Anda di halaman 1dari 6

Winterwind

Chapter 1: 20 April 1998

“Halo, markas? Kau mendengarku?”

“..Ro..er.. ini markas. Pak, kita sudah terhubung kembali dengan Agen Kureo.”

“Agen Kureo, ini Agen Johnson. Jelaskan situasinya.”

“Roger, dimengerti. Pesawat ini dalam perjalanannya menuju Tokyo. Satu jam yang lalu, aku
sudah menangani Wilhelm Karl dan seluruh personelnya. Kunci nuklirnya sudah aman
bersamaku. Namun, 30 menit yang lalu, kapal musuh menyerang pesawat ini dengan
senapan mesin. Sepertinya mereka juga mengaktifkan jammer di dalam pesawat. Sehingga
aku tidak bisa menghubungi markas dan mengalami kerusakan mesin. Kelihatannya, mereka
telah menyadari bahwa aku sudah mengambil alih pesawat ini. Namun, situasi sudah aman
sekarang. Aku telah menghancurkan kapal tersebut. Untuk berikutnya. Aku meminta izin
untuk melakukan pendaratan di pesisir Sapporo karena mesinnya tidak akan bisa bertahan
lebih lama. Bagian bawah pesawat ini pun juga rusak sehingga roda tak berfungsi lagi.
Lukaku cukup parah karena pertarungan tadi.”

“Dimengerti, izin diberikan. Setelah kau menyembuhkan lukamu, segera melapor ke markas
cabang di Osaka. Aku akan memberitahukan ini pada temanmu, Agen Nishio Haruta untuk
menjemputmu. Lanjutkan misi, Agen Kureo.”

“Roger, misi dilanjutkan.” Kureo pun menutup jaringan komunikasinya dan melakukan
crashlanding di pesisir Sapporo.

Setelah mendarat, Kureo pun keluar dari pesawat itu sambil menutup luka tembakan di
perutnya. Ia sedang berjalan menuju desa terdekat dan membawa kunci nuklir yang ia ambil
dari Wilhelm Karl, petinggi the Community fraksi Jerman.

“Wah, wah, wah, siapa jika bukan Kureo. Apa yang dilakukan si Agen Baku Tembak disini?”
“Siapa itu?” ucap Kureo terkejut dan seketika menoleh ke kiri. Disana terdapat sekelompok
pria berjas hitam memakai kacamata hitam sambil memegang AK-47 dan P90 di tangannya.
Satu orang diantara mereka maju ke arahnya dan membuka kacamatanya.

“Siapa aku? Sebenarnya aku bukanlah orang yang harus kamu tahu dalam detik-detik
kedatangan ajalmu.. tapi, yah bolehlah. Namaku Fuhrlandt Karl. Sebenarnya aku sedang
menunggu kakakku di sini, tapi sesuai dugaanku, ternyata dia mati. Tapi lebih baiknya lagi,
bukan hanya kita akan mendapat kunci nuklir itu, kita juga mendapat kesempatan untuk
membunuh agen SUN yang terbaik di sini, kau Kureo..”

“Kau!..” Kureo pun lekas mengeluarkan pistol Colt 1911 dengan sisa amunisinya dan
berlindung di reruntuhan pesawat.

“Ah, baiklah kalian semua, musnahkan dia.”

Kureo mulai menembaki mereka satu per satu. Dengan cepat ia menekan pelatuk pistolnya
dan peluruku pun terlontar ke arah mereka. Kebanyakan dari mereka menggunakan P90,
salah satu tipe SMG yang bisa melontarkan 30 peluru dalam satu detik.

“Swuuush”
Satu pria tumbang, tersisa 17 lagi.

Salah satu dari mereka menembakkan pelurunya ke arah bahu Kureo, dan untung saja,
dengan cepat ia menghindarkan bahunya dari peluru tersebut. Kemudian, Kureo mengoper
pistol yang ada di tangan kanan ke tangan kirinya, mengeluarkan pisau yang ada di
sepatunya dan dengan cepat menusuk leher salah satu dari mereka dan mengambil P90 itu
sementara ia menembaki mereka dengan pistol di tangan kirinya.

“Well, ini mudah saja bagiku, hahaha.” Kureo tertawa.

Kemudian Kureo membuang pistolnya yang sudah kehabisan amunisi dan mulai menembaki
mereka dengan P90 yang ia pegang. Kureo merupakan agen yang sangat handal dalam
menggunakan SMG.
Swaang. “Headshot”
Kureo berhasil menembak 14 kepala mereka.

“Wah, siapa namamu tadi? Fuhrlandt ya.. Lihat sekelilingmu, apa masih ada yang berdiri?”

