Anda di halaman 1dari 27

PELAT BETON BERTULANG

DOSEN PENGAMPU
Karmila Achmad, S.T.

RESKI APRILIA
NIM : 120309180092

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas makalah Teknologi Beton sub materi Beton Pelat ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini, baik secara material maupun
moril. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami ucapkan terima kasih
kepada :

1. Ibu Karmila Achmad sebagai dosen pengampu.


2. Kedua orang tua kami yang mendukung secara material dan moril.
3. Teman – teman kelas 2 Teknik Sipil 2.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir
kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran
yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati.

Balikpapan, Maret 2014

Penulis

Reski Aprilia

ii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 1
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 2
1.5 Metodologi Penelitian................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Beton.......................................................................... 3
2.2 Material Penyususn Beton........................................................... 4
2.3 Sifat Beton................................................................................... 4
2.4 Kelebihan Beton ........................................................................ 5
2.5 Kekurangan Beton....................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan Pelat......................................................................... 7
3.2 Sistem Penulangan Pelat............................................................. 9
3.3 Pelat dengan Satu Tumpuan........................................................ 11
3.4 Pelat dengan Dua Tumpuan Sejajar............................................ 11
3.5 Pelat dengan Emapt Tumpuan Saling Sejajar............................. 12
3.6 Pekat Tangga Beton Bertulang................................................... 13
3.7 Metode Pelaksanaan Pelat Lantai............................................... 15
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................... 17
4.2 Saran............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Material Penyusun Beton 4

Gambar 3.1 Penumpu Pelat 8

Gambar 3.2 Jenis perletakan pelat pada balok 9

Gambar 3.3 Contoh pelat dengan penulangan satu arah 9

Gambar 3.4 Contoh pelat dengan penulangan dua arah 10

Gambar 3.5 Contoh penulangan pelat dengan satu tumpuan 11

Gambar 3.6 Contoh penulangan pelat dengan dua tumpuan

Sejajar 12

Gambar 3.7 Contoh pelat dengan empat tumpuan saling sejajar 12

Gambar 3.8 Komponen-komponen tangga 14

Gambar 3.9 Bentuk tangga 14

Gambar 3.10 Pengerjaan pelat lantai metode konvensional 15

Gambar 3.11 Pengerjaan pelat lantai metode half slab 16

Gambar 3.12 Pengerjaan pelat lantai metode precast 17

Gambar 3.13 Pengerjaan pelat lantai metode bondek 18

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan konstruksi saat ini semakin maju, seiring dengan


pembangunan yang kian banyak dilakukan, baik berupa gedung-gedung tinggi
maupun infrastrukstur lainnya. Dalam perkembangan tersebut metode konstruksi
adalah salah satu pilarnya Beton telah menjadi salah satu konstruksi yang paling
banyak dimanfaatkan. Hal itu dikarenakan beberapa keunggulan yang dimilikinya,
baik karena material pembentuknya yang mudah didapatkan juga karena mudah
dalam pembuatan.

Beton seiring perkembangannya dalam hal konstruksi bangunan sering


digunakan sebagai struktur dan dapat digunakan untuk hal-hal lainnya lagi.
Banyak hal yang dapat dilakukan dengan beton dalam bangunan, contohnya saja
dalam struktur beton yang kini telah terdiri dari kolom, pondasi dan pela.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan dapat


dirumuskan adalah:

1. Bagaimana sistem penulangan pada pelat beton bertulang?


2. Bagaimana sistem penerapan pelat beton bertulang dalam dunia
konstruksi?
3. Bagaimana cara membaca simbol-simbol dalam penulangan pelat beton
bertulang?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan:


2

1. Mengetahui definisi beton.


2. Mengetahui material penyusun beton.
3. Mengetahui sifat – sifat serta kelebihan dan kekurangan beton.
4. Mengetahui definisi pelat beton bertulang.
5. Mengetahui penerapan plat beton bertulang dalam konstruksi.
6. Mengetahui cara membaca simbol-simbol pada gambar penulangan

1.4 Manfaat Peneliatian

Manfaat yang diperoleh dalam makalah ini adalah dapat menambah


khazanah ilmu pengetahuan bidang Teknik Sipil seperti penerapan pelat beton
bertulang dalam dunia konstruksi, sistem penulangan, tumpuan serta jenis-jenis
perletakan pelat pada balok yang sangat berguna terutama dalam dunia kerja
dikemudian hari.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan, kami mempergunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka
atau literatur ini dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis
yang bersumber dari buku-buku, dan berbagai artikel diinternet yang menurut
kami dapat mendukung penelitian ini.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton


Beton didefinisikan “sebagai campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan tambahan membentuk massa padat” (SK SNI T-15-1991-03). Sifat-sifat
dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja dari beton
yang dibuat. Pemilihan material yang memenuhi persyaratan sangat penting dalam
perencanaan beton, sehingga diperoleh kekuatan yang optimum. Selain itu
kemudahan pengerjaan (workabilitas) juga sangat dibutuhkan pada perancangan
beton. Meskipun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan yang
tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan di lapangan
karena sulit untuk dikerjakan, maka rancangan tersebut menjadi percuma.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan
peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena airmenguap, tetapi
semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya
membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan
jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur
parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok.
Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi,
seperti beton ringan, beton semprot (eng: shotcrete), beton fiber,beton
berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri (eng:
self compacted concrete) dll. Saat ini beton merupakan bahan bangunan yang
paling banyak dipakai di dunia.
4

2.2 Material Penyusun Beton


Semen yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika pasta
semen ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah lagi
dengan kerikil/batu pecah disebut beton. Pada umumnya, beton mengandung
rongga udara sekitar 1% - 2%, pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%
dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk
mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masing-masing
bahan penyusun tersebut perlu dipelajari.

Gambar 2.1 Material Penyusun Beton

2.3 Sifat Beton

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan yang


tinggi namun kuat tarik yang lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering
digunakan satuan kg/cm² dengan simbol K. Misal, beton mutu K300 berarti
memiliki kuat tekan 30 MPa. Kuat hancur dari beton sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor :

 Jenis dan kualitas semen


 Jenis dan lekak lekul bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukkan
bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton dengan kuat tekan
dan kuat tarik lebih besar daripada penggunaan kerikil halus dari sungai.
5

 Perawatan. Kehilangan kekuatan sampai dengan sekitar 40% dapat terjadi


bila pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang
sangat penting pada pekerjaan lapangan dan pada pembuatan benda uji.
 Suhu. Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk
waktu yang lama.
 Umur. Pada kekeadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan
umurnya.

2.4 Kelebihan Beton


 Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari
bahan lokal, kecuali semen Portland.
 Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah
 Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai
sifat tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
 Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau
pasangan batu.
 Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan .

2.5 Kekurangan Beton


 Kuat tarik rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja
tulangan, atau tulangan kasa.
 Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton
yang panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
 Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu
sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya
retak-retak akibat perubahan suhu.
6

 Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan
beton.
 Bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
7

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan Pelat


3.1.1 Definisi Pelat

Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus pada
bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang atau lebar bidangnya. Pelat beton bertulang
ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung pelat ini
berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat
bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada
dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap
beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan
terjadi momen lentur, oleh karena itu pelat juga direncanakan terhadap beban
lentur.

3.1.2 Tumpuan Pelat


Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-
balok dengan berbagai sistem sebagai berikut:

 Monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu
kesatuan.
 Ditumpu dinding-dinding/tembok bangunan.
 Didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit.
 Didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, dikenal dengan pelat
cendawan.
8

Gambar 3.1 Penumpu Pelat

3.1.3 Jenis Perletakan Pelat pada Balok


 Terletak bebas
Jika pelat diletakkan begitu saja diatas balok, atau antara pelat dan balok
tidak dicor bersama-sama sehingga pelat dapat berotasi bebas pada
tumpuan tersebut.
 Terjepit elastis
Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran
balok cukup kecil shingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi.
 Terjepit penuh
Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok
cukup besar sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
9

Gambar 3.2 Jenis perletakan pelat pada balok

3.2 Sistem Penulangan Pelat


3.2.1 Penulangan Pelat Satu Arah

Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini dijumpai jika pelat beton lebih
dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja.

Gambar 3.3 Contoh pelat dengan penulangan satu arah

Karena momen lentur hanya bekerja pada satu arah saja, yaitu searah
dengan bentang λ, maka tulangan pokok juga dipasang satu arah yang searah
bentang λ tersebut. Untuk menjaga kedudukan tulangan pokok pada saat
10

pengecoran beton tidak berubah dari tempat semula, maka dipasang pula tulangan
tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini
disebut tulangan bagi.

Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak


lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton. Sedangkan tulangan
bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.

3.2.2 Penulangan Pelat Dua Arah

Pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan dijumpai jika pelat beton
menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah.

Gambar 3.4 Contoh pelat dengan penulangan dua arah

Karena momen lentur bekerja pada dua arah yaitu searah dengan bentang
lx dan bentang ly, maka tulangan pokok juga dipasang pada dua arah yang saling
tegak lurus (bersilangan), sehingga tidak perlu lagi tulangan bagi.
11

3.3 Pelat dengan Satu Tumpuan


Pelat yang ditumpu satu sisi (tumpuan jepit). Pada umumnya pelat satu
tumpuan sering disebut pelat luifel atau pelat kantilever. Pelat ini termasuk jenis
pelat satu arah, karena beban lentur hanya bekerja pada satu arah saja yang
menghasilkan momen negatif.
Karena termasuk pelat satu arah, maka harus dihitung tulangan pokok serta
tulangan bagi (tulangan susut dan suhu) dan karena momen lenturnya negatif,
maka kedua tulangan tersebut dipasang dibagian atas.

Gambar 3.5 Contoh penulangan pelat dengan satu tumpuan

3.4 Pelat dengan Dua Tumpuan Sejajar


Pelat yang ditumpu oleh dua tumpuan berpasangan, yang dapat berupa
tumpuan bebas, tumpuan jepit elastis, maupun tumpuan jepit penuh. Pelat ini
termasuk jenis pelat satu arah yang dapat menghasilkan momen positif di
lapangan atau bentang tengah dan momen negatif di ujung pelat.
Untuk daerah momen positif yaitu di daerah bentang tengah tulangan
dipasang di bawah, sedangkan untuk daerah momen negatif yaitu di daerah ujung
pelat tulangan dipasang di atas. Baik daerah momen positif maupun momen
negatif tersebut harus dipasang dua jenis tulangan, yaitu tulangan pokok dan
tulangan bagi.
12

Gambar 3.6 Contoh penulangan pelat dengan dua tumpuan sejajar

3.5 Pelat dengan Empat Tumpuan Saling Sejajar


Pelat dengan empat tumpuan yang saling sejajar termasuk pelat dua arah,
karena menahan momen lentur dalam dua arah yaitu arah lx dan arah ly. Beban
merata q yang bekerja di atas pelat dapat mengakibatkan lendutan pada pelat,
sehingga pelat melengkung ke bawah. Lendutan maksimal pada pelat akan terjadi
di tengah bentang, kemudian menyebar ke semua arah di antara bentang lx
maupun bentang ly dan secara berangsur-angsur lendutannya semakin kecil
menuju ke tumpuan (balok).

Gambar 3.7 Contoh pelat dengan empat tumpuan saling sejajar


13

Lendutan dan momen lentur yang terjadi merupakan fungsi dari beban
yang bekerja pada pelat. Semakin besar beban yang bekerja di atas pelat, semakin
besar pula lendutan maupun momen lentur yang akan ditimbulkannya.

3.6 Pelat Tangga Beton Bertulang


Tangga merupakan salah satu sarana pendukung dari dua tempat yang
berbeda level atau ketinggiannya. Pada bangunan gedung bertingkat, umumnya
tangga digunakan sebagai sarana penghubung antara lantai tingkat yang satu
dengan lantai tingkat lain, khususnya bagi pejalan kaki.
Menurut Djojowirono (1984), penentuan sudut kemiringan tangga
bergantung pada fungsi tangga yang akan dibangun, sebagai pedoman dapat
diambil ketentuan berikut:
 Tangga mobil masuk garasi, sudut maksimal 12,5 atau dengan kemiringan
1 : 4,5.
 Tangga diluar bangunan, sudut kemiringan 30 – 35 atau kemiringan 1 : 7,5
sampai 1 : 1,4.
 Tangga perumahan dan bangunan gedung pada umumnya sudut
kemiringan 30 – 35 atau kemiringan 1 : 1,7 sampai 1 : 1,4.
 Tangga dengan sudut kemiringan sama atau lebih besar dari 41, disebut
tangga curam.

