Anda di halaman 1dari 8

cara dan petunjuk budidaya

Sunday, June 30, 2013

ASPEK PRODUKSI AGRIBISNIS PERTANIAN

Dalam agribisnis pertanian, aspek produksi perlu mendapatkan perhatian yang lebih dibanding aspek
lain. Ini bukan berarti mengabaikan aspek lain, tetapi semata-mata karena komoditi yang dikelola adalah
tanaman, makhluk hidup, yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan.

Dari tanaman yang ditanam akan dihasilkan produk untuk dijual ke pasar. Dengan demikian, mesin
produksi dalam agribisnis pertanian ini adalah tanaman itu sendiri yang sifatnya sangat berbeda dengan
mesin yang bekerja dengan bahan bakar. Oleh karena itu, penanganan aspek produksi ini harus hati-hati
agar perusahaan dapat berproduksi sesuai dengan rencana. Aspek produksi agribisnis pertanian akan
dibedakan menjadi perencanaan produksi dan pengendalian produksi.

A. Perencanaan Produksi Agribisnis Pertanian

Perencanaan produksi agribisnis pertanian meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha,
perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja.

1. Perencanaan Produk Atau Komoditas

Termasuk dalam perencanaan produk atau komoditas adalah penentuan jenis tanaman dan jumlah
tanaman. Pada dasarnya penentuan jenis tanaman harus memperhatikan faktor agroklimat. Namun, jika
menggunakan rumah kaca, faktor agroklimat dapat dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jenis
tanaman yang akan diusahakan.

Untuk tanaman yang tidak diusahakan dalam rumah kaca, faktor agroklimat harus benar-benar
diperhatikan. Tanaman yang akan diusahakan haruslah tanaman yang sesuai dengan iklim dan keadaan
tanah setempat. Apalagi jika tanaman yang kita pilih sebagai komoditas agribisnis merupakan tanaman
yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit, maka penyesuaian waktu tanam sangat penting
untuk menunjang keberhasilan agribisnis tersebut.
Sebagai contoh, untuk agribisnis bisnis kentang, jika penanamannya dilakukan di dataran rendah atau
menengah, maka produksi yang dihasilkan tidak akan seoptimal jika ditanam di dataran tinggi. Begitu
pula jika agribisnis yang kita pilih adalah cabai hibrida, dan penanaman dilakukan pada musim hujan,
tentu saja biaya pemeliharaan yang akan timbul akan lebih besar dibanding jika menanan cabai hibrida
pada musim kemarau. Hal itu disebabkan serangan penyakit pada musim hujan sangat besar.

Dalam menentukan agribisnis yang akan diusahakan perlu juga diperhatikan masalah pengadaan
bibitnya. Untuk memenuhi kebutuhan bibit, pemerintah dan pihak swasta telah melakukan perbanyakan
berbagai jenis bibit unggul.

Selain merencanakan jenis tanaman, merencanakan jumlah tanaman yang akan ditanam perlu juga
diperhatikan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi kelebihan produk. Sebaiknya
merencanakan jumlah tanaman ini beracuan pada pasar. Jumlah permintaan pasar itulah yang harus
dipenuhi. Dengan cara ini efisiensi produksi akan tercapai dengan baik.

2. Perencanaan lokasi usaha

Secara umum perencanaan lokasi usaha untuk agribisnis pertanian sebaiknya memperhatikan aspek-
aspek sebagai berikut.

a. Aspek teknis-ekonomis

Termasuk dalam aspek ini adalah biaya transportasi, baik dari pusat produksi ke lokasi sumber bahan
baku atau dari pusat produksi ke pasar. Perlu juga dilihat ada tidaknya sarana jalan di tempat tersebut.
Tersedianya sarana jalan yang berfungsi memperlancar transportasi akan menurunkan biaya operasional.
Kelancaran transportasi memang sangat diperlukan karena akan membantu kegiatan pasca panen,
terutama dalam hal pengangkutan hasil produksi.

