Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI


NATA DE COCO

Disusun Oleh:

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah lingkungan
hidup. Tugas ini disusun berdasarkan dari hasil analisis berbagai macam sumber
khususnya dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul makalah ini yaitu
“Produksi Bersih Pada Industri Nata De Coco”

Tugas ini bertujuan untuk menganalisis apa saja opsi-opsi yang dapat
digunakan dalam penerapan aplikasi produksi bersih pada suatu kawasan industri,
seperti yang salah-satunya diangkat dalam makalah ini, yaitu pada industri nata de
coco.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kami mengharap saran dan kritikan yang membangun guna memperbaiki tugas ini
agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi. Semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi setiap orang yang membacanya.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Bersih Pada Kawasan Industri ........................................................ 6
2.2 Penerapan Produksi Bersih Pada Industri .................................................... 14
2.3 Produksi Bersih Dan Simbiose Industri ....................................................... 16
BAB III ISI
3.1 Gambaran Umum Nata de coco ................................................................... 18
3.2 Opsi Aplikasi Produksi bersih...................................................................... 22
3.3Keuntungan Adanya Aplikasi Produksi Bersih ............................................ 26
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 27
4.2 Saran ............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri nata de coco merupakan salah satu industri pangan yang mengolah air
kelapa untuk dijadikan nata baik yang siap dikonsumsi maupun yang dijual
kembali dalam bentuk mentah untuk digunakan oleh industri lain. Di Kota Padang
dan Bogor ini, usaha industri kecil yang bergerak dibidang pengolahan bahan
baku air kelapa menjadi minuman segar nata de coco telah berkembang dalam
beberapa tahun belakangan ini. Akan tetapi, kegiatan produksi dari industri nata
de coco banyak menghasilkan limbah yang jika dibuang akan membahayakan
bagi lingkungan. Limbah ini bisa mengakibatkan terjadinya pencemaran air,
pencemaran udara, pencemaran lahan pertanian dan sebagainya. Limbah yang
dihasilkan dari industri nata dapat ditangani dengan menerapkan konsep produksi
bersih, sehingga mengurangi biaya penanganan limbah, mengurangi kerusakan
lingkungan dan dapat mendatangkan keuntungan bagi industri nata de coco.
Upaya penerapan produksi bersih ini dapat dilakukan dalam seluruh kegiatan
perusahaan.

Oleh karena itu, industri nata de coco sebagai salah satu industri kecil
minuman ringan yang banyak terdapat di kota Padang dan Bogor perlu melakukan
upaya untuk menerapkan konsep produksi bersih yang sebaik-baiknya.

Tujuan dari kegiatan penerapan produksi bersih pada industri minuman ringan
nata de coco adalah: memperkenalkan konsep produksi bersih pada industri kecil
minuman ringan nata de coco, memberikan opsi produksi bersih yang mungkin
dilaksanakan oleh industri nata de coco,mengurangi limbah yang dihasilkan dari
produksi nata de coco dan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil
nata de coco dengan kegiatan pengolahan limbah yang dilakukan.

4
Diharapkan dengan adanya uraian mengenai opsi aplikasi penerapan produksi
bersih pada industri nata de cocodapat meminimalisir limbah yang dihasilkan dari
adanya kegiatan produksi nata de coco di kota Padang dan Bogor.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bahan apa saja yang termasuk limbah padat dari hasil kegiatan Industri
Nata de coco.
b. Bagaimana proses atau aplikasi dalam pengelolaan dan pengolahan limbah
padat yang dihasilkan dari kegiatan Industri tersebut.
c. Apa saja keuntungan dari adanya aplikasi produksi bersih di Industri
tersebut.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi Bersih Pada Kawasan Industri


Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern
berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian
sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam
secara besar-besaran tanpa mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai
dampak negatif yang terasa dalam waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka
panjang. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pola
pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu pembangunan yang
berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Pada era global dan pasar bebas sekarang ini, industri dihadapkan pada
persaingan yang ketat, sehingga keunggulan komparatif yang menjadi andalan
pada masa lalu sudah tak mampu untuk menghadapi tantangan pasar bebas.
Peningkatan efisiensi merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing
terhadap produk-produk sejenis dari Negara tetangga maupun Negara lain yang
masuk ke Indonesia dan juga dalam melakukan produk ekspor ekspor. Hanya
dengan keunggulan kompetitif dan produk yang berkualitas yang akan mampu
berkembang dan memenangkan persaingan dalam pasar bebas.

Berbagai proses produksi dan penyelenggaraan jasa menuju pada suatu


system yang mempertimbangkan aspek keunggulan dan kepuasan konsumen.
Harga suatu produk dan layanan jasa besaing dengan ketat, sementara tuntutan
kualitas semakin tinggi. Produsenpun mulai dituntut berbagai aturan dan standar
yang berhubungan dengan lingkungan seperti ISO 14001 dan Ecolabeling.

