SKRIPSI
Oleh
Alfi Setiani
NIM 1102413080
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hari:
Tanggal:
Pembimbing I Pembimbing II
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Hari:
Tanggal:
Panitia Ujian Skripsi
Ketua Sekretaris
Penguji I Penguji II
Penguji III
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Skripsi atas nama Alfi Setiani NIM 1102413080, dengan judul “Evaluasi Program
Kabupaten Boyolali”, saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan
sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis
orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam
Alfi Setiani
NIM. 1102413080
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Kita jangan menyerah dan jangan membiarkan masalah mengalahkan kita
(Abdul Kalam)
2. Bersyukurlah dengan apa yang anda miliki, anda akan memiliki lebih banyak.
Jika anda tidak bersyukur, anda tidak akan merasa cukup (Oprah Winfrey)
3. Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Al Baqarah :216)
PERSEMBAHAN
1. Almamaterku, Universitas Negeri Semarang
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih karunia-Nya,
dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih
kepada:
4. Dosen Pembimbing, Dr. Titi Prihatin, M.Pd. dan Dra. Istyarini, M.Pd yang
skripsi.
6. Dosen Penguji II, Dr. Titi Prihatin, M.Pd, yang telah memberikan bimbingan,
vi
7. Dosen Penguji III, Dra. Istyarini, M.Pd , yang telah memberikan bimbingan,
9. Ustadzah Siti Aisyah selaku wali kelas IV SDIP Al Madinah Cepogo, atas
10. Bapak dan Ibu tercinta, atas semangat dan kasih sayangnya, serta yang tiada
12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
terselesaikannya skripsi ini mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat.
Penyusun
vii
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
1.5 Tujuan.................................................................................................. 11
1.6 Manfaat................................................................................................ 12
ix
2.2.1.1 Definisi Evaluasi Program .......................................................... 15
x
4.1.1.1 Identifikasi Kebutuhan program dengan Tujuan Program
xi
4.2.4 Evaluasi Aspek Hasil Program ............................................... 105
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Islam merupakan salah satu agama yang di anut di Indonesia dan menjadi
agama terbesar di negara ini. Bagi umat islam Al Qur’an adalah kitab pedoman
hidup yang diturunkan oleh Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW yang
berisi dasar hidup berupa perintah dan larangan dari Allah SWT bagi seorang
muslim (Mahjoob, 2016: 39). Nawas & Jahangir (2015:58) juga berpendapat
bahwa Al Qur’an merupakan kitab suci yang fundamental yang mencakup 114
surah, yang telah diyakini oleh umat muslim sebagai pertolongan besar dan jalan
Qur’an terdapat landasan hidup yang digunakan selama manusia hidup di dunia
dan untuk mencapai kehidupan di akhirat. Dan keistimewaan yang terakhir adalah
Hafidz, sebagai salah satu tolak ukur keimanan manusia, kitab suci Al Qur’an
1
2
bukan hanya dibaca dan dimaknai, namun juga dihafalkan agar dalam hati
Wajib bagi setiap orang yang beragama islam untuk berpegang teguh pada
adalah hadits dari HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mas’ud yaitu mengenai kebaikan
membaca Al Qur’an dan setiap satu huruf yang telah dibaca terdapat satu
kebaikan dan kebaikan tersebut akan dibalas dengan 10 kali lipat kebaikan
merupakan hal yang penting, hal tersebut digambarkan dalam sabda Nabi
Muhammad SAW dari Usman Bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rosulullah SAW bersabda “Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang
bahwa efek dari menghafal Al Qur’an dapat melibatkan banyak memori yang
meningkatkan praktik dan latihan serta membuat kemampuan otak otomatis untuk
pembelajaran yang lain dan latihan yang berdasarkan memori. Arifin (2015:93)
Qur’an, yaitu :
3. Orang yang menghafal Al Qur’an akan ditempatkan pada garda yang paling
5. Al Qur’an akan memberikan pertolongan bagi siapa saja yang telah membaca,
tidaklah mudah karena isi Al Quran memiliki kuantitas yang besar yakni terdiri
dari 114 surat, 6.237 ayat, 77.439 kata dan 323.015 huruf yang tentu sangat
berbeda dengan bahasa Indonesia. Pendidikan dapat menjadi wadah yang efektif
dimana seseorang (guru) memberikan pengajaran ilmu kepada orang lain (siswa).
Sekolah formal tersebut adalah Sekolah Islam Terpadu yang terdiri dari jenjang
Usia efektif untuk menunjang hafalan Al Qur’an yaitu pada masa Sekolah
Dasar yaitu 6 hingga 12 tahun. Pada usia ini anak memiliki daya ingat yang tinggi.
