Hshs
Hshs
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep medis dari penyakit BPH ?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari penyakit BPH ?
3. Bagaimana tinjauan kasus dari penyakit BPH ?
C. Tujuan Penulisan
TINJAUAN TEORI
4. Manifestasi klinis
Proses Penuaan
BPH
Distensi Bledder
Nyeri
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien BPH
1. Pengkajian
2) Data Objektif.
a) Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal).
b) Massa padat di bawah abdomen bawah (distensi kandung kemih),
nyeri tekan kandung kemih.
c) Hernia inguinalis, hermoroid (mengakibatkan tekanan abdominal
yang memerlukan pengosongan kandung kemih untuk mengatasi
tekanan darah).
d) Pembesaran nyeri tekan prostat
3) Pemeriksaan penunjang ( Doengoes M, 1999 : 672)
a) Lab: Urinalisa warna kuning coklat gelap, merah gelap atau
terang (berdarah), penampilan keruh, pH7 atau lebih besar
(emnunjukkan infeksi bakteri, SDP (leukosit), SDM (eritrosit))
mungkin ada secara mikroskopik.
b) Kultur Urine:dapat menunjukkan stapilococcus aureus
proteus, klebsiela, pseudomonas atau Esceri ciacoli.
c) Sitologi Urine dapat mengesampingkan kanker kandung kemih.
d) BUN / Kreatinin: meningkat bila fungsi ginjal dipengaruhi.
e) Penentuan kecepatan urine mengkaji derajat obstruksi kandung
kemih
f) Leukosit: mungkin lebih besar dari 11 UK/UI mengindentifikasi
infeksi.
g) Sistogram: mengukur tekanan dan volume dalam kandung
kemih untuk mengidentifikasi disfungsi yang tidak berhubungan
dengan BPH.
h) Sistouretroskop: untuk menggambarkan derajat pembesaran
prostat dan perubahan dinding kandung kemih.(Kontra indikasi
pada awalnya ISK Akut berhubungan dengan resiko sepsis
gram negative).
i) Sistrometri: mengevaluasi fungsi otot destruktor dan ototnya.
j) Ultra Sound Transtrektal mengukur ukuran prostat, jumlah
residu urine melokalisasi yang tidak berhubungan dengan BPH.
b. Data fokus yang perlu dikaji pada pasien post operasi BPH
1) Data Subyektif
a) Keluhan nyeri spasme kandung kemih.
b) Mual muntah.
c) Tidak nyaman pada waktu berkemih.
d) Kurangnya informasi cara perawatan selama penggunaan kateter.
2) Data Obyektif
a) Nyeri tekan.
b) Pemakaian kateter.
c) Tanda-tanda infeksi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi / Perencanaan
a. Pre Operasi
1) Dx 1
Kriteria Evaluasi: pasien berkemih dengan jumlah cukup,
tak teraba, distensi kandung kemih.Menunjukkan residu pasca
berkemih kurang dari 50 ml dengan tak adanya tetesan/ kelebihan
aliran.
a) Kaji haluaran urine R/Retensi dapat terjadi karena edema area
bedah, bekuan darah dan spasme kandung kemih.
b) Dorong px untuk berkemih 2-4 jam dan bila tidak dirasakan R/
Meminimalkan retensi urine, distensi berlebihan pada kandung
kemih.
c) Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih, perhatikan
penurunan keluaran urine dan perubahan bj R/ Retensi urine
meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan fungsi ginjal,
adanya defisit aliran darah ke ginjal mengganggu
kemampuannya untuk memfilter dan mengkonsentrasikan
substansi
d) Dorong masukan cairan sampai 3000 ml/hari R/ Peningkatan
aliran cairan ginjal serta kandung kemih dari pertumbuhan
bakteri.
e) Anjurkan px untuk rendam duduk sesuai indikasi R/
Meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema dan dapat
meningkatkan upaya berkemih
f) Kolaborasi pemberian anti spasmodic R/ Menghilangkan spasme
kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh kateter.
2) Dx 2
Kriteria Evaluasi : pasien melaporkan nyeri hilang atau
terkontrol, tampak rileks, dan mampu un tuk tidur atau istirahat
dengan tepat.
a) Kaji karakteristik nyeri, lokasi, intensitas dan lamanya R/
Memberikan informasi untuk membantu dalam pilihan
atau keefektifan intervensi.
b) Instruksikan px untuk tirah baring R/ Tirah baring
mungkin diperlukan pada awal selama fase retensi
akut, namun ambulasi dini dapat memperbaiki pola
berkemih normal dan menghilangkan nyeri kronik.
c) Anjurkan px untuk melakukan teknik relaksasi R/
Meningkatkan relaksasi otot dan memberi kenyamanan.
d) Anjurkan pada keluarga untuk melakukan teknik distraksi
R/ Mengalihkan perhatian px sehingga dapat mengurangi
nyeri.
e) Kolaborasi pemberian anlgetik R/ Untuk mengurangi nyeri.