Limbah dan emisi merupakan hasil yang tak diinginkan dari kegiatan
industri. Sebagian besar industri masih berkutat pada pola pendekatan yang tertuju
pada aspek limbah. Bahkan masih ada yang berpandangan bahwa limbah

6
bukanlah menjadi suatu permasalahan dan kalau perlu keberadaannya tidak
diperlihatkan. Pihak industri mungkin masih belum menyadari bahwa sebenarnya
”limbah” sama dengan ”uang” atau pengertian tentang limbah yang terbalik,
artinya bahwa limbah merupakan uang atau biaya yang harus dikeluarkan dan
mengurangi keuntungan. Memang benar bahwa dengan mengabaikan persoalan
limbah, keuntungan tidak akan berkurang untuk jangka pendek.

Pihak industri yang demikian mungkin belum melihat faktor biaya yang
berkaitan dengan ”image” perusahaan dan tuntutan pembeli dari luar negri yang
mensyaratkan pengelolaan lingkungan dengan ketat. Kita melihat bahwa ada
peluang yang sebenarnya mempunyai nilai ekonomi tinggi tetapi pada akhirnya
terlepas karena mengabaikan aspek lingkungan.

Produksi Bersih merupakan model pengeloaan lingkungan dengan


mengedepankan bagaimana pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam
setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai efisiensi tinggi sehingga timbulan
limbah dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan Produksi Bersih
akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya
penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik. Penerapan Produksi
Bersih di suatu kawasan industri dipakai sebagai pendekatan untuk mewujudkan
Kawasan Eco-industrial (Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan). Penerapan
Produksi Bersih di kawasan akan memberikan keuntungan berlebih dibanding
dengan keuntungan yang diperoleh industri secara sendiri-sendiri.

Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air


dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan
produktivitas dan minimisasi timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran
seringkali digunakan untuk maksud yang sama dengan istilah Produksi Bersih.
Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency yang menekankan pendekatan bisnis
yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan.

7
Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan
timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan
dan bagaimana daur hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran dimulai dengan
melihat sumber timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi, produk
dan transportasi sampai ke konsumen dan produk menjadi limbah. Pendekatan
pengelolaan lingkungan dengan penerapan konsep produksi bersih melalui
peningkatan efisiensi merupakan pola pendekatan yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan daya saing.

Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan dampak lingkungan


terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk, jasa untuk
meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap
manusia maupun lingkungan (UNEP, 1994). Produksi Bersih, menurut
Kementerian Lingkungan Hidup, didefinisikan sebagai: Strategi pengelolaan
lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus
pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi,
produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam,
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya
limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap kesehatan
dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KLH,2003).

Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci yang dipakai
untuk pengelolaan lingkungan yaitu :pencegahan pencemaran, proses, produk,
jasa, peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian maka perlu
perubahan sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan
evalusi teknologi yang dipilih.

Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian


bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan
berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan
limbah sebelum meninggalkan proses.

8
Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan
selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke
pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan.

Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan lingkungan ke


dalam perancangan dan layanan jasa. Penerapan Produksi Bersih sangat luas
mulai dari kegiatan pengambilan bahan termasuk pertambangan, proses produksi,
pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan, konservasi energi, rumah sakit,
rumah makan, perhotelan, sampai pada sistem informasi.

Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan


limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi
bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam
5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle).

Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah


langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.
Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki
pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :
o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun
produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup
produk.
o Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya
perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait
pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha.
Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi
timbulan limbah pada sumbernya.
Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan
suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.

9
Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan
limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika,
kimia dan biologi.
Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-
bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian
dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn fisika,
kimia dan biologi.

Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu
ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan
Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih
menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R
berikutnya (reuse, recycle, dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan
pengelolaan limbah.

Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan


pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan:
1.Treatment(pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih
telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan
pengolahan agar buanagn memenuhi baku mutu lingkungan.
2.Disposal(pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah
yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan
khusus. Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep
produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan.

Penekanan dilakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan


pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila
upaya dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.

Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park/ Esatate)


merupakansekumpulan industri dan bisnis jasa yang berlokasi pada suatu tempat

10
di mana pelaku-pelakudi dalamnya secara bersama meningkatkan kinerja
lingkungan, ekonomi dan

sosialnya melalui kerjasama dalam mengelola issu lingkungan dan sumberdaya.


Dengan
cara bekerjasama akan diperoleh manfaat bersama yang lebih besar
dibandingpenjumlahan manfaat yang diperoleh oleh setiap industri. Bahasan
komprehensifmengenai Kawasan Indutri Berwasasn Lingkungan dilakukan oleh
Lowe.

Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah untuk


memperbaikikinerja ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan cara
meminimalkan dampaklingkungannya. Pola pendekatan yang dipakai meliputi
desain infrastruktur kawasandanpabrik berwawasan lingkungan, produksi bersih,
efisiensi energi, dan kemitraanantarperusahaan.

