Anda di halaman 1dari 31

11KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
karunianya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat atas tugas dari Dosen Mata Kuliah Undang-Undang Pertambangan yang
mengharuskan kami untuk membuat sebuah makalah Undang-Undang Pertambangan
mengenai materi “Rencana Pasca Tambang (Mine Closure)”. Disamping itu sebagai
media pembelajaran kami, dalam melengkapi kegiatan perkuliahan.

Didalam makalah ini banyak sekali manfaat yang bisa diambil bagi pembaca, selain
dapat memberi wawasan yang lebih tentang Rencana Pasca Tambang (Mine Closure),
kami juga berharap pembaca dapat memahami maksud dari Rencana Pasca Tambang
(Mine Closure) ini.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa hormat kami.

Kami selalu merasa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan ,oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima dengan lapang hati demi
kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, April 2019

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 1


Daftar Isi................................................................................................................................................... 2
Daftar Gambar .......................................................................................................................................... 3

BAB I ....................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang .......................................................................................................................... 4
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................................................. 4
BAB II ...................................................................................................................................................... 6
DASAR TEORI ....................................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Pasca Tambang............................................................................................................. 6
2.2 Peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan reklamasi

lahan pasca tambang .................................................................................................................... 6

2.3 Rencana Pasca Tambang ............................................................................................................. 8


2.3.1 Reklamasi ....................................................................................................................... 9
2.3.2 Pemeliharaan dan Perawatan ....................................................................................... 10
2.3.3 Sosial dan Ekonomi ..................................................................................................... 10
2.3.4 Penyerahan Aset ........................................................................................................... 11
2.4 Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dan saling membatasi dalam
penyusunan rencana penutupan tambang (Mine Closure) ................................................ 11
BAB III ..................................................................................................................................... 13
STUDI KASUS ........................................................................................................................ 13
3.1 Desain Sistem Penutupan Tambang Mineral Berkelanjutan ............................................... 13
3.2 Analisis Penilaian Resiko Terhahap Evaluasi Rencana Pascatambang
Batubara Menggunakan Skala Likert .............................................................................. 13
3.3 Kajian Reklamasi Lahan Pasca Tambang Di Jambi, Bangka, Dan Kalimantan Selatan
(Studi Kasus di PT. Timah Tbk)..................................................................................................... 14

2
3.4 Persoalan Bekas Tambang Kapur Di Gresik (Studi Kasus Di Pt Semen Indonesia ......... 15

BAB IV .................................................................................................................................................. 16

PENUTUP .............................................................................................................................................. 16

4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 19

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Reklamasi....................................................................................................9

Gambar 2.2 Reklamasi...................................................................................................11

Gambar 2.3 Pemeliharaan dan Perawatan......................................................................11

Gambar 3.1 PT. Freeport Indonesia...............................................................................14

Gambar 3.2 Lahan Tambang PT.Adaro Indonesia.........................................................15

Gambar 3.3 Lahan pasca tambang PT. Timah Tbk........................................................16

Gambar 3.4 Lahan pasca tambang PT Semen Indonesia................................................17

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penutupan tambang adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata


kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan
penambangan dan/atau pengolahan dan pemurnian untuk memenuhi kriteria sesuai
dengan dokumen Rencana Penutupan Tambang. Kegitan ini jugadidampingi
dengan kegiatan reklamasi.Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang
tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungandan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Industri pertambangan adalah suatu industri yang menggali dan mengolah sumber
daya alam yang bersifat tidak dapat diperbaharui (non renewable), dimana industri
pertambangan itu nantinya pasti akan berakhir atau ditutup, baik yang dikarenakan
sesuatu hal yang menyebabkan industri pertambangan tersebut berhenti. Untuk itu
sangatlah penting merencanakan alternatif kegiatan setelah kegiatan tambang itu
berhenti (pasca tambang). Pada suatu saat industri pertambangan nantinya pasti
akan berakhir atau ditutup, baik dikarenakan telah habisnya sumber daya alam
tersebut maupun hal-hal yang menyebabkan industri pertambangan tersebut
berhenti.. Perencanaan tersebut dilakukan dalam rangka melaksanakan
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) serta menjaga
pengembangan kesejahteraan masyarakat. Pada saat kegiatan pertambangan
tersebut berhenti atau ditutup, maka akan timbul permasalahan-permasalahan,
antara lain terganggunya fungsi lingkungan hidup, turunnya pembangunan
ekonomi, serta turunnya kualitas sosial dan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu
sangatlah diperlukan perencanaan penutupan tambang dalam rangka berupaya
menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut untuk menjamin pemanfaatan
lahan di wilayah bekas kegiatan pertambangan agar berfungsi sesuai
peruntukannya.