Ahmadi (2009:74) menyatakan bahwa “Jika dilihat dari faktor usia ingatan paling
4
tajam pada diri manusia ialah pada masa kanak-kanak (4-10 tahun) dan ini baik
sekali daya ingatan mekanis, yakni daya ingatan yang hanya untuk kesan-kesan
yang mencapai ketajaman paling tinggi yaitu pada usia 8-12 tahun. Menghafal Al
Qur’an pada usia Sekolah Dasar diharapkan akan diingat anak sampia masa tua.
Salah satu Sekolah Islam Terpadu yang menerapkan program hafalan sejak
dini kepada siswa adalah SDIP Al Madinah di Cepogo. Hasil Observasi Awal
berbasis islam dengan menerapkan sistem Full Day School. Di sekolah ini
panggilan untuk bapak/ibu guru adalah ustad dan ustadzah. Salah satu program
Program ini cukup menarik perhatian orang tua untuk mendaftarkan anaknya di
sekolah ini.
dapat menghafal Al Qur’an sejak usia dini. Program ini berbentuk mata pelajaran
diajarkan setiap hari tepatnya pada pagi hari selama 2 jam pelajaran. Tujuan
ditempatkan pada pagi hari untuk menyesuaikan kondisi anak yang masih
semangat dan fresh. Mata Pelajaran Tahfidzul Al Qur’an memiliki target yaitu
setiap anak yang lulus dari kelas VI harus hafal 10 juz pada permulaanya, namun
5
melihat kondisi siswa yang masih banyak yang belum mencapai target 10 juz,
Metode yang digunakan pada kelas I sampai kelas III adalah metode Talqin
ulang yang kemudian ditirukan oleh siswa, biasanya setiap hari target menghafal
3,5 baris dari lembar Al Qur’an, dengan perharinya maksimal siswa yang
kelas IV sampai kelas VI metodenya cukup berbeda yaitu siswa diberikan waktu
ini siswa yang belum mahir menghafal dapat mengikuti dan termotivasi oleh
Media yang digunakan sejauh ini menggunakan suara langsung dari ustad,
didengarkan sendiri. Selain itu untuk mencegah kebosanan dari siswa dalam
pembelajaran, juga menggunakan cerita nabi yang dapat menghibur siswa hal ini
berlaku pada kelas I hingga kelas III. Untuk kelas IV hingga kelas VI, siswa
cenderung lebih mandiri dan dibantu media berupa kartu potongan-potongan ayat.
Terdapat tiga komponen dalam penilaian individu yaitu (1) kelancaran dalam
permasalahan yang terjadi dalam pogram Tahfidzul Al Qur’an. Pada awal berdiri
program ini memiliki target lulusan yang dapat menghafal Al Qur’an 10 juz, atau
dapat dikatakan setiap tingkat terdapat target 2 juz yang harus dihafalkan oleh
siswa. Namun hal tersebut masih dirasa sulit bagi siswa, beberapa dari mereka
belum dapat mencapai target hafalan tersebut. Dalam kurun beberapa tahun
tingkat hafalan Al Qur’an. Untuk kelas I hingga kelas III menggunakan metode
Talqin sehingga target hafalanya dapat tercapai, namun pada awal kelas IV siswa
menggunakan metode mandiri dalam hafalanya, sehingga dalam satu kelas tidak
semua siswa dapat memenuhi target tersebut. Oleh karena permasalahan tersebut
berakibat pada penurunan target hafalan Al Qur’an siswa yang pada mulanya 10
juz menjadi 6 juz yang dimulai pada periode 2016/2017, yang dapat dilihat pada
Kelas IV merupakan kelas yang dipilih dalam penelitian ini, dalam kelas
Qur’an di SD Islam Terpadu Al Madinah Cepogo hanya pada pagi hari, berbeda
dengan SD Islam Terpadu Al Madinah di daerah yang lain yang memiliki jam
pembelajaran Tahfidzul Al Qur’an pada pagi dan sore hari. Oleh sebab itu
dengan sekolah sejenis yang dibawah yayasan. Selain itu lulusan dari sekolah ini
telah memiliki nama yang baik dalam menghafal Al Qur’an di mata masyarakat,
namun belakangan ini terlihat menurun dalam hal prestasi yaitu jika siswa
mengulang hafalanya yang pernah diahafalkan sejak bangku kelas I hingga kelas
hafalan Al Qur’an di sekolah pun belum maksimal, seperti yang tertulis dalam
sekolah lain yang sejenis dibawah yayasan, telah memiliki kegiatan serupa yang
kuantitas dan kualitas guru. Dalam kondisi ideal satu guru mengampu 12 siswa,
namun dengan kondisi sekarang, hal tersebut belum dapat dipenuhi. Kualitas guru
juga menjadi poin penting dalam program ini, tidak semua guru dapat mengampu
mata pelajaran Tahfidzul Al Qur’an, dan pada kenyataanya sebagian guru yang
MGMP tingkat yayasan, yang terdiri dari tiga unit yaitu Kota Kartosuro, Nogosari
8
dan Cepogo. Proses evaluasinya adalah dengan saling sharing antar guru,
sehingga agar dapat bertukar informasi dan pengalaman. Hal ini belum cukup
sangat menarik jika dilakukan evaluasi program terlebih untuk melihat hasil
pencapaian target hafalan Al Qur’an yang baru yaitu 6 juz atau satu jenjang kelas
bahwa :
menilai objek evaluasi dengan indikator yang telah dibuat, kemudian hasilnya
suatu evaluasi agar dapat menilai berjalanya program tersebut sesuai dengan
rencana awal dan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu model evaluasi yang
cocok dalam masalah ini adalah model CIPP merupakan suatu singkatan yaitu
Singkatan tersebut juga menjadi sasaran yang akan dievaluasi dalam model ini.
