Anda di halaman 1dari 45

SEKEDAR TENTANG SLIPFORMING (ACUAN GESER) PADA

PELAKSANA

PENGECORAN BETON

Pendahuluan

Dewasa ini didalam pelaksanaan pembangunan fisik (bangunan sarana produksi,


sarana pelayanan dsb) khususnya pada Negara berkembang, akan diharapkan pada
pengadaan dana yang disesuaikan pada skala prioritas, maka hal ini secara langsung akan
mcmpengaruhi pula dalam mengambil salah satu pilihan putusan yang tepat dan
berorientasi pada dana yang ada tingkat kemajuan teknik dan metode aplikasi yang cukup
diandalkan dalam menunjang penyelesaian suatu bangunan, dan perlu kita angkat jempol
misalnya: pemakaian CM (contrition Management), teknologi beton yang disesuaikan
dalam jenis dan sifat bangunan, dan metode pelaksanaan.

Dalam hal ini penulis akan mengambil salah satu penghambat adalah dari segi
pelaksanaan pembangunan. Segi pelaksanaan akan .... Mengait metode dan jenis peralatan
yang digunakan.

Khususnya dalam pelasanaan pekerjaan pada bangunan tinggi yang ebrbentuk


persegi empat, lonjong maupun bundar, dan khususnya pada 2 hal terakhir ini dalam
pelaksanaan selalu akan dihadapkan pada rumitnya pelaksanaan dari bentuk acuan yang
akan dirakit, yang mengkait pula segi dana dan waktu seefektifmungkin akan terlampaui.

Maka pengembangan dan pemakaian dari berbagai perpaduaan bahan dasar, dan
metode aplikasi akan membuahkan hasil yang optimal baik ditinjau dari segi teknik
pelaksanaan, waktu dan dana. Era dalam pelaksanaan pengecoran silo (bangunan
penyimpan material, bangunan tinggi lainnya, mulailah dipikirkan dan diambil langkah
tindakan lanjutnya untuk diterapkan pemakaian metode baru. Misal: metode slipforming
atau acuan geser adalah suatu cara pengecoran beton pada bentuk yang diinginkan dengan
melakukan penggeseran acuan keatas atau kesamping melalui adonan beton yang baru
saja dituangkan, metode ini nampaknya masih sedikit digunakan di Indonesia dalam
pelaksanaan pekerjaan. Metode ini sangat tepat digunakna oleh para pelaksana bangunan
untuk mempercepat pengecoran beton.

Dalam kenyataannya memang ada pula segi positifyang menonjol dalam


penggunaan cara slipfoming ini ialah:
1. Waktu atau tempo pelasanaan sangat cepat
2. Hasil pengecoran cukup rapi dan simetris
3. Keselamatan kerja pekerja lebih terjamin
4. Dalam beberapa kondisi tertentu, biaya pada pelaksanaan lebih rendah

Pelaksanaan

Sebelum pelaksanaan ada satu hal yang perlu diketahui yaitu bagian konstruksi
slipforming work yang penting serta kegunaannya. Dalam pelaksanaan pengecoran silo
ini digunakan metode Slipforming atau acuan geser, adalah suatu cara pengecoran beton
dengan melakukan penggeseran acuan keatas atau kesamping melewati adonan beton
yang baru saja dicor. Metode ini nampaknya masih belum lama dikenal di Indonesia,
tetapi di luarnegeri sudah sejak puluhan tahun yang lalu cara ini digunakan oleh
pelaksana untuk mempercepat pelaksanaan pengecoran.
Dalam kenyataan memang ada segi positif yang menonjol dalam penggunaan cara
slipforming ini, ialah :
- Ternpo pelaksanaan sangat cepat
- Hasil pengecoran cukup rapid an simetris
- Keselamatan kerja pekerja lebih tcrjamin
- Dalam beberapa kondisi tertentu, biaya pada pelaksanaan Iebih rendah.

Sebelum pelaksanaan ada suatu hal Yang perlu diketahui, yaitu bagian-bagian kontruksi
Slipform Work yang penting ialah :