Di padang pertempuran itu, sekarang hanya tinggal Fuhrlandt dan Kureo. Mereka berdiri
berhadapan satu sama lain. Mata mereka saling berhadapan sambil menunggu aksi yang
akan dilakukan berikutnya.

“Sekarang, ada kata-kata terakhir?” Kureo mengangkat P90nya dengan perlahan. Bajunya
yang berlumuran darah seolah menunjukan bahwa “Yah, sampai sini saja.” Sambil
menunggu kata-kata terucap dari mulut Fuhrlandt, tangan Kureo kokoh menghadapkan
senjata apinya ke kepala Fuhrlandt.

“Wah kelihatannya kau menikmati situasi ini, Agen Kureo… Namun… itu semua tidak akan
bertahan lama... Crow, selesaikan ini.”

“Apa?” Kureo pun keheranan. Apa yang ia maksud?!

“Swuush”

Satu peluru, itu saja yang diperlukan. Peluru itu dilontarkan oleh seorang penembak jitu
yang mengawasi Kureo dari perbukitan. Tubuh Agen Kureo terlempar ke tanah. Di kepalanya
terdapat lubang yang beberapa saat yang lalu tidak ada. Kini Agen Kureo sudah tidak
bernyawa.

“Selamat tinggal, Agen Kureo” Kemudian Fuhrlandt mengambil kunci nuklir yang ada di saku
Kureo.

“Halo, saudaraku. Aku sudah mendapat kuncinya. Kau tetaplah di sana dan lakukan
tugasmu. Awasi saja pergerakan Johnson. Tidak lama lagi kita akan memberikan revolusi
besar pada dunia ini.”
Fuhrlandt menutup ponselnya dan pergi meninggalkan mayat Kureo.
Beberapa saat kemudian helikopter Agen Nishio datang. Dengan sangat keheranan, Nishio
turun dari helikopternya dan menginjak medan bekas pertempuran yang berserakan mayat.

Apa yang terjadi disini? Bukankah markas memerintahkanku supaya menjemput Agen Kureo
disini? Siapa yang baru saja bertempur di sini?

Waktu serasa berhenti sejenak, ketika Nishio melihat mayat Kureo di depannya. Sambil
berusaha menerima kenyataan keras bahwa sahabat terbaiknya berada di depannya dan
sudah tak bernyawa, Nishio menjatuhkan kedua lututnya ke tanah dan air mata mulai
terlinang di matanya.

“Oi, ini tidak benar kan? Kureo… Kureo…” ia terdiam sejenak.


“KUREOOOO!!!!” Nishio tidak bisa menahan kesedihan atas kematian sahabat terbaiknya.

“Halo, ini markas pusat. Agen Johnson berbicara. Agen Nishio, situasi.” Suara Agen Johnson
di radio berbunyi di dalam saku jas Agen Nishio.

“Roger, i…ini Agen Nishio… Keadaan saat ini sangat buruk. Kami menemukan… Agen Kureo
sudah tidak.. bernyawa…”

“Apa?! Agen Kureo meninggal? Bagaimana bisa?!” Agen Johnson sangat kaget dan heran.

“Kepalanya ditembak. Kelihatannya, ini ulah sniper musuh. Kunci nuklirnya pun juga telah
dirampas oleh musuh. Tampaknya, misi kita kali ini gagal.”

“Sial! Kenapa...” Kemarahan dan kesedihan Agen Johnson tidak dapat ia tahan lagi.

“Baiklah Agen Nishio, kami akan mengirimkan helikopter ke lokasimu. Bawa jasad Agen
Kureo kembali. Kita tidak boleh membuat kelurganya tahu akan alasan kematiannya. Katakan
bahwa ia meninggal karena kecelakaan. Aku memercayakan tugas ini padamu, karena kaulah
yang dekat dengan Nanaka, Nishio.”

“Baik... Dimengerti, Agen Johnson.”


Agen Nishio hanya tertunduk di depan mayat Agen Kureo. Matanya seperti menunjukan
keputusasaan dan kesedihan mendalam dalam dirinya. Ia terus menyalahkan dirinya atas
kematian sahabat terbaiknya.

Seandainya aku bisa tiba lebih cepat, tidak akan seperti ini pada akhirnya. Kini apa yang
harus kukatakan pada Nanaka, Morishima, dan Akira… Kureo, maafkan aku….

Tidak lama kemudian, suara gemuruh helikopter terdengar. Lima helikopter mendarat di
pesisir penuh mayat itu. Sekelompok orang keluar dari sana sambil membawa kantong
mayat. Agen Kureo, seorang pahlawan tanpa nama; pahlawan dalam bayangan, pada
tanggal 20 April 1998 telah gugur dalam bertugas.

The End of Chapter 1

Chapter 2 : 2 Juni 2010

Namaku Morishima Fujisaki. Aku berusia

Anda mungkin juga menyukai