model CIPP merupakan model terstruktur yang paling efektif dan model ini
kebutuhan yang menjadi prioritas serta menyajikan sumber data yang dapat
yang akan dievaluasi sebagai suatu sistem. Sehingga untuk melakukan evalusi
standar yang merujuk dari Tahfidzul Al Qur’an Arab Saudi dengan dimodifikasi
oleh yayasan, dalam standar tersebut terlihat poin-poin yang harus dilaksanakan
akan mudah dalam mencari akar permasalahan yang ingin diteliti serta akan
menurunkan target
hanya dilakukan pada pagi hari yang seharusnya dilakukan pagi dan sore.
4) Peran orang tua yang belum optimal dalam mendukung hafalan dari anak.
5) Jumlah guru yang masih kurang dari ideal serta belum maksimalnya
pelajaran.
Kabupaten Boyolali.
1) Komponen Konteks
2) Komponen Masukan
(1) Apakah kualifikasi tenaga pendidik sudah sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan ?
(2) Apakah kualifikasi peserta didik sudah sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan ?
(3) Apakah kualitas sarana dan prasarana sudah dapat mendukung program
Tahfidzul Al Qur’an ?
11
3) Komponen Proses
4) Komponen Hasil
Apakah hasil yang diraih telah mencapai target yang telah ditetapkan oleh
1.5 Tujuan
1) Komponen Konteks
2) Komponen Masukan
(3) Untuk mengetahui sejauh mana kualitas sarana dan prasarana sebagai
Qur’an.
3) Komponen Proses
4) Komponen Hasil
Untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian hasil yang diraih dengan target
1.6 Manfaat
Manfaat yang juga diharapkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Manfaat teoritis
Tahfidzul Al Qur’an
2) Manfaat Praktis
Manfaat yang juga diharapkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi serta
2.1.1 Skripsi oleh Fitri Wijayanti mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
Ajaran 2014/ 2015” tahun 2015. Hasil dari penelitian ini menunjukan
menit sebelum pembelajaran dimulai dan pada jam pelajaran BTA selama
surat pendek
pada Juz Amma yang telah ditetapkan belum mencapai 100%. Faktor minat
dan motivasi siswa yang tinggi, peran madrasah, kondisi keluarga dan
2.1.2 Jurnal oleh Fatma dan Kemas Badaruddin yang berjudul “Evaluasi
Tanjung Raja Ogan Ilir” tahun 2016. Hasil dari penelitian ini menunjukan
14
15
baik, hal tersebut dapat diketahui dari ketersesuaian landasan dan tujuan
program serta
sesuai dengan jumlah santri, kurikulum yang dipakai juga telah sesuai
kategori cukup.
Evaluasi merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu “evaluation”. Yang
beberapa definisi evaluasi menurut para ahli. Menurut Cross (dalam Sukardi,
suatu kegiatan, dimana tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut Suchman (dalam
menentukan hasil yang telah dicapai dari kegiatan untuk tercapainya suatu tujuan
bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menentukan suatu
keputusan dilihat dari berjalanya kegiatan dengan kesesuain tujuan yang hendak
dicapai.
diidentifikasi melalui audiens yang terindentifikasi. Dalam hal ini bahwa program
memiliki dua komponen penting yaitu dokumen perencanaan dan aksi yang
suatu kebijakan, (2) waktu yang digunakan relatif lama dan kegiatanya berupa
Pelaksanaan evaluasi tidak lepas dari suatu tujuan. Setiap kegiatan evaluasi
(2009:18) adalah untuk melihat ketercapaian dari tujuan suatu program dengan
melihat bagian dari komponen maupun sub komponen program yang belum
terlaksana. Melalui evaluasi program ini, suatu kegiatan dapat diukur tingat
apakah dalam pelaksaananya sesuai dengan perencanaanya atau hasil yang dicapai
kesesuain dengan tujuan yang telah ditetapkan. Setiap program memiliki suatu
tujuan yang telah ditetapkan dari awal, namun realitanya tidak semua dapat
Manfaat dari evaluasi program juga dapat menentukan kebijakan yang tepat
karena dalam evaluasi adalah mencari informasi dan data yang akurat, sehingga
dari informasi dan data tersebut dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan.