5
Dalam rangka memenuhi ketentuan yang berlaku sebagaimana tertuang di dalam
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 tahun 2014 tentang
Reklamasi dan Penutupan Tambang, maka Perusahaan yang diberi Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi Produksi bahan galian batubara wajib melaksankan
kegiatan ini sesuai yang tertera dalam Dokumen AMDAL dan Dokumen Pasca
Tambang.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui pengertian pasca tambang.
2. Untuk mengetahui dasar hukum pasca tambang.
3. Untuk mengetahui rencana pasca tambang.
4. Untuk mengetahui aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam
penyusunan rencana penutupan tambang (Mine Closure).

6
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Pasca Tambang

Pasca Tambang ( Mine Closure ) adalah suatu proses penghentian suatu kegiatan
pertambangan karena telah habisnya cadangan bahan galian atau berhenti karena
keekonomian, Dalam suatu penutupan tambang harus ada kebijakan-kebijakan yang
mampu menghilangkan persepsi yang tidak baik terhadap pertambangan secara
keseluruhan. Tujuan dilakukan kebijakan penutupan tambang adalah untuk
mendorong setiap perusahaan pertambangan harus/sudah mempunyai konsep awal
mengenai pemanfaatan lahan bekas tambang, agar aman dan tetap mempunyai
fungsi lingkungan, sehingga tidak di diskreditkan sebagai usaha yang hanya
dinikmati selama kegiatan berlangsung dan setelah selesai akan menjadi bencana
bagi masyarakat serta menciptakan kondisi yang mapan atau kondisi yang stabil
baik secara fisik maupun kimiawi.

2.2 Peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan


reklamasi lahan pasca tambang adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.


2. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3. Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi
Hutan.
4. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
5. Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
6. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.

7
7. Peraturan Pemerintah No.1 tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
8. Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
9. Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
10. Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang.
11. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.26 Tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik Dan Pengawasan Pertambangan
Mineral Dan Batubara.
12. Peraturan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 34 Tahun 2017 tentang
Perizinan Di Bidang Pertambangan Mineral Dan Batubara.
13. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
14. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.18 Tahun 2008 tentang
Pelaksanaan Reklamasi dan Penutupan Tambang diperbarui dengan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.7 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.
15. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 2 tahun 2013 tentang
Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang
Dilaksanakan Oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
16. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 8 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Reklamasi Dan Pascatambang.

2.3 Rencana Pasca Tambang


Rencana penutupan tambang membahas mengenai reklamasi, pemeliharaan, dan
perawatan serta sosial dan ekonomi. Program penutupan tambang juga

8
menginformasikan tentang penonaktifan dan atau pembongkaran beberapa fasilitas
di area tapak tambang, fasilitas pengolahan serta fasilitas penunjang.
Beberapa fasilitas dan infrastruktur tertentu yang terkait dengan operasi Pemilik
Izin Usaha Pertambangan seperti sarana jalan utama tambang diasumsikan akan
tetap dibiarkan pada saat penutupan, hal ini dengan pertimbangan bahwa sarana
jalan tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai akses jalan menuju
kebun dan jalan angkut hasil perkebunan masyarakat.
Sarana dan fasilitas penunjang seperti bangunan kantor tambang, mess karyawan,
bengkel, gudang dan stockpile serta bangunan gudang bahan peledak akan
dilakukan reklamasi.
Rencana pasca tambang disusun sebagai bagian dari komitmen Perusahaan
pertambangan yang memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi. Pada
dasarnya perusahaan pertambangan dari waktu ke waktu secara aktif dan progresif
telah melaksanakan rehabilitasi area tambang non aktif untuk memenuhi ketentuan
pertambangan, khususnya reklamasi lahan bekas tambang. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir luas area yang harus direhabilitasi pada saat penutupan tambang
kelak. Tindakan rehabilitasi dan reklamasi akan diimplementasikan secara progresif
selama sisa umur tambang (khususnya di daerah yang sudah selesai ditambang).
Bangunan, instalasi dan infrastruktur yang akan dimanfaatkan dan tapak bekas
tambang akan direhabilitasi pada saat tambang dan kegiatan penunjang yang
berkaitan akan ditutup secara permanen.

