Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha penetasan merupakan parameter dari suatu usaha peternakan

pembibitan dalam menghasilkan telur tetas yang berkualitas dan merupakan

langkah awal dari suatu usaha peternakan baik komersial maupun pembibitan

(breeding). Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit parent stock harus

dilakukan oleh perusahaan pembibitan yang bersangkutan untuk dapat

memperoleh anak ayam (Final Stock) yang mempunyai sifat-sifat yang

unggul seperti yang dimiliki oleh tetuanya (Parent Stock) yang dalam hal ini

adalah produktivitas dan nilai ekonomisnya yang tinggi.

Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila

tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim

disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika

ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja. Adapun untuk

menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang menunjang keberhasilan

dalam menetaskan.

Produk dari penetasan ayam adalah DOC yang berkualitassangat

bergantunng pada telur tetas yang diterima harus memiliki fertilitas

yangtinggi pada umumnya mempunyai daya tetas yang tinggi pula, oleh

karena itumanajemen penangan telur tetas harus diperhatikan dengan baik.

1
B. Tujuan

Tujuan dari PKL ini adalah untuk menambah wawasan, pengetahuan

danketerampilan dibidang penetasan khususnya dalam bidang penanganan

telur tetasyang baik dan benar, serta mengetahui lebih dalam mengenai

penanganan telurtetas, apakah yang ada di dalam teori sesuai dengan aplikasi

yang ada dilapangan.Manfaat yang diperoleh dari kegiatan PKL ini adalah

untuk menambah wawasanmengenai dunia peternakan dalam penanganan

telur tetas yang baik danmeningkatkan pola pikir mahasiswa dalam

mengembangkan dunia perunggasan diIndonesia.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telur Tetas

Menurut Suprijatnaet al., 2005 dalam (Anonim, 2013) Telur tetas

merupakan telur fertil atau telah dibuahi, dihasilkan

oleh peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam komersial yangd

igunakan untuk penetasan. Telur tetas yang digunakan dalam proses

penetasanadalah telur yang telah diseleksi. Syarat telur tetas yang baik seperti

telur berasaldari induk (pembibit) yang sehat dan produktivitasnya tinggi,

umur telur dankualitas fisik telur (bentuk, berat, keadaan kerabang) .Kualitas

telur tetas tergantung dari kualitas induk, kualitas pakan yang

dikonsumsi,kondisi kesehatan ayam,week production, dan suhu (Kholis dan

Sitanggang,2001) dalam (Anonim, 2013).

Ayam yang dipelihara sebagai penghasil telur konsumsi umumnya

tidakmemiliki pejantan dalam kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu

dibuahi, berbeda dengan ayam petelur yang dipelihara untuk tujuan telur tetap

didalamkandang perlu ada pejantan dimaksudkan agar telur yang dihasilkan

dapat dibuahiatau fertil, sebab telur yang tidak fertil tidak akan menetas. Hal

yang perludiperhatikan saat akan menyeleksi telur tetas yaitu ukuran besar

telur 50 gramsampaid 65 gram, bentuk telur normal, warna kulit telur agak

gelap, tebalcangkang 0,33-0,35 mm, dan nilaiHaugh Unit yaitu >80

(Kartasudjana danSuprijatna, 2006) dalam (Anonim, 2013).

3
B. Penanganan Telur Tetas

Penanganan telur tetas dilakukan untuk menghindari kemungkinan

terjadinya kerusakan (fisik maupun kimia dari telur) yang dapat menurunkan

daya tetas dan kualitas DOC. Penanganan telur yang baik sangat penting

karena didalam telur sudah ada embrio yang sedang berkembang. kerusakan

telur tetas secara fisik dapat disebabkan benturan , kesalahan pengemasan,

transportasi, dan kerabang yang terlalu tipis. Sementara itu, kerusakan atau

perubahan komposisi telur bisa di sebabkan oleh suhu, kelembapan, dan

penyimpanan yang lama.