1. Sheathing
Dinding penahan adonan yang terdiri atas papan atau pelat baja dengan ukuran tinggi
antara 3,5' sampai 5' dan umumnya 4'. Sheating bisa dibuat dari kayu atau pelat baja.
Sheating plat baja lebih awet dalam pemakaian dan menimbulkan gesekan yang lebih
kecil.
2. Waler atau Rib
Merupakan balok kayu antara 4" x 6" atau 4" x 8", bisa juga digunakan profil-profil
baja yang dipasang mendatar, yang fungsinya ialah:
- Menahan Sheathing agar tetap pada posisinya
- Menahan Working Platform
- Menahan Scaffold
- Memindahkan gaya angkat dari Yoke ke sistim Slipform.
3. Yoke
Adalah suatu kontnlksi yang terdiri atas bagian mendatar yang dilewati Jack Rod dan
bagian tegak atau Toke Leg, dimana mencmpel Waler dan Sheating. Adapun fungsinya
adalah:
- Memindahkan gaya angkat dari Jack Rod ke kontruksi Waler
- Menahan Sheathing atau Waler pada posisinya sebagai pengganti Tie Rod.
4. Scaffold
Adalah batang-batang penggantung papan tempat kerja para finishers menghaluskan
dinding bagian luar dan dalam.
5. Jack Unit
Adalah suatu alat pengangkut keatas seluruh bagian kontruksi Slipforming setelah
adonan beton dituang dalam ruang antara dua permukaan Sheating. Dan bekerjaannya
pelurus-pelurus Jack Rod. Ada 3 buah type dari sistim Jacking, ialah:
- Screw Jack
- Pneumatic Jack
- Hydraulic Jack
Pada pelaksanaan disini mempergunakan sistim Hydraulic Jack. Dan penempatan Jack
unit ini biasanya tergantung dari beban yang diterima dan kemampuan tiap Jack Rod,
umumnya berjarak antara 6' sampai 8' dan tegak lurus sepanjang dinding.
6. Jack Rod
Adalah tongkat-tongkat tempat baja (mild steel) yang berfungsi sebagai tumpuan
berdiri sampai Slipfoming selesai. Jack Rod ini bisa ditinggal dalam beton atau dicabut
keluar. Diameter umumnya ±1” dan kapasitas pikul 3 sampai 5 ton untuk satu Jack
Rod. Dan dalam Slipforming pada silo ini dipakai Jack Rod dengan panjang 4 m yang
disambung dengan uliran dan kapasitasnya rata-rata 3 ton.
7. Level Controller
Adalah suatu alat untuk mengukur sifat dasar platform pada waktu Slipforming. Level
controller ini merupakan semacam transparent plastic tubesyang ditempatkan pada
setiap Yoke Leg secara tegak dan diisi dengan cairan berwarna.
8. Working Deck atau Working Platform
Adalah tempat kerja sebagian besar para pelaksana dan dengan segala peralatannya,
antara lain Electro Hydraulic Pump, tangki air, Fresh Concrete Bins, Rebars, alat-alat
las, Wheeled Buggies, Blocking Frame, dan Lain-lain. Working Deck ini merupakan
papan- papan yang didukung oleh penguat-penguat beam atau suatu bangunan rangka.
Skets tampang vertical dari dinding silo yang sedang mengalami Slipforming:
Keterangan :
A = Waler dari baja profil
B = Yoke Unit
C = Panel Form Baja
D = Hydraulic Climbing Jacks
E = Jack Rod Baja
F = Elektro Hydraulic Pump Unit
G = Hydraulic Pipe-Lines
H = Scaffold Gantung
I = Tangki Reservoir Air untuk level Controller
J = RoofBeam
K = Working Deck
L = Rebar
M = Transparant Plastic Tubes (untuk Water Level) Ø 10 mm
N = Manometer
O = Silo Wall
Dalam pelaksanaan suatu Slipforming diperlukan suatu pengalaman yang cukup,
bahkan oleh karena metode Slipfoming ini sebagaian besar masih dilindungi oleh hak
patent, maka teknisi-teknisi yang belum mendapatkan sertifikat khusus dari hak patent itu
tidak diperkenankan menjadi penanggungjawab Slipfoming yang mcnggunakan metode
patent itu.
Walaupun demikian, adalah menjadi kewajiban para teknisi untuk mcmpertimbangkan
dan memikirkan cara-cara agar Slipfonning itu bisa berlangsung dengan lancar dan
berjaian dengan baik. Untuk utu peninjauan untuk beberapa hal penting, ialah:
I. Persiapan Sebelum Slipforming
Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan suatu Slipforming ialah:
1. Lokasi
a. Route jalannya alat-alat besar yang mungkin keluar atau masuk daerah
Slipforming, misal: Mix Truck, Dum Truck, berbagai Dozer, Crane dan lain-
lain, yang hendaknya ditentukan atas pertimbangan faktor-faktor cukup aman
dan tidak menggangu kegiatan lain dan paling singkat.
b. Letak menuangkan adonan beton dari Mix Truck hal inijuga tergantung
padajenis alat pouringnya, misal: Crane Bucket, pump Create, crater crane, dan
sebagainya, bila perlu dengan peninggian evaluasi setempat. Hal tersebut juga
dipertimbangkan atas mudah dicapai kendaraan, dapat melayani daerah pouring
seluas mungkin dan aman.
c. Alat-alat perlengkapan penting dan posisi penempatan tepat, antara lain: diesel
Agregat, Hois Compressor, pondasi untuk Tower Crane, penerangan yang cukup
untuk kerja waktu malam, dan lain-lain.
2. Alat-alat Besar
Diperinci macam atau jumlah alat-alat besar yang hendak dipergunakan dengan
pertimbangan kemungkinan dengan adanya kerusakan, cadangan harus ada. Selain
macam-macam alat besar yang tersebut diatas, perlu pula dikontrol kondisi alat-alat
yang digunakan di Batch Plant, misal tentang operasi Batching, peralatan
Conveyor, Loaders, Bulk Truck untuk mengangkut semen ataupun pertimbangan
kemungkinan akan terjadi kemacetan, misalnya putusnya Belt Conveyor (untuk
mengangkut semen dalam kantong), atau terputusnya aliran listrik yang mensuplai
pada daerah itu, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dianggap penting dikontrol
sebelumnya dengan cermat, oleh karena pengecoran dengan cara Slipforming sekali
dimulai tidak boleh terhenti disebarang tempat kecuali harus memakai bahan
khusus seperti Water Stop material dan lain sebagainya.
3. Bahan Agregat atau bahan-bahan lain
Harus disediakan jumlah bahan agregat (pasir, batu pecah) dan bahan lain yang
diperlukan (semen, air dan bahan addictive tertentu). Kesemuanya telah dinyatakan
cukup qualified oleh laboratorium. Kalau tidak bisa tertampung seluruh kebutuhan
akan bahan tersebut pada daerah Batch Plant, paling tidak sudah dicck jumlah
deposit yang ada jaminan akan kontinuitas pengiriman bahan-bahan dalam jumlah
volume yang diperlukan 10%- 15% lebihan.
4. Bahan Rebar dan Peralatan lain
Setelah terpasang rebar dan alat Slipforming yang diperlukan di site, disediakan
pula made in shop rebars (rebar-rebar lengkung) dan alat-alat yang hendak
dipasang dan akan digunakan, misal: Jack Rod, Vibrator dari berbagai ukuran,
Openings, Blockings, Cross bars dan lain-lain. Semua alat-alat itu hendaknya
disusun sedemikian rupa agar mudah diambil menurut urutan pemakaiannya.
Pemasangan lift untuk pekerja atau tang yang bisa disusun ketas ditentukan
tempatnya (menempel pada dinding atau pada Power Crane)
5. Pekerja- Pekerja pelaksana
Oleh karena pengecoran dengan Slipforming itu berlangsung secara nonstop, maka
perlunya dilakukan pembagian kerja (Shift), yaitu shift pagi sampai sore dan malam
sampai pagi.

II. Proses Slipforming


Didalam pelaksanaan Slipforming, prosedur yang digunakan selain tergantung metode,
tergantung pula pada bangunan yang akan dicor sendiri (misal apakah banyak lubang-
lubang pada dindingnya, tebal dinding apakah sama). Dibawah ini adalah prosedur
yang terjadi pada Slipforming silo dengan metode FABQUIP:
1. Sebelum mulai pengecoran, untuk terakhir kali harus diperiksa terlebih dahulu hal-
hal:
a. Ketetapan pemasangan rebar (size, spacing dan splices).
b. Pemasangan forms dan komponen-komponennya
c. Kelancaran bekerjanya alat-alatt yang hendak dipergunakana dalam pengecoran,
antara lain: katup pengeluaran adonan dari Bin, Vibrator dengan pembangkit
listriknya, alat-alat las, Wheeled buggies rebar horizontal (lengkung), dan
vertikal, Jack Rod yang berulir pada ujungnya (Ø 1 ", L=4m) tersedia
ditempatnya yang tepat, Water Leveling System, Elevation Controller, Elektro
Hydraulic Pump Unit yang berjalan dengan baik, persedian Cross Bars,
Opennings, Blockings, pemasangan lampu untuk pelaksanaan malam hari dan
lain-lain.
d. Tersedianya alat-alat transport yang dapat berjalan baik (missal : Mixers, Lift
Cabin, Lift Buckets, Crane Buckets dan lain- lain).
e. Jumlah karyawan yang diperlukan didalam pclaksanaan slipforming telah siap
dengan segala perlengkapannya.
2. Pengecoran di mulai dcngan member lapisan adonan sctclah kurang lebih 5 cm
yang terdiri atas semen pasir dan air ( tanpa kerikil ). Lapisan berikutnya adalah
adonan yang sesuai dengan design, setelah mencapai tinggi kurang lebih 1 m dari
dasar, maka slipform mulai dinaikkan ke atas oleh EHP ( Electro Hidraulic Pump )
dengan frekuensi setiap 4-5 menit rata-rata kurang lebih 2,5 cm. keccpatan naik
kurang lebih 30 cm (l ') / jam atau 6 m - 8 m / 24 jam. Slipforming pada umumnya
mempunyai lifting rate antara 2"-3" /jam sampai 12" /jam, karena hal ini tergantung
pada temperature setempat maupun sifat adonan beton yang dipergunakan. Tekanan
EHP berkisar antara 1500 psi - 1800 psi. Suatu adonan beton yang terlalu lama
setting timenya bisa menyebabkan beton yang keluar dari forms bagian bawah pada
waktu bergerak keatas akan meleleh keluar, peristiwa ini disebut "blow out" dengan
tanda-tanda dinding silo kelihatan melembung. Sedangkan kalau adonan terlalu
cepat mengeras geseran beton pada dinding dalam form akan timbul cracks pada
dinding beton yang mengeras itu karena terbawa keatas, dan disebut "lift up".
3. Pengecekan kedataran pengecoran dilakukan dengan memperhatikan permukaan
cairan berwarna ( air berwarna hijau ) dari transparent water level control pipe.
Permukaan air harus sama dengan petunjuk kesamaan datar, kalau tidak harus
dilakukan koreksi berikut :