3) Dx 3
Kriteria Evaluasi : pasien tampak rileks, menyatakan
pengetahuan yang akurat tentang situasi, menunjukkan rentang
tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut, dan melaporkan
ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
a) Ciptakan hubungan saling percaya dengan px R/ Menunjukkan
perhatian dan keinginan ntuk membantu mengetahui
masalah px.
b) Berikan informasi tentang prosedur dan pemerikasaan khusus
serta apa yang terjadi R/ Membantu px memahami tujuan dari
apa yang dilakukan dan mengrangi masalah karena
ketidaktahuan termasuk ketakutan akan kanker, namun
kelebihan informasi juga dapat meningkatkan kecemasan.
c) Dorong px atau orang terdekat untuk menyatakan masalah atau
perasaan R/ Mendefinisikan masalah, memberikan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan, memperjelas
kesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah.
d) Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur menerima
px, lindungi privasi pxR/ Menyatakan penerimaan dan
menghilangkan rasa malu px.
e) Beri penguatan informasi px yang telah diberikan sebelumnya R/
Memungkinkan px untuk menerima kenyataan dan
menguatkan kepercayaan pada pemberian perawatan dan
pemberian informasi.
4) Dx 4
Kriteria Evaluasi : Pasien dapat mempertahankan hidrasi
adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer teraba,
pengisian kapiler baik, membran mukosa lembab, dan keluaran
urine tepat.
a) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan R/ Indikator
keseimbangan cairan dan kebutuhan penggantian cairan
b) Pantau warna, konsistensi urine R/ Mengidentifikasi perdarahan
arterial dan memerlukan terapi yang tepat
c) Obserfasi drainage kateter, perhatikan perdarahan berlebihan atau
berlanjut R/ Perdarahan tidak umum terjadi selama 24 jam
pertama tetapi perlu pendekatan perineal
d) Awasi tanda vital , peningkatan nadi, pernafasan, penurunan
tekanan darah , pucat, perlambatan kapiler dan membran mukosa
kering R/ Dehidrasi atau hipovolemik memerlukan intervensi cepat
untuk mencegah berlanjut ke syock
e) Berikan pemasukan cairan 3000 ml/hari kecuali kontra indikasi R/
Membilas kandung kemih dari bakteri dan fibris
tetapi dapat mengakibatkan kelebihan cairan bila tidak diawasi
dengan ketat.
f) Kolaborasi, awasi pemeriksaan lab sesuai indikasi R/ Berguna
dalam evaluasi kehilangan darah atau kebutuhan penggantian.
g) Kolaborasi, awasi dan pertahankan traksi kateter menetap,
plester kateter di bagian paha R/ Traksi berisi balon 30 ml
diposisikan pada fosa uretra prostat akan membuat tekanan
pada aliran darah pada kapsul prostat untuk membantu
mencegah atau mengontrol perdarahan.
5) Dx 5
Kriteria Evaluasi : Pasien dapat mencapai waktu
penyembuhan dan tidak mengalami tanda infeksi.
a) Observasi keluhan px R/ Adanya keluhan yang dirasakan dapat
menentukan intervensi yang lebih cepat dan tepat.
b) Observasi tanda vital, perhatikan demam ringan,
menggigil, gelisah, disorientasi R/ Dapat mengidentifikasikan
terjadinya infeksi terutama suhu tubuh.
c) Kaji kelancaran posisi selang kateter dan kebersihan kateter R/
Untuk memonitor kelancaran urine agar tidak tertahan
yang dapat menimbulkan infeksi.
d) Pertahankan posisi kantong drainage agar lebih rendah dari tubuh
R/ Menghindari refluk baik urine yang dapat memasukkan
bakteri, peningkatan dalam kandung kemih.
e) Lakukan perawatan kateter dengan teknik aseptik dan
pertahankan kateter dalam keadaan terus terawatt R/ Perawatan
kateter dapat mencegah terjadinya infeksi.
f) Jaga kebersihan px dan lingkungan di sekitar px R/ Kebersihan px
dan lingkungan membantu pencegahan infeksi.
g) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi R/ Berikan secara
profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi.