Ketersediaan tenaga kerja, tingkat upah tenaga kerja, peluang perluasan usaha, harga tanah, serta sarana
penunjang lain, seperti listrik dan air juga harus diperhatikan.

b. Aspek iklim

Aspek iklim diperlukan untuk menentukan jenis agribisnis yang akan diusahakan. Aspek ini meliputi suhu
udara, kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya.
c. Aspek agronomis

Tercakup dalam aspek ini antara lain topografi lahan, jenis dan kondisi tanah, serta sistem drainase.
Aspek iklim dan agronomis sering dijadikan satu menjadi agroklimat. Untuk lebih jelasnya, aspek
agroklimat diuraikan pada materi Pengendalian Produksi.

d. Aspek lingkungan dan sosial budaya masyarakat di sekitar lahan

Aspek ini meliputi dukungan masyarakat di sekitar lahan, penyesuaian diri masyarakat terhadap
modemisasi, pandangan masyarakat terhadap bisnis, ada-tidaknya kerja sama yang saling
menguntungkan, kompetisi dengan pengusaha lain, perilaku pedagang perantara, dan keadaan sosial
ekonomi masyarakat di sekitar lokasi agribisnis.

e. Aspek tata kota

Ada kawasan-kawasan tertentu yang oleh pemerintah dilarang untuk pendirian agribisnis pertanian
dengan alasan tata kota. Di kawasan ini jelas tidak dapat dipilih sebagai lokasi usaha meskipun aspek-
aspek lainnya telah terpenuhi.

3. Perencanaan Standar Kualitas Produk

Agar produk dari agribisnis pertanian yang kita usahakan mampu bersaing di pasar, diperlukan adanya
standar kualitas, terutama produk dengan jangkauan pasar ekspor. Biasanya standar mutu komoditi yang
akan dieskpor telah ditentukan oleh eksportir.

Untuk produk atau komoditas yang berorientas pasar lokal atau nasional, maka standar kualitas produk
disesuaikan dengan permintaan pasar yang ada. Standar produk untuk permintaan supermarket tentu
saja berbeda dengan standar produk untuk permintaan pasar tradisional. Menentukan standar produk
yang tepat akan menghemat biaya operasional agribisnis.

Apa yang terjadi jika banyak pengusaha yang kurang memperhatikan kualitas produk? Yang jelas, pasar
akan dibanjiri oleh produk agribisnis pertanian yang berkualitas rendah. Bisa dipastikan harga suatu
produk akan jatuh. Hanya pengusaha yang pandai menjaga kualitas saja yang bisa bertahan dalam
keadaan seperti ini.
4. Pengadaan tenaga kerja

Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan besar kecilnya usaha itu sendiri. Pengusahaan
agribisnis pertanian yang tidak begitu besar, membutuhkan tenaga kerja yang sedikit dan dapat dipenuhi
oleh anggota keluarga sendiri. Namun, untuk pengusahaan yang besar dan dilakukan secara intensif,
penggunaan tenaga kerja dari luar mutlak diperlukan.

Sebagai contoh, berdasarkan luas lahan yang dimiliki, pengusaha agribisnis pertanian yang mengelola
lahan seluas 2.500-3.000 m2, dapat mempekerjakan 1-2 orang tenaga kerja. Namun, gambaran ini tidak
mengikat. Bagi pengusaha yang sudah maju, kebutuhan tenaga kerjanya dapat lebih besar, dan telah ada
penggolongan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin besar pula biaya yang
diperlukan. Sekitar 34,81% dari seluruh pengeluaran total dihabiskan untuk upah tenaga kerja.

Sebagai gambaran untuk biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja di sektor pertanian, di daerah
Wonosobo Jawa Tengah, adalah Rp 25.000,00 - Rp 35.000,00 per-orang per-hari dengan waktu kerja 8
jam sehari.

B. Pengendalian Produksi Agribisnis Pertanian

Pengendalian produksi terutama ditekankan pada proses produksi tanaman yang akan dibudidayakan.
Proses produksi dalam agribisnis pertanian menyangkut pengetahuan mengenai jenis dan sifat-sifat
tanaman, agroklimat bagi pertumbuhannya, budidaya, serta penanganan pascapanen.