Bila permukaan air diatas level perata, maka naiknya slipform di bagian itu kurang cepat
dan ring putar pengatur jack harus di putar searah dengan jarum jam/naik.
Apabila permukaan air dibawah
level perata, maka naiknya
terlalu cepat dan ring putar
pengatur jack di putar
berlawanan dengan jarum jam (
turun ).
4. Selama pengecoran berlangsung, hendaknya kita perhatikan pengkonsolidasian
dengan alat vibrator apa sudah naik atau belum (jangan terlalu cepat, juga jangan
terlalu lama asal buih-buih adonan sudah mulai menyembul sudah cukup). Vibrator
yang dipakai juga harus disesuaikan dengan bagian-bagian konstruksi yang di cor.
Untuk bagian-bagian yang tipis atau rapat rebar hendaknya dipakai vibrator
diameter kecil (kurang lebih 1"- 1 ¾ "), sedang untuk bagian yang tebal hendaknya
dipakai diameter besar (>2").
5. Bagian pemasangan rebar harus sudah siap sedia mcmasang rebar pada tempat-
tempat yang sudah di beri tanda dan menyambung Jack Rod baru dengan las pada
tempat Jack Rod baru dengan las pada tempat Jack Rod baru dengan las pada
tempat Jack Rod yang putus itu.
6. Beton segar ( Fresh Concrete ) yang baru keluar dari bagian bawah Slipform segera
di "finish" bagian pemukaanya yang baik atau rata, dan kemudian di cure dengan
Curing Compound atau bisa Curing ini dilakukan dengan pembasahan air secara
kontinyu di siram dari atas kemudian mengalir ke bawah lewat dinding. Para
pekerja Finishers ini bekerja di atas Hanging Scaffold baik di bagian dalam dari
dinding.
7. Setelah pengecoran berjalan pada puncak teratas maka Slipforming dihentikan.
Jack Rod belum boleh diambil dam roof Beam disini sementara bekerja sebagai
Supporter Working Deck belum boleh di pasang pada permukaan atas dinding.
8. Setelah beton cukup keras dan kuat menerima beban, barulah Jack Rod boleh di
tarik keluar unit demi unit dan Roof Beam bisa dipasang dengan mendorong keluar
baja profil yang sementara itu menempel pada bagian profil dari Roof Beam. Hal
tersebut lebih jelas kiranya apabila kita lihat pada skets di bawah ini :
CAISSON FOUNDATION

Foundations In General
The foundation is part of an engineering system that has the function to carry out the
work load and its own weight, which in turn is distributed and disseminated in soil and
rock layers that are below it for stabilization.

Types Of Foundation
 Shallow Fmandation
Used when the location of hard ground close to the soil surface, the depth of
foundation is less or equal to the width of footing (D, B). Consists of shallow
foundation: The foundation of the palm, chicken claws, cobwebs, kazoos, grid,
Foundation Continuous Plate (lane), foundation raft (rafts, Foundation), and others.
 Deep Foundation
Deep foundation created when the location of the hard soil as a base foundation deep
enough to reach three feet or more that could not be the made directly by the
foundation resulted in the cost of making a very expensive foundation. This
foundation of: Foundations sinks, piling bored piles, Franki pile, kaison.

Caisson Foundation
 Kaison foundation a foundation which is located on the support Layer which sunk
into the ground under its own weight. this foundation made of reinforced concrete or
precast concrete, which are commonly used in bridge work.

 Used for heavy construction, (soil supporting the foundation is located at a depth of
approximately 20 m below groud surface).
Types Of Caisson Foundation
1. Open Caisson

Open Caisson made according to the procedure


shown in the picture beside.

a) Initially sharp first part is made on the nn+ce


of the soil.

b) When concrete body construction was


nearing completion, within the caisson
excavation begins.

c) During excavation, caisson began to sink and


close to the basic foundation, caisson other units
began connect. Later excavations in the caisson
body and addition is repeated, until the caisson
rest on desired depth.

d) Finally, the basic concrete floor done, then


the materials (soil and sand or water) on the
caisson is loaded, then cover the concrete floor is
completed.

2. Pheumatic Caisson
Almost the same as the open Caisson.
The difference is that in this type work
using air-tight space by installing a ceiling
as high as 1.8 to 2 m, is required when the
excavation can not be maintained because
the flows into the quarry more rapidly
than can be transferred.
Implementation Process Kaison PNEUMATIC

3. Close End Caisson

These different types of foundation Caisson Edge Open (Open-


End Caisson) primarily on the use of the base or bases. This
foundation is generally box-shaped, member of the caisson
length has more than 30 m and a width of 12-16 m. Caisson can
be constructed from reinforced concrete or steel plate.