2.3.1 Reklamasi
Kegiatan reklamasi telah dilaksanakan pada masa operasi tambang yang dilakukan
sesuai dengan Rencana Reklamasi Lima Tahunan yang secara periodik dilaporkan
ke Pemerintah. Tahapan reklamasi lahan pasca tambang meliputi kegiatan
pengaturan/ pembentukan muka lahan dengan standar lereng lahan reklamasi,
pengembalian tanah pucuk, pengendalian erosi, pembangunan drainase,
pembangunan jalan revegetasi, penghijauan, pemeliharaan tanaman dan
pemantauan keberhasilan.

9
Pada kegiatan penataan lahan, timbunan tanah penutup ditata sedemikian rupa
menyesuaikan kontur lahan alaminya. Pengendalian erosi dilakukan denghan
membangun sarana pengendali seperti lerengh balik (back-slope), saluran air,

kolam pengendapan, tanggul pengelak, rip-rap dan lain-lain.


Gambar 2.1 Reklamasi

Setelah tahapan penataan lahan selesai dilakukan, tanah pucuk (topsoil) ditebarkan
ke seluruh lahan dengan ketebalan antara 20 cm. Tahapan reklamasi selanjutnya
adalah penanaman tanaman penutup tanah dan pohon-pohon jenis pioneer. Lahan
yang telah digemburkan ditaburi dengan kompos sebanyak 15- 20 ton/ha untuk
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah agar kondusif untuk pertumbuhan tanaman
penutup tanah.

Jenis tanaman penutup yang dipergunakan antara lain: jenis rumput (Bermuda atau
Cynodon dactylon dan padi-padian atau Oryzae sp) serta jenis kacang-kacangan (
Defrozia atau Defrozia sp dan orok-orok atau Chrotalaria sp ).

10
Gambar 2.2 Reklamasi

Benih tanaman penutup tanah ditanam denghan cara disebar di atas dengan jumlah
50 kg/Ha yang telah diberi kompos. Adapun benih tanaman penutup tanah
merupakan campuran dari jenis rumput-rumputan dan kacang- kacangan.

Pada tahap revegetasi, jenis veegetasi yang akan ditanam berupa tanaman pionir
seperti sengon (albiza falcata), lamtoro (leucaena leucocephala). Selain itu akan
ditanam tanaman penutup antara lain centrosoma pubescens, callopogonium
muconoides dengan sistem lubang ataupun jalur bersambung..

2.3.2 Pemeliharaan dan Perawatan

Pada tahap pemeliharaan tanaman yang meliputi penyulaman dan pemupukan.


Penyulaman dilakukan dengan menggantikan tanaman yang mati, serta pemberian
pupuk yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman revegetasi. Selain itu sistem
drainasi perlu diperhatikan agar tidak ada lokasi tergenang. Pembibitan tanaman
dilakukan secara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan bibit dan menjaga
ketersediaan bibit.
Perawatan lahan bekas tambang, pengolahan dan bekas fasilitas penunjang
dilakukan untuk menjaga perubahan yang disebabkan cuaca terhadap stabilitas

11
Gambar 2.3 Pemeliharaan dan Perawatan
fasilitas yang direklamasi. Perawatan tersebut meliputi kestabilan lereng dan fungsi
drainage untuk penyaluran air.

2.3.3 Sosial dan Ekonomi


A. Pelepasan Tenaga Kerja
Setelah kegiatan pertambangan batubara berakhir, maka akan dilakukan pelepasan
tenaga kerja. Penanganan tenaga kerja yang dilepas dilakukan dengan cara
memberikan pesangon kepada tenaga kerja yang terkena PHK serta memberikan
bimbingan/pelatihan.

