Anda di halaman 1dari 20

ASKEP KATARAK

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

ASKEP KATARAK

2.1 Definisi

Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya
akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk.
2000).

2.2 Etiologi

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-
rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada
bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.

Penyebab katarak lainnya meliputi :

- Faktor keturunan.

- Cacat bawaan sejak lahir.

- Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

- Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.

- Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)

- Gangguan pertumbuhan,

- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

- Rokok dan Alkohol


- Operasi mata sebelumnya.

- Trauma (kecelakaan) pada mata.

- Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

2.3 Klasifikasi

Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

2.3.1 Katarak Kongenital:

Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan
perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak
kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak
kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai berusia
1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan
serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam
kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen.

Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut sebagai
leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis
bandingnya seperti retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer,
dan miopia tinggi di samping katarak sendiri.

Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa masih muda dah
berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear.
Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulan untuk mencegah ambliopia eks-anopsia. Pasca
-bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi afakia.

2.3.2 Katarak Juvenil :

Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke dalam development
cataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat – serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya katarak
juvenil merupakan bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.

2.3.3 Katarak Senil:

- Paling sering dijumpai


- Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai umur 40 tahun

- Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda. Kekeruhan dapat dimulai
dari perifer kortek atau sekitar nucleus.

- Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak mulainya terjadi kekeruhan
sampai matur dibutuhkan waktu beberapa tahun.

- Reaksi pupil terhadap cahaya normal.

Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan dengan proses ketuaan yang
terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nucleus dengan
berkembangnya lapisan kortek lensa.

Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat
terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada decade 4 yang dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.

a) Katarak insipien

Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar perifer dan daerah jernih
diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada
permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan.

Pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris (shadow test) akan negatif.

b) Katarak imatur

Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal. Tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini
terjadi hydras korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini
akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan
lebih sempit.

Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur dimana terjadi
kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium intumesen. Shadow test pada keadaan ini
positif.

c) Katarak matur

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi
melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi
normal kembali. Kekeruhan lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris
shadow negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler (Tehnik Lama).

d) Katarak hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui
kapsul lensa.

Dapat terjadi 2 kemungkinan :

a. Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan menipis disebut Shrunken
katarak

b. Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami perubahan, akibatnya
nucleus jatuh disebut Morganian katarak. Operasi pada saat ini kurang menguntungkan karena lebih
mudah terjadi komplikasi.

Tabel Perbedaan stadium katarak senil

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan
Sebagian

Seluruh

Masif

Besar Iensa

Normal

Lebih besar

Normal

Kecil

Cairan lensa

Normal

8ertambah

Normal

Berkurang
(air masuk)

(air + masa

Lensa ke luar)

Iris

Normal

Terdarong

Normal

Trcmulans
Bilik mata depan depan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut bilik mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Penyulit

--

Glaukoma

-
' Uveitis

' Glaukoma

2.3.4 Katarak Trauma:

Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul
anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan setelah mata tenang akibat trauma tersebut.
Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya.

2.4 Manifestasi Klinik Katarak

Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh
memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-).

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

- Peka terhadap sinar atau cahaya.

- Dapat melihat dobel pada satu mata.

- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.


- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

2.5 Patofisiologi Katarak

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju,
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona
sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior
dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas
pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut
halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
disertai influks air ke dalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.

Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi
paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

2.6 WOC

Trauma

Kompresi sentral (serat)

Densitas

Degeneratif

Keruh
Perubahan fisik & kimia dalam protein lensa

Keruh

Katarak

koagulasi

Kurang Informasi

MK I : Kurang pengetahuan

MK : Cemas/ Ansietas

Perawatan Kurang Optimal

Gangguan rasa nyaman nyeri

MK : Gangguan Persepsi Sensori

MK: Risiko tinggi terjadinya Infeksi

Proses Inflamasi

Pembedahan

Perubahan serabut lensa

Luka Post OP

Perubahan warna nucleus mnjd cokelat

kekuningan
Infeksi Virus

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Katarak

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.

2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.

3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 - 25 mmHg)

4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma

6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.

7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

8. EKG, kolesterol serum, lipid

9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

2.8 Pengobatan Katarak

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien
melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah
20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau
bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.

Ada 2 macam teknik pembedahan :

2.8.1 Ekstraksi katarak intrakapsuler


Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Dengan tekhnik ekstraksi katarak
intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat
dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn.

2.8.2 Ekstraksi katarak ekstrakapsuler

Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop
digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Tekhnik yang umum dilakukan adalah
ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan
kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut.
Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder.

Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa
dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi
lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.

2.9 Komplikasi pembedahan katarak

(James, Bruce et al, 2003)

1) Hilangnya Vitreous.

Jika kopsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik
anterior, yang merupakan risiko terjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan
pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi).

2) Prolaps Iris

Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pascaoperasi dini. Terlihat sebagai
daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.

3) Endoftalmitis

Komplikasi inefektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi (kurang dari 0,3%). Pasien
datang dengan :

- Mata merah terasa nyeri

- Penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah pembedahan

- Pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion)

4) Astigmatisme pasca operasi


Ini dilakukan sebelum melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan
tetes mata steroid dihentikan.

5) Edema macular sistoid

Macula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai hilangnya Vitreous. Dapat sembuh
seiring waktu namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.

6) Ablatio retina

Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.

7) Opasifikasi kapsul posterior

Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada beberapa bulan setelah
pembedahan ketika sel epitel bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan
mungkin didapatkan rasa silau.

8) Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan dapat lepas dalam
beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang
dengan pengangkatan jahitan.

2.10 Evaluasi sesudah operasi katarak :

1) Perdarahan dibilik mata depan (hifema).

2) Kamera okuli anterior jernih/keruh :

Bila mata depan keruh (flare/sel positif)

- Bilik mata depan keruh (flare /sel positif)

- Mungkin sampai terjadi pengendapan pus di bilik mata depan (hipopion).

- Iris miossi disertai sinekia postrior

3) Perhatikan pupil miosis/midriasis/normal :

- Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada waktu operasi sehingga hari berikutnya pupil
menjadi miosis. Miosis ini dapat terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya sinekia
posterior.

- Midirasis : dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intra okuler (glaucoma)

- Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi (korpus viterius keluar).
2.11 PENGOBATAN SESUDAH OPERASI KATARAK :

Setelah operasi dapat diberi :

- Kacamata, diberikan bila tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang lebih sesudah 1,5 bulan post
op), sudah tidak ada perubahan refraksi (3 x refraksi tiap minggu).

- Lensa Kontak :

Penglihatan lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi katarak unilateral (satu mata).

- Inolan Lensa Intra Okuli (IOL) :

- Implan ini memasukkan ke dalam mata pada saat operasi, menggantikan lensa yang diambil
(ECCE).

- Letaknya permanen

- Tidak memerlukan perawatan.

- Visus lebih baik daripada kacamata / lensa kontak.

Kerugian :

- Merupakan benda asing, kemungkinan bereaksi/ditolak oleh tubuh.

- Tehnik operasi lebih sukar/canggih.

Konsep Asuhan Keperawatan Katarak

1. Pengkajian

- Identitas

Usia, pada pasien dengan katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil
terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.

- Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan terjadi penurunan ketajaman penglihatan.

- Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata
sebelumnya.

- Aktifitas istirahat

Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.

- Neurosensori

Penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak).

- Nyeri / kenyamanan

Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.

2. Pemeriksaan Diagnostik

- Snellen chart: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan
refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.

- Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.

- Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)

- Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.

- Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

- EKG, kolesterol serum, lipid

- Tes toleransi glukosa : kontrol DM

- Keratometri.

3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi

1) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan (pandangan kabur).

2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.

3) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan

Post operasi

1) Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pengangkatan katarak)

3) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan


sensori/status organ indera.

4. Intervensi Keperawatan

Pre operasi

1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan (pandangan kabur).

Tujuan :

Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap perubahan.

Kriteria Hasil :

- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Intervensi

1) Jelaskan pada pasien penyebab terganggunya pengelihatan

R/ pengetahuan yang memadai memungkinkan pasien kooperatif

2) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya

R/ memudahkan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

3) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien


R/ menurunkan bahaya sehubungan dengan perubahan penglihatan

4) Observasi derajat gangguan pengelihatan

R/ mengetahui tingkat keparahan gangguna pengelihatan. Semakin matang katarak, maka pengelihatan
akan semakin kabur.

2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.

Tujuan :

Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.

Kriteria Hasil :

Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi

1) Berikan informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.

R/ meningkatkan pemahaman pasien tentang katarak

2) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama, mmengangkat benda berat,
mengejan saat defekasi.

R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan intra okuler dapat mem[engaruhi
hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.

3) Tunjukkan tekhnik yang tepat pemberian obat tetes mata.

R/ meningkatkan keefektifan pengobatan.

4) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan

Tujuan/kriteria evaluasi:

- Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.

- Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat
dapat diatasi.

- Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan.

Intervensi

1)Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang tindak pembedahan dan efek sampingnya
R/ menurunkan ansietas karena kurang pengetahuan dan memberikan pilihan informasi tentang
pengobatan.

2) Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.

R/ meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif

3) Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan

R/ mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan

Post operasi

1. Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan

Tujuan : nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil:

- Ekpresi wajah tenang

- VAS 1-5

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi

1) Ajarkan pada pasien tekhnik relaksasi

R/ tekhnik relaksasi membantu mengurangi nyeri

2) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic

R/ analgesic menghambat transmisi nyeri

3) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama, mmengangkat benda berat,
mengejan saat defekasi.

R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan intra okuler dapat mem[engaruhi
hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.

4) Observasi tanda-tanda vital

R/ peningkatan tekanan darah dan takikardi mengindikasikan peningkatan nyeri


2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pengangkatan katarak).

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan
penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.

Intervensi

1) Jelaskan pada pasien tanda-tanda infeksi

R/ pengetahuan yang memadai memungkinkan pasien kooperatif

2) Informasikan tekhnik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar tissue tiap kali
usapan dang anti balutan

R/ tekhnik aseptic menurunkan resiko penyebarab bakteri dan kontaminasi silang

3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic

R/ antibiotic bersifat bakteriostatik

4) Berikan diet tinggi kalori tinggi protein

R/ protein membantu mempercepat penyembuhan luka post operasi dan mengganti sel yang rusak

5) Obeservasi tanda-tanda infeksi

R/ peningkatan suhu dan nadi menunjukkan terjadinya infeksi

3. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan


sensori/status organ indera.

Tujuan:

Kriteria hasil:

- Meningkatkan ketajaman pengelihatan dalam batas situasi individu

- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Intervensi

1) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya

R/ memudahkan pasien dalam memenuhi kebutuhan seharu-hari

2) Letakkan barang yang dibutuhkan di dekat pasien

R/ memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah.

3) Pendekatan dari sisi yang tak di operasi


R/ memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung

4) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesarkurang lebih
25%

R/ perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung


pengelihatan/meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.

Hal yang boleh dilakukan pembedahan di rumah setelah : (Ilyas, 2004)

- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

- Pakai penutup mata seperti yang dinasihatkan

- Melakukan pekerjaan hanya pekerjaan tidak berat

- Bila memakai sepatu jangan membungkuk akan tetapi angkat kaki ke atas

Hal yang tidak boleh dilakukan setelah pembedahan di rumah : (Ilyas, 2004)

- Jangan menggosok mata

- Jangan bungkuk terlalu dalam

- Jangan menggendong yang berat

- Jangan membaca berlebihan dari biasanya

- Jangan mengejan keras sewaktu buang air besar

- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

- Jangan menggosok gigi pada minggu pertama dan coba mencuci mulut saja.

Anda mungkin juga menyukai