Suatu kawasan industri tidak serta merta dapat menyatakan sebagai kawasan
industri berwawasan lingkungan sekedar hanya telah melaksanakan satu atau
beberapa halsebagai berikut:
- pertukaran satu jenis produk samping
- sebagai kluster bisnis daur ulang
- kumpulan perusahaan berteknologi ramah lingkungan
- kumpulan perusahaan yang membuat produk ramah lingkungan
- kawasan industri yang dirancang dengan satu tema lingkungan seperti
pemanfaatan energi tenaga sinar matahari
- kawasan yang memiliki infrastruktur atau konstruksi ramah lingkungan
- pengembangan kawasan multi-pakai untuk industri, komersial dan permukiman

Beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan industri


berwawasanlingkungan melalui :

11
1. Eco-industrial park (estate) (EIP / EIE) – kawasan industri yang
dikembangkandan dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan, ekonomi dan
sosial sebanyakmungkin dan juga manfaat bisnis.
2.Virtual Eco-Industrial Park – industri-industri di suatu daerah yang tidak
harusberada dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui pertukaran limbah
dankerjasama pada tingkatan yang berbeda
3. By-product exchange (BPX) – sekelompok perusahaan yang
salingmempertukarkan dan menggunakan produk samping (energi, air, dan
bahan)daripada membuangnya sebagai limbah. Istilah-istilah yang sering
dipakai BPXadalah industrial ecosystem, by-product synergy, industrial
symbiosis, industrialrecycling network, green twinning, zero emission network.
4. Eco-industrial network (EIN)- sekelompok perusahaan di suatu daerah
yangbekerja sama untuk meningkatkan kinerja lingkungan, sosial dan
ekonomiKonsep dasar dalam pengembangan Kawasan Industri Berwawasan
Lingkungan meliputiekologi industri,produksi bersih, perencanaan kota,
aristektur, dan konstruksiberkelanjutan

Beberapa dasar ekologi industri yang dipakai untuk mengembangkanKawasan


Industri Berwawasan Lingkungan meliputi :
1.Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri,
menggunakanpendekatan
¨ Lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang
¨ Memaksimalkan efisiensi pemakaian bahan dan energi
¨ Meminimisasi timbulan limbah
¨ Memanfaatkan semua limbah sebagai produk-produk potensial dan mencari
pasar
limbah
2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas ekosistem alam
3.Mengurangi beban lingkungan yang diakibatka oleh adanya pelepasan energi
danbahan ke lingkungan
4.Merancang antarmuka industri dengan alam terkait dengan karakteristik
dansensitivitas (kepekaan) alam

12
5. Menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi bahan-
bahanberbahaya dan beracun, dengan membuatnya secara lokal bila diperlu
6. Merekayasa ulang (re-engineer) pemakaian energi dan bahan-bahan untuk
keperluan industri.
7. Merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian energi
8. Mengganti teknologi dan desain produk untuk mengurangi pemakaian bahan-
bahan yang penyebarannya kurang memungkinkan untuk dilakukan pungut
ulang (recapture)
9. Membuat produk menggunakan bahan sesedikit mungkin (Dematerialisasi)
10. Penyesuaian kebijakan industri dengan perspektif jangka panjang dari evolusi
sistemIndustri.
11. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan
ekonomimasyarakat lokal
12. Mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan kesempatan kerja
13. Memperkecil dampak pembangunan industri pada sistem regional
melaluiberbagai investasi dalam program-program masyarakat

Dasar-dasar Desain dan Konstruksi Berkelanjutan yang diterapkan mulai


daripengembangan, perencanaan, desain, konstruksi, operasi, dan dekonstruksi.
Aspek yangperlu dipertimbangkan meliputi sumberdaya energi, air, bahan baku,
dan tanah. Prinsip-prinsipyang dipakai meliputi : konservasi (conservation), pakai
ulang (reuse), dapatdiperbarui/daur ulang (renew/recycle), perlindungan alam
(protect nature), tidakberacun (non-toxic) dan perpaduan (integrasi).

1. Konservasi (Conservation): Meminimasi pemakaian sumberdaya


¨ Merancang efisiensi energi untuk desain bangunan, sistem pemanasan, ventilasi,
air conditioning, dan penerangan
¨ Menggunakan penerangan sinar matahari pada siang hari
2. Pakai Ulang (Reuse) :
- Memilih bahan-bahan yang dapat didesain tahan lama.
- Memaksimalkan pemakaian ulang sumber daya
¨ Mengembangkan wilayah yang sudah ada daripada membuka lahan baru

13
¨ Menggunakan kembali bahan-bahan, produk-produk bangunan
¨ Melakukan pengolahan air sehingga dapat dipakai ulang
3. Dapat diperbarui /Daur ulang (Renew/Recycle) :
- Menggunakan sumberdaya yang dapat diperbarui dan dapat didaur ulang
¨ Menggunakan bahan-bahah bangunan yang mengandung bahan yang dapat
diadaur
ulang
¨ Menggunakan kayu-kayu dari hutan berkelanjutan
4. Perlindungan Alam (Protect Nature) : Melakukan perlindungan terhadap
alam
¨ Meminimasi kerusakan lingkungan pada saat persiapan dan pembangunan
¨ Memilih bahan-bahan yang mempunyai dampak lingkungan reandah pada saat
pengambilan dan pemrosesan
5. Tidak-Beracun (Non-toxic) :
-Menciptakan lingkungan yang sehat,bebas dari bahan-bahan beracun
¨ Memilih material dan peralatan yang tidak beracun
¨ Menyediakan udara segar bagi semua penghuni
6. Perpaduan (Integrasi) :
-Memadukan desain bangunan dan infrastruktur ke dalamlingkungan alam dan
Perencanaan tata ruang dengan memanfaatkan danau, lahan basah yang telah ada
dan tanam-tamanan asli daerah untuk menangkap limpahan air.
¨ Mengembangkan untuk mengurangi dampak dari pengembangan sistem
transportasi masyarakat.

2.2 Penerapan Produksi Bersih Pada Industri


Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual merupakan salah satu
langkahdalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Tahapan
penerapanmeliputi : perencanaan dan organisasi, kajian produksi bersih,
penentuan prioritas dananalisis kelayakan, implementasi, monitoring dan evaluasi,
dilanjutkan dengankeberlanjutan.
Langkah 1 : Perencanaan dan Organisasi

14
Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi
produksibersih. Sasaran peluang Produksi Bersih yang dikaitkan dengan bisnis
dan adanyakomitmen dari manajemen puncak. Pihak industri juga melakukan
identifikasi hambatandan penyelesaiannya, identifikasi sumber daya luar yang
menyediakan informasi dan ahliProduksi Bersih. Program yang kaan dijalankan
dikomunikasikan ke semua karyawandilanjutkan dengan pembentukan im yang
menangani produksi bersih.
Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang
Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat
untukmemahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi
peluangpeluang Produksi Bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan
lapanganberupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas,
pencegahan danpengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. Akar
permasalahan yangmenyebabkan tidak efisien dan adanya timbulan limbah dicari
penyebabnya sehinggadapat memilih tindakan dan teknik untuk memecahkan
masalah dengan mengembangkankreativitas untuk menghasilkan ide sebanyak
mungkin.
Langkah 3 : Analisis Kelayakan dan Penentuan Prioritas
Menentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang
dikeluarkandan pendapatan / penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi,
tingkat komitmen.Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan
ekonomi. Analisis kelayakanekonomi dilakukan secara rinci bagi peluang yang
memerlukan investasi besar. Agarindustri tertarik untuk mengimplementasikan
Produksi Bersih, dicari peluang berdasarkanurutan kebutuhan biaya yaitu tanpa
biaya (no cost), biaya rendah (low cost) dan biayatingi (high cost)
Langkah 4 : Implementasi
Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket dan rencana tindakan
yangdilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan dan
mengalokasikansumberdaya yang diperlukan. Selanjutnya melaksanakan program
dan menekankan padapara karyawan bahwa Produksi Bersih sebagai bagian dari
pekerjaan, mendorong inisiatifdari mereka sebagai umpan balik pelaksanaan.

15
Agar implemetasi dapat dipantaukemajuannnya maka perlu dikembangkan
indikator kinerja efisiensi, lingkungan, dankesehatan dan keselamatan kerja.
Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi
Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan Produksi
Bersihdigunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai, apakah sesuai
dengan rancanganataukah tidak. Kelemahan pencatatan data yang kurang
seringkali menghambatpengukuran kinerja, sehingga pelaporan peningkatan
efisiensi dan penurunan timbulanlimbah tidak dapat dihitung dengan tepat. Pada
saat pemantauan dilakukanpendokumentasian program. Melakukan tinjauan ulang
secara periodik pelaksanaanProduksi Bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis.
Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan
Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan, mempertahankan
target telahdicapai, dan selanjutnya mengimplementasikan untuk peluang lainnya.
Produksi Bersihpada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu
program sehingga industriakan melakukan perbaikan berkelanjutan.Keberhasilan
penerapan Produksi Bersih pada industri sudah cukup banyak, baik pada industri
skala kecil, menengah maupun besar untuk berbagai jenis produk industri.
Sebagai contoh keberhasilan penerapan produksi bersih dapat disampaikan
sebagai
berikut :
1. Industri elektroplating di Sidoarjo :
- menata ulang peralatan proses dapat menghemat pemakaian energi listrik sampai
25
persen
- penggantian bahan baku beracun senyawa sianida dengan senyawa asam
menurunkan biaya produksi sebesar 10 persen.
2. Industri cor besi di Ceper Klaten
- Penggantian dapur tungkik menjadi dapur kupola mengurangi pemakaian cokes
dari
1/7 menjadi 1/12 (bag cokes/bag besi scrap)
- Pemakaian dapur induksi meningkatkan kualitas produk, penurunan biaya
produksi,

16
dan pengurangan emisi gas serta limbah padat
- Daur ulang pasir cetakan mengurangi pemakaian bahan baku pasir