3.6.1 Komponen Tangga


 Badan/pelat tangga, digunakan sebagai saran lalu lintas naik turun antar
lantai.
 Bordes, digunakan sebagai tempat berhenti sementara bagi pejalan yang
merasa lelah pada saat melewati tangga.
 Anak tangga, digunakan sebagai tempat kaki berpijak ketika melalui
tangga.
 Sandaran, digunakan sebagai pegangan agar lebih aman dapat melewati
tangga.
14

Gambar 3.8 Komponen-komponen tangga

3.6.2 Bentuk Tangga


 Jika ruangannya luas, maka tangga dapat dibuat dengan bentuk “L”.
 Jika ruanggan agak sempit dan panjang, maka tangga dapat dibuat dengan
bentuk “I”.
 Jika ruangannya sempit dan tidak panjang, maka dapat dibuat tangga
putar.
 Jika ruangan luas dengan pertimbangan arsitektur, maka dibuat tangga
layang.

Gambar 3.9 Bentuk tangga


15

3.7 Metode Pelaksanaan Pelat Lantai


3.7.1 Metode Konvensional
Seluruh struktur plat lantai dikerjakan ditempat, bekisting menggunakan
plywood dengan perancah scaffolding. Ini merupakan cara lama yang paling
banyak digunkana namun membutuhkan waktu lama serta biaya tinggi. Kondisi
ini kemudian menyebabkan banyak pekerja proyek berlomba-lomba melakukan
inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sekaligus biaya termurah.

Gambar 3.10 Pengerjaan pelat lantai metode konvensional


16

3.7.2 Metode Half Slab


Disebut half slab karena separuh struktur palt lantai dikerjakan dengan
sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di pabrik lalu dikirim ke lokasi proyek
untuk dipasang, selanjutnya dilakukan pemasangan besi tulangan bagian atas lalu
dilakukan pengecoran separuh plat ditempat. Kelebihannya yaitu adanya
pengurangan waktu serta biaya pekerjaan bekisting. Namun, tidak semua bagian
plat gedung bisa dibuat dengan sistem half slab, contohnya area plat kantilever
baguan pinggir biasanya tetap dipasangan dengan sistem konvensional, are toilet
juga sebaiknya dibuat secara konvensional untuk menghindari kebocoran.

Gambar 3.11 Pengerjaan pelat lantai metode half slab

3.7.3 Metode Precast


Bisa dibilang bahwa ini merupakan sistem paling cepat, nmaun yang perlu
diperhatikan jika menggunkan metode ini adalah segi kekuatan alat angkat.
Misalnya kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dan total berat beton
17

precast dapat dilakukan dipabrik sejak dini lalu tinggal dikirim ke lokasi proyek
untuk dipasang.

Gambar 3.12 Pengerjaan pelat lantai metode precast

3.7.4 Metode Bondek


Tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya digantikan oleh plat bondek
dengan begini diharapkan ada penghematan besi tulangan dan bekisting
dibawahnya. Tulangan atas bisa dibuat dalam bentuk batangan atau diganti
dengan besi wiremesh agar lebih cepat saat pemasangan.
18

Gambar 3.13 Pengerjaan pelat lantai metode bondek


19

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Pelat beton bertulang sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada
bangunan gedung pelat ini berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku
horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal
dengan memperhitungkan beban yang bekerja pada pelat terhadap beban gravitasi.
Dalam pengaplikasiannya dalam konstruksi, pelat digunakan sebagai lantai
bangunan, lantai atap sebuah gedung, lantai jembatan, lantai dermaga serta tanga.

Jenis perletakan pelat pada balok yaitu terletak bebas, terjepit elastis dan
terjepit penuh. Sistem penulangannya terbagi atas penulangan satu arah dan dua
arah. Dan berdasarkan tumpuan terdiri dari satu tumpuan, dua tumpuan saling
sejajar dan emapat tumpuan saling sejajar.
20

DAFTAR PUSTAKA

Asroni, Ali. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Serbaneka, B. (2013). Menggambar Rencana Pelat Lantai Bangunan. Diambil
pada 8 Maret 2014 dari
http://belajarserbaneka.blogspot.com/2013/11/menggambar-rencana-pelat-
lantai-bangunan.html
Vis, W.C., Kusuma, Gideon. (1993). Dasar – Dasar Perencanaan Beton
Bertulang (CUR-1). Jakarta: Erlangga (Anggota IKAPI).
21

LAMPIRAN
22
23

Catatan:
Untuk mengatasi kesulitan memabaca simbol-simbol dan keterangan dalan
penggambaran konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai