Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab utama
kesakitan dan kematian balita di indonesia yaitu sebesar 28%1. WHO memperkirakan kematian
akibat pneumonia mencapai 10% – 20% pertahun dari seluruh jumlah bila tidak diberi
pengobatan2. Kematian balita karena pneumoni secara nasional diperkirakan 6 per 1000 balita
per tahun atau sekitar 150.000 balita

pertahun1. Salah satu sasaran pemberantasan penyakit ISPA pada balita adalah menurunkan
angka kematian balita akibat pneumonia 1.

ISPA hingga saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara
karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. Data Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2003 menunjukkan bahwa penyakit ISPA masih menempati
posisi pertama dari 10 penyakit terbanyak yaitu 33,02%. Angka kematian balita yang
disebabkan oleh semua penyakit sebesar 12,3%2.

Pelaksanaan program P2 ISPA di Kabupaten Bengkulu Utara belum mencapai target


nasional3.4. Hasil survei pendahuluan, seluruh puskesmas di Kabupaten Bengkulu Utara telah
menjalankan program P2 ISPA dan telah ada pedoman teknis pada prosedur tetap ISPA dari
Depatemen Kesehatan RI tahun 2002 tentang Pedoman P2 ISPA Balita. Hal tersebut terhambat
oleh keterbatasan petugas memanfaatkan data program P2 ISPA dan belum melaporkan secara
rutin setiap bulan ke Dinas Kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah penyebab penyakit ispa itu?


2. Bagaimana cara mengatasi penyakit ispa?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui penyabab penyakit ispa.


2. Untuk mengatasi pemyakit ispa
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.Yang


dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah
dan selaput paru

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas
ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan
antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

C. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:


1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi
ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan
sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang
2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali permenit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per
menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).

D. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genusStreptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus,Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara
lain golonganMicsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus.

E. Patofisiologi ISPA

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :


1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah
rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu
keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama
dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi
(25 % atau lebih).

F. Pathways

Gambar 1.2 Pathways ISPA

G. Gejala ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena
menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau
stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung,
yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta
demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.
Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah.
Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi
yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran
tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).

H. Cara Penularan Penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini
termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui
kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab. Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui:
a. Polusi udara
b. Asap rokok
c. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan
d. Asap pembakaran bahan kayu yang biasanya digunakan untuk memasak.

I. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA

a. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa
secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis,
dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common
cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada
manusia. Penyebabnya adalah virusMyxovirus, Coxsackie, dan Echo.
b. Manusia
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2
tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak
yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya
belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan.
3. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab
utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang
meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang
memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan
mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
4. Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir
<2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka
kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun
pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi
pada bayi baru lahir.
5. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya
akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama
minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal
mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-
sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
6. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit
menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya
terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan
desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap
terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor
kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita
sebesar 28 kali.
2. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18-
300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C
keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga
agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
4. Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan
proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di
rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat.
Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat
memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
5. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk
dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau
tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme
pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
6. Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan
kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak
memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya
peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
7. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap
rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain
Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan
prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau
97.560.002 penduduk.
8. Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio
pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah
ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan
hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih
banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status
ekonominya rendah.

J. Cara Mengatasi ISPA

a. Mengatasi panas (demam)


1. Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol.
2. Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan
paracetamol dan kompres.
b. Mengatasi batuk
1. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan obat tradisional
berupa jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,
diberikan 3 kali sehari.
2. Dapat menggunakan obat batuk lainnya yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.
c. Pemberian makanan
1. Berikan makanan yang cukup bergizi biarpun hanya sedikit tetapi berikan secara
berulang-ulang.
2. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diberikan.
d. Pemberian minuman
1. Usakan pemberian cairan seperti air putih, air buah dan sebagainya, diberikan lebih
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak dan mencegah kekurangan
cairan.
2. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
apalagi jika pada anak yang menderita demam karena akan menghambat keluarnya
panas.
3. Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah.
4. Usahakan lingkungan tetap terjaga dan selalu sehat, yaitu ventilasi yang cukup,
dengan cahaya yang memadai dan tidak berasap.

K. Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:


a. a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar
dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi
makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur,
serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga
dapat mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
b. b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah
terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi
asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang
menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang
baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi
manusia.
d. d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar
dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara
yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun
bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang
dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet
(campuran antara bibit penyakit).

BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ISPA

1. Identitas Pasien
Nama : An. K
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Status : Belum menikah
Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12
Kelurahan Sawah Gede Kecamatan
Cianjur Kabupaten Cianjur
Jawa Barat
Agama : Islam
Suku / bangsa : Sunda / Indonesia
Tanggal masuk puskesmas : 05 Februari 2016
Diagnosa medis : ISPA
No.Registrasi : 2067

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. Z
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12
Kelurahan Sawah Gede Kecamatan
Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek selama 5
hari disertai dengan demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur
(stridor).
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 5 Februari 2016 Tn. dari An. K mengatakan bahwa
anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan demam, sakit
tenggorokan, dan adanya suara tambahan (stridor) saat tidur. Skala nyeri 3 dari 0-5.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang tetapi tidak disertai
dengan sakit tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.

C. Pemeriksaan fisik (Data Objektif)

1. Keadaan umum : Lemas


2. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah :-
b) Respirasi : 20 x/menit
c) Nadi : x/menit
o
d) Suhu : 38 C
3. Berat badan : 12 Kg
4. Tinggi badan : 72 Cm
a. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidak kotor, tidak ada
nyeri tekan.
2. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih, tidak ada nyeri tekan.
Pupil mengecil ketika di beri rangsangan cahaya.
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, klien dapat mencium kayu putih.
4. Mulut
Mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.
5. Telinga
Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mendengar detak jam.
6. Leher
Bentuk leher simetris. Adanya nyeri tekan pada leher.
7. Dada / thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya suara tambahan (stridor) ketika
sedang tidur.
8. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan.
9. Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak ada nyeri tekan.
10. Ekstremitas
a) Atas
Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.
b) Bawah
Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.

D. Data Psikososial

a. Pengkajian psikologi
a) Status emosional : Gelisah
Karena klien terlihat meronta dan
menangis
b) Konsep diri :-
c) Cara berkomunikasi :-
d) Pola interaksi : Baik
Karena masih bisa berinteraksi dengan perawat
b. Pengkajian sosial
a) Hubungan sosial :-
b) Faktor kultursosial :-
c) Pola hidup : Baik
Karena keluarga Tn. Z menjaga pola hidup sehat
d) Hubungan dengan keluarga : Baik
Sebagai hubungan peran anak dan
keluarga
c. Kebutuhan dasar / pola aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi : 3x sehari
b) Porsi : 1 porsi habis
c) Jenis makanan :-
d) Keluhan :-
2) Minum
a) Frekuensi : < 8 botol atau gelas / hari
b) Jenis minuman : air putih dan susu formula
d. Terapi Medis
1) Amoxilin sirup 3x2
2) Glyceryl Guaiacolate 1 x1/4
3) Chlorpheniramine Maleate 1 x 1 /4
4) Vitamin B Kompleks 1 x1/2
5) Paracetamol sirup 3x1

E. Tentang Keluarga Pasien

a. Tipe keluarga
Keluarga Tn. Z termasuk tipe keluarga sederhana yaitu didalam satu rumah terdapat 4
orang yang terdiri dari Tn. Z (Ayah), Ny. I (Ibu), An. B (Anak ke 1) dan An. K (Anak
ke 2 ).
b. Suku bangsa
Bahasa yang digunakan Tn. Z adalah bahasa sunda karena berasal dari Jawa Barat.
Dalam keluarga tidak ada pantangan makanan apapun.
c. Agama
Keluarga Tn. Z beragama Islam dan taat menjalankan shalat 5 waktu biasanya
dilakukan dirumah dan sering membaca Al-Quran.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Kebutuhan sehari-hari keluarga semua dipenuhi oleh Tn. Z yang bekerja sebagai
wiraswasta. Ny. I membantu pekerjaan rumah.
e. Aktifitas keluarga
Keluarga menjalankan aktifitas masing-masing seperti Tn. Z sibuk mencari nafkah, Ny.
I membantu pekerjaan rumah, sedangkan dua orang anaknya sibuk sekolah.

F. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds: Tn dari An. K Pencemaran Udara (asap Batuk, pilek selama 5
mengatakan bahwa klien rokok, asap kendaraan, hari disertai dengan
mengalami batuk, pilek asap pabrik dll) demam, sakit
selama 5 hari disertai mengandung virus dan tenggorokan dan adanya
dengan demam, sakit bakteri suara tambahan saat tidur
tenggorokan, dan adanya (stridor).
suara tambahan saat tidur
(stridor).
Terhirup oleh hidung

Virus / bakteri jenis


Streptococcus dan
Micsovirus,merusak
lapisan epitel dan lapisan
mukosa

Anak menjadi lemas dan


terdapat gangguan sistem
pernafasan
Do: Klien terlihat lemas
dan gelisah
Tabel 1.1 Analisa Data

G. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah


Klien batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, dan adanya suara tambahan saat tidur
(stridor). Berhubungan dengan saluran pernapasan atas.

H. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama : An. K
Dx Medis : ISPA
No. Reg : 2067

N Diagnosa Tujuan Perencanaan Implementa Evaluasi Par


o Intervensi Rasional si af
1 Batuk Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien Put
berhubun panjang: pemberian pemberia pemberian mengata ri
gan Dalam posisi yang n posisi posisi yang kan Re
dengan waktu 3x24 nyaman yang nyaman batuk na
terjadiny jam batuk nyaman masih Sar
a klien hilang usaha ada i
penyemp dengan nafas O: -
itan pada kriteria: akan Klien
saluran -Batuk kembali masih
pernafasa klien hilang normal terlihat
n -Skala 0 sekaligus batuk
DS: Tn dapat -
dari An. mengelua Skala 3
K Tujuan rkan A:
mengata pendek: Berikan sputum Masalah
kan Dalam therapy obat dengan Memberikan klien
batuk sel waktu 8 jam Glyceryl mudah therapy belum
ama 5 batuk klien Guaiacolate dan obat Glycer teratasi
hari berkurang d 1 x 1/4 meningka yl P:
DO: engan tnya Guaiacolate Interven
Klien kriteria: suplai 1 x 1/4 si
terlihat -Klien oksigen dilanjut
batuk terlihat ke paru- kan
berulang- tenang paru
ulang -Skala 2
-Skala Dengan
nyeri 3 memberi
dari 0-5 kan S: Klien
therapy mengata
obat kan
batuk batuk
klien berkura
berkuran ng
g ataupun O: Skala
hilang 2
A:
Masalah
klien
teratasi
sebagian
P:
Interven
si
dilanjut
kan
2 Pilek Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien
berhubun panjang: pemberian pemberia pemberian mengata Put
gan Dalam posisi yang n posisi posisi yang kan ri
dengan waktu 3x24 nyaman yang nyaman pilek Re
masukny jam pilek nyaman berkura na
a bakteri klien hilang terciptany ng Sar
pada dengan a jalan sedikit i
saluran kriteria: nafas O: -
pernafasa -Klien tidak yang Klien
n menghirup bersih terlihat
DS: Tn udara ke dan sedikit
dari An. hidung patent, nyaman
K secara meningka -
mengata berulang- tnya Skala 1
kan pilek ulang dan pengeluar A:
selama 5 cepat an sekret Masalah
hari dengan klien
DO: adanya teratasi
Klien suara sebagian
terlihat tambahan P:
menghiru -Skala 0 Interven
p udara si
ke dilanjut
hidung kan
secara
berulang-
ulang Tujuan
dan cepat pendek: Berikan
dengan Dalam therapy obat Memberikan
adanya waktu 8 jam Chlorphenir therapy obat
suara pilek klien amine Chlorphenir
tambaha berkurang Maleate 1 amine
n dengan x 1/4 Maleate 1
-Skala 2 kriteria: Dengan x 1/4
dari 0-5 -Klien memberi
terlihat kan
nyaman therapy
-Skala 2 obat
diharapka
n pilek
klien S: Klien
berkuran mengata
g atau kan
hilang pilek
berkura
ng
O: Skala
1
A:
Masalah
klien
teratasi
sebagian
P:
Interven
si
dilanjut
kan
3 Demam Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien Put
berhubun panjang: kompres kompres kompres mengata ri
gan Dalam daerah diharapka daerah kan Re
dengan waktu 3x24 frontal n demam frontal demam na
proses jam demam klien berkura Sar
infeksi klien hilang hilang ng i
atau dengan O: Klie
inflamasi kriteria: n
DS: Tn Klien tidak terlihat
dari An. gelisah tenang
K A:
mengata Tujuan Masalah
kan pendek: klien
demam Dalam Berikan Dengan Memberikan teratasi
DO: waktu 8 jam therapy obat memberi therapy obat sebagian
Klien demam Paracetamol kan Paracetamol P:
terlihat klien sirup 3x1 therapy sirup 3x1 Interven
gelisah berkurang obat si
dengan demam dilanjut
krtiteria: klien kan
Klien hilang
terlihat
tenang
S: Klien
mengata
kan
demam
berkura
ng
O: Klien
terlihat
tenang
A:
Masalah
klien
teratasi
sebagian
P:
Interven
si
dilanjut
kan
4 Sakit Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien
tenggoro panjang: therapy pijat dilakukan therapy pijat mengata Put
kan Dalam daerah leher therapy daerah leher kan ri
berhubun waktu 3x24 pijat sakit Re
gan jam sakit diharapka tenggor na
dengan tenggorokan n sakit okan Sar
virus hilang tenggoro masih i
atau dengan kan ada
bakteri kriteria: berkuran O: Klien
sterptoko -Klien tidak g masih
kus atau memegang terlihat
disebut tenggorokan memega
dengan ng
strep tenggor
throat okan
yang A:
menyera Masalah
ng klien
tenggoro belum
kan teratasi
DS: Tn P:
dari An. Interven
K Tujuan si
mengata pendek: Berikan Memberikan dilanjut
kan sakit Dalam therapy obat therapy obat kan
tenggoro waktu 8 jam Amoxilin Amoxilin
kan dan sakit sirup 3 x 2 sirup 3x2
adanya tenggorokan dan Vitamin Dengan dan Vitamin
suara klien B Kompleks memberi B Kompleks
tambaha berkurang 1 kan 1x1/2
n saat dengan x1/2 therapy
tidur kriteria: obat
(stridor) Klien diharapka
DO: terlihat n sakit
Klien nyaman tenggoro
terlihat kan klien
memega hilang
ng dan suara S: Klien
tenggoro stridorpu mengata
kan n hilang kan
sakit
tenggor
okan
dan
suara
stridor
hilang
O: Klien
terlihat
nyaman
A:
Masalah
klien
teratasi
P:
Interven
si
dilanjut
kan di
rumah

BAB III
KESIMPULAN

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan
masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak
merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak
diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah
dan selaput paru.
Program Pemberantasan ISPA mengklasifikasi ISPA yaitu:
1. Pneumonia berat
2. Pneumonia
3. Bukan pneumonia
Menurut pelayanan kesehatan bahwa etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis
bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genusStreptococcus,
Stafilococcus, Pnemococcus,Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus
penyebabnya antara lain golonganMicsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus.

Anda mungkin juga menyukai