PENDAHULUAN
dalam otoritas Bank Indonesia (BI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) dilakukan
Dalam hal ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran yang utama
dalam pengendalian dalam aspek syariah dan auditor memiliki peran utama
dalam menguji penyajian laporan keuangan yang curang. Adapun standar audit
yang berlaku pada Lembaga Keuangan Syari’ah termasuk bank Syariah adalah
standar audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh AAOIFI (Accounting and
keuangan (finance) yang umumnya memiliki risiko yang tinggi dalam pengelolaan
bisnisnya. Oleh karena itu, disamping adanya pengawasan dan audit syariah,
1
diperlukan elemen lain yang mendukung kesuksesan perbankan syariah yaitu
efisien maka BI, DSN, dan DPS harus saling bekerja sama dalam mengemban
stakeholder dan pihak lainnya harus saling memberikan informasi yang benar
yang sesuai dan kepada masyarakat yang bermitra dengan Bank Syariah. Seluruh
dan tata kelola perusahaan bagi lembaga keuangan syariah secara umum.
berikut:
2
1. Apa yang dimaksud dengan pengawasan, kerangka audit syariah, tata
Keuangan Syariah?
Keuangan Syariah
3
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan.
Jenis Pengawasan, Pengertian Audit Syariah, Tujuan Audit dalam Islam, Audit
dalam Al-Qur’an, Pengertian Tata Kelola, Tujuan Prinsip Tata Kelola, Pengertian
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Pengawasan
oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan
awal Unk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti.
5
digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan
atau pemerintahan.
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas
sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas
6
“Pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang
sesuai dengan rencana dan peraturan.” atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan
hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat
salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat
7
ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan
penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat
dilakukan adalah:
Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan
dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan
unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini
8
tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam
lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem
Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh
terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini
lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah
9
pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
penyimpangan.
apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti
pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.”
10
pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan
sebagaimana direncanakan.
syariah yang bersifat independen atau bagian dari audit internal yang melakukan
instruksi dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi
syariah.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa audit dalam Islam
11
2.2.2. Tujuan Audit dalam Islam
tindakan
seperti dalam surat Al-Insyiqaq ayat 6-9, bahwasanya Allah akan menghisab
setiap manusia di hari akhir. Bagi yang menerima cataran amalnya ditangan
kanan, maka ia akan dihisab dengan mudah dan akan diberikan kebahagiaan.
Begitupun halnya tercatat dalam kitab suci pada surat Al-Infithar ayat 10-
dunia. Entah itu amal baik maupun buruk. Mereka (para malaikat) ini
mengetahui apa saja yang manusia lakukan. Catatan inilah yang akan menjadi
a.s berupa hukuman berat. Dalam ayat selanjutnya terungkap bahwa absennya
12
Hud-hud disebabkan perjalanannya ke negeri Saba. Sebuah negeri yang dipimpin
Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek.
Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut
pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi
kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang
para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola
13
perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang
Organ Perusahaan.
14
2.4. Lembaga Keuangan Syariah
bidang keuangan syariah dan asetnya berupa aset-aset keuangan maupun non
berikut lembaga keuangan syariah adalah badan usaha yang kekayaan utamanya
koridor-koridor prinsip-prinsip:
pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra
15
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan
sebagai berikut:
kebahagiaan di akhirat;
prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi
16
2.4.4. Macam-macam Lembaga Keuangan Syariah
1. Bank Syariah
2. Asuransi Syariah
4. Lembaga Zakat
17
BAB III
PEMBAHASAN
dan landasan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Landasan syariah yang
biasa diacu misalnya adalah pemahaman terhadap QS. Al-Ashr [103] ayat 1-3
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menetapi kesabaran."
Adapun landasan hukum positif antara lain dapat diacu pada peraturan
18
No.10 Th.1998 tentang Perbankan yang berbunyi Pembinaan dan pengawasan
aspek produk dan transaksi.Hal tersebut terinci dalam PBI No. 7/35/PBI/2005
dan investasi, antara lain: (a) giro berdasarkan prinsip wadi’ah; (b)
akad antara lain: murabahah, istishna, salam. (b) prinsip bagi hasil
19
sewa menyewa berdasarkan akad antara lain: ijarah dan ijarah muntahiya
antara lain: (a) wakalah (b) hawalah (c) kafalah (d) rahn.
operasional bank syariah ini menjadi kewenangan Dewan Syariah Nasional atau
disingkat DSN.
Dewan Syariah Nasional adalah Dewan Yang dibentuk oleh MUI untuk
keuangan syariah.