B. Pengembangan Usaha Alternatif


Pengembangan usaha alternatif untuk masyarakat lokal disesuaikan dengan
program Corporate Social Responsibility (CSR). Dasar pemikirannya adalah
membantu pemerintah daerah dalam membangun ekonomi masyarakat setempat
dengan cara:

Memberikan bantuan atas pembangunan fasilitas umum yang merupakan kebutuhan


prioritas di masyarakat, terutama sarana jalan produksi, pendidikan dan ibadah;
Membina potensi sumberdaya manusia produktif dengan bantuan permodalan dan
pelatihan keterampilan.

2.3.4 Penyerahan Aset


Penyerahan aset kegiatan pasca tambang pada pemilik Izin Usaha Pertambangan
akan dikembalikan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku. Lahan IUP dimaksud adalah mencakup lahan-

12
lahan yang secara nyata telah digunakan oleh perusahaan dalam melakukan
kegiatan tambang, yang umumnya dilakukan pembebasan lahan melalui ganti rugi
dari masyarakat pemilik lahan sebelumnya.

2.4 Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dan saling membatasi dalam


penyusunan rencana penutupan tambang (Mine Closure)

a. Rencana pembangunan regional yang dituangkan dalam RTRW.


b. Kewajiban Pemilik Izin Usaha Pertambangan yang berkaitan dengan Reklamasi
lahan bekas tambang.
c. Penyerahan aset atau fasilitas yang masih dapat digunakan oleh umum atau
pemerintah.
d. Kondisi geografis dan geologis wilayah pertambangan.
e. Keinginan masyarakat sekitar wilayah pertambangan.

13
14
15
16
17
18
19
20
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Desain Sistem Penutupan Tambang Mineral Berkelanjutan


(Studi
Kasus:

Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,


Provinsi Papua )
Permasalahan penelitian ini dilaksanakan dengan studi kasus yaitu Rencana
Penutupan Tambang (RPT) PT Freeport Indonesia (PTFI). Alasannya adalah:

21
Gambar 3.1 PT. Freeport Indonesia

pertama kontribusi PTFI yang sangat besar pada PDRB Kabupaten Mimika dan
pada PDRB Propinsi Papua serta berkontribusi pada kegiatan pengembangan
masyarakat setempat yang sangat nyata. Kedua, tingkat faktor resiko penutupan
(CRF ) tambang PTFI masuk dalam kategori “ekstrim” (Laurence 2001; 2006).
Sehubungan dengan kontribusi yang besar dan resiko penutupan tambang PTFI
yang ekstrem maka diperlukan sebuah RPT yang komprehensif dan terpadu yang
dapat diterapkan. Apabila tidak, kota Timika dan sekitarnya dapat menjadi kota
hantu.

3.2 Analisis Penilaian Resiko Terhahap Evaluasi Rencana Pascatambang Batubara


Menggunakan Skala Likert
(Studi Kasus : Rencana Penutupan Tambang PT. Adaro Indonesia)

22
Gambar 3.2 Lahan Tambang PT Adaro Indonesia

Kawasan pasca tambang batubara merupakan kawasan yang telah mengalami


degradasi lingkungan dari fungsi lingkungan sebelumnya. Salah satu cara yang
dilakukan dalam pemulihan menurunnya kemampuan lahan adalah melalui program
pascatambang. Cadangan batubara yang terdapat didaerah PT. Adaro Indonesia
tahun 2042 adalah 498,719,158. Studi kasus penelitian dilakukan di PT. Adaro
Indonesia, perusahaan tersebut telah mempersiapkan pengelolaan terhadap
pascatambang 2042 seperti rencana pengurangan pegawai di masa akhir tambang
yang waktu dan kegiatan utama akan disinkronkan dengan desain pengembangan
masyarakat mandiri dalam program rencana pascatambang. Beberapa program-
program mendukung pascatambang yang telah, sedang dan yang akan datang
adalah program sosio ekonomi ; program danau, irigasi, air bersih dan listrik,
program perikanan, pertanian, peternakan dan perkebunan

23
3.3 Kajian Reklamasi Lahan Pasca Tambang Di Jambi, Bangka, Dan Kalimantan
Selatan (Studi Kasus di PT. Timah Tbk)

Gambar 3.3 Lahan pasca tambang PT. Timah Tbk

Jambi merupakan salah satu provinsi yang menjadi lokasi penambangan batu bara
dimana di lokasi tersebut telah dilakukan reklamasi. Untuk menguji keberhasilan
kegiatan reklamasi, Hendri dan Purnama (2016) melakukan penelitian dengan
melakukan uji kualitas tanah dengan karakteristik kimia. Hasil penelitian yang
diperoleh adalah kriteria kesuburan tanah pada lahan reklamasi tambang batubara
muda di Kabupaten Muaro Jambi dan Batanghari tergolong rendah hingga sangat
rendah. Kandungan unsur hara makro yaitu N, P, dan K semuanya bekisar sangat
rendah di lapisan atas dan lapisan bawah kecuali K tersedia. Reaksi tanah masam
serta kapasitas tukar kationnya rendah hingga sangatrendah. Umumnya topografi
pada areal bekas penambangan yang telah direklamasi berupa berbukit dengan
lereng > 8% kecuali pada areal galian yang ditutup rata-rata datar,berombak dan
landai. Berbeda dengan Provinsi Jambi, Kabupaten Bangka merupakan daerah
yang menjadi lokasi pertambangan biji timah. Kegiatan reklamasi pasca tambang
yang dilakukan oleh PT. Timah Tbk, berdasarkan penelitian dari Dian Permata
Sari dan Imam Buchori (2015) dinilai tidak efektif,dikarenakan masih

24
terdapatnya kegiatan TI (Tambang Inkonvensional) yang ditemukan di lahan
reklamasi PT Timah Tbk dan adanya kegiatan illegal loging yang dilakukan oleh
masyarakat setempat, menyebabkan tidak efektifnya program reklamasi yang
dijalankan oleh PT Timah. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan masih sangat kurang.
Tingkat pengetahuan masyarakat ini mempengaruhi kegiatan reklamasi yang
dilaksanakan oleh PT Timah Tbk. Kendala lain yang menyebabkan tidak
efektifnya program reklamasi adanya masalah status kepemilikan lahan.

3.4 Persoalan Bekas Tambang Kapur Di Gresik

(Studi Kasus Di PT Semen Indonesia)

Gambar 3.4 Lahan pasca tambang PT Semen Indonesia

Kubangan bekas galian tambang di Kabupaten Gresik kembali memakan korban.


Pertengahan Mei (18/05) lalu, enam santri Pondok Pesantren (PP) Mambaus Sholihin
meninggal karena tenggelam di kubangan bekas tambang. Bekas tambang tersebut
terletak di Desa Suci, Kecamatan Manyar, dan merupakan bekas lahan tambang PT
Semen Gresik. Sebelumnya, kubangan bekas galian tambang di wilayah Kecamatan
Panceng juga merenggut dua korban jiwa.

25
Luas bekas tambang PT Semen Indonesia di wilayah Kabupaten Gresik sekitar 265
hektar, meliputi wilayah Kecamatan Gresik, Kebomas dan Manyar. Selain itu, masih
ada ratusan hektar tambang yang dikelola swasta (Gresiknews, 19 Mei 2017). Di
sepanjang wilayah Gresik utara yang terdapat gugusan bukit kapur, meliputi
Kecamatan Sidayu, Ujungpangkah, dan Panceng, juga banyak ditemukan bekas
tambang kapur. Kerusakannya terbilang cukup parah.

Kiranya, kasus meninggalnya santri Mambaus Sholihin tersebut, mempertegas, ada


persoalan lingkungan yang harus disadari oleh pemerintah dan masyarakat. Dampak
buruk aktivitas penambangan di Gresik terlalu dibiarkan. Tidak ada upaya reklamasi
atau kegiatan pascatambang untuk mengembalikan fungsi lahan, sedang praktik
penambangan tersebut telah berlangsung puluhan tahun. Prinsip pembangunan
berkelanjutan tidak diperhatikan. Pengawasan dari masyarakat pun tidak terbangun
dengan baik.

