1. PENDAHULUAN
Wanita memasuki usia pubertas ditandai dengan menstruasi. Menstruasi dialami oleh wanita
rutin sebulan sekali. Pada saat menstruasi, wanita mengeluarkan darah karena luruhnya dinding
endometrium, mereka membutuhkan asupan gizi dan nutrisi yang lebih banyak dibanding biasanya
karena keadaan tubuh yang mengeluarkan banyak darah menjadi tidak stabil. Salah satu akibat
apabila kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi adalah anemia.
Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin (HB), hematokrit, dan jumlah
eritrosit di bawah nilai normal. Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di
Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%
penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil
sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-
45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada
remaja putri (Kemenkes RI, 2013). Untuk remaja putri, kadar HB normalnya adalah 12 g/dL
(Proverawati & Asfuah, 2011).
Anemia terbanyak di Indonesia sering disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia sering
terjadi pada remaja karena mereka sedang mengalami masa pubertas maka kebutuhan zat besi
untuk menyeimbangkan perkembangan tubuh semakin besar. Anemia pada remaja dapat
berdampak pada menurunnya produktivitas kerja ataupun kemampuan akademis di sekolah,
karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi. Anemia juga dapat mengganggu pertumbuhan,
sehingga tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan
menurun sehingga mudah terserang penyakit. Anemia juga dapat menyebabkan menurunnya
produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot. Remaja putri sebaiknya menggantikan zat besi
yang hilang bersama darah haid dengan cara mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi.
Studi mengenai remaja SMA anemia di kota Yogjakarta membuktikan bahwa sebagian
besar remaja SMA di kota Yogyakarta terkena anemia akibat kurangnya asupan nutrisi yang
masuk saat menstruasi. Dewasa ini sudah banyak beredar suplemen untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi wanita saat menstruasi yang dijual di apotek terdekat, namun, menurut pengalaman pribadi,
suplemen yang dijual sering kali menimbulkan efek samping yaitu mual dan pusing karena terbuat
dari bahan-bahan kimia yang menimbulkan efek samping pada tubuh. Untuk itu, penulis
bermaksud membuat suplemen anti anemia yang terbuat dari kombinasi daun kelor dan minyak
ikan gabus.
Tanaman kelor merupakan tanaman tropis yang mudah tumbuh di Indonesia. Menurut hasil
penelitian, daun kelor mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, kalsium, kalium, besi dan 4
protein dalam jumlah sangat tinggi yang mudah dicerna oleh tubuh manusia. Tingginya kandungan
zat besi (Fe) pada daun kelor kering ataupun dalam bentuk tepung daun kelor yaitu setara dengan
25 kali lebih tinggi daripada bayam. Berdasarkan hasil penelitian Yulianti (2015) ekstrak daun
kelor baik diberikan pada remaja putri terutama yang mengalami anemia. Ikan gabus memiliki
kadar albumin yang tinggi, dan mudah ditemukan di perairan sungai atau kolam budidaya. Dengan
diproduksinya suplemen ini, diharapkan risiko anemia pada remaja menstruasi menurun dengan
menggunakan suplemen dari bahan alami yang aman dan harganya terjangkau. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan suplemen menstruasi remaja anemia dari minyak
ikan gabus dan daun kelor, mengetahui efektivitas suplemen kombinasi ekstrak daun kelor dengan
ikan gabus terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri anemia saat menstruasi.
2. METODE
Rancangan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh dari suplemen yang terbuat dari daun kelor dan ikan gabus,
dilakukan pengecekan kadar hemoglobin pada sampel. Pengecekan kadar hemoglobin tersebut
menggunakan alat cek hemoglobin digital yang menunjukkan pengukuran g/dL. Waktu
pengecekan kadar hemoglobin dilakukan sebelum pemberian suplemen dan setelah pemberian
suplemen. Setelah itu dilakukan uji anova untuk membandingkan kadar hemoglobin antar
kelompok sampel.
SUPLEMEN
Suplemen dibuat dengan cara membuat permen jelly yang mengandung daun kelor
dan pastel kering dengan isian abon ikan gabus.
Perbandingan Hemoglobin pada Remaja Putri
Responden berasal dari siswi SMA yang beradi di Yogyakarta berjumlah 20 orang dengan
rentang usia 16-17 tahun. Menurut WHO (2001) batas normal kadar hemoglobin wanita > 14
tahun adalah 12 g/dL. Berdasarkan Tabel 1 klasifikasi status kadar hemoglobin dibagi menjadi 4,
normal jika kadar Hb >12g/dL, anemia ringan jika 10-11,9 g/dL, anemia sedang 8-9 g/dL, dan
anmia berat <8 g/dL. Tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum diberi suplemen terdapat 8 orang
yang mengalami anemia ringan, 4 orang mengalami anemia sedang, dan 2 orang mengalami
anemia berat. Kemudian setiap responden mengsumsi suplemen yang terdiri dari 1 permen jelly
dan 1 pastel kering selama 10 hari. Setiap permen jelly mengandung 2 gram daun kelor dan setiap
1 pastel kering terdapat 5 gram abon ikan gabus. Responden kembali melakukan pengecekan Hb
setelah 10 hari mengonsumsi suplemen. Pada Tabel 1 dapat dilihat jumlah responden yang
memiliki Hb normal sebanyak 16, responden yang memiliki anemia ringan sebanyak 4, dan tidak
ada responden yang memiliki anemia sedang maupun anemia berat
8
lahrespon
6
m
4
Ju
2
0
Grafk 4. Perbandingan Kadar Hb Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Remaja Putri
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah remaja putri yang memiliki kadar Hb
normal meningkat, sebelum diberi suplemen berjumlah 6 orang dan setelah diberi suplemen
menjadi 16 orang. Remaja putri yang memiliki anemia ringan, sebelum diberi suplemen berjumlah
8 orang dan setelah diberi suplemen menjadi 4 orang saja. Remaja putri yang memiliki anemia
sedang berjumlah 4 orang sebelum diberi suplemen dan setelah diberi suplemen menjadi tidak ada.
Remaja putri yang memiliki anemia berat berjumlah 2 orang sebelum diberi suplemen dan setelah
diberi suplemen menjadi tidak ada.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan maka dapat disimpulkan
bahwa konsumsi suplemen dari daun kelor dan ikan gabus dapat meningkatkan kadar hemoglobin.
5. SARAN
Buku
Sherwood, L. (2013). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. In Fisiologi Manusia dari Sel
ke Sistem.
Hall, J. E. (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12e). In 2011.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Jurnal
Fifi Luthfiyah, E. l. ( 2011). Serbuk aaun Keelor ememulihkan Keondisi Fisik lizi
Buruk pada Tikus emodel.