Use Caisson Foundations


 Use the bridge foundation Caisson foundation (pier, bridge head)
 Door foundation (foundation pier)
 Boat moorings
 Building foundation
 Machine foundation
 Mining wells
 Underground railroad
 Protective holes (tunnels are planted)
 Quay wall

Advantages and Disadvantages

 Advantages
 Economical
 The absence of vibration and noise that desosiasian with piling
 Are relatively easy to conduct acumination’s and sides of the supporting surface
 Easily adapt to different terrain condition

 Disadvantages
 Very sensitive to construction procedures
 Operations effected by large stones that were found during drifting. This can prolog
the process of excavation
 Operation is effected by the weather, when the rain should stop digging
 Potential loss of the land is not used as a reference.
PERANCAH PONDASI

Job Job
Diskripsi Activities
Job
Program

Job Job
Safety Conectivitas
sssss

JOB PROGRAM PONDASI BATU KALI :

Job Deskripsi

Seperti namanya acuan pondasi ini terbuat dari kayu yang dibentuk
trapesium sesuai ukuran pondasi supaya pondasi terbentuk sama dengan
acuan. Dimana posisi acuan pondasi ini terletak di dalam galian sesuai
elevasi yang ditentukan, karena acuan pondasi ini berfungsi untuk menjaga
posisi pondasi agar sesuai dengan yang direncanakan. Pada bagian acuan
dipasang benang sepanjang pondasi di bangun setiap jarak kurang lebih
20cm untuk mempermudah pemasangan batu kali.
Pondasi : Bagian dari konstruksi bangunan yang berfungi menempatkan
bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke
tanah dasar podasi.

Perancah : Susunan konstruksi untuk membentuk pondasi


sesuai dengan ukuran panjang, tinggi, dan tebal. Untuk membuat pondasi,
dibutuhkan bahan (sesuai jenis pondasi).

Material : semen, pasir, batu kali, air, kapur, kayu.


Alat : waterpass, benang, cetok, meteran.
Tenaga : tukang, mandor, kepala tukang/.

Job Aktivitas

Proses kerja pembuatan rambu :


- Membuat rambu-rambu dari kayu sesuai ukuran dan bentuk pondasi.
- Membuat acuan kerja
- Menyiapkan patok-patok kerja sebagai titik duga kedudukan pondasi

Proses pelaksanaan kerja :

1. Membuat bowplank yang berfungsi sebagai patokan dalam pengerjaan


pondasi, menentukan titik tengah kolom dan dinding

2. Menggali pondasi di sesuaikan dengan tanah


3. Memasang pondasi dengan batu kali/bata merah
4. Pemasangan batu bata untuk pondasi harus disesuaikan dengan titik /
benang yang telah ditentukan pada bowplank
5. Memasang besi yang telah dianyam dengan kawat ikat. Masing-masing
ujung besi harus di bengkokkan (di hak) menggunakan Bar Bender dan di
kaitkan dengan besi pondasi pelat setempat / tiang kolom.
6. Memasang bekisting untuk sloof
7. Melakukan pengecoran sloof
8. Melanjutkan sampai titik akhir
9. Melepas acuan

Job Conectivitas

 Komunikasi dengan mandor


 Komunikasi dengan pekerja/ tukang
 Membangun masing – masing kelompok kerja untuk
menghasilkan volume kerja
 Merancang tahapan pelaksanaan :
1. Pelaksana
 Pelaksana berkewajiban menjelaskan secara detail
langkah-langkah kerja pondasi batu kali terhadap
kelompok pekerja dibawahnya (mandor)
 Pelaksana menuntun dan menjelaskan kedudukan
pemasangan pondasi batu kali sesuai dengan posisi
komponen yang dikerjakan
 Pelaksana melakukan kontrol ulang posisi pondasi
batu kali dan kedudukan terhadap rangkaian
konstruksi
 Pelaksana mencatat dan mendokumentasikan ke
dalam buku harian kerja dalam bentuk asbuilt
drawring agar bisa dipahami oleh mandor, pelaksana,
pekerja dan pengawas lapangan.
 Pelaksana berkewajiban mengkomunikasikan
kesehatan dan keselamatan kerja
2. Mandor
 Mandor gali, mandor kayu, mandor batu, mandor
pembesian, mandor baja ringan, mandor plumbing,
mandor cat, mandor listrik.
 Mandor membawahi beberapa pekerja (1 mandor : 10
tukang) untuk menjalani proses perakitan bekisting
 Mandor bekerjasama dengan unit kerja plumbing
(instalasi air) pada saat posisi jaringan (pipa) ditanam
dalam konstruksi.
 Mandor berkewajiban mengecek dan mengontrol hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai
dengan rencana kerja dan syarat teknis.
 Mandor melaporkan hasil kerja terhadap pelaksana
untuk melakukan pengecekan.

Job Safety
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
- Alat pendukung untuk melindungi pekerja saat pekerjaan dilakukan,
Menggunakan helm, masker, sepatu safety, rompi, sarung tangan dll.
JOB PROGRAM PONDASI BETON PLAT :

Job Deskripsi

Pondasi : Suatu jenis kontruksi yang menjadi dasar dan pondasi ini
berfungsi sebagai penopang bangunan yang ada di atasnya dan ini
bertujuan untuk diteruskan secara bertahap dan merata ke lapisan tanah.

Perancah Pondasi : susunan kontruksi untuk membentuk pondasi sesuai


dengan ukuran panjang, tinggi, lebar

Material dan Alat

Material : Acuan kayu sesuai ukuran pondasi, Kayu 5/7, Papan


Kayu, Paku, Benang
Alat : waterpass, benang, cetok, meteran, bar bender, fleser
(pembengkok besi), Palu, Pensil Tukang
Tenaga : tukang, mandor, kepala tukang.
Type plat

a.

b.

c.

Deskripsi kelayakan papan bekisting

Menghitung tekanan bekisting

Beton concrete

ℎ𝑥ℎ
bxsxc = x ɣc
2

20 𝑥 20
= x 10-3 x 2500
2

= 500 kg/m
1 1
M = 4 x p x l + 8x 4 x l2

=1 1
x 50 x 0,4 + 8x 4 x (0,4)2
4

=
0,524

Y1 = 10 cm = 0,1 m

I = 1/12 x 2 x 203 x 10-3

= 1,333
𝑀.𝑌1
F kayu =
𝐼

0,524 .0,1
= = 0,015
1,333

Job Aktivitas
Proses kerja pembuatan rambu :
- Membuat rambu-rambu dari kayu sesuai ukuran dan bentuk pondasi.
- Membuat acuan kerja
- Menyiapkan patok-patok kerja sebagai titik duga kedudukan pondasi

Proses pelaksanaan kerja :

1. Rambu di pasang pada sudut galian


2. Mengatur kedudukan duga rambu terhadap bangunan
3. Pemasangan papan bekisting pada arah sisi sudut pada keliling
pondasi
4. Memasang ketinggian permukaan pondasi pada bekisting sisi
pondasi (untuk menentukan bekisting yang dipasang sesuai atau
tidak)
5. Membuat benang pada kaki rambu pondasi untuk membentuk
pasangan bagian bawah
6. Mengatur posisi benang sesuai lapisan yang di kerjakan
7. Melanjutkan sampai titik akhir
8. Melepas acuan

Job Conectivitas

 Komunikasi dengan mandor


 Komunikasi dengan pekerja/ tukang
 Membangun masing – masing kelompok kerja untuk menghasilkan
volume kerja
 Mempelajari berkas-berkas rencana kerja tentang bekisting
 Mempelajari cara pemasangan bekisting pondasi foot plate :
o Mengatur posisi kedudukan bekisting terhadap pembesian
o Mengatur kekuatan bekisting terhadap beton cor saat keadaan
cair agar tidak mengalami perubahan bentuk antara lain:
melendut, patah, crack
o Menentukan penguatan/ brassing yang sesuai dengan bentuk
dan kondisi medan pada saat pemasangan bekisting pondasi
Foot Plate
o Mengatur strategi tahapan pemasangan komponen bekisting
mulai dari komponen papan, komponen penyokong,
komponen close (penyangga penopang) sampai pada penguat
batang tarik
o Mengecek kembail semua komponen rakitan bekisting dalam
bentuk ukuran, presisi bentuk, dan penguatan penyokong
sebelum beton cair dituangkan.
o Merancang tahapan pelaksanaan :
1. Pelaksana
 Pelaksana berkewajiban menjelaskan secara detail
langkah-langkah kerja bekisting terhadap kelompok
pekerja dibawahnya (mandor)
 Pelaksana menuntun dan menjelaskan kedudukan
pemasangan bekisting sesuai dengan posisi komponen
yang dikerjakan
 Pelaksana melakukan kontrol ulang posisi dan
kedudukan bekisting terhadap rangkaian konstruksi
Pelaksana mencatat dan mendokumentasikan ke
dalam buku harian kerja dalam bentuk asbuilt
drawring agar bisa dipahami oleh mandor, pelaksana,
pekerja dan pengawas lapangan.
 Pelaksana berkewajiban mengkomunikasikan
kesehatan dn keselamatan kerja
2. Mandor
 Mandor gali, mandor kayu, mandor batu, mandor
pembesian, mandor baja ringan, mandor plumbing,
mandor cat, mandor listrik.
 Mandor membawahi beberapa pekerja (1 mandor : 10
tukang) untuk menjalani proses perakitan bekisting
 Mandor bekerjasama dengan unit kerja plumbing
(instalasi air) pada saat posisi jaringan (pipa) ditanam
dalam konstruksi.
 Mandor berkewajiban mengecek dan mengontrol hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai
dengan rencana kerja dan syarat teknis.
 Mandor melaporkan hasil kerja terhadap pelaksana
untuk melakukan pengecekan.

Job Safety
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
- Alat pendukung untuk melindungi pekerja saat pekerjaan dilakukan,
Menggunakan helm, masker, sepatu safety, rompi, sarung tangan dll.
JOB PROGRAM PERANCAH ACUAN SLOOF / RIB :

Sloof pada pondasi laba-laba

Sloof pada pondasi batu kali

Job Deskripsi

Sloof : struktur dari bangunan yang terlatak diatas pondasi yang arahnya
memanjang, melintang, maupun diagonal dan memiliki fungsi untuk :

 Meratakan beban pondasi


 Pengunci dinding, agar apabila terjadi pergerakan tanah dinding tidak
roboh
 Menahan penurunan kolom dan pondasi
 Sebagai balok pengaku pada balok pondasi
 Sebagai pengunci atau penjepit dinding penahan tanah supaya tidak
mengalami pergeseran pada arah vertical

Perancah : Susunan konstruksi untuk membentuk pondasi sesuai dengan ukuran


panjang, tinggi, dan tebal. Untuk membuat pondasi, dibutuhkan bahan (sesuai
jenis pondasi).
Material dan Alat

Material : kayu, benang, papan, multiplak, besi, klem, bendrat/kawat,


Alat :waterpass, benang, cetok, meteran, bar bender, fleser
(pembengkok besi), catot, palu ganden, palu, gergaji, siku, selang,
kunci pas, penggaris, uting-uting, pensil tukang,
SDM : tukang, mandor, kepala tukang, pelaksana, pembantu tukang

Job Aktivitas
1. Membuat rambu-rambu dengan menggunakan benang
2. Membuat dinding bekisting dari papan/multiplak sesuai ukuran sloof

3. Memasang patok dengan jarak 1 – 2m


4. Menggunakan papan misalnya ukuran 2 x 20 yang dirakit dengan kayu 5/7
sebagai pengaku
5. Memperkuat posisi papan dengan bendrat dengan cara dipasang bendrat
yang dipaku di papan.
6. Di klos dengan kayu 5/7
7. Rangkaian tersebut di rekatkan dengan paku usuk.

Job Conectivitas
 Membangun komunikasi antara tukang besi dan tukang cor
 Membangun posisi kerja untuk menghasilkan volume kerja
 Membuat problem solving.
 Mempelajari berkas-berkas rencana kerja tentang bekisting
 Mempelajari cara pemasangan bekisting sloof :
o Mengatur posisi kedudukan bekisting terhadap pembesian
o Mengatur kekuatan bekisting terhadap beton cor saat keadaan cair
agar tidak mengalami perubahan bentuk antara lain: melendut,
patah, crack
o Menentukan penguatan/ brassing yang sesuai dengan bentuk dan
kondisi medan pada saat pemasangan bekisting sloof.
o Mengatur strategi tahapan pemasangan komponen bekisting mulai
dari komponen papan, komponen penyokong, komponen close
(penyangga penopang) sampai pada penguat batang tarik
o Mengecek kembali semua komponen rakitan bekisting dalam
bentuk ukuran, presisi bentuk, dan penguatan penyokong sebelum
beton cair dituangkan di cetakan.
o Merancang tahapan pelaksanaan :
1. Pelaksana
 Pelaksana berkewajiban menjelaskan secara detail
langkah-langkah kerja bekisting terhadap kelompok
pekerja dibawahnya (mandor)
 Pelaksana menuntun dan menjelaskan kedudukan
pemasangan bekisting sesuai dengan posisi komponen
yang dikerjakan
 Pelaksana melakukan kontrol ulang posisi dan kedudukan
bekisting terhadap rangkaian konstruksi
 Pelaksana mencatat dan mendokumentasikan ke dalam
buku harian kerja dalam bentuk asbuilt drawring agar bisa
dipahami oleh mandor, pelaksana, pekerja dan pengawas
lapangan.
 Pelaksana berkewajiban mengkomunikasikan kesehatan
dan keselamatan kerja
2. Mandor
 Mandor gali, mandor kayu, mandor batu, mandor
pembesian, mandor baja ringan, mandor plumbing, mandor
cat, mandor listrik.
 Mandor membawahi beberapa pekerja (1 mandor : 10
tukang) untuk menjalani proses perakitan bekisting
 Mandor bekerjasama dengan unit kerja plumbing (instalasi
air) pada saat posisi jaringan (pipa) ditanam dalam
konstruksi.
 Mandor berkewajiban mengecek dan mengontrol hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan
rencana kerja dan syarat teknis.
 Mandor melaporkan hasil kerja terhadap pelaksana untuk
melakukan pengecekan.
Job Safety
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
- Alat pendukung untuk melindungi pekerja saat pekerjaan dilakukan,
Menggunakan helm, masker, sepatu safety, rompi, sarung tangan dll.
JOB PROGRAM PONDASI LABA-LABA :

Job Deskripsi

Pondasi : Bagian dari konstruksi bangunan yang berfungi menempatkan bangunan


dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar podasi.

Perancah : Susunan konstruksi untuk membentuk pondasi sesuai dengan ukuran


panjang, tinggi, dan tebal. Untuk membuat pondasi, dibutuhkan bahan (sesuai jenis
pondasi).

Material dan Alat

Material : kayu, benang, papan, multiplak, besi, klem, bendrat/kawat,


Alat : waterpass, benang, cetok, meteran, bar bender, fleser
(pembengkok besi), catot, palu ganden, palu, gergaji, siku, selang,
kunci pas, penggaris, uting-uting, pensil tukang,
SDM : tukang, mandor, kepala tukang, pelaksana, pembantu tukang
Beban kerja
a. Bekisting mortar basah = 2400 x 0,10 x 1,0 = 240 kg/cm’
b. Vibrator kejut = 0,45 x 240 = 108 kg/cm’ +
q = 348 kg/cm’

Mmax = 1/8 x q x l2
= 1/8 x 348 x 0,52
= 10,875 kg/m
Kayu Jati Ɣe = 120 kg/m2
Kayu Randu Ɣe = 50 kg/m2
Fm kayu randu = (1/8 x 348 x 0,52 x 2/2 )
½ x 23 x 50
= (1/8 x 348 x 0,52 x 2/2 )
½ x 23 x 50
= 0,326
Fm kayu jati = (1/8 x 348 x 0,52 x 2/2 )
½ x 23 x 120
= (1/8 x 348 x 0,52 x 2/2 )
½ x 23 x 120
= 0,136
Fm = 0,136 < f kayu jati 120 kg/cm2
= 0,326 < f kayu randu 50 kg/cm2
L. penampang bekisting
Δ bekisting = 50 x 2 = 100 cm2
Ix = 50 x 23 x 50 = 33,333

Kekuatan Tarik Struktur


Angker = ø12
As = 3,14 x ¼ x 1,22
= 1,130

Reaksi dan Segi Tarik Angker


RA + RB =qxb
= 348 x 0,5
RA = 174 kg

Kekuatan Tarik Angker


𝑅𝐴
ø 𝑥 𝑞 𝑏𝑎𝑗𝑎
Q baja = ø x Fy = 1200 kg/m2
= 3,14 x ¼ x 1,22 x 1200 kg/m2
= 1356,48 kg
𝑅𝐴
n =
ø 𝑥 𝑞 𝑏𝑎𝑗𝑎
174
=
0,12 𝑥 1356,48
= 1,067
Job Aktivitas
1. Membuat rambu-rambu dengan menggunakan benang agar pondasi lurus
2. Membuat dinding bekisting dari papan/multiplak diperkuat dengan kayu 5/7
arah vertical, memasang kanan kiri dengan jarak 50-75

3. Bagian sisi kiri dan kanan bekisting diperkuat dengan besi horoizontal
(angker horizontal)
4. Bagian samping dipasang skor horizontal arah atas, tengah, dan bawah
5. Dipasang diafragma (penompang samping) tujuannya memperkuat posisi
bekisting supaya tidak bergerak
6. Dicor

Job Konektivitas
 Membangun komunikasi antara tukang besi dan tukang cor
 Membangun posisi kerja untuk menghasilkan volume kerja
 Membuat problem solving.
 Mempelajari berkas-berkas rencana kerja tentang bekisting
 Mempelajari cara pemasangan bekisting sarang laba-laba :
o Mengatur posisi kedudukan bekisting terhadap pembesian
o Mengatur kekuatan bekisting terhadap beton cor saat keadaan cair
agar tidak mengalami perubahan bentuk antara lain: melendut,
patah, crack
o Menentukan penguatan/ brassing yang sesuai dengan bentuk dan
kondisi medan pada saat pemasangan bekisting pondasi sarang
laba-laba.
o Mengatur strategi tahapan pemasangan komponen bekisting mulai
dari komponen papan, komponen penyokong, komponen close
(penyangga penopang) sampai pada penguat batang tarik
o Mengecek kembali semua komponen rakitan bekisting dalam
bentuk ukuran, presisi bentuk, dan penguatan penyokong sebelum
beton cair dituangkan di cetakan.
o Merancang tahapan pelaksanaan :
1. Pelaksana
 Pelaksana berkewajiban menjelaskan secara detail
langkah-langkah kerja bekisting terhadap kelompok
pekerja dibawahnya (mandor)
 Pelaksana menuntun dan menjelaskan kedudukan
pemasangan bekisting sesuai dengan posisi komponen
yang dikerjakan
 Pelaksana melakukan kontrol ulang posisi dan kedudukan
bekisting terhadap rangkaian konstruksi
 Pelaksana mencatat dan mendokumentasikan ke dalam
buku harian kerja dalam bentuk asbuilt drawring agar bisa
dipahami oleh mandor, pelaksana, pekerja dan pengawas
lapangan.
 Pelaksana berkewajiban mengkomunikasikan kesehatan
dan keselamatan kerja
2. Mandor
 Mandor gali, mandor kayu, mandor batu, mandor
pembesian, mandor baja ringan, mandor plumbing, mandor
cat, mandor listrik.
 Mandor membawahi beberapa pekerja (1 mandor : 10
tukang) untuk menjalani proses perakitan bekisting
 Mandor bekerjasama dengan unit kerja plumbing (instalasi
air) pada saat posisi jaringan (pipa) ditanam dalam
konstruksi.
 Mandor berkewajiban mengecek dan mengontrol hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan
rencana kerja dan syarat teknis.
 Mandor melaporkan hasil kerja terhadap pelaksana untuk
melakukan pengecekan
Job Safety

- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


- Alat pendukung untuk melindungi pekerja saat pekerjaan dilakukan,
- Menggunakan helm, masker, sepatu safety, rompi, sarung tangan
JOB PROGRAM KOLOM

Job Deskripsi

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan
pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total
(total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal
dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke
pondasi.
Material dan Alat

Material : kayu, benang, papan, multiplak, besi, klem, bendrat/kawat,


Alat : waterpass, benang, cetok, meteran, bar bender, fleser
(pembengkok besi), catot, palu ganden, palu, gergaji, siku, selang,
kunci pas, penggaris, uting-uting, pensil tukang,
SDM : tukang, mandor, kepala tukang, pelaksana, pembantu tukang

Job Aktivitas

 Membuat papan bekisting secara utuh dengan sistem klem

 Membuat close sebagai penahan dari beton cair


 Membuat angker penahan desak dari besi 10/8 dilengkapi
dengan mur dan baut
 Merakit bagian dinding kolom menjadi satu bagian kotak
 Memasang close penahan desak pada dinding bekisting kolom
 Mengencangkan angker penahan desak pada setia jarak close
 Memperkuat posisi close dengan paku usuk/ paku papan
 Membuat lubang ventilasi untuk kontrol pada saat pengecoran