Tahap-tahap penanganan telur dimulai sejak telur dikeluarkan kedalam

mesin tetas. Berikut tahapan penanganan telur tetas yang baik (Anonim,

2014) :

1. Pengumpulan Telur

Jika jumlah induk ayam banyak, sebaiknya lakukan pemanenan

telur minimum 3 kali sehari. Namun , jika suhu melebihi 29,4 derjat

celcius, pengumpulan telur dilakukan hingga lima kali sehari, yaitu tiga

kali pada pagi hari dan 1-2 kali pada sore hari. Hal ini dilakukan agar

telur tidak tepapar panas dalam waktu yang lama. Selain itu, telur akan

lebih terjaga kebersihannya dan terhindar dari infeksi bakteri.

Telur yang agak kotor sebaiknya dibersihkan dengan kain halus,

tetapi sebisa mungkin tidak menggunakan air. Jika terpaksa

menggunakan air, disarankan untuk memakai air yang dicampur dengan

disinfektan. Bersihkan dengan cara tidak menekan kulit telur. Namun,

4
penggunaan air tetap dikhawatirkan dapat merusak selaput pertahanan

alami.Kulit telur dari bibit penyakit, seperti bakteri dan virus yang dapat

menembus lapisan berpori pada dinding kulit telur.

Telur yang kotor jangan dicampurkan dengan telur yang bersih

agar tidak terkontaminasi kotoran lagi. Telur dengan kerabang yang retak

atau tidak sempurna harus ditiinggalkan karena mudah terinfeksi

mikroorganisme yang sama. Demikian juga telur-telur yang berukuran

kecil, karena telur seperti ini akan menghasilkan DOC yang berukuran

kecil juga.

2. Penyimpanan Telur

Penyimpanan telur harus memperhatikan suhu dan kelembapan

lingkungan. Telur sebaiknya disimpan pada suhu dingin dan lembap

sebagaimana kondisi kolong tempat tidur. Temperatur penyimpanan yang

baik adalah 12,8 derjat celcius dengan kelembapan 60%. Karena itu, telur

tetas yang dijual dipasarkan dalam keadaan terbuka dan dibawah sinar

matahari langsung akan memiliki daya tetas yang rendah. Simpan telur

dengan posisi bagian tumpul di atas.Daya tetas telur menurun sangat

cepat setelah telur berumur 7 hari.Karena itu, penyimpanan telur sebelum

masuk kedalam mesin tidak boleh melebihi umur tersebut. Telur yang

telah berumur tiga minggu memiliki daya tetas yang sangat randah,

bahkan hampir pasti tidak dapat menetas.

5
3. Mengubah posisi Telur

Jika dalam 4-6 hari telur belum dimasukkan kedalam mesin tetas,

posisi telur perlu diubah-ubah. Putar posisi telur sekali dalam sehari

sampai telur dimasukkan kedalam mesin tetas. Telur diputar dengan total

pemutaran 90 derajat . Hal ini dilakukan untuk mencegah agar kuning

telur tidak sampai menyentuh kulit telur dan merusak embrionya.

4. Mengangin-anginkan

Struktur kulit telur mudah rusak karena perubahan suhu yang

mendadak. Karena itu, telur yang dingin akibat penyimpanan sebaiknya

diangin-anginkan terlebih dahulu dalam suhu kamar sebelum dimasukkan

kedalam mesin tetas. Selain itu, perbedaan suhu kamar sebelum

dimasukkan kedalam mesin tetas. Selain itu, perbedaan suhu diruang

penyimpanan (sekitar 12,8 ᵒC) dengan suhu dimesin tetas (sekitar 38,7

ᵒC) menyebabkan terjadinya kondensasi cairan didalam kerabang,

sehingga bibit penyakit mudah masuk dan daya tetas menjadi rendah.

Setelah telur tetas tiba di penetasan, telur-telur tersebut diseleksi

kembali berdasarkan beratnya. Hal ini dilakukan terutama bila penanggung

jawab penetasan dan peternakan (sumber telur tetas) berlainan. Tujuan seleksi

telur adalah untuk mendapatkan bibit itik maupun ayam sesuai yang

diharapkan. Dari tabel di bawah ini, dapat diketahui pengaruh berat telur

terhadap berat awal anak ayam umur sehari yang ditetaskan dalam kondisi

mesin tetas yang baik.

6
Tabel 1. Pengaruh Berat Telur Terhadap Berat DOC

Selain itu, dapat pula digunakan standar seperti berikut :

Berat anak ayam umur sehari (gram) = (2/3 x berat telur) ± 1 gram

(euribrid, form egg to chicken). Setelah dilakukan seleksi ulang terhadap berat

telur, kebersihan telur dan kondisi kulit telur, kemudian telur-telur ini difumigasi

dengan kekuatan triple (120 cc formalin dan 60 gram KMn04) untuk ruangan 2.83

m3. Selanjutnya telur-telur ini dimasukan ke ruang pendingin sambil menunggu

waktu untuk dimasukan ke dalam mesin setter (inkubator). Agar supaya telur

tidak terkontaminasi lagi oleh bibit penyakit, letak ruang fumigasi sebaiknya

langsung satu pintu dengan ruang pendingin (cold storage). Untuk telur tetas yang

membutuhkan penyimpanan beberapa hari, ruang pendingin harus memiliki suhu

atau temperatur ruang kurang dari 15°C dengan kelembapan 70 – 80 %.

Sebaiknya lama penyimpanan telur tidak lebih dari 1 minggu sebab penyimpanan

yang terlalu lama akan sangat berpengaruh negatif terhadap daya tetas serta

bertambahnya waktu yang dibutuhkan untuk menetas. Pengaruh tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut :

7
Tabel 2. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Terhadap Daya Tetas serta

Keterlambatan Penetasan

Penataan Ruang di Penetasan

Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi serta untuk mendapatkan sanitasi

yang baik, maka penempatan ruang di penetasan menggunakan sistem one way

system (telur berjalan satu jalur). Pada sistem ini, arah angin dapat diatur

sedemikian rupa sehingga akan mengalir dari bagian yang bersih ke arah bagian

yang kotor.

1. Ruang Fumigasi

Telur tetas yang telah tiba dari peternakan, langsung dimasukan ke

ruang fumigasi, selanjutnya telur difumigasi dengan kekuatan 3 kali.

Petugas yang membawa telur tetas dari peternakan hanya boleh

memasukan telur sampai pintu bangunan penetasan dan tidak boleh masuk

ke dalam ruang penetasan.

8
2. Ruang Penerimaan Telur (Ruang Sanitasi)

Setelah telur difumigasi, telur dipindahkan ke ruang penerimaan atau

ruang seleksi telur. Di ruang ini, telu-telur diseleksi ulang berdasarkan :

 Keutuhan kulit telur (yang retak di keluarkan)

 Berat telur berdasarkan berat bibit yang dikehendaki

 Tingkat kebersihan kulit telur

 Bentuk telur (normal atau oval dan tidak terlalu memanjang) dan

 Keadaan kulit telur (halus dan tidak banyak totol-totol)

Selain dilakukan seleksi ulang, telur tetas juga dipindahkan dari tray

yang digunakan dari peternakan (asal telur) ke tray khusus yang akan

digunakan dalam penetasan (mesin setter).

3. Ruang Penyimpanan Telur Tetas

Untuk telur-telur yang tidak langsung dimasukan ke setter (inkubator),

karena menunggu hingga jumlah telur terpenuhi ataupun karena menunggu

jadwal yang ditetapkan maka telur-telur ini dimasukan ke dalam ruang

penyimpanan. Telur-telur tersebut diletakan pada rak dan diberi tanggal.

Telur yang masuk ke ruang penyimpanan terlebih dahulu, harus

dikeluarkan lebih dahulu pula.Umumnya, lama penyimpanan telur

sebelum masuk ke mesin setter adalah 4 hari.

Suhu dalam ruang penyimpanan sebaiknya diatur pada 15ºC dengan

kelembapan 70 – 80 %. Ruang penyimpanan ini harus tidak memiliki

jendela, dinding dan daun pintunya harus dilapisi bahan yang tidak mudah

lapuk dan berjamur bila terkena air. Petugas untuk ruang penyimpanan

9
sebaiknya tersendiri serta dapat merangkap tugas memasukan telur ke

inkubator. Untuk memudahkan petugas, sebaiknya pintu yang

berhubungan degan ruang seleksi digembok dari sebelah dalam, sedangkan

pintu yang ke arah ruang pre heating diberi kunci.

4. Ruang Pre Heating

Kurang lebih 6 jam sebelum dimasukan ke dalam inkubator, telur tetas

sebaiknya dikeluarkan dari ruang penyimpanan kemudian dibawa ke

ruangan yang bersuhu 22ºC (72ºF). Ruang ini sebaiknya berada langsung

di ruangan mesin penetas. Manfaat penempatan telur di ruangan ini adalah

agar suhu telur dapat berangsur-angsur naik sehingga bila dimasukan ke

inkubator tidak menyebabkan turunnya suhu mesin tetas terlalu lama. Bila

hal ini terjadi, maka telur yang terlebih dahulu berada dalam inkubator

akan mengalami kegagalan menetas.

C. Kualitas Telur Tetas

Bila dilihat dari kondisi fisik telur yang dihasilkan dari kandang

pembibitan,biasanya tidak semuanya bagus untuk ditetaskan. Oleh karena itu

untukmempertahankan daya tetas yang tinggi, telur-telur tidak memenuhi

syaratsebagai telur tetas sebaiknya diafkir. Dengan kata lain, kita

perlumengadakan seleksi terhadap telur -telur yang dihasilkan. Seleksi telur

padaumumnya didasarkan kepada (Anonim, 2011) :

10
1. Berat Telur

Untuk telur ayam ras, minimal beratnya sekitar 50 gram dan

setinggi tingginya 65 gram. Telur yang terlalu besar, biasanya kuning

telurnyaganda dan tidak menetas walaupun dieramkan. Sebaliknya telur

yangterlalu kecil, juga ku rang menetas dengan baik.

2. Bentuk Telur

Telur-telur yang bentuknya menyimpang dari keadaan normal,

umumnyakurang menetas dengan baik. Telur yang bentuknya normal

yaitu teluryang mempunyai perbandingan antara panjang dan lebarnya 2 :

3. Bentuk oval.

3. Keutuhan Kulit Telur

Telur-telur yag dalam keadaan retak / pecah tetapi isi telur tidak

keluar,tidak menetas dengan baik.

4. Kualitas Kulit Telur

Telur dengan kulit yang tipis, kulit telur lembek, keadaan perkapuran

yang kurang merata, umumnya kurang menetas dengan baik. Tebal kulit

teluryang normal berkisar antara 0,33 –0,35 mm.

5. Warna Kulit Telur

Warna kulit telur sangat berpengaruh terhadap daya tetas telur.

Apabiladari sekelompok ayam petelur menghasilkan telur yang kulitnya

lebihgelap, maka akan menetas lebih baik dari yang berwarna lebih

terang.

11
6. Kebersihan Kulit Telur

Telur yang kotor sebaiknya tidak ditetaskan, karena telur yang

kotorbiasanya daya tetasnya rendah. Bisa dibersihkan dengan

menggunakankertas semen (bila kotorannya ringan) atau dibersihkan

dengan air hangat (temperatur 550C) kemudian dikeringkan.

12
BAB III

PEMBAHASAN

A. Penerimaan dan seleksi telur tetas

Telur tetas yang diterima oleh unit hatchery PT. Satwa Indo Perkasa

berasal dari farm perusahaan tersebut. Penerimaan telur dimulai ketika telur

tetas yang di antar melalui mobil box pengantar telur datang di hatchery.Telur

tetas yang diterima oleh petugas grading diperiksa dan dicocokkan dengan

jumlah yang tertera pada surat jalan dengan rincian jumlah telur yang

diterima, asal telur, nomor kandang, tanggal produksi, umur induk.

Penerimaan telur dilakukan setiap hari di ruang grading.

B. Penerimaan Telur Tetas

Telur dari farm datang ke hatchery dengan waktu yang berbeda – beda

tergantung jarak lokasi farm pembibit (parent stock) dengan hatchery. Jadwal

kedatangan telur biasanya pada waktu pagi atau sang hari antara pukul 09.00

WIB – 15.30 WIB.

Pemindahan telur tetas daritray farm ke egg tray setter dilakukan secara

manual menggunakan tangan. Biasanya untuk setiap troly dikerjakan oleh 3-5

karyawan untuk mempermudah dalam memindahkan telur dan

memasukkan tray dalam troly.

C. Seleksi Telur Tetas

Telur yang dari farm dekat hatchery tidak dilakukan seleksi di farm

melainkan seleksi telur tetas dilaksanakan di unit hatchery karena selain jarak

yang dekat juga untuk efisien waktu dan kerja dari kegiatan seleksi telur tetas.

13
Telur yang dikirim dari farm diseleksi menjadi telur HE (Hatching Egg)

atau telur bagus dan telur terseleksi (telur kecil, abnornal, retak, kotor). Telur

yang rusak tersebut kemudian dijual ke konsumen dengan harga yang telah

ditentukan atau disepakati oleh pembeli. Posisi telur yang ditata

pada tray troly yaitu bagian tumpul berada pada bagian atas dan bagian lancip

berada pada bagian bawah. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et

al. (2008) dalam (Arif, 2014) yang menyatakan bahwa seleksi telur tetas

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memilih telur tetas yang

memenuhi persyaratan untuk ditetaskan, hanya telur tetas yang baik yang

memenuhi persyaratan saja yang digunakan, sedangkan telur yang tidak

memenuhi persyaratan tidak digunakan karena hanya mengganggu jalnnya

penetasan, bahkan tidak jarang mengakibatkan kegagalan penetasan.

D. Fumigasi dan penyimpanan telur tetas

Telur yang telah di grading kemudian dimasukkan ke dalam ruang

fumigasi selama ± 10-15 menit. Tujuan fumigasi yaitu untuk meminimalis

dan mensterilisasi pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada telur

terutama kerabang telur dan peralatan pengangkutan

seperti tray dan troly sebelum masuk ruang penyimpana telur colling room.

Dosis yang biasa digunakan yaitu 20 g dan 40 ml untuk setiap 2,83 m3. Gas

yang terbentuk dari reaksi formalin dan PK dalam ruangan diratakan dengan

kipas dengan tujuan agar dapat menjangkau seluruh sudut dan sela-sela telur

di dalam ruang. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al.(2008) dalam

14
(Arif, 2014) yang menyatakan bahwa fumigasi yaitu dua bagian larutan

formalin dalam mililiter dicampur dengan kristal KmnO4 dalam gram. Pada

penetasan secara modern untuk usaha komersial (hatchery), dosis fumigasi ini

disesuaikan dengan besar-kecilnya ruangan dan tujuannya.

E. Ruang Penyimpanan Telur Tetas

Telur yang telah difumigasi dipindahkan ke dalam ruang penyimpanan.

Ruang penyimpanan berfungsi untuk peyimpanan telur tetas sementara

sebelum telur tetas masuk setter. Ruang penyimpanan tertutup rapat dan

dilengkapi dengan AC yang berfungsi menjaga suhu didalam ruang agar

teteap sejuk sehingga selama penyimpanan, telur tetas tidak mengalami

perkembangan embrio serta penyeragaman embrio dengan demikian

diharapkan embrio akan menetas secara serentak. Suhu di dalam ruang

penyimpanan yaitu ± 16 – 18oC. Telur disimpan didalam ruang penyimpanan

telur selama ± 5 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008)

dalam (Arif, 2014) yang menyatakan bahwa penyimanan ruang penetasan

yang baik yaitu ruang harus bersih, sejuk, suhu berkisar 18oC, kelembaban

75-80%, posisi ujung tumpul berada diatas, dan penyimpnanan maksimal dua

minggu. Hartono dan Isman (2010) dalam (Arif, 2014) menyatakan bahwa

daya tetas telur menurun sangat cepat setelah berumur 7 hari, karena itu

penyimpanan telur sebelum masuk kedalam mesin tidak boleh melebihi umur

tersebut.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penanganan telur tetas dilakukan untuk menghindari kemungkinan

terjadinya kerusakan (fisik maupun kimia dari telur) yang dapat menurunkan

daya tetas dan kualitas DOC. Tahap-tahap penanganan telur dimulai sejak

telur dikeluarkan kedalam mesin tetas. Tahapan penanganan telur tetas yang

baik yaitu Pengumpulan Telur, Penyimpanan Telur, Mengubah posisi Telur,

dan Mengangin-anginkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Paper Kualitas Telur. http:// id.scribd.com. diakses pada 13


November 2014.
Anonim. 2013. Tatalaksana Penetasan Unggas. http:// we-bi.blogspot.com.
Diakses pada 13 November 2014.
Anonim. 2014. Penanganan yang Benar Penetasan Telur.
http://www.deknita.com. Diakses pada 13 November 2014
Arif. 2014. Persiapan Penetasan. http://telurtetas.wordpress.com. Diakses pada 13
November 2014

17

Anda mungkin juga menyukai