2.3 Produksi Bersih Dan Simbiose Industri


Produksi Bersih yang diterapkan secara individual pada industri di suatu
kawasanmemberikan manfaat besar yang dirasakan oleh industri tersebut. Manfaat
yang dapatdirasakan berupa peningkatan efisiensi pemakaian bahan baku dan
energi, penurunantimbulan limbah dan peningkatan kualitas lingkungan serta
peningkatan kesehatan dankeselamatan kerja. Beberapa hal terkait dengan
keberhasilan penerapan Produksi Bersihdi industri, dapat diambil contoh,
pemakaian air menjadi berkurang sehingga industrimempunyai kelebihan pasokan
air, peningkatan efisiensi energi sehingga industrimempunyai daya yang berlebih
yang masih dapat dimanfaatkan, adanya limbah industri
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, kapasitas instalasi pengolah air
limbah daninsinerator berlebih karena adanya penurunan timbula limbah cair
maupun padat.Kerjasama antar industri di suatu kawasan akan memberi manfaat
yang jauh lebih besardaripada industri menerapkan Produksi Bersih secara
sendiri-sendiri. Beberapa kerjasamadalam bentuk simbiose industri yang saling
menguntungkan dapat dilakukan, seperti :
- pemanfaatan kelebihan pasokan air dan energi
- penyediaan instalasi pengolah limbah bagi industri lain
- pertukaran produk samping
- pemanfaatan limbah sebagai bahan baku bagi industri lain (waste to product)
- pembentukan industri jasa reparasi peralatan
- pembentukan forum untuk saling tukar menukar informasi
- penelitian dan pengembangan

Sebagai ilustrasi keberhasilan simbiose industri sebagai berikut :


1. Sentra Industri Cor Logam.
Produk samping pemesinan (gram) cor besi semula tidakdimanfaatkan dengan
baik. Dengan adanya industri yang menggunakan dapur induksi,gram dari

17
beberapa industri cor dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan baku. Gram
yang telah dilakukan pengecoran digunakan sebagai salah satu bahan baku cor.
2. Jejaring Industri
Pabrik gula menggunakan batubara sebagai bahan bakanmenimbulkan limbah
cokes yang mempunyai kadar karbon tinggi. Limbah cokesdimanfaatkan oleh
industri cor logam.
3. Kawasan Industri
Bidang K3LH industri-industri di Kabupaten Semarangmembentuk forum
pertukaran informasi terkait dengan K3 dan lingkungan.Penerapan PB di salah
satu industri tekstil telah mengurangi pemakaian air danmenurunkan timbulan
limbah. Merencanakan untuk mengoptimalkan IPAL danincinerator bagi industri-
industri di sekitarnya. Menyediakan layanan pengolahan bagiIKM bila mendapat
dukungan dari pemerintah. Model ini banyak dijumpai pada berbagaikawasan
industri di Indonesia.

18
BAB III
ISI

3.1 Gambaran Umum Nata de coco


Nata de cocoadalah makanan yang terbuat dari bahan-bahan seperti air kelapa,
sari nanas dan sari buah lainnya, dengan adanya pertolongan bakteri Acetobacter
xylinum (Brown), maka komponen gula yang terdapat di dalam substrat diubah
menjadi suatu bahan yang menyerupai gel dan terbentuk dipermukaan medium.

Nata de coco berasal dari Filipina. Hal ini bias dipahami karena Filipina
merupakan salah satu Negara penghasil kelapa yang cukup besar di dunia. Filipina
termasuk Negara yang paling banyak mendapatkan devisanya dari produk kelapa.

Nata de coco merupakan suatu pertumbuhan yang menyerupai gel yang terapung
pada permukaan medium yang mengandung gula dan asam yang dihasilkan
mikroorganisme Acetobacter xylinum.Nata de coco merupakan makanan rendah
kalori yang cocok untuk penderita diabetes. Nata de coco adalah selulosa bacterial
yang mengandung air kurang lebih 98% dengan tekstur yang agak kenyal.

Bahan baku pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang sudah tua, air kelapa
yang akan dijadikan nata de coco jangan tercampur dengan benda lain. Jika
bercampur dengan air, kualitas nata de coco yang dihasilkan akan rendah. Jika

19
bercampur dengan garan, tidak akan terbentuk nata de coco karena bakteri
Acetobacter xylinum tidak bias tumbuh dalam media yang asin. Air kelapa bias
diperoleh dari pabrik-pabrik kopra, pasar tradisional dan tempat-tempat pemarutan
kelapa. Setiap satu liter akan menghasilkan 1 kg nata.
Proses pembuatan nata de coco pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Air kelapa disaring dengan menggunakan kain penyaring kemudian
dimasak selama kurang lebih 1 jam dan didinginkan,
2. Mencampurkan gula pasir, asam cuka, ZA dan cairan bibit kedalam air
kelapa yang telah dimasak dan kemudian diaduk,
3. Masukkan campuran tersebut (media fermentasi) kedalam baki (cetakan)
kemudian ditutup dengan kertas Koran yang diikat dengan tali karet,
4. Dan setelah 7 hari nata de coco siap dipanen

20
- Diagram alir proses pembuatan nata de coco

Cara penerapan opsi produksi bersih diatas akan dijelaskan dalam bentuk tabel
dibawah ini, yaitu:
Manfaat
Opsi Produksi
No. Cara Pelaksanaannya bagi
Bersih
Lingkungan
1 Pemanfaatan Kumpulkan semua kotoran (limbah) Mengurangi
kotoran hasil tersebut dalam satu wadah, lalu pencemaran
penyaringan, campur dengan kapur tohor (100 kg karena
perebusan dan hasil panen yang gagal dicampur limbah padat