6) Dx 6
Kriteria Evaluasi : Pasien tidak mengalami mual dan
muntah, dapat menunjukkan berat badan stabil atau meningkat
sesuai dengan yang diharapkan nilai laboratorium normal.
a) Kaji atau catat pemasukan diet R/ Membantu dalam
mengidenrifikasi defisiensi kebutuhan diet. Kondisi fisik umum,
gejala uremik, contoh : mual, anoreksia dan pembatasan diet
multipel mempengaruhi pemasukan makanan
b) Beri makan sedikit dan sering. R/ Meminimalkan anoreksia dan
mual sehubungan dengan status uremik atau menurunnya
peristaltik
c) Berikan pasien atau orang terdekat daftar makanan atau cairan
yang di ijinkan dan dorong terlibat dalam pilihan menu R/
memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet.
Makanan dari rumah dapat meningkatkan nafsu makan.
d) Timbang berat badan setiap hari R/ Pasien puasa atau katabolik
akan secara normal kehilangan 0,2 sampai 0,5 kg/hari. Perubahan
kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan perpindahan
keseimbangan cairan.
e) Kolaborasi, awasi pemeriksaan laboratorium, contoh :BUN,
Albumin serum, Transferin, Natrium dan KaliumR/ indikator
kebutuhan nutrisi pembatasan dan kebutuhan atau efektifitas
terpi.
f) Kolaborasi, antiemetik, contoh : Plokrolperazim ( compazine ),
Trimetobenzamit ( tigan ) R/ Diberikan untuk menghilangkan
mual atau muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
b. Post Operasi
1) Dx 1
Kriteria Evaluasi : Pasien dapat melaporkan nyeri hilang /
terkontrol, pasien tampak rileks dan mampu untuk tidur / istirahat
dengan tepat.
a) Kaji karakteristik nyeri nyeri, lokasi, intensitas dan lamanya R/
Memberikan informasi untuk membantu dalam pilihan atau
keefektifan intervensi.
b) Instruksikan px untuk tirah baring R/ Tirah baring mungkin
diperlukan pada awal selama fase retensi akut, namun
ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal
dan menghilangkan nyeri kronik.
c) Anjurkan px untuk melakukan teknik relaksasi R/ Meningkatkan
relaksasi otot dan memberi kenyamanan.
d) Anjurkan pada keluarga untuk melakukan teknik distraksi R/
Mengalihkan perhatian px sehingga dapat mengurangi nyeri.
e) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (narkotik, anti
bakteria dan anti spasmodik) R/ Untuk menghilangkan nyeri,
memberikan relaksasi mental dan fisik, anti bakteri
menurunkan adanya bakteri dalam traktus urinarius dan juga
yang masuk melalui sistem drainase, anti spasmodik
menghilangkan kepekaan kandung kemih.
2) Dx 2
Kriteria Evaluasi : Pasien dapat mencapai waktu
penyembuhan dan tidak mengalami tanda infeksi.
a) Observasi keluhan px R/ Adanya keluhan yang dirasakan dapat
menentukan intervensi yang lebih cepat dan tepat.
b) Observasi tanda vital, perhatikan demam ringan,
menggigil, gelisah, disorientasi R/ Dapat mengidentifikasikan
terjadinya infeksi terutama suhu tubuh.
c) Kaji kelancaran posisi selang kateter dan kebersihan kateter R/
Untuk memonitor kelancaran urine agar tidak tertahan
yang dapat menimbulkan infeksi.
d) Pertahankan posisi kantong drainage agar lebih rendah dari tubuh
R/ Menghindari refluk baik urine yang dapat memasukkan
bakteri, peningkatan dalam kandung kemih.
e) Lakukan perawatan kateter dengan teknik aseptik dan
pertahankan kateter dalam keadaan terus terawatt R/ Perawatan
kateter dapat mencegah terjadinya infeksi.
f) Jaga kebersihan px dan lingkungan di sekitar px R/ Kebersihan px
dan lingkunganmembantu pencegahan infeksi.
g) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi R/ Berikan secara
profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada
prostatektomi.
3) Dx 3
Kriteria Evaluasi : Pasien dapat melakukan dengan benar
prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan, pasien
melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi dalam
program pemgobatan.
a. Kaji kemampuan px (pengetahuan mengenai proses penyakit dan
pengalaman px) R/ Memberikan dasar pengetahuan dimana
px dapat memuat pilihan informasi terapi.
b. Bantu px menyatakan rasa takut R/ Membantu px mengalami
perasaan yang merupakan rehabilitas vital.
c. Berian px informasi bahwa kondisi tidak ditularkan secara seksual
R/ Mungkin merupakan ketakutan yang tidak dibicarakan.
d. Anjurkan menghindari makanan yang berbumbu, kopi alkohol R/
Dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Tn. M berusia 70 tahun datang ke rumah sakit diantar oleh
keluarganya dengan keluhan susah buang air kecil sejak 1 bulan yang lalu
sebelum masuk RS. Penderita harus mengedan saat BAK dan urine keluar
menetes. Tn. M juga mengeluh tidak puas setelah melakukan buang air kecil.
Rasa nyeri juga dirasakan, selain itu Tn. M juga sering BAK lebih dari 5 kali
saat malam hari sehingga tidurnya terganggu. Vital sign: TD: 130/90 mmHg,
Nadi: 80x/menit, Respirasi 20x/menit, Suhu 37ºC. Keluarga pasien sangat
cemas melihat kondisi Tn. M dan sering bertanya tentang kondisi maupun
tindakan yang akan diberikan kepada Tn. M .
1. Pengkajian
a. Biodata :
1) Nama : Tn. M
2) Jenis kelamin : Laki-laki
3) Umur: 70 tahun
4) Status perkawinan : menikah
5) Pekerjaan : -
6) Agama : islam
7) Pendidikan terakhir : -
8) Alamat : -
9) Tanggal/Jam MRS : -
10) Tanggal/Jam pengkajian : 16 Mei 2019
b. Diagnosa Medis : BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
c. Keluhan Utama : keluhan susah buang air kecil sejak 1 bulan yang lalu
sebelum masuk RS. Penderita harus mengedan saat BAK dan urine
keluar menetes. Tn. M juga mengeluh tidak puas setelah melakukan
buang air kecil. Rasa nyeri juga dirasakan, selain itu Tn. M juga sering
BAK lebih dari 5 kali saat malam hari sehingga tidurnya terganggu.
d. Riwayat Kesehatan / Penyakit Yang Lalu : keluhan susah buang air kecil
sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk RS.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak Ada Riwayat Penyakit Keluarga
f. Pola Aktivitas Sehari – Hari
NO Aktifitas Di Rumah Di RS
1. Makan dan minum Tidak dikaji Tidak dikaji
2. Pola istrahat dan tidur Tidak dikaji Tidak dikaji
3. Pola Eliminasi Tidak dikaji Tidak dikaji
4. Kebersihan diri Tidak dikaji Tidak dikaji
g. Riwayat Psikososial : Tidak ada riwayat psikososial
h. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan umum : merasa sakit
2) Tanda – tanda vital :
- TD: 130/90 mmHg
- Nadi: 80x/menit
- Respirasi :20x/menit
- Suhu 37ºC.
3) Pemeriksaan kepala dan leher : Tidak ada pembengkakan didaerah
leher
4) Pemeriksaan integumen : Tidak ada pemeriksaan
5) Pemeriksaan dada / thorax : Dada tampak simetris
6) Pemeriksaan payudara : Tidak ada pemeriksaan
7) Abdoment : Tidak ada pemeriksaan
8) Genetalia : Adanya pembesaran kelenjar Prostat
9) Ekstremitas : Extremitas atas dan bawah lengkap
10) Pemeriksaan Neurologis : Tidak ada pemeriksaan
11) Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada pemeriksaan
i. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
a. Retensi urine berhubungan dengan susah buang air kecil ditandai dengan
pengeluaran urine sedikit / menetes.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
mengedan saat BAK.
4. Implementasi
a. Diagnose 1 :
- Kaji haluaran urine R/Retensi dapat terjadi karena edema area
bedah, bekuan darah dan spasme kandung kemih.
- Dorong px untuk berkemih 2-4 jam dan bila tidak dirasakan R/
Meminimalkan retensi urine, distensi berlebihan pada kandung
kemih.
- Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih, perhatikan
penurunan keluaran urine dan perubahan bj R/ Retensi urine
meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan fungsi ginjal,
adanya defisit aliran darah ke ginjal mengganggu
kemampuannya untuk memfilter dan mengkonsentrasikan
substansi.
- Dorong masukan cairan sampai 3000 ml/hari R/ Peningkatan
aliran cairan ginjal serta kandung kemih dari pertumbuhan
bakteri.
- Anjurkan px untuk rendam duduk sesuai indikasi R/
Meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema dan dapat
meningkatkan upaya berkemih.
- Kolaborasi pemberian anti spasmodic R/ Menghilangkan spasme
kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh kateter.
5. Evaluasi
a. Diagnosa 1
- S : Klien menyatakan sudah tidak ada masalah dalam berkemih
- O : Klien dan keluarga klien tampak tenang
- A : Masalah teratasi
- P : Intervensi dilanjutkan
b. Diagnosa 2
- S: Klien mengatakan nyeri sudah berkurang saat BAK, nyeri
seperti ngilu, skala nyeri 1-3, nyeri kadang-kadang.
- O: klien tampak rileks
- A: masalah teratasi sebagian dan.
- P: intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA