Anda di halaman 1dari 4

TREN DAN ISU CAKUPAN GIZI

A. TREND
Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah Terjadinya
Stunting
Masalah anak pendek (stunting) merupakan salah satu permasalahan gizi yang
dihadapi di dunia, khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Stunting
menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya
kesakitan dan kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan
motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental. Stunting merupakan bentuk
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi
yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini
diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang
memadai. Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2013 terjadi peningkatan anak
stunting dari 36,8% pada tahun 2010 menjadi 37,2% pada tahun 2013 (Sari,2013)
Di negara berkembang,kurang gizi pada pra-hamil dan ibu hamil
berdampak pada lahirnya anak yang IUGR dan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Kondisi IUGR hampir separuhnya terkait dengan status gizi ibu, yaitu
berat badan (BB) ibu pra-hamil yang tidak sesuai dengan tinggi badan ibu atau
bertubuh pendek, dan pertambahan berat badan selama kehamilannya (PBBH)
kurang dari seharusnya. Ibu yang pendek waktu usia 2 tahun cenderung
bertubuh pendek pada saat meninjak dewasa. Apabila hamil ibu pendek akan
cenderung melahirkan bayi yang BBLR. Ibu hamil yang pendek membatasi
aliran darah rahim dan pertumbuhan uterus, plasenta dan janin sehingga akan lahir
dengan berat badan rendah .Apabila tidak ada perbaikan, terjadinya IUGR dan
BBLR akan terus berlangsung di generasi selanjutnya sehingga terjadi
masalah anak pendek intergenerasi (Mangalena,2013)
Gizi ibu dan status kesehatan sangat penting sebagai penentu stunting.
Pemenuhan zat gizi yang adekuat, baik gizi makro maupun gizi mikro sangat
dibutuhkan untuk menghindari atau memperkecil risiko stunting. Kualitas dan
kuantitas MP-ASI yang baik merupakan komponen penting dalam makanan
karena mengandung sumber gizi makro dan mikro yang berperan dalam
pertumbuhan linear .Pemberian makanan yang tinggi protein, calsium, vitamin A,
dan zinc dapat memacu tinggi badan anak .Pemberian asupan gizi yang adekuat
berpengaruh pada pola pertumbuhan normal . Frekuensi pemberian MP-ASI yang
kurang dan pemberian MP-ASI/susu formula terlalu dini dapat meningkatkan risiko
stunting (Hariyadi ,2011).

A. ISSUE
Hubungan Konsumsi Junk Food Dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa SD Pertiwi 2
Padang
Gizi lebih adalah keadaan tubuh seseorang yang mengalami berat badan
berlebih karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk
cadangan berupa lemak. Prevalensi gizi lebih pada anak di Indonesia mencapai 10,4.
Salah satu faktor risiko terjadinya gizi lebih adalah kebiasaan mengonsumsi junk
food. (Sjarif,2010)
Hubungan Frekuensi Junk food dengan Gizi Lebih Dalam penelitian ini
ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi junk food dengan
kejadian gizi lebih (p< 0,05) artinya frekuensi konsumsi junk food merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya gizi lebih. Terdapatnya hubungan frekuensi konsumsi
junk food terhadap kejadian gizi lebih pada siswa SD disebabkan karena pola makan
yang salah dan juga pengaruh lingkungan sekitar, seperti kemudahan akses untuk
membeli junk food. kejadian gizi lebih pada anak yang sering mengonsumsi junk food
berisiko dua kali lipat dibandingkan anak yang jarang mengonsumsi junk food.
persentase gizi lebih ditemukan pada anak yang mengonsumsi junk food setidaknya 6
kali per hari.. Frekuensi konsumsi junk food yang tinggi seperti minuman dan
makanan ringan ( > 1x per hari) dapat menyebabkan gizi lebih. Peluang peningkatan
gizi lebih dapat mencapai hingga 20,3%.15 selain junk food yang berjenis minuman
dan makanan ringan, jenis makanan manis seperti kue, biscuit dan sirup juga dapat
menyebabkan gizi lebih. Kecenderungan anak untuk mengonsumsi junk food salah
satunya karena zat adiktif yang terdapat dalam junk food dapat menyebabkan
ketergantungan. Zat adiktif ini dapat menyebabkan over eating dan akan
meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih pada anak.(Sari,2010)
Hubungan Asupan Energi Junk Food dengan Gizi Lebih Dalam penelitian ini
didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara jumlah asupan energi junk
food dengan gizi lebih .Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan gizi lebih pada
anak, selain energi dari junk food, asupan energi dari home food juga dapat
mempengaruhi status gizi anak. Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang
bermakna antara asupan energi home food dengan kejadian gizi lebih ,artinya asupan
energi home food juga dapat berperan sebagai faktor risiko terhadap kejadian gizi
lebih. Selain faktor pola makan di rumah, faktor aktivitas fisik juga berpengaruh
terhadap status gizi anak. Dalam penelitian ini kemungkinan responden memiliki
aktivitas fisik yang sesuai dengan asupan energi yang dikonsumsi, sehingga terjadi
balance antara intake gizi dan output kalori tubuh. Hal ini juga ditemukan dalam
penelitian Hook dan Altman 2011, bahwa asupan energi junk food dan ketersediaan
junk food di sekolah tidak mempengaruhi status gizi lebih .Pada penelitian yang
dilakukan oleh Ashlesa dan Nancy pada tahun 2009 juga ditemukan bahwa konsumsi
junk food tidak mempengaruhi IMT pada anak dimana didapatkan hanya 20% anak
yang banyak mengonsumsi junk food dan mengalami gizi lebih. Hal ini membuktikan
bahwa seberapapun besar asupan energi junk food yang dikonsumsi anak di sekolah
jika diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang, maka tidak akan mempengaruhi
status gizi. Faktor genetik juga berperan terhadap kejadian gizi lebih pada anak. Hal
ini telah dibuktikan oleh penelitian Shalata et al pada tahun 2013 bahwa genetik
merupakan salah satu faktor risiko yang berperan terhadap kejadian gizi lebih. Dapat
disimpulkan bahwa tidak hanya asupan energi junk food saja yang mempengaruhi gizi
lebih, namun faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti gaya hidup dan
genetik juga berpengaruh terhadap kejadian gizi lebih pada anak (Sari,2010)

Intje Picaly, Sari, 2013. Analisis Determinan dan


Pengaruh Stunting terhadap Prestasi
Belajar. Journal Gizi dan Pangan : 8 (1)
Picauly I, Magdalena S, 2013.Analisis determinan
dan pengaruh stunting terhadap prestasi
belajar anak sekolah di Kupang dan Sumba
Timur, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan,8(1):
55—62

Sjarif Obesitas pada anak dan permasalahannya. hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran UI; 2010 hlm.219-34.

Sari Dangerous junk Penebar Swadaya food: bahaya makanan cepat saji dan gaya hidup sehat. Yogyakarta:
O2.; 2010

Anda mungkin juga menyukai