencernaan
Penderita marasmus lebih sering menderita diare atau konstipasi
10. Abdomen
Distensi, lembek, menonjol besar, perototan buruk
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status
metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
a. Dapatkan riwayat diet.
Rasional: Untuk mengetahui asupan kalori
b. Dorong orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau
ada disaat makan.
Rasional: Untuk meningkatkan selera makan
Http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-anak
marasmus.html
Http://ads.masbuchin.com/search/askep+asuhan+keperawatan+marasmus
Betz, L & Linda S, 2002, Buku saku peditrik, Alih bahasa monica ester edisi 8,
Jakarta, EGC
Nuchsan .A, 2002, Penatalaksanaan Busung lapar pada balita, Cermin Dunia
Kedokteran no. 134, 2002 : 10-11
Wong, L. D & Whaleys, 2004, Pedoman klinis asuhan keperawatan anak, alih bahasa
monica ester, Jakarta, EGC