Anda di halaman 1dari 14

KARYA TULIS ILMIAH

RADIOLOGI
OSTEOCHONDROMA

Oleh:
Leny Alimatul Husna 20190420114

BAGIAN RADIOLOGI
RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah yang berjudul “Osteochondroma” sebagai tugas kepaniteraan klinik
di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya.

Pada kesempatan kali ini, penyusun ingin mengucapkan terima


kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Donny S., Sp.Rad. selaku dokter
pembimbing yang memberi arahan serta masukan kepada penyusun
sehingga penyusun mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dalam penyusunan karya tulis lmiah ini penyusun menyadari


adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki,
sehingga karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi kita
semua. Atas perhatiannya, penyusun mengucapkan terima kasih.

Surabaya, 13 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II OSTEOCHONDROMA................................................................... 2
2.1. Definisi ......................................................................................... 2

2.2. Epidemiologi ................................................................................ 2

2.3. Patofisiologi ................................................................................. 3

2.4. Manifestasi Klinis ........................................................................ 3

2.5. Gambaran Radiologis ................................................................. 4

2.6. Diagnosa Banding ....................................................................... 5

2.7. Komplikasi ................................................................................... 6

2.8. Manajemen ................................................................................... 6

2.9. Prognosis ..................................................................................... 7

BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 8


BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Predileksi osteochondroma ............................................................ 2
Gambar 2.2 Perkembangan osteochondroma dimulai dengan outgrow dari
epyphisiel cartilage (Kumar, 2007)....................................................3
Gambar 2 3 Bentuk lesi A) Lesi osteochondroma tipe pedunculated muncul
dekat dengan proksimal growth plate humerus dekstra, B) Lesi
osteochondroma tipe sessile muncul dari medial korteks diafisis
proksimal humerus dekstra (Greenspan, 2014)...............................4
Gambar 2.4 Perbandingan bentuk lesi A) Myositis Ossificans, B) Juxtacortical
Osteosarcoma, C) Soft Tissue Osteosarcoma D) Juxtacortica
Osteoma, E) Periosteal Chondroma (Greenspan, 2014). .......... 5
Gambar 2.5 Komplikasi osteochondroma A) Terdapat fraktur pada tulang
karena tertekan oleh lesi, B) Penekanan pada pembuluh sarah, C)
Inflamasi pada bursa exosotica (Greenspan, 2014)....................... 6

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Osteochondroma merupakan salah satu jenis tumor jinak tulang


yang paling sering terjadi. Lesi pada osteochondroma yaitu berupa
proyeksi tulang pada permukaan eksternal tulang dengan disertai
cartilage-cap (Greenspan, 2014). Osteochondroma merupakan salah satu
jenis tumor jinak yang sering dan tidak menyebabkan masalah. Lesi ini
secara tidak sengaja ditemukan pada saat imaging dengan tujuan yang
lain (Czerniak, 2016).
Osteochondroma biasanya dialami oleh remaja akhir dan dewasa
muda dengan perbandingan laki-laki maupun perempuan 2:1. Predileksi
yang paling sering adalah daerah metafisis tulang panjang disekitar regio
patella (Greenspan, 2014; Andrew, 2010). Mutasi gen EXT yang
mengkode Exostosin 1 mengakibatkan kondrosit tumbuh pada arah yang
salah. Sehingga menghasilkan bentukan outpouching dari medula dan
korteks tulang yang ditutupi oleh cartilaginous cap (Greenspan, 2014).
Gambaran radiologis dari osteochondoma lesi exostosis memiliki
dua jenis bentuk, yaitu pedunculated (lesi bertangkai yang menjauhi
growth plate) dan sessile (lesi tidak bertangkai) (Greenspan, 2014)..
Karakteristik lesi ini adalah adanya kontinutas dari korteks dan medulla
tulang lesi dengan korteks dan medulla tulang host .Osteochondroma
tidak menimbulkan gejala apapun, dapat menimbulkan nyeri jika lesi
mengenai saraf terdekat dan terjadi fraktur dari lesi itu sendiri (Andrew,
2010).

1
BAB II

OSTEOCHONDROMA

2.1. Definisi
Istilah osteochondroma berasal dari bahasa Yunani kuno (ostoun:
tulang, chondros: tebal, tulang lunak, tulang rawan di daerah antara tulang
rusuk dan pusar, oma: suffix menunjukkan keadaan pertumbuhan massa)
yang berarti pertumbuhan tulang dan tulang rawan (Josphine, 2016).
Osteochondroma disebut juga osteocartilagineous exostosis. Karakteristik
lesi ini berupa proyeksi tulang dengan cartilage-cap pada permukaan
eksternal tulang (Greenspan, 2014).

2.2. Epidemiologi
Osteochondroma merupakan lesi
tulang jinak paling sering terjadi yaitu
sekitar 20%-50% dari semua tumor tulang
jinak dan biasanya didiagnosis pada
dekade ketiga yaitu sekitar usia 10-35
tahun. Perbandingan laki-laki dan
perempuan 2:1. Predileksi yang paling
sering adalah metafisis tulang panjang
terutama pada daerah patella yaitu pada
distal femur dan proksimal tibia proksimal
humerus (Greenspan, 2014). Terkadang
osteochondroma berkembang dari tulang
pelvis, scapula dan costa, dan pada
tempat ini lebih sering tipe sessile. Jarang
terjadi exostosis pada tulang pendek dari
tangan dan kaki (Andrew, 2010).
Gambar 2.1 Predileksi osteochondroma

2
2.3. Patofisiologi
Berdasarkan studi sitogenik mengungkapkan bahwa mutasi pada
gen EXT yang mengkode exostosin 1 menunjukkan adanya neoplastik.
Mutasi gen ini memicu pemrosesan dan akumulasi yang abnormal dari
Heparan Sulphate Proteoglycan (HPSG) pada sitoplasma kondrosit. Hal
ini memicu kehilangan polar organisasi growth plate yang mengkibatkan
kondrosit tumbuh diarah yang salah. Pertumbuhan kondrosit ini akan
berlanjut bersamaan dengan osifikasi endokondral menghasilkan
bentukan outpouching dari medula dan korteks tulang yang ditutupi oleh
cartilaginous cap (Greenspan, 2014).
Osteochondroma hanya berkembang pada tulang yang berasal dari
endochondral yang muncul pada metafisis dekat growth plate tulang
panjang, khususnya tulang sekitar patella, osteochondroma akan berhenti
berkembang ketika pertumbuhan nomal dari skeleton lengkap (Andrew,
2010) .

Gambar 2.2 Perkembangan osteochondroma dimulai dengan


outgrow dari epiphyseal cartilage (Kumar et.al., 2007).
2.4. Manifestasi Klinis
Pada banyak kasus osteochondroma terdeteksi karena
ketidaksengajaan. Osteochondroma tidak memiliki gejala dan pasien
tidak merasakan nyeri. Rasa nyeri timbul biasanya pada saat lesi
menekan saraf dan ketika tungkai dari lesi patah (Andrew, 2010). Adanya
pembekakan yang keras, biasanya terjadi pada durasi yang lama
(Czerniak, 2016).

3
2.5. Gambaran Radiologis
Osteochondroma dapat tumbuh soliter maupun multipel, kira-kira
85% lesi soliter (Czerniak, 2016). Osteochondroma yang multipel atau
multiple hereditary osteochondroma bersifat herediter (autosomal
dominan) (Greenspan, 2014).
Terdapat 2 jenis bentuk lesi (Greenspan, 2014).:
 Pedunculated: Lesi memiliki tangkai yang ramping dan tumbuh
menjauhi growth plate
 Sessile: Lesi tidak memliki tangkai

Gambar 2 3 Bentuk lesi A) Lesi osteochondroma tipe pedunculated


muncul dekat dengan proksimal growth plate humerus
dekstra, B) Lesi osteochondroma tipe sessile muncul dari
medial korteks diafisis proksimal humerus dekstra
(Greenspan, 2014).

Karakteristik lesi yang paling penting adalah korteks dari tulang


host dengan korteks tulang osteochondroma bergabung menjadi satu,
selain itu bagian medulla dari lesi terhubung dengan medulla dari tulang
host. Karakteristik lainnya dari osteochondroma adalah adanya kalsifikasi
pada chondroosseus dari lesi dan cartilaginous cap. Ketebalan dari
cartilagenous cap adalah antara 1-3 mm dan jarang melebihi 1 cm

4
(Greenspan, 2014). Gambaran radiografi cartilage-cap akan terlihat
sebagai area radiolusen (Czerniak, 2016) .

2.6. Diagnosa Banding


Osteochondroma memiliki gambaran lesi yaitu korteks antara
tulang host dan tulang lesi bergabung serta terdapat juga kontinutas
medullary cavity tulang host dengan tulang lesi, gambaran lesi ini
membedakan osteochondroma dengan (Greenspan, 2014) :

 Myositis Ossificans : Bagian perifer lesi padat dan bagian tengah


lusen, terdapat celah yang memisahkan dari korteks tulang host.
 Juxtacortical Osteosarcoma : Bagian perifer lesi lusen dan tengah
padat, tidak ada celah
 Soft Tissue Osteosarcoma : Bagian tengah lesi smudgy densities,
bagian perifer lebih lusen
 Juxtacortical Osteoma :lesi keseluruhan kepadatannya homogen
dan tidak ada celah.
 Periosteal Chondroma : Tipe reaksi periosteal solid butter terdapat
kalsifikasi pada bagian tengan lesi

A B C

D E

Gambar 2.4 Perbandingan bentuk lesi A) Myositis Ossificans, B)


Juxtacortical Osteosarcoma, C) Soft Tissue
Osteosarcoma D) Juxtacortical Osteoma, E) Periosteal
Chondroma (Greenspan, 2014).
5
2.7. Komplikasi
Komplikasi pada osteochondroma adalah (Greenspan, 2014):
 Terdapat penekanan pada pembuluh darah atau saraf
 Terdapat penekanan pada tulang yang berdekatan, terkadang
disertai fraktur pada tulang yang tertekan
 Fraktur pada lesi
 Terdapat inflamasi pada bursa exostotica yang menutupi cartilage
cap
 Lesi dapat berubah menjadi ganas yaitu menjadi condrosarcoma
jika terdapat nyeri (tanpa adanya fraktur, bursitis dan penekanan
pada saraf sekita) dan Growth spurt (setelah maturitas skelet).

A B C

Gambar 2.5 Komplikasi osteochondroma A) Terdapat fraktur pada tulang


karena tertekan oleh lesi, B) Penekanan pada pembuluh darah, C)
Inflamasi pada bursa exostotica (Greenspan, 2014).

2.8. Manajemen
Jika tidak terdapat gejala klinis maka tidak ada terapi pengobatan
pada osteochondroma melainkan hanya memonitoring perkembangan lesi.
Akan tetapi jika terdapat gejala seperti nyeri, karena adanya tekanan pada
saraf atau pembuluh darah dan terjadi fraktur patologis maka indikasi
dilakukan surgical resection (Greenspan, 2014).

6
2.9. Prognosis
Prognosis baik, karena osteochondroma tipe soliter merupakan lesi
jinak dan bisa berhenti tumbuh dengan sendirinya setelah terjadi maturitas
tulang. Osteochondroma dapat secara spontan mengalami regresi. Resiko
tipe soliter osteochondroma berubah menjadi ganas adalah kurang dari
1% (Czerniak, 2016) .

7
BAB III

KESIMPULAN

Osteochondroma disebut juga osteocartilagineous exostosis.


Karakteristik lesi ini berupa proyeksi tulang dengan cartilage-cap pada
permukaan eksternal tulang. Osteochondroma merupakan lesi tulang jinak
paling sering terjadi. Paling sering terjadi pada usia 10-35 tahun dengan
perbandingan laki-laki dengan prempuan 2:1. Predileksi yang paling
sering adalah metafisis tulang panjang terutama pada daerah patella yaitu
pada distal femur dan proksimal tibia proksimal humerus.
Mutasi pada gen EXT yang mengkode exostosin 1 menunjukkan
adanya neoplastik yang memicu proses abnormal dan akumulasi dari
Heparan Sulphate Proteoglycan (HPSG) pada sitoplasma kondrosit
sehingga kehilangan polar organisasi growth plate yang mengkibatkan
kondrosit tumbuh diarah yang salah. Pertumbuhan kondrosit ini akan
berlanjut bersamaan dengan osifikasi endokondral menghasilkan
bentukan outpouching dari medula dan korteks tulang yang ditutupi oleh
cartilaginous cap
Osteochondroma memiliki lesi berupa bentuk exostosis
pedunculated (terdapat tangkai tumbuh menjauhi growth plate), sessile
(lesi tidak bertangkai). Jumlah lesi bisa soliter maupun multipel. Karakter
lesi yang penting adalah korteks dari tulang lesi dengan tulang host
menyatu dan terdapat kontinuitas dari medula tulang lesi dan medula
tulang host.
prognosisnya baik karena lesi dapat berhenti tumbuh dengan
sendirinya setelah terjadi maturitas tulang. Jika terdapat gejala nyeri
karena adanya penekanan pada saraf dan fraktur patologis maka indikasi
surgical resection.

8
BAB IV

PENUTUP

Demikian karya tulis ilmiah dengan judul “Osteochondroma” telah


terselesaikan. Penyusun menyadari atas keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga referat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk
kesempurnaan referat ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna
bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Andrew, Rosenberg. 2010. Bones, Joints, and Soft-Tissue Tumors. In:


Kumar, V., Abbas ,A., Fausto, N., Aster, J., eds. Robbins and Cotran
Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders, an
imprint of Elsevier Inc.
Czerniak, Bogdan. 2016. Benign Cartilage Lesions. In: Dorfman and
Czerniak’s Bone Tumor. 2th ed. Houston: Sauders, an imprint of
Elsevier Inc.
Greenspan, Adam. 2014. Benign Tumors and Tumor-Like Lesion II:
Lesion of Cartilaginous Origin. In: Greenspan, A., Beltran, J.,
Orthopedic Imaging: A Practical Approach. 6th ed. California:
Lippincott Williams & Wilkins (LWW).
Josphine, J., Nixon, N., Priyanka, S., Amrit, R., Seshadri, B., Anusha, K.,
Vasu, R., Ravi, T., Ramakrishnan, M., 2016. An Overview and
Insights into Osteochondroma- A Rare Tumor of Bone and Cartilage.
American Journal of Food Science and Health. 2(5): 129-137.
Kumar, V., Abbas, A., Fausto, N., Mitchell, R., 2007. Bone Tumor. In:
Robbins Basic Patology. 8th ed. Philadelphia: Elsevier-Health
Sciences Division.

10

Anda mungkin juga menyukai