Job Conectivitas

 Komunikasi dengan mandor


 Komunikasi dengan pekerja/ tukang
 Membangun masing – masing kelompok kerja untuk menghasilkan
volume kerja
 Mempelajari berkas-berkas rencana kerja tentang bekisting
 Mempelajari cara pemasangan bekisting Kolom :
o Mengatur posisi kedudukan bekisting terhadap pembesian
o Mengatur kekuatan bekisting terhadap beton cor saat keadaan
cair agar tidak mengalami perubahan bentuk antara lain:
melendut, patah, crack
o Menentukan penguatan/ brassing yang sesuai dengan bentuk
dan kondisi medan pada saat pemasangan bekisting kolom.
o Mengatur strategi tahapan pemasangan komponen bekisting
mulai dari komponen papan, komponen penyokong,
komponen close (penyangga penopang) sampai pada penguat
batang tarik
o Mengecek kembail semua komponen rakitan bekisting dalam
bentuk ukuran, presisi bentuk, dan penguatan penyokong
sebelum beton cair dituangkan.
o Merancang tahapan pelaksanaan :
3. Pelaksana
 Pelaksana berkewajiban menjelaskan secara detail
langkah-langkah kerja bekisting terhadap kelompok
pekerja dibawahnya (mandor)
 Pelaksana menuntun dan menjelaskan kedudukan
pemasangan bekisting sesuai dengan posisi komponen
yang dikerjakan
 Pelaksana melakukan kontrol ulang posisi dan
kedudukan bekisting terhadap rangkaian konstruksi
 Pelaksana mencatat dan mendokumentasikan ke
dalam buku harian kerja dalam bentuk asbuilt
drawring agar bisa dipahami oleh mandor, pelaksana,
pekerja dan pengawas lapangan.
 Pelaksana berkewajiban mengkomunikasikan
kesehatan dan keselamatan kerja
4. Mandor
 Mandor gali, mandor kayu, mandor batu, mandor
pembesian, mandor baja ringan, mandor plumbing,
mandor cat, mandor listrik.
 Mandor membawahi beberapa pekerja (1 mandor : 10
tukang) untuk menjalani proses perakitan bekisting
 Mandor bekerjasama dengan unit kerja plumbing
(instalasi air) pada saat posisi jaringan (pipa) ditanam
dalam konstruksi.
 Mandor berkewajiban mengecek dan mengontrol hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai
dengan rencana kerja dan syarat teknis.
 Mandor melaporkan hasil kerja terhadap pelaksana
untuk melakukan pengecekan.
Job Safety
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
- Alat pendukung untuk melindungi pekerja saat pekerjaan dilakukan,
Menggunakan helm, masker, sepatu safety, rompi, sarung tangan dll.
JOB PROGRAM BALOK

Job Deskripsi

Balok adalah salah satu bagian dari structural sebuah bangunan


yang kaku,dan dirancang untuk menanggung dan menyalurkan beban
menuju kolom penopang yang selanjutnya aku diteruskan ke pondasi.
Selain itu ring balk juga mempunyai fungsi sebagai pengikat kolom-kolom
agar apabila terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu
mempertahankan bentuk dan posisinya semula. Ring balok dibuat dari
bahan yang sama dengan kolomnya sehingga hubungan ring balok dengan
kolom. Pola gaya yang tidak seragam dapat mengakibatkan balok
melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan internal
material.
Material dan Alat

Material : kayu, benang, papan, multiplak, besi, klem, bendrat/kawat,


Alat : waterpass, benang, cetok, meteran, bar bender, fleser
(pembengkok besi), catot, palu ganden, palu, gergaji, siku, selang,
kunci pas, penggaris, uting-uting, pensil tukang,
SDM : tukang, mandor, kepala tukang, pelaksana, pembantu tukang

Beban bekisting pada balok :


a. Bs. Beton basah Ɣ = 2500 kg/m3 x 3 x 1 = 7500 kg/m2
b. Berat pekerja = 100 kg/m2 x 1 = 100 kg/m2
c. B.alat kerja vibrator = 35 kg/m2 x 1 = 35 kg/m2
2
d. Berat tulangan = 150 kg/m x 1 = 150 kg/m2
e. Bs. Bekisting = 3m x 75 kg/m2 x 1 = 225 kg/m2 +
q = 8010 kg/m2
Ɣ kejut 10 % = 801
q bekisting = 8811 kg/m2

Dicoba dt = 50 cm
Momen = 1/12 x q x l2
= 1/12 x 8811 x 0,52 = 183,56 kg/m
Dicoba dt = 60 cm
Momen = 1/12 x q x l2
= 1/12 x 8811 x 0,62 = 264,33 kg/m
Dicoba dt = 70 cm
Momen = 1/12 x q x l2
= 1/12 x 8811 x 0,72 = 359,783 kg/m
Dicoba dt = 80 cm
Momen = 1/12 x q x l2
= 1/12 x 8811 x 0,82 = 469,92 kg/m
Properti
t = 2 cm
b = 1 m = 100 cm
Ix = 1/12 x 100 x 23 = 66,667
W = Ix/ y = 66,667 = 66,667
2/2
Fy = 120 kg/cm2 ( jati )
= 60 kg/cm2 ( sengon )
= 110 kg/m2 ( multiplek )

Tegangan kayu
Dt = 50 cm fy = M / Ix = 183,56 / 66,667 = 2,753 ≤ fy kayu
Dt = 60 cm fy = M / Ix = 264,33 / 66,667 = 3,965 ≤ fy kayu
Dt = 70 cm fy = M / Ix = 359,783 / 66,667 = 5,397 ≤ fy kayu
Dt = 80 cm fy = M / Ix = 469,92 / 66,667 = 7,049 ≤ fy kayu

Bekisting kayu sengon dt 50 cm layak digunakan

Job Aktivitas

 Membuat papan bekisting secara utuh dengan sistem klem

 Membuat close sebagai penahan dari beton cair


 Membuat angker penahan desak
 Merakit bagian dinding balok menjadi satu bagian kotak
 Memasang close penahan desak pada dinding bekisting balok
 Mengencangkan angker penahan desak pada setia jarak close
 Memperkuat posisi close dengan paku usuk/ paku papan
 Dicor