21
limbah pembersihan dengan 10 kg kapur tohor). Fungsi dan semi
kulit untuk kapur tohor adalah untuk padat
pembuatan pupuk menetralkan pH bahan pupuk.
organik serta biogas Setelah tercampur rata, biarkan
selama ± 2 jam, pupuk tersebut
sudah siap digunakan. Untuk biogas
dijelaskan pada subbab 3.2
2 Pemanfaatan Kumpulkan semua sisa cairan Mengurangi
kembali sisa cairan fermentasi dalam dandang, kemudian pencemaran
fermentasi direbus kembali, dimasukkan karena
kedalam botol, didinginkan, lalu limbah cair
tambahkan biakan murni, setelah itu
dilakukan pemeraman selama satu
minggu, maka starter (bibit) sudah
dapat digunakan.
3 Pemanfaatan Air sisa dari berbagai proses tersebut Mengurangi
kembali air sisa diendapkan, kemudian dituangkan ke pencemaran
rendaman, air drum penyaringan yang sudah berisi karena
pembersihan kulit bahan penyaringan (pasir, kerikil, limbah cair
dan pencucian, sisa ijuk, arang, batu bata, ijuk). Air hasil
air perendam penyaringan ini bisa digunakan
potongan nata serta kembali.
air perebusan
potongan nata
4 Pemanfaatan sisa Sisa potongan nata direbus hingga Mengurangi
potongan nata untuk hilang baunya dan bersih (berwarna pencemaran
pembuatan putih), kemudian diblender sampai karena
minuman jelly drink halus. Hasil blenderan ini direbus limbah semi
kembali dengan air, ditambahkan padat
gula dan flavour. Kemudian dikemas
dalam kemasan gelas plastik.
5 Pemanfaatan sisa Kumpulkan semua kotoran (limbah) Mengurangi

22
potongan nata untuk tersebut dalam satu wadah, lalu pencemaran
pembuatan pupuk campur dengan kapur tohor (100 kg karena
organik hasil panen yang gagal dicampur limbah semi
dengan 10 kg kapur tohor). Fungsi padat
kapur tohor adalah untuk
menetralkan pH bahan pupuk.
Setelah tercampur rata, biarkan
selama ± 2 jam, pupuk tersebut
sudah siap digunakan.
6 Menjual sisa plastik Kumpulkan semua sisa plastik dalam Mengurangi
pengemasan kantong, kemudian jual ke tempat pencemaran
penjualan yang telah ada karena
limbah padat

3.2 Opsi Aplikasi Produksi bersih


Pada proses produksi nata de coco dihasilkan limbah cair berupa sisa cairan
fermentasi dan sisa penggunaan air selama proses produksi. Limbah semi padat
berasal dari kotoran berbentuk lendir dari hasil perebusan, lapisan kulit nata dan
sisa potongan nata de coco serta hasil panen nata yang gagal (jika terjadi
kegagalan panen). Sedangkan limbah padat berasal dari kotoran pada waktu
penyaringan, Koran penutup Loyang atau botol yang sudah tidak terpakai dan
plastik penutup kemasan gelas plastik/cup.
Berdasarkan dari data hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengelolaan
limbah padat di lokasi yaitu kota Bogor, tepatnya limbah padat yang dikaji berada
didaerah Pesantren Darul Fallah, Ciampea dan di kota Padang . Opsi produksi
bersih yang bisa dilakukan adalah pemanfaatan kotoran hasil penyaringan,
perebusan, dan pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk, pemanfaatan kembali
air sisa selama proses, pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan jelly
drink, pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk dan menjual sisa
plastik pengemasan.

Adapun teknik pelaksanaan untuk beberapa opsi produksi bersih adalah :

23
1. Pembuatan pupuk
a. Semua kotoran hasil penyaringan air kelapa, lapisan kulit nata, sisa potongan
dan nata yang tidak bisa terpakai (hasil panen yang gagal) dikumpulkan dalam
baskom.
b. Setiap 100 kg limbah berupa kotoran hasil penyaringan air kelapa, sisa
potongan dan nata yang tidak bisa terpakai dicampur dengan 10 kg kapur
tohor. Fungsi kapur tohor adalah untuk menetralkan pH bahan pupuk.
c. Setelah tercampur rata, biarkan selama ± 3 jam, pupuk tersebut sudah siap
digunakan.

2. Pembuatan jelly drink nata, adapun tahapannya adalah :


a. Mencuci sisa potongan nata minimum tiga kali, bisa juga diikuti dengan
pengepresan untuk menghilangkan bau
b. Merebus sisa potongan nata dalam air mendidih lebih kurang 20 menit.
Tujuannya agar sisa potongan nata tersebut menjadi kenyal. Sesudah direbus,
air rebusan dibuang.
c. Untuk membuat jelly drink nata, sebanyak 250 gram sisa potongan nata
ditambahkan dengan 100 ml air, kemudian diblender sampai halus.
d. Hasil sisa potongan nata yang sudah diblender, dituangkan ke dalam panci,
tambahkan gula dan esense sucukupnya, jika ingin memberikan pengawet,
tambahkan benzoate, kemudian rebus kembali hingga mendidih. Setelah itu
bisa diangkat dan dikemas. Pengemasan bisa menggunakan cup ukuran 240 ml
atau 120 ml.

