Askep Katarak
Askep Katarak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
ASKEP KATARAK
2.1 Definisi
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya
akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk.
2000).
2.2 Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-
rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada
bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
- Faktor keturunan.
- Gangguan pertumbuhan,
- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
2.3 Klasifikasi
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan
perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak
kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak
kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai berusia
1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan
serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam
kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut sebagai
leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis
bandingnya seperti retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer,
dan miopia tinggi di samping katarak sendiri.
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa masih muda dah
berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear.
Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulan untuk mencegah ambliopia eks-anopsia. Pasca
-bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi afakia.
Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke dalam development
cataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat – serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya katarak
juvenil merupakan bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
- Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda. Kekeruhan dapat dimulai
dari perifer kortek atau sekitar nucleus.
- Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak mulainya terjadi kekeruhan
sampai matur dibutuhkan waktu beberapa tahun.
Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan dengan proses ketuaan yang
terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nucleus dengan
berkembangnya lapisan kortek lensa.
Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat
terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada decade 4 yang dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a) Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar perifer dan daerah jernih
diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada
permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris (shadow test) akan negatif.
b) Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal. Tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini
terjadi hydras korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini
akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan
lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur dimana terjadi
kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium intumesen. Shadow test pada keadaan ini
positif.
c) Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi
melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi
normal kembali. Kekeruhan lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris
shadow negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler (Tehnik Lama).
d) Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui
kapsul lensa.
a. Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan menipis disebut Shrunken
katarak
b. Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami perubahan, akibatnya
nucleus jatuh disebut Morganian katarak. Operasi pada saat ini kurang menguntungkan karena lebih
mudah terjadi komplikasi.
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Besar Iensa
Normal
Lebih besar
Normal
Kecil
Cairan lensa
Normal
8ertambah
Normal
Berkurang
(air masuk)
(air + masa
Lensa ke luar)
Iris
Normal
Terdarong
Normal
Trcmulans
Bilik mata depan depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Penyulit
--
Glaukoma
-
' Uveitis
' Glaukoma
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul
anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan setelah mata tenang akibat trauma tersebut.
Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya.
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh
memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-).
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju,
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona
sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior
dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas
pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut
halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi
paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
2.6 WOC
Trauma
Densitas
Degeneratif
Keruh
Perubahan fisik & kimia dalam protein lensa
Keruh
Katarak
koagulasi
Kurang Informasi
MK I : Kurang pengetahuan
MK : Cemas/ Ansietas
Proses Inflamasi
Pembedahan
Luka Post OP
kekuningan
Infeksi Virus
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien
melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah
20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau
bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop
digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Tekhnik yang umum dilakukan adalah
ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan
kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut.
Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder.
Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa
dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi
lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
1) Hilangnya Vitreous.
Jika kopsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik
anterior, yang merupakan risiko terjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan
pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi).
2) Prolaps Iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pascaoperasi dini. Terlihat sebagai
daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.
3) Endoftalmitis
Komplikasi inefektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi (kurang dari 0,3%). Pasien
datang dengan :
Macula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai hilangnya Vitreous. Dapat sembuh
seiring waktu namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
6) Ablatio retina
Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada beberapa bulan setelah
pembedahan ketika sel epitel bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan
mungkin didapatkan rasa silau.
8) Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan dapat lepas dalam
beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang
dengan pengangkatan jahitan.
- Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada waktu operasi sehingga hari berikutnya pupil
menjadi miosis. Miosis ini dapat terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya sinekia
posterior.
- Midirasis : dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intra okuler (glaucoma)
- Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi (korpus viterius keluar).
2.11 PENGOBATAN SESUDAH OPERASI KATARAK :
- Kacamata, diberikan bila tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang lebih sesudah 1,5 bulan post
op), sudah tidak ada perubahan refraksi (3 x refraksi tiap minggu).
- Lensa Kontak :
Penglihatan lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi katarak unilateral (satu mata).
- Implan ini memasukkan ke dalam mata pada saat operasi, menggantikan lensa yang diambil
(ECCE).
- Letaknya permanen
Kerugian :
1. Pengkajian
- Identitas
Usia, pada pasien dengan katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil
terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata
sebelumnya.
- Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.
- Neurosensori
Penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak).
- Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
2. Pemeriksaan Diagnostik
- Snellen chart: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan
refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
- Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
- Keratometri.
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan (pandangan kabur).
2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.
Post operasi
4. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan (pandangan kabur).
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
Intervensi
R/ mengetahui tingkat keparahan gangguna pengelihatan. Semakin matang katarak, maka pengelihatan
akan semakin kabur.
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi
2) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama, mmengangkat benda berat,
mengejan saat defekasi.
R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan intra okuler dapat mem[engaruhi
hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
Tujuan/kriteria evaluasi:
- Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat
dapat diatasi.
Intervensi
1)Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang tindak pembedahan dan efek sampingnya
R/ menurunkan ansietas karena kurang pengetahuan dan memberikan pilihan informasi tentang
pengobatan.
2) Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
3) Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan
Post operasi
Kriteria hasil:
- VAS 1-5
Intervensi
3) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama, mmengangkat benda berat,
mengejan saat defekasi.
R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan intra okuler dapat mem[engaruhi
hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan
penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.
Intervensi
2) Informasikan tekhnik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar tissue tiap kali
usapan dang anti balutan
R/ protein membantu mempercepat penyembuhan luka post operasi dan mengganti sel yang rusak
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi
4) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesarkurang lebih
25%
- Bila memakai sepatu jangan membungkuk akan tetapi angkat kaki ke atas
Hal yang tidak boleh dilakukan setelah pembedahan di rumah : (Ilyas, 2004)
- Jangan menggosok gigi pada minggu pertama dan coba mencuci mulut saja.