Job Conectivitas

 Komunikasi dengan mandor


 Komunikasi dengan pekerja/ tukang
 Membangun masing – masing kelompok kerja untuk menghasilkan
volume kerja
 Mempelajari berkas-berkas rencana kerja tentang bekisting
 Mempelajari cara pemasangan bekisting Balok :
o Mengatur posisi kedudukan bekisting terhadap pembesian
o Mengatur kekuatan bekisting terhadap beton cor saat keadaan
cair agar tidak mengalami perubahan bentuk antara lain:
melendut, patah, crack
o Menentukan penguatan/ brassing yang sesuai dengan bentuk
dan kondisi medan pada saat pemasangan bekisting balok.
o Mengatur strategi tahapan pemasangan komponen bekisting
mulai dari komponen papan, komponen penyokong,
komponen close (penyangga penopang) sampai pada penguat
batang tarik
o Mengecek kembail semua komponen rakitan bekisting dalam
bentuk ukuran, presisi bentuk, dan penguatan penyokong
sebelum beton cair dituangkan.
o Merancang tahapan pelaksanaan :
1. Pelaksana
 Pelaksana berkewajiban menjelaskan secara detail
langkah-langkah kerja bekisting terhadap kelompok
pekerja dibawahnya (mandor)
 Pelaksana menuntun dan menjelaskan kedudukan
pemasangan bekisting sesuai dengan posisi komponen
yang dikerjakan
 Pelaksana melakukan kontrol ulang posisi dan
kedudukan bekisting terhadap rangkaian konstruksi
 Pelaksana mencatat dan mendokumentasikan ke
dalam buku harian kerja dalam bentuk asbuilt
drawring agar bisa dipahami oleh mandor, pelaksana,
pekerja dan pengawas lapangan.
 Pelaksana berkewajiban mengkomunikasikan
kesehatan dan keselamatan kerja
2. Mandor
 Mandor gali, mandor kayu, mandor batu, mandor
pembesian, mandor baja ringan, mandor plumbing,
mandor cat, mandor listrik.
 Mandor membawahi beberapa pekerja (1 mandor : 10
tukang) untuk menjalani proses perakitan bekisting
 Mandor bekerjasama dengan unit kerja plumbing
(instalasi air) pada saat posisi jaringan (pipa) ditanam
dalam konstruksi.
 Mandor berkewajiban mengecek dan mengontrol hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai
dengan rencana kerja dan syarat teknis.
 Mandor melaporkan hasil kerja terhadap pelaksana
untuk melakukan pengecekan.

Job Safety
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
- Alat pendukung untuk melindungi pekerja saat pekerjaan dilakukan,
Menggunakan helm, masker, sepatu safety, rompi, sarung tangan dll.
JOB PROGRAM PLAT LANTAI

Job Diskripsi

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat
yang lain. Plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada
kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :

a. Besar lendutan yang diinginkan


b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
c. Bahan konstruksi dan plat lantai

Fungsi plat lantai adalah sebagai berikut :


1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas
2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang
bawah
4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang
bawah
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal

Material dan Alat

Material : kayu, benang, papan, multiplak, besi, klem, bendrat/kawat,


Alat :waterpass, benang, cetok, meteran, bar bender, fleser
(pembengkok besi), catot, palu ganden, palu, gergaji, siku, selang,
kunci pas, penggaris, uting-uting, pensil tukang,
SDM : tukang, mandor, kepala tukang, pelaksana, pembantu tukang
Job Aktivitas
 Membuat rambu-rambu dengan menggunakan benang
 Membuat dinding bekisting dari papan/multiplak sesuai ukuran
plat lantai
 Membuat close sebagai penahan dari beton cair
 Membuat angker penahan desak
 Merakit bagian dinding plat lantai menjadi satu bagian
 Memasang close penahan desak pada dinding bekisting plat
lantai
 Mengencangkan angker penahan desak pada setia jarak close
 Memperkuat posisi close dengan paku usuk/ paku papan
 Menyangga bagian bawah bekisting plat lantai dengan
scafolding dan setiap scafolding memiliki jarak yang sama.

 Dicor

Job Conectivitas
 Membangun komunikasi antara tukang besi dan tukang cor
 Membangun posisi kerja untuk menghasilkan volume kerja
 Membuat problem solving.
 Mempelajari berkas-berkas rencana kerja tentang bekisting
 Mempelajari cara pemasangan bekisting sloof :
o Mengatur posisi kedudukan bekisting terhadap pembesian
o Mengatur kekuatan bekisting terhadap beton cor saat keadaan cair
agar tidak mengalami perubahan bentuk antara lain: melendut,
patah, crack
o Menentukan penguatan/ brassing yang sesuai dengan bentuk dan
kondisi medan pada saat pemasangan bekisting sloof.
o Mengatur strategi tahapan pemasangan komponen bekisting mulai
dari komponen papan, komponen penyokong, komponen close
(penyangga penopang) sampai pada penguat batang tarik
o Mengecek kembali semua komponen rakitan bekisting dalam
bentuk ukuran, presisi bentuk, dan penguatan penyokong sebelum
beton cair dituangkan di cetakan.
o Merancang tahapan pelaksanaan :
3. Pelaksana
 Pelaksana berkewajiban menjelaskan secara detail
langkah-langkah kerja bekisting terhadap kelompok
pekerja dibawahnya (mandor)
 Pelaksana menuntun dan menjelaskan kedudukan
pemasangan bekisting sesuai dengan posisi komponen
yang dikerjakan
 Pelaksana melakukan kontrol ulang posisi dan kedudukan
bekisting terhadap rangkaian konstruksi
 Pelaksana mencatat dan mendokumentasikan ke dalam
buku harian kerja dalam bentuk asbuilt drawring agar bisa
dipahami oleh mandor, pelaksana, pekerja dan pengawas
lapangan.
 Pelaksana berkewajiban mengkomunikasikan kesehatan
dan keselamatan kerja
4. Mandor
 Mandor gali, mandor kayu, mandor batu, mandor
pembesian, mandor baja ringan, mandor plumbing, mandor
cat, mandor listrik.
 Mandor membawahi beberapa pekerja (1 mandor : 10
tukang) untuk menjalani proses perakitan bekisting
 Mandor bekerjasama dengan unit kerja plumbing (instalasi
air) pada saat posisi jaringan (pipa) ditanam dalam
konstruksi.
 Mandor berkewajiban mengecek dan mengontrol hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan
rencana kerja dan syarat teknis.
 Mandor melaporkan hasil kerja terhadap pelaksana untuk
melakukan pengecekan.
Job Safety
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
- Alat pendukung untuk melindungi pekerja saat pekerjaan dilakukan,
Menggunakan helm, masker, sepatu safety, rompi, sarung tangan dll.
DAFTAR PUSTAKA

http://kavlingmurahpontianak.com/pengertian-pondasi-dan-jenis-jenis-
pondasinya/

https://projectmedias.blogspot.co.id/2013/12/sloof-dan-fungsinya.html

http://bangunandasar.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-ring-balk-dan-macam-
macam.html

http://bangunandasar.blogspot.co.id/2015/11/Pengertian-kolom-dan-macam-
macam-jenis-kolom.html

http://catatankuliahsinon.blogspot.co.id/2012/12/plat-lantai-floor-plate.html

Anda mungkin juga menyukai