Aspek penanganan limbah padat


penanganan limbah pada suatu industri sangat penting dilakukan,karena dapat
menghindari atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil
survey diperoleh data hanya 13,33% industri kecil nata de coco yang
memanfaatkan kembali limbah padat nata de coco yang dihasilkannya, sedangkan
industri nata de coco yang lainnya hanya membuang limbah.

24
Pada umumnya limbah yang dihasilkan merupakan limbah padat yang berasal dari
pengupasan atau yang gagal (bentuk tidak sempurna atau terserang jamur). Jumlah
limbah padat yang dihasilkan, baik yang berasal dari proses pembuatan dan
pengupasan berkisar antara 5% sampai dengan 10% dari total produksi.

Pemilik industri kecil nata de coco pada umumnya belum memiliki tempat khusus
untuk menampung limbah padat. Limbah padat nata de coco pada umumnya
dibuang ke sungai atau kesaluran air yang terletak disekitar lokasi industri. Cara
lain untuk menampung limbah padat adalah dengan membuat lubang atau bak-bak
tertutup yang dibuat di bawah permukaan tanah. Pembuatan penampungan limbah
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Limbah padat nata de coco dimasukkan kedalam lubang di tanah dan bila
sudah penuh ditutup kembali dengan tanah.

2. Limbah padat dimasukkan kedalam lubang dengan ukuran kedalaman 3 m,


panjang dan lebar 2 m, kemudian ditutup dengan seng.
3. Limbah padat nata de coco dimasukkan dalam lubang tertutup dalam tanah,
seperti tangki septik.
4. Limbah padat nata de coco ditampung dalam bak-bak terbuka.

25
Dampak yang paling dirasakan dengan adanya limbah padat nata de coco yang
tidak ditangani dengan baik adalah masalah bau yang ditimbulkan oleh limbah
padat tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghilangkan bau tersebut,
seperti dengan cara memberikan EM4 dan kapur pertanian, akan tetapi masalah
bau tersebut masih sulit teratasi.

Pada beberapa produsen industri kecil nata de coco telah dilakukan proses
pemanfaatan kembali limbah padat nata de coco yang dihasilkan. Limbah padat
nata de coco dapat dimanfaatkan sebagai pakan, pupuk, ataupun minuman
berserat. Pemanfaatan limbah sebagai pakan diberikan pada ternak ayam dan
budidaya ikan lele.

Pemanfaatan sebagai pupuk dilakukan dengan cara limbah padat ditampung dalam
ember selama kurang lebih 2 minggu, kemudian setelah membusuk diletakkan
pada tempat pemasukan air di sawah sebagai pupuk tanaman padi sawah.
Pemanfaatan limbah padat sebagai minuman berserat dilakukan dengan cara
limbah padat nata de coco diblender hingga halus dan kemudian dicampur dalam
air untuk minuman berserat dengan nama Vit Orange .produk tersebut dalam 1
bulan hanya diproduksi selama 5 hari dengan tingkat produksi 400 kardus per hari
(24 gelas per kardus), sehingga dalam 1 bulan diproduksi 2000 kardus.

Alternatif lain dalam pemanfaatan limbah padat nata de coco pada percobaan
yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah padat nata de coco sebagai
penghasil energi alternatif (gas bio) dan pupuk organik cair. Dalam pemanfaatan
limbah nata de coco sebagai penghasil gas bio dan pupuk organik diperlukan
bahan baku lainnya, yaitu kotoran hewan (kotoran sapi). Untuk dapat
menghasilkan gas bio dan pupuk organik diperlukan sumber bahan baku yang
kontinu.

Pembuatan gas bio dilakukan dengan mencampurkan limbha padat dan kotoran
sapi sesuai dengan perlakuan yang diberikan (T1, T2, T3, dan T4). Bahan baku
diproses dalam pencerna anaerobik selama 30 hari. Penambahan bahan baku

26
sesuai dengan perlakuan yang diberikan dan dilakukan apabila api sudah dapat
dinyalakan. Jumlah gas bio dan waktu yang dibutuhkan untuk memasak 1 liter air
sampai mendidih dicatat.

Gas bio merupakan salah satu energi alternatif terbaharukan yang ramah
lingkungan yang dapat dihasilkan dari berbagai macam limbah organik, seperti
limbah padat nata de coco dan kotoran sapi. Energi yang dihasilkan dari proses
pembuatan gas bio dapat dimanfaatkan sebagai energi untuk bahan bakar untuk
keperluan memasak.