20
2. DSN membantu pihak terkait, seperti Depkeu, BI dan lain-lain dalam
3. Anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi, dan para pakar dalam
Anggota DSN tersebut ditunjuk dan diangkat oleh MUI dengan masa
tahun).
b. Tugas DSN
Salah satu tugas pokok DSN adalah mengkaji, menggali, dan merumuskan
nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam (Syariah) dalam bentuk fatwa untuk
fatwa Syariah terhadap jenis-jenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan syariah,
Indonesia.
a. Pengertian DPS
21
pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah tersebut.
kontrol untuk memonitor kinerja bank Islam yang berkaitan dengan isu
kepatuhan pada syariah. Selain itu, DPS juga bertugas untuk memastikan semua
kontrak, prosedur dan transaksi yang dilakukan oleh bank Islam adalah dengan
aturan Islam.
agar bank Islam dilakukan dengan batas-batas syariah. Secara lebih spesifik, Abu
minuman keras. Selain itu Dewan Pengawas Syariah harus melakukan audit
terhadap dan zakat bank Islam untuk memastikan perhitungan yang benar,
administrasi yang benar, dan distribusi zakat yang adil ke delapan kelompok yang
unik, berat, dan strategis. Keunikan tugas ini dilihat dari kondisi bahwa anggota
22
DPS harus mampu mengawasi dan menjamin bahwa lembaga keuangan syariah
Tugas DPS sangat berat, karena memang tidak mudah menjadi lembaga
yang harus mengawasi dan bersifat menjamin operasi sebuah etika bisnis dalam
konteks yang amat luas dan kompleks yang secara umum memasuki ranah-ranah
Tugas dan Fungsi DPS dalam lembaga keuangan syariah sebagai berikut:
23
yang sudah berjalan dan berlaku di masyarakat seperti khutbah,
Bapepam.
DSN.
24
c. Struktur DPS
sebagai berikut :
setiap tahun.
tersebut.
d. Wewenang DPS
25
Tugas, wewenang dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah menurut
4. Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk
Landasan syariah dari pelaksanaan audit syariah antara lain dapat dirujuk
pada penafsiran atas QS. Al Hujurat [49]: 6 yang terjemahan artinya adalah
sebagai berikut:
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
26
Ayat ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan secara teliti atas sebuah
menjadi sumber malapetaka ekonomi berupa krisis dan sebagainya jika tidak
kesesuaian seluruh operasional bank dengan prinsip dan aturan syariah yang
syariah.
kepatuhan syariah,
pembiayaan,
27
6. Dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan
dengan syariah
Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam audit syariah,
meskipun demikian prosedur audit yang telah ada tetap memiliki peran dalam
Hubungan
sumber-sumber berwujud
5. Mencocokkan ke dokumen
mensahkan standar audit yang berlaku pada lembaga keuangan syariah termasuk
28
Standar Auditing AAOIFI untuk audit pada lembaga keuangan syariah
sendiri mencakup lima standar, yaitu tujuan dan prinsip (objective and principles
board), tinjauan syariah (shari’a review). Adapun penjelasan singkat dari kelima
Pertama, terkait tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan
keuangan tertentu dalam semua hal yang material dan sesuai dengan aturan dan
prinsip Islam, AAOIFI, standar akuntansi nasional yang relevan, serta praktek di
Kedua, terkait laporan auditor. Elemen dasar dari laporan auditor (judul,
audit), acuan ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek, Uraian
pekerjaan yang dilakukan auditor, Paragraf opini berisi sebuah ungkapan opini
tentang laporan keuangan, Tanggal Laporan, Alamat Auditor dan Tanda Tangan
cakupan audit dengan menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai ASIFI
dan standar nasional yang relevan atau praktek telah sesuai dan tidak melanggar
29
aturan dan prinsip Syariah. Ruang lingkup mengacu pada kemampuan auditor
untuk melaksanakan prosedur audit yang dianggap penting dalam hal itu. Hal ini
meyakinkan para pembaca bahwa audit telah berjalan sesuai ketetapan standar
maupun praktek. Disamping itu juga telah sesuai dengan standar auditing
nasional atau praktek mengikuti negara tempat auditor berada, hal ini terlihat
dalam alamat auditor. Laporan itu termasuk sebuah pernyataan bahwa audit
mengenai apakah laporan keuangan bebas dari pernyataan salah yang material.
laporan keuangan.
penugasan audit sesuai kontrak. Isi dasar surat perjanjian adalah dokumen surat
penunjukan dan menegaskan tanggung jawab auditor untuk klien dan bentuk
30
Keempat, berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya berisi
review merupakan sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan Syariah sebuah
dasar dari perserikatan, laporan keuangan, laporan (khususnya audit internal dan
untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas yang diselenggarakan dalam LKS tidak
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa kerangka audit syariah antara
perbankan syariah pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan
jelas apakah bank syariah yang telah diaudit tersebut shari'ah compliance
atau tidak.
31
3. Audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi
Akuntansi Syariah)
LKS.
3.3. Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah terhadap Tata Kelola
semua stakeholder.
32
Selain standar dalam corporate governance LKS, diperlukan juga sebuah
standar etis terhadap sumber daya insani yang meliputi kode etik bagi akuntan
dan auditor pada LKS dan kode etik bagi karyawan LKS. Terdapat tiga bagian
berkaitan dengan kode etik bagi akuntan dan auditor pada LKS, yaitu: (a)
tugas dengan sempurna, takut pada Allah dalam segala hal, tanggung jawab
manusia terlebih dahulu sebelum pada Allah); (b) prinsip-prinsip etika bagi
perilaku berdasar keimanan, perilaku professional dan standar teknis); dan (c)
Dari paparan di atas menjadi jelas bahwa Bank Indonesia (BI), Dewan
Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah pihak-pihak
sedangkan DPS lebih berperan dalam pengendalian bank syariah. Kegiatan audit
pada Bank Syariah terdiri dari tiga lapis, yaitu lapis pertama, audit internal yang
dilakukan oleh auditor internal bank syariah yang bertugas dalam menguji
standar akuntansi yang berlaku dan tidak ada salah saji yang bersifat material,
lapis kedua, Audit eksternal yang dilakukan oleh auditor dari luar bank syariah
33
dari hasil audit internal, dan lapis ketiga, audit Syariah yang dilakukan oleh
auditor bersertifikasi atau memiliki gelar Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS) yang
bertugas untuk memastikan bahwa produk dan transaksi bank syariah telah
bahwa laporan keuangan bank telah disajikan secara profesional dan sesuai
kondisi bank sebenarnya serta memastikan bahwa profit yang dihasilkan bukan
dari usaha yang bertentangan dengan Syariah. Auditor eksternal dalam hasil
auditnya akan memberikan opini atau pendapat apakah hal-hal yang telah
wajar dan menggunakan prinsip dan standar akuntansi yang diterima umum.
terkait audit syariah yang ada belum tentu dipatuhi di lapangan. Adapun auditor
syariah akan menunjukkan hasil auditnya dengan memberikan opini apakah Bank
34
Syariah yang diaudit dinyatakan shari'a compliance atau tidak. Apabila terjadi
suatu kesalahan ataupun pelanggaran dalam kegiatan audit di Bank Syariah maka
sedangkan tanggung jawab auditor terletak pada opini yang diberikan. Kegiatan
Pengawasan dan audit pada bank Syariah adalah satu rangkaian yang saling
harus dilakukan sesuai standar dan memperhatikan kode etik. Seluruh kegiatan
35
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Syari’ah adalah Bank Indonesia (BI), Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan
pengendalian bank syariah. Kegiatan audit pada Bank Syariah terdiri dari tiga
lapis, yaitu lapis pertama, audit internal yang dilakukan oleh auditor internal
bank syariah yang bertugas dalam menguji kesesuaian laporan keuangan Bank
Syariah yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan tidak ada salah
saji yang bersifat material, lapis kedua, Audit eksternal yang dilakukan oleh
auditor dari luar bank syariah seperti BI atau akuntan publik yang tugasnya
menguji kembali keakuratannya dari hasil audit internal, dan lapis ketiga, audit
Syariah yang dilakukan oleh auditor bersertifikasi atau memiliki gelar Sertifikasi
Akuntansi Syariah (SAS) yang bertugas untuk memastikan bahwa produk dan
transaksi bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan aturan syariah.
36
audit eksternal dilakukan secara insidental (sewaktu-waktu), sedangkan audit
bahwa laporan keuangan bank telah disajikan secara profesional dan sesuai
kondisi bank sebenarnya serta memastikan bahwa profit yang dihasilkan bukan
dari usaha yang bertentangan dengan Syariah. Auditor eksternal dalam hasil
auditnya akan memberikan opini atau pendapat apakah hal-hal yang telah
wajar dan menggunakan prinsip dan standar akuntansi yang diterima umum.
37
DAFTAR PUSTAKA
https://docs.google.com/document/d/1FW0WcdGxy9vWN4I5Md5KlIE4ryPTJmsh
https://malikazisahmad.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-pengawasan/
http://sebi-community.blogspot.co.id/2013/09/audit-dalam-islam_30.html
http://www.pusri.co.id/ina/panduan-tata-kelola-perusahaan-pengertian-amp-
https://daesepty.wordpress.com/2014/03/22/lembaga-keuangan-syariah
http://www.academia.edu/5262271/Manajemen_Pengawasan_Bank_Syariah
http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/Penerapan%20prinsip%20syariah%20di%
https://www.google.com/search?q=saran+untuk+mobile+maslahah&ie=utf-
8&oe=utf8#q=peranan+pengawasan+dan+kerangka+audit+syari%27ah+terh
http://sebioke.blogspot.co.id/2014/01/dps-dan-audit-syariah.html [Diakses: 22
Januari 2016]
38