1. Jenis-jenis tanaman

Jenis tanaman yang akan ditentukan dalam agribisnis pertanian harus mempertimbangkan potensi atau
peluang pasar terhadap hasil produksi agribisnis. Jika Anda memiliki peluang pasar yang lebih bagus
dengan harga yang tinggi untuk tomat jenis sayur berarti pilihan utama untuk agribisnis yang akan
diusahakan adalah tomat jenis sayur. Begitu pula untuk agribisnis pertanian yang lain, ada banyak jenis
tanaman yang bisa dijadikan sebagai pilihan, seperti jenis cabai merah keriting, cabai merah besar,
pepaya ukuran besar, pepaya ukuran kecil, dan sebagainya. Pilihan yang tepat dengan menyesuaikan
potensi atau peluang pasar yang ada akan menunjang keberhasilan agribisnis tersebut.

2. Sifat-sifat tanaman
Sifat-sifat tanaman sangat perlu untuk diketahui agar penanganannya, mulai budidaya sampai
pemasarannya, dapat dilakukan dengan baik sehingga penurunan mutu produknya dapat dicegah atau
setidak-tidaknya berkurang. Parameter yang dapat digunakan untuk menentukan sifat-sifat tanaman
yang cocok untuk agribisnis yang akan dijalankan antara lain:

a. Ketergantungan terhadap musim

Apakah tanaman yang akan dibudidayakan dapat ditanam dan dipanen kapan saja atau hanya bisa
dilakukan pada musim-musim tertentu. Misalnya untuk agribisnis tembakau tidak mungkin ditanam pada
awal musim hujan dan dipanen saat akhir musim hujan. Untuk agribisnis buah mangga hanya dapat
dipanen satu kali dalam satu tahun. Jika menanam tomat pada musim kemarau berarti biaya yang
dikeluarkan untuk mengendalikan serangan virus akan lebih besar. Estimasi ketergantungan tanaman
terhadap musim akan membantu membuat perencanaan waktu tanam, pembiayaan atau permodalan,
dan pemanenan.

b. Tingkat perputaran modal

Bagaimana tingkat perputaran modal terhadap agribisnis yang kita usahakan? Menanam jahe tentu saja
memiliki tingkat perputaran modal yang lebih lambat dibanding dengan tomat, karena waktu panen jahe
yang lebih panjang. Untuk tanaman pepaya membutuhkan investasi yang sedikit lebih lambat dibanding
tanaman cabai atau tomat, akan tetapi saat tanaman pepaya sudah memasuki fase panen, maka tingkat
perputaran modalnya lebih cepat dimana pembudidaya bisa mendapatkan penerimaan paling tidak satu
minggu sekali. Dengan mengetahui tingkat perputaran modal, pelaku agribisnis dalam memperkirakan
kemampuan pengembalian modal.

c. Daya tahan hasil produksi pasca panen

Sifat ini merupakan sifat fisik produk agribisnis pertanian. Perlu diketahui apakah produk agribisnis
tersebut mudah rusak oleh kesalahan perlakuan fisik selama pemanenan atau pengangkutan. Jika
produk tersebut mudah rusak, tentu saja penanganan panen dan pasca panen harus hati-hati dan
usahakan untuk mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur) yang sudah dibuat. Jika produk tersebut
tidak mudah rusak, seperti gabah, penanganan tentu saja bisa dilakukan secara tradisional, sejauh tidak
mengakibatkan kerugian yang fatal.

3. Agroklimat
Agroklimat mempunyai arti iklim yang berhubungan dengan kegiatan pertanian. Dalam agribisnis
pertanian, faktor agroklimat sangat menentukan keberhasilan usaha. Memaksa tanaman untuk tumbuh
di daerah dengan agroklimat yang tidak sesuai akan fatal terhadap keberhasilan agribisnis.

Faktor-faktor agroklimat yang perlu diketahui dalam agribisnis pertanian meliputi keadaan tanah/lahan,
ketinggian tempat, suhu, dan curah hujan.

a. Keadaan tanah

Keadaan tanah yang harus disesuaikan dengan jenis tanaman budidaya secara umum adalah jenis tanah
dan tingkat keasaman tanah (pH). Jenis tanah harus diusahakan sesuai dengan jenis tanaman budidaya
dalam kegiatan agribisnis. pH tanah juga haru berada pada kisaran optimal untuk pertumbuhan tanaman
budidaya. Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut pH meter atau
cairan pH tester.

