Vitamin D memiliki pengaruh dalam regulasi metabolisme, penyerapan kalsium dan fosfor dari kesehatan tulang. Namun tidak menutup kemungkinan terjadinya hypervitaminosis D yang disebabkan bila dosis farmakologis dari vitamin D dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama atau dosis yang tinggi. Pada jumlah vitamin D yang rendah, usus kecil dapat mengabsorbsi sekitar 10%-15% kalsium. Namun ketika memadai, absorbsi kalsium meningkat menjadi sekitar 30%-40%. Sehingga kadar vitamin D yang rendah dapat terjadi penyerapan kalsium yang cukup, yang berguna selain untuk kesehatan tulang juga metabolisme. Tingkat vitamin D yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan absorbsi kalsium di usus berdasarkan “diagnostic cut-Offs of level of serum 25[OH]D” yaitu 54-90 ng/mL bagi negara tropis. Dinyatakan kekurangan dalam kadar <20, dan dinyatakan kelebihan dalam kadar 20-32 nm/mL. Adapun kadar yang dinyatakan kelebihan bila >100 ng/mL serta dinyatakan memabukan dalam kadar >150 ng/mL. Vitamin D terbagi menjadi dua jenis berbeda yaitu vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D2 merupakan molekul 28-karbon yang berasal dari ergosterol (komponen dari membrane sel jamur), sedangkan vitamin D3 adalah 27-karbon yang berasa dari kolesterol. Dalam metabolismenya vitamin D (D2 dan D3) dari kulit dan menjalani dua hydroxylations berurutan : pertama di hati (25[OH]D) dan kemudian dalam ginjal, menyebabkan biologis aktif bentuk 1,25- dihydroxyvitamin D (1.25[OH]2D). Beberapa vitamin D yang tersedia secara komersial digunakan dalam bentuk suplemen. Dua suplemen yang biasa digunakan adalah ergocalciferol (vitamin D2) dan cholecalciferol (vitamin D3). Beberapa studi, tetapi tidak semuanya menunjukan bahwa vitamin D3 meningkatkan serum 25[OH] D lebih efisien daripada vitamin D2. Namun pengobatan untuk kebanyakan studi ditemukan D2 menjadi kurang efektif daripada D3, sedangkan dalam studi menemukan mereka sama sama-efektif, dengan jumlah harian 400-2000 IU. Calcon calcidiol (25-OHD) sebagai indicator Calcon calcidiol (25-OHD) merupakan indicator terbaik untuk vitamin D berupa asupan kulit dan diet serta bentuk beredarnya vitamin D. Adapun penyebab utama kekurangan vitamin D yaitu : sintesis kulit berkurang ( tabir surya, pigment kulit/kusam, penuaan cystic fibrosis, penyakit celiac), penyerapan menurun (bypass lambung, obat-obat yang megurangi penyerapan kolesterol), peningkatan penyerapan (obesitas BMI>30) peningkatan katabolisme (anti-convulsant, glukokorikoid), menyusui (eksklusif tanpa vitamin D), penurunan sintesis dari 25-hydroxyvitamin D (gagal hati), hilangnya kemih meningkat dari 25-hydroxyvitamin D (proteinuria nefrotik), penurunan sintesis dari 1,25-hydoxyvitamin D ( gagal ginjal kronis), kelainan bawaan ( resistensi vitamin D). Pada pasien kekurangan gizi (25OHD <50 nmol/L) memerlukan pengobatan awal dengan 50.000 unit vitamin D2 atau vitamin D3 secara oral 1x /minggu selama 6-8 minggu, selanjutnya 800-1000 IU vitamin D3 berikutnya. Cholecalciferol intamuskular (300.000 IU) dalan satu atau dua dosis per tahun juga dapat dijadikan sebagai pilihan untuk meningkatkan serum 25OHD. Sedangkan untuk pasien dengan daya serap normal untuk setiap 40 IU/hari (1mg/hari) serum 25 (OH)D konsentrasi meningkat sekitar 0,3-0,4 ng/mL (0,7-1,0 nmol/L). Semua pasien harus menjaga asupan kalsium harian setidaknya 1.000 mg (usia 31-50 tahun) 1200 mg (usia 51 dan lebih ) per hari. Di negara – negara malabsoptive, dosis oral dan durasi pengobatan tergantung pada daya serap absorbsi vitamin D individu. Dosis tinggi vitamin D (10.000 – 50.000 IU / hari) mungkin dibutuhkan untuk pasien gastrektomi atau malabsorbsi. Pasien yang tidak cukup pada dosis tersebut perlu ditindak dengan hydroxylated metabolit vitamin D, karena lebih mudah diserap tubuh dibandingkan dengan paparan matahari saat berjemur. Toksisitas vitamin D Vitamin D sebagai vitamin yang larut dalam lemak menimbulkan kekhawatiran mengenai toksisitas dari suplemen yang berlebihan. Gejala awal dari toksisitas vitamin D termasuk gangguan gastrointestinal seperti anoreksia, diare, sembelit, mual dan muntah, nyeri tulang, mengantuk, sakit kepala terus menerus, denyut jantung tidak teratur, kehilangan nafsu makan, nyeri otot dan sendi gejala lain yang mungkin muncul dalam beberapa hari atau minggu, sering buang air kecil terutama pada malam hari, rasa haus yang berlebihan, letih, gugup dan gatal gatal, batu ginjal. Jumlah radiasi UVB diperlukan untuk vitamin D tercukupi dapat dihitung dari jumlah vitamin D yang dihasilkan dari satu minimal erythemal dosis (EMD) atau 10.000 – 25.000 IU vitamin D. MED dapat diartikan sebagai jumlah waktu yang diperlukan untuk menyebabkan kulit menjadi merah muda. Lamanya waktu bervariasi sesuai dengan lokasi geografis, pigment kulit, persen lemak tubuh, dan usia. Paparan berlebih terhadap sinar matahari tidak akan menyebabkan vitamin D mengalami toksisitas karena sinar matahari merusak kelebihan vitamin D. Hipersensitivitas terhadap vitamin D Hipersensitivitas vitamin D sering keliru terhadap toksisitas vitamin D, yang paling umum yaitu hiperparatiroidisme pimer. Penyakit granulomatosa seperti sarcoidosis, TB granulomatosa dan beberapa kanker juga menyebabkan hiperensitivitas vitamin D, sebagai granuloma atau tumor dapat membuat jumlah yang berlebihan dari calcitriol, sehingga meningkatkan kadar kalsium serum.