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Pasca Tambang ( Mine Closure ) adalah suatu proses penghentian suatu kegiatan
pertambangan karena telah habisnya cadangan bahan galian atau berhenti karena
keekonomian, Dalam suatu penutupan tambang harus ada kebijakan-kebijakan
yang mampu menghilangkan persepsi yang tidak baik terhadap pertambangan
secara keseluruhan. Tujuan dilakukan kebijakan penutupan tambang adalah
untuk mendorong setiap perusahaan pertambangan harus/sudah mempunyai
konsep awal mengenai pemanfaatan lahan bekas tambang, agar aman dan tetap
mempunyai fungsi lingkungan, sehingga tidak di diskreditkan sebagai usaha
yang hanya dinikmati selama kegiatan berlangsung dan setelah selesai akan
menjadi bencana bagi masyarakat serta menciptakan kondisi yang mapan atau
kondisi yang stabil baik secara fisik maupun kimiawi.

b. Peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan reklamasi


lahan pasca tambang adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara.
2. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.26 Tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik Dan Pengawasan Pertambangan
Mineral Dan Batubara.
4. Peraturan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 34 Tahun 2017 tentang
Perizinan Di Bidang Pertambangan Mineral Dan Batubara.

27
5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.18 Tahun 2008 tentang
Pelaksanaan Reklamasi dan Penutupan Tambang diperbarui dengan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.7 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.
7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 2 tahun 2013 tentang
Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi
Hutan.
9. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan.
10. Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
11. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
12. Peraturan Pemerintah No.1 tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan
13. Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
14. Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
15. Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang.

28
c. Rencana penutupan tambang membahas mengenai:
 reklamasi,
 pemeliharaan,
 perawatan sosial dan ekonomi,
 Penyerahan Aset.

d. Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dan saling membatasi dalam


penyusunan rencana penutupan tambang (Mine Closure)

f. Rencana pembangunan regional yang dituangkan dalam RTRW.


g. Kewajiban Pemilik Izin Usaha Pertambangan yang berkaitan dengan
Reklamasi lahan bekas tambang.
h. Penyerahan aset atau fasilitas yang masih dapat digunakan oleh umum
atau pemerintah.
i. Kondisi geografis dan geologis wilayah pertambangan.
j. Keinginan masyarakat sekitar wilayah pertambangan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Reklamasi dan Pasca Tambang.


Departemen ESDM. 2009. Warta Mineral dan Batubara. Departemen
ESDM. Jakarta.

Partanto. P. 2000. Ensiklopedi Pertambangan Edisi 3. Pusat Penelitian dan


Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM). Jakarta

Howard L. Hartman. 1987. Introductory Mining Engineering. The University


of Alabama. Tuscaloosa, Alabama.

Soemarwoto, 0. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta

30
Lampiran pertanyaan

1. Dimas Choirul Umam (1809055019)


Mengapa CSR masuk dalam tahapan pascatambang?
Jawab :
Karena CSR masuk dalam IUP operasi produksi dan merupakan bagian dari
pascatambang.
2. Ketut Suwarningsih (1809055005)
Apakah pemerintah akan rugi jika perusahaan kabur tetapi ada jaminan reklamasi
yang ditetapkan?
Jawab :
Pemerintah tidak rugi secara ekonomi karena sebelum perusahaan melakukan
penambangan, perusahaan harus menyerahkan uang jaminan untuk reklamasi
terlebih dahulu.
3. Megawati AP (1809055030)
BUMN berhasil melakukan kegiatan reklamasi. Sedangkan Perusahaan Swasta
tidak berhasil melakukan kegiatan reklamasi. Apakah itu berpengaruh karena
kurang tegasnya pemerintah?
Jawab :
Sebenarnya pemerintah sudah tegas. Tetapi ketidakberhasilan itu dari perusahaan
swasta itu sendiri, sedangkan mengapa BUMN itu berhasil karena mereka dapat
menjalani tugas dari ketegasan pemerintah itu sendiri.

31

Anda mungkin juga menyukai