Pemanfaatan limbah padat nata de coco sebagai energi alternatif (gas bio) dapat
diaplikasikan pada industri nata de coco, sehingga terjadi proses daur ulang yang
dapat menguntungkan bagi industri kecil nata de coco dan bagi kelestarian
lingkungan.

Limbah padat nata de coco setelah diproses dalam pencerna anaerobik tidak
hanya menghasilkan energi alternatif (gas bio), tetapi dihasilkan juga pupuk
organik cair yang berasal dari limbah gas bio. Proses produksi dengan
menggunakan gas bio dengan menggunakan pencerna biologis merupakan sebuah
cara yang sangat menguntungkan karena mampu memanfaatkan alam tanpa
merusaknya, sehingga siklus ekologis tetap terjaga. Manfaat yang paling besar
dari penggunaan pencerna biologis adalah menghasilkan pupuk alami untuk
tanaman secara teratur dan berkelanjutan.

Gas bio yang dihasilkan jika dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada proses
pembuatan nata de coco, yaitu dapat digunakan pada proses perebusan nata de
coco. Pemanfaatan limbah padat nata de coco sebagai bahan bakar dalam proses
produksi nata de coco sangat menguntungkan bagi industri nata de coco, karena
dapat mengurangi biaya produksi dan dapat mencegah pencemaran lingkungan.

3.3 Keuntungan Adanya Aplikasi Produksi Bersih Pada Industri Nata


De Coco

27
Keuntungan adanya aplikasi produksi bersih pada industri nata de coco, yaitu:
1. Mengurangi limbah yang dihasilkan dari produksi nata de coco, sehingga
pencemaran lingkungan dapat diminimalisir
2. Dan meningkatkan pendapatan bagi pengusaha industri kecil nata de coco
dengan kegiatan pengolahan limbah yang dilakukan, dan dalam pengolahan
tersebut ada yang bersifat ekonomis (dapat dijual) maupun digunakan kembali
oleh industri nata de coco tersebut untuk bahan bakar.

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 proses pembuatan nata de coco diawali dengan pembuatan bibit dengan
tahapan proses adalah penyaringan, pencampuran, perebusan, penuangan
larutan kedalam botol, pendinginan, penambahan biakan murni dan
pemeraman. Sedangkan proses pembuatan nata de coco adalah
penyaringan, pencampuran, perebusan, penempatan dalam wadah
fermentasi, pendinginan, penambahan bibit, fermentasi (pemeraman),
permanenan, pembersihan kulit, pemotongan, perebusan, dan pengemasan.
 Pada produksi nata de coco dihasilkan limbah semi padat yang berasal
dari kotoran berbentuk lendir dari hasil perebusan, lapisan kulit nata, dan
sisa potongan nata de coco serta hasil panen yang gagal (jika terjadi
kegagalan panen). Dan limbah padatnya berasal dari kotoran hasil dari
proses penyaringan, Koran penutup loyang atau botol yang sudah tidak
terpakai dan plastik sisa penutup kemasan gelas plastik/cup.
 Opsi aplikasi produksi bersih pada industri nata de coco adalah
pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan jelly drink, menjual sisa
plastik pengemasan, pembuatan biogas sebagai energi alternatif dan
pembuatan pupuk cair.
 Keuntungan yang diperoleh dengan adanya aplikasi produksi bersih pada
industri nata de coco adalah mengurangi limbah yang dihasilkan dari
produksi nata de coco dan meningkatkan pendapatan pengusaha industri
kecil nata de coco dengan kegiatan pengolahan limbah yang dilakukan.

29
4.2 Saran
Perusahaan nata de coco yang ada sekarang diharapkan untuk dapat
menerapkan produksi bersih pada industrinya agar limbah yang dihasilkan dari
proses produksi dapat diminimalisir sekecil mungkin selain itu juga mengurangi
beban biaya industri dalam melakukan sebuah aktivitas produksi karena limbah
yang dihasilkan didaur ulang kembali, dengan menggunakan beberapa opsi
aplikasi poduksi bersih yang teklah disebutkan dalam makalah ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Daddy Dkk. -. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production) pada


Industri Nata de Coco. Jurnal Teknik Mesin dan Agribisnis Universitas
Andalas.

Hakimi, Rini Dkk. 2006. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production) pada
Industri Nata de Coco. Jurnal Teknik Mesin Vol 3, No 2, Desember 2006

Purwanto. 2005. Penerapan Produksi Bersih di Kawasan Industri. Disampaikan


pada Seminar Penerapan Program Produksi Bersih Dalam Mendorong
Terciptanya Kawasan Eco-industrial di Indonesia, diselenggarakan oleh
Asisten Deputi Urusan Standardisasi dan Teknologi di Jakarta 3 Juni 2005.

Zaitun. 2004. Pengelolaan Limbah Padat Industri Kecil Nata de Coco Melalui
Teknologi Produksi Gas Bio dan Pemanfaatannya Sebagai Pupuk Organik
Cair. Jurnal Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

https://www.scribd.com/doc/256719196/MAKALAH-PENGELOLAAN-
SAMPAH-Produksi-Bersih-Kawasan-Industri-Nata-de-Coco

31

Anda mungkin juga menyukai