Informasi selengkapnya tentang pH tanah bisa dilihat pada artikel pH Tanah

b. Ketinggian tempat

Ketinggian tempat merupakan salah satu syarat tumbuh jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Jangan
memaksakan untuk menentukan agribisnis pada tanaman yang tidak sesuai dengan ketinggian
tempatnya. Kesalahan menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan ketinggian tempat akan berakibat
fatal terhadap keberhasilan agribisnis.

c. Suhu udara

Suhu udara berkaitan erat dengan ketinggian tempat. Setiap ketinggian tempat naik 100 m, suhu udara
akan turun kurang lebih 0,57°C. Suhu udara yang sesuai tanaman budiaya akan menunjang keberhasilan
agribisnis.

d. Curah hujan

Satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan agribisnis pertanian adalah curah
hujan. Tanaman budidaya yang tidak membutuhkan curah hujan tinggi maka jangan ditanam saat awal
musim hujan. Demikian pula sebaliknya. Jika memaksakan untuk menanam tanaman yang rentan
terhadap curah hujan tinggi dengan pertimbangan peluang harga yang bagus saat panen, maka harus
diperhatikan juga biaya perawatan yang akan meledak mungkin bisa mencapai 200-300 persen.
Data agroklimat suatu daerah bisa diperoleh dari dinas-dinas pertanian setempat.

4. Teknologi Budidaya Dalam Agribisnis Pertanian

Teknologi budidaya untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Penerapan teknologi budidaya yang baik
dan benar menjadi penentu keberhasilan agribisnis pertanian. Walaupun semua komponen sudah
dipersiapkan, tetapi jika teknologi budidaya yang diterapkan tidak benar, maka besar kemungkina
agribisnis pertanian yang kita usahakan akan menemui kegagalan. Oleh karena itu, dalam agribisnis
pertanian mau tidak mau harus menguasai masing-masing teknologi budidaya dari jenis tanaman yang
dibudidayakan.

Sebagai referensi untuk menunjang teknologi budidaya berikut kami sajikan beberapa pilihan teknologi
budidaya mulai dari pengadaan bibit, pemupukan, hingga penanganan hama penyakit yang dapat
mendukung kegiatan agribisnis pertanian :

Budidaya Bawang Merah, Budidaya Buah Naga, Budidaya Cabai, Budidaya Durian, Budidaya Jagung,
Budidaya Jahe, Budidaya Jamur, Budidaya Jeruk, Budidaya Melon, Budidaya Padi, Budidaya Pepaya,
Budidaya Semangka, Budidaya Tanaman Anggrek, Budidaya Tanaman Buah, Budidaya Terong, Budidaya
Tomat.

Petunjuk Aplikasi Pestisida, Hama Penyakit Cengkeh, Hama Penyakit Durian, Hama Penyakit Tanaman
Cabai, Hama Penyakit Tanaman Jagung, Hama Penyakit Tanaman Kentang.

Pupuk Dan Pemupukan, Pupuk Organik, Hormon Tumbuhan atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).

5. Penanganan Pascapanen Hasil Produksi Agribisnis

Penanganan pasca panen merupakan penanganan terhadap hasil produksi agribisnis setelah panen
selesai, atau setelah pemetikan hasil produksi. Pasca panen untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda.
Penanganan pasca panen pada buah tomat dan gabah sangat berbeda jauh. Begitu pula untuk tujuan
pemasaran. Jenis produksi yang sama akan mengalami penanganan pasca panen yang berbeda jika
tujuan pemasarannya berbeda. Untuk pepaya yang dipasarkan ke pasar tradisional akan berbeda
penanganannya dengan pepaya yang dipasarkan ke supermarket atau tujuan ekspor. Penanganan pasca
panen yang tidak benar akan mengurangi nilai jual dari hasil produksi agribisnis pertanian.
Secara umum, penanganan pasca panen meliputi, pembersihan, pemilihan atau sortasi, pengelasan
(grading), penyimpanan, pengepakan dan pengangkutan. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk
menjaga kualitas hasil produksi agribisnis pertanian agar masuk dalam standar kualitas yang telah
disepakati dengan pihak pembeli.

Artikel Terkait :

ASPEK PEMASARAN AGRIBISNIS PERTANIAN

Unknown at 4:53 AM

Share

No comments:

Post a Comment

Home

View web version

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai