SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)
Disusun oleh:
Ahmad Sirayudin
NIM : 10510037
Pembimbing
Dr. H. Muhammad Taufik, M. Ag
NIP : 197106161997031003
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
I. Konsonan
Konsonan Tunggal
ب Bā’ B Be
ت Tā’ T Te
ج Jīm J Je
د Dāl D De
ر Rā’ R Er
س Sin S Es
vi
ط Ṭā’ ṭ Te titik di bawah
غ Gayn G ge
ف Fā’ F ef
ق Qāf Q qi
ك Kāf K ka
ل Lām L el
م Mīm M em
ن Nūn N en
و Wāw W we
Hā’ H ha
ي Yā’ Y Ye
II.
II. Konsonan Rangkap karena tasydĭd ditulis rangkap :
vii
2. Bila diikuti dengan kata sandang 'al' serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
3.Bila ta’ Marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t atau h
IV.
IV. Vokal Pendek
ditulis a
ل
َ ﻌ ﹶﻓ fathah
ditulis fa'ala
ditulis i
ﺭ ﻜ ﹸﺫ kasrah
ditulis żukira
ditulis u
:
ُ >ْ َه.َ dammah
ditulis yażhabu
V.Vokal Panjang
Fathah + alif ditulis ă
1.
*?2Aِ ِه1َ0 ditulis jăhiliyyah
Fathah + alif maqsur ditulis ă
2.
CَDْـFGَ ditulis tansă
Kasrah + ya’ mati ditulis ĭ
3.
ٌJ.ْ 5ِ آَـ ditulis karĭm
Dammah + wawu mati ditulis ŭ
4.
وض5K ditulis furŭḍ
VI.
VI. Vokal Rangkap
Fathah + ya’ mati ditulis ai
1.
ْJ,ُ Fَ 2ْ Lَ ditulis bainakum
Fathah + wawu mati ditulis au
2.
ٌْلMNَ ditulis qaul
VII.
VII. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof
ْJ'ُ Oْ َأَأ ditulis a’antum
ْ ت$? )
ِ ُأ ditulis u’iddat
ْJGُ ْ5َـ,Q
َ ْRSِ 3َ ditulis la’in syakartum
VIII.
VIII. Kata Sandang Alif +Lam
viii
1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al-
نT5U3ا ditulis al-Qur’ăn
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
XI.
XI. Penulisan Kata-
Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Di tulis menurut penulisannya.
وض583ذوي ا ditulis ŜawҐ al-furŭḍ
ix
MOTTO
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sesuai harapan. Dalam proses
penyusunan skripsi di hadapan pembaca ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari
dukungan, masukan, serta kritikan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
perlu sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rektor UIN Sunan Kalijaga. Bapak Dr. H. Syaifan Nur, MA, selaku
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Bapak Dr. H. Zuhri, S.
Ag., M. Ag, selaku Ketua Jurusan Filsafat Agama. Bapak Robby H. Abror,
S. Ag., M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Filsafat Agama.
2. Bapak Dr. H. Muhammad Taufik, M. Ag., sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi. Beliau telah banyak melakukan pengarahan, masukan, dan
kritikan yang cukup berarti sehingga dapat merampungkan skripsi ini.
3. Segenap dosen dan tenaga pengajar jurusan Filsafat Agama, dan seluruh
civitas akademika UIN Sunan Kalijaga yang memberi sumbangsih dalam
proses penulisan skripsi ini serta seluruh karyawan-karyawati di Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
4. Kedua orang tua yang membesarkan dan mendidik saya hingga mampu
menyelesaikan studi. Kepada saudaraku, Danie evin, Fahrizal diaz sosilo.
yang membantu dan memotivasi semangat belajarku.
5. Teman-teman kuliah, kelas, maupun teman diskusi yang tanpa mereka
sadari telah memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Kepada Rohmatul Izzad, Samsul Bahri, H. Usman Akbar, M. Farhat, didit
Nur cahya, Agus Eko cahyono, Nur Kosim, Imam Rifa’i, Fauzan R,
Muhammad Muhdar, Miftah Farid, Zainul badar, Bagas Zuhdi, Abdul
Mukti, Ruslianto, Supriadi, Sabil Ar-Rasyad, Supriadi, Miftahul Huda, M.
Luqmanul Hakim, Lukman Hakim, Imamuddin Ayyub, Supriyatno, Reza,
Duha Ali stani, Ita stani, Dian Sulistina, Dia Intan Timur, Suprapti, Nuri,
xi
Hasriani Mahmud, Ummi Nurhayati, dan masih banyak lagi dan penulis
tak bisa sebut satu persatu disini.
6. Kepada teman-teman KKN angkatan 83 “Bleberan”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan karena
itu penulis mengharap kritik dan saran kepada pembaca sebagai upaya perbaikan.
Akhirnya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya, semoga Allah Swt., menerima sebagai amal soleh. Amin.
Wassalamua’alaikum Wr.Wb.
Ahmad Sirayudin
NIM 10510037
xii
ABSTRAKSI
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dikenal luas di Indonesia
bahkan di belahan dunia lainnya. Kepopuleran ulama yang serba bisa ini,
berangkat dari penerimaan karya-karya cemerlangnya oleh para pembacanya di
seluruh dunia. Hamka tidak hanya masuk dalam satu bidang keilmuan, tetapi
beliau benar-benar mumpuni dalam disiplin ilmu-ilmu lainnya. Maka tak salah
bila, Hamka disebut sebagai ulama, muballigh, pengarang, sastrawan, sejarawan,
dan politikus. Salah satu pemikiran Hamka yang menarik perhatian adalah etika
sosial Hamka.
Beliau tidak menulis buku yang khusus tentang etika sosial itu sendiri,
namun bukan berarti dia tidak memiliki pemikiran etika atau tidak menulis
pemikiran etikanya, Justru di berbagai karya-karyanya pemikiran etikanya
bertebaran dan mudah kita temukan. Berangkat dari hal itu, penulis tertarik untuk
meneliti mengenai bangunan konsep etika sosial Hamka. Dan motivasi lainnya
yang sangat mendesak adalah kondisi sosial yang berkembang pada hari ini.
Perkembangan sosial hari ini banyak mempertontankan kesombongan dan
keegoisan manusia yang akut, sehingga seringkali menimbulkan konflik sosial
yang tidak bisa dipungkiri.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library research
dengan analisis deskriptif. Penulis dalam mengumpulkan data dengan membagi
data primer dan sekunder. Teknik yang digunakan dalam analisa data dalam
penelitian ini adalah dengan cara memahami tesis-tesis dari pemikiran tokoh
bersangkutan, lalu mendeskripsikan dan menafsirkan pemikiran tokoh tersebut.
Dalam analisis pemikiran yang telah dipaparkan juga digunakan analisa historis-
filosofis yang melingkupi pemikiran tersebut, yaitu latar belakang yang
mempengaruhi munculnya pemikiran tersebut sehingga terungkap makna dan
relevansi ketika digunakan untuk mengkaji manusia dan kehidupan sosial pada
umumnya.
xiii
DAFTAR ISI
MOTTO .. .................................................................................................... x
xiv
3. Aktivitas Gerakan Politiknya .......................................................... 22
4. Karya-Karyanya ............................................................................. 23
1. Eudaimonisme ......................................................................... 35
2. Utilitarianisme ......................................................................... 36
3. Deontologis ............................................................................. 36
xv
C. Sumbangan dan Relevansi Etika Sosial Hamka .................................... 64
A. Kesimpulan .................................................................................. 73
B. Saran-saran .................................................................................. 75
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
ini kemudian diikuti gaya hidup manusia yang mulai praktis dan pragmatis.
melakukan segala cara. Perkembangan yang lebih parah lagi, ketika manusia
memungkiri aspek sosial, tetapi lebih mengabdi pada kepentingan dirinya sendiri.
Hal ini yang pada gilirannya memberikan kesempatan terjadinya kejahatan dan
kekejaman antar manusia. Di sini pun berlaku motto hutan rimba: siapa yang kuat
dia yang selamat. Benar saja, hampir tiap hari kita disuguhkan oleh pemandangan
memilukan adanya ketidakadilan pada manusia yang lemah secara fisik maupun
ekonomi. Orang-orang yang kaya hanya berani kepada kaum lemah. Bahkan,
pekerja, mereka hanya diberikan efek dan dampak dari model pembangunan
tersebut. Kemajaun yang katanya sebagai tolak ukur peradaban manusia, tetapi
1
justru segala kemajuan itu mengabaikan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Kondisi seperti ini terus berlangsung dan bergulir tanpa disadari telah
Namun, tujuan yang sebenarnya sudah hampir sama dengan usia kehidupan
manusia itu, terasa lambat dan sulit untuk mewujudkan. Hubungan dan kaitannya
banyak yang perlu dipenuhi, dipatuhi dan diindahkan sebagai rambu-rambu atau
aturan dalam kehidupan, baik itu dalam hubungan horizontal dengan sesama
bangsa. Martabat bangsa yang terkoyak oleh ulah yang tidak bertanggung jawab.
Budaya malu dan keberanian untuk mengakui kesalahan hampir tidak dimiliki
para pelakunya. Kekerasan yang dipicu isu atas nama ras, agama, suku, dan antar
sebagai hiburan. Para pejabat publik dan pemimpin semakin tidak menunjukkan
1
Sayed Husein Nasr, Islam dan Nestapa Manusia Modern, ter. Anas Muhyidin
(Bandung: Pustaka, 1983), hlm.3.
2
Misbah Shoim Haris, Spiritualitas Sosial untuk Mayarakat Beradab, (Yogyakarta:
Barokah Offset, 1999), hlm. v.
2
penderitaan dan kemiskinan rakyat. Hukum sudah tidak menjadi solusi yang
persoalan etika. Ketika manusia tidak lagi mengindahkan etika, maka kehidupan
hari ini sama halnya dengan hutan rimba yang penuh kekejaman dan tanpa
ampun. Oleh sebab itu, krisis kemanusiaan akan terus berlanjut bila persoalan
sebagai basis perbincangan etika, ternyata hari ini hanya menjadi institusi yang
dalam agama, adalah etika. Namun, agama pun jatuh pada formalisme yang
lebih cermat dan hati-hati dalam menentukan dan mengambil sikap untuk
3
Abd. Haris, Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius, (Yogyakarta:
LkiS,2012), hlm. v.
3
Satu hal yang mejadi kebutuhan manusia bahwa setiap keputusan yang
diambil akan dapat membawa kepada suatu perubahan yang lebih baik. Kondisi
yang demikian akan terus membutuhkan sebuah tuntutan nilai dalam masyarakat
yang akan memberi keseimbangan bagi manusia ketika menentukan sikap dalam
setiap keputusan. Salah satu yang utama di sini adalah etika. Sebab dalam lapisan
Satu yang penting, dalam hal ini bahwa manusia sangat membutuhkan
bimbingan tentang konsep etika yang baik guna diterapkan kepada segala aspek
kehidupan manusia. Maka, salah satu pemikir besar mengenai etika adalah
Hamka. Dialah tokoh sentral yang sangat disegani pada masanya hingga hari ini.
Hamka memiliki konsep yang utuh tentang etika. Dia tidak hanya melihat etika
atau masalah tingkah laku manusia dari segi nilai baik dan buruk, yang hanya
dibahas dari sisi agama, filsafat, atau tasawuf saja. Tetapi, dia membahas etika
dengan kedudukan hati nurani secara etis. Maka, pemikiran Hamka tidak cukup
4
argumen religiusnya yang dibangun di atas pondasi tauhid, sehingga konsep etika
kesempurnaan perjalanan hidup itu tidaklah cukup dengan akal saja, tetapi
diturunkan pula syari’at, dikirim dan diutus pula nabi-nabi dan rasul-rasul untuk
seorang muslim bersifat transendental, yakni mencari ridha Allah Swt., untuk
tampak sekali dalam pemikiran etika Hamka, perpaduan serasi antara bangunan
agama yang religius dan filsafat yang rasional. Tidak salah bila pemikiran etika
setelah tauhid. Ini berarti bahwa syariah sebagai komponen terakhir harus
bertumpu pada tauhid dan etika. Tidak boleh syariah dan pelaksanaannya keluar
4
Abd. Haris, Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional Religius, hlm. vi.
5
Abd. Haris, Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional Religius, hlm. vii.
6
Abd. Haris, Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional Religius, hlm. 73.
5
Hamka mengungkapkan bahwa dengan menjalankan perintah agama
dicapai bila manusia mampu menjalankan perintah Tuhan dan mampu menjauhi
segala larangan-Nya. Salah satu cara dengan mengikuti jalan tasawuf, yaitu
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana Relevansi konsep etika sosial Hamka pada kehidupan hari ini?
6
1. Memberikan kontribusi terhadap khazanah filsafat sosial.
D. Telaah Pustaka
sangat jarang. Untuk buku-buku maupun skripsi atau disertasi lumayan banyak
lainnya.
kajian penulis skripsi ini, secara umum antara lain, tesis Moh. Damami berjudul,
positif bagi pemeluknya.7 Dalam tulisan Sukron, berjudul “Etika Sosial dalam
Pandangan Hamka (Telaah Buku Tasawuf Modern)”. Dalam skripsi ini, Sukron
7
Moh. Damami, Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka, (Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru, 2000), hlm. 271.
7
lebih membahas etika sosial Hamka kajiannya pada buku andalan Hamka,
yang dihasilkan Hamka kental dengan nuansa ajaran Islam.9 Ada pula, tulisan
Yunan Yusuf berjudul Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, sebuah buku
Kajian Filsafat dan Tasawuf.11 Selain itu terdapat hasil tulisan Abd. Chair,
mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk, dan mengetahui adanya
kehidupan akhirat.12
dengan kajian penulis sendiri. Beberapa tema di atas tentu memberikan kekhasan
8
Sukron, “Etika Sosial dalam Pandangan Hamka (Telaah Buku Tasawuf Modern)“
Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014.
9
Junus Amir Hamzah, Hamka sebagai Pengarang Roman: Sebuah Stadi Sastra, (Jakarta:
Megabookstore, 1964).
10
Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1990).
11
Muhammad Abduh Almanar, Pemikiran Hamka: Kajian Filsafat dan Tasawuf,
(Jakarta: Prima Aksara,tt).
12
Abd. Chair, Pemikiran Hamka dalam Bidang Akidah, Tasawuf, dan Sosial-Politik,
(Jakarta: tp., 1996).
8
bagi penulis, bahwa tema yang penulis angkat belum banyak diangkat para
pengkaji lainnya. Begitupun dengan metode yang penulis gunakan dalam meneliti
pemikiran Hamka.
E. Kerangka Teori
Etika dapat didefinisikan menjadi tiga bagian13; Pertama, kata “etika” bisa
dipakai dalam arti nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika
berarti juga kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode
etik. Tiga, etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk.
dan benar. Analisis etis cenderung berpusat pada istilah-istilah berikut ini14:
2. Etika dipandang sebagai kata kunci tingkah laku etis, teori etika yang
9
lain yang mesti dihormati dalam pencapaian kebaikan. Teori yang
subjektivisme etis.
bahwa istilah-istilah etika tidak mewakili apapun juga yang objektif. Bagi
F. Metode Penelitian
Secara garis besar metode penelitian terbagi menjadi dua tahap. Pertama,
1. Sumber Data
a. Sumber Primer
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I (Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi UGM,
1984), hlm. 23-24.
10
Buku pokok Hamka antara lain, Revolusi Agama, Mutiara
b. Data Sekunder
11
a. Deskriptif
bersifat substansial.
b. Interpretasi
c. Analisis
d. Explanatory
12
katerangan-keterangan, konsepsi-konsepsi,16 dari pemikiran
pemikiran.
Pendekatan ini menandai suatu usaha dalam penelitian yang mencoba melihat sisi
pemikirannya tetap berdasar pada sejarah hidup sang tokoh. Dengan kata lain,
pertimbangan pendekatan ini mengacu pada karakter dan realitas hidup yang
dihadapi oleh seorang Hamka. Selain itu, beberapa poin pemikirannya dapat
dalamnya.
G. Sistematika Pembahasan
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan, telaah
16
Anton Bakker dan Ahmad Haris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1990), hlm. 65.
13
Bab kedua membahas biografi Hamka yang memuat subbab masa
Bab ketiga membahas etika sosial secara umum. Dalam bahasan ini
memuat subbab pengertian etika sosial, tujuan utama etika sosial, aliran-aliran
etika sosial dan penjelasan dalam bagian ini diakhiri dengan penjelasan bab etika
Bab keempat menguraikan konsep etika sosial Hamka. Dalam bab ini
etika sosialnya. Dalam bab ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian etika
sosial secara teoritis dan konsep etika sosial Hamka secara praktis. Kemudian
Hamka.
berisi kesimpulan serta saran dari penulis berdasarkan pada hasil pembahasan
yang dilakukan selama proses awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
penulis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, etika sosial adalah salah satu bagian etika teoritis yang
bersama. Pernyataan ini berangkat dari suatu tesis, bahwa manusia pada dasarnya
berdampak pada yang lain. Etika sosial bermaksud bagaimana manusia dengan
tanpa konflik dan pertarungan. Tidak bisa dipungkiri, pertengkaran dan persoalan-
persoalan sosial yang berkembang orde ini setidaknya didasari oleh sistem etika
sosial-nya yang rusak. Setiap orang menjadi dirinya sendiri, dan melupakan orang
lain. Dan ini tujuan Hamka membicarakan etika sosial yang menginginkan
adalah, daya akal, daya marah, dan daya syahwat. Ketiga daya ini yang selalu
Namun begitu, manusia juga memiliki kekuatan suara hati yang dapat menuntun
73
Hamka, perbuatan manusia adalah perbuatan yang merdeka. Perbuatan manusia
tauhid. Dengan pandangan, maka konsep etika sosial Hamka merupakan etika
religius, tetapi pada waktu yang sama, etika Hamka dipaparkan secara rasional
dan krtitis sehingga dengan ini, penulis tidak ragu menyebut etika Hamka dengan
etika rasional-religius. Etika Hamka terbagi menjadi dua yaitu, etika teoritis dan
etika terapan. Etika yang pertama menjelaskan tentang konsep teoritis bagaimana
etika yang dapat diterapkan ke segala bidang kehidupan manusia, seperti etika
pemerintahan, ekonomi dan bisnis, etika akademis, etika dokter, etika pengacara,
Hamka dapat ditegaskan bahwa keberadaan corak etika seperti rumusan Hamka
ini perlu diterapkan dalam kehidupan hari ini. Mengingat bangsa Indonesia
dikepung oleh kasus-kasus kriminal dan ketidakadilan terhadap satu dengan yang
lain. Maka etika sosial Hamka sesungguhnya berupaya untuk mencegah dan
menjalankan tuntunan etika sosial yang sejalan dengan cita-cita sosial ajaran
Islam. Sumbangan dan relevansi etika sosial Hamka terdapat dalam istilah etika
sehingga dengan begitu konsep etika sosial Hamka sangat kuat dan bercorak
74
dalam segala dimensi kehidupan manusia. Namun begitu, setidaknya ada dua
B. Saran-Saran
Penelitian ini perlu ditindaklanjuti oleh para ahli, mengingat banyak sekali
tebaran pemikiran Hamka yang belum tuntas dikupas habis, terutama mengenai
konsep etika sosialnya. Hamka tidak menulis satu buku khusus etikanya, namun,
pemikiran etikanya berserakan dalam karya-karyanya yang lain. Bagi penulis, hal
keislaman dari para tokoh muslim di Indonesia, seperti Hamka, terasa sangat
perlu, karena akan menjadi mata rantai pemikiran keislaman yang pada gilirannya
75
DAFTAR PUSTAKA
Bagir, Haidar. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Arasy Mizan, 2005.
Chair, Abd. Pemikiran Hamka dalam Bidang Akidah, Tasawuf, dan Sosial-Politik.
Jakarta: tp., 1996.
76
--------------- Ghirah dan Tantangan terhadap Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas,
1982.
Hamzah, Junus Amir. Hamka sebagai Pengarang Roman: Sebuah Stadi Sastra.
Jakarta: Megabookstore, 1964.
77
Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan,
1987.
Nasr, Sayyed Husain. Islam dan Nestapa Manusia Modern. ter. Anas
Muhyidin.Bandung: Pustaka, 1983.
Rais, M. Amien Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan,
1992.
Sukron. “Etika Sosial dalam Pandangn Hamka (Telaah Buku Tasawuf Modern)“
Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2014.
Suseno, Franz Magnis, (dkk.). Etika Sosial (Buku Panduan Mahasiswa). Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih: Kajian atas Asumsi Dasar,
Paradigma dan Kerangka, Teori Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Belukar,
2004.
78
Tim Penyusun Kamus Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994
Tjahyadi,S.P. Lili. Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant Tentang Etika dan
Imperatif Kategoris. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
79
CURRICULUM VITAE
Nim : 10510037
Kewarganegaraan : WNI
Gol. Darah :A
Berat badan : 70
Status : Pelajar/Mahasiswa
Agama : Islam
No. HP : 08199901945
Email : ahmadsiroj98@yahoo.co.id
Pendidikan
Riwayat Organisasi
80