19
perlu disusun yang lebih baik. Dan mungkin perlu dilakukan pengubahan
tujuan.
penyelenggara program, suatu kebijakan yang tepat dapat diperoleh dari hasil
model evaluasi memiliki ciri dan tujuan yang berbeda. Dalam pemilihin model
20
evaluasi program dapat dikaitkan dengan tujuan evaluasi yang dilakukan oleh
evaluator, selain itu juga dapat disesuaikan dengan jenis program yang akan
terdapat empat hal yang dapat membedakan ragam model evaluasi yaitu (1)
memiliki orientasi terhadap tujuan, (2) memiliki orientasi terhadap keputusan, (3)
memiliki orientasi terhadap kegiatan dan orang yang menangani, dan (4) memiliki
model evaluasi yang digunakan hingga saat ini, yaitu Stufflebeam, Metfessel,
Michael Scriven, Stake, dan Glaser. Terdapat tujuh model evaluasi program yang
dapat digunakan yaitu Goal Oriented Evalution Model, Goal Free Evaluation
cukup banyak digunakan oleh evaluator program. Penggunaan model CIPP pada
penelitian ini adalah identifikasi aspek yang terstruktur dan menyeluruh. Seperti
CIPP merupakan model terstruktur yang paling efektif dan model ini bersifat
kebutuhan yang menjadi prioritas serta menyajikan sumber data yang dapat
1967. CIPP merupakan suatu singkatan yaitu Context (konteks) Input (masukan)
Process (proses) Product (hasil). Singkatan tersebut juga menjadi sasaran yang
akan dievaluasi dalam model ini. Model evaluasi CIPP memandang program
yang akan dievaluasi sebagai suatu sistem. Sehingga untuk melakukan evalusi
1) Evaluasi Konteks
yang bisa diberikan sebagai contoh adalah mengenai kebutuhan yang belum
terpenuhi, tujuan yang belum tercapai, tujuan yang paling mudah dicapai.
Mata Pelajaran. Tujuan dari program ini adalah untuk mencetak generasi
penghafal Al Qur’an dengan target 6 juz selama 6 tahun yaitu sejak kelas 1 hingga
22
kelas 6. Al Qur’an merupukan pedoman umat islam, sehingga diharpkan jika anak
Surakarta.
yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan (Adman, 2005:2). Menurut isaac dan
sejak masih kecil. Berdirinya program ini haruslah sesuai dengan kubutuhan
yaitu adanya anak yang memiliki minat untuk menjadi seorang hafidzh.
2009:4). Tujuan progam adalah hal-hal yang ingin diwujudkan atau dicapai
bahwa visi dan misi lembaga adalah perwujudan dari tujuan yang ingin
dicapai, dan salah satu diwujudkan dalam bentuk rencana dan program.
2) Evaluasi Masukan
kondisi awal sumber daya yang ada baik dari manusianya maupun dari organisasi
atau lembaga. Komponen masukan dapat disebut juga sebagai model yang
sangat amat penting yaitu yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
Peran seorang tenaga pendidik akan berpengaruh pada proses dan hasil
pembelajaran.
menerangkan bahwa peserta didik adalah anggota dari masyarakat yang ingin
motivasi dan dukungan kelurga bagi siswa. seperti halnya penelitian yang
Sarana dan prasarana adalah segala hal yang digunakan untuk menunjang
sarana dan prasarana yang tersedia, hal ini karena sarana dan prasarana
Surakarta.
(4) Anggaran
Surakarta.
3) Evaluasi Proses
Evaluasi proses dalam model ini menunjukan kegiatan apa yang sedang
berlangsung, siapa yang bertanggung jawab dalam program, dan kapan kegitan
akan selesai. Pada penelitian ini evaluasi proses mengarah pada proses
mempengaruhi baik buruknya hasil belajar siswa, jika prosesnya tidak baik akan
4) Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil merupakan tahap akhir dari evaluasi CIPP yaitu upaya untuk
atau masukan mentah setelah melaksanakan program. Pada komponen hasil akan
Widyoko (2006:2) bahwa keberhasilan program dapat dilihat dari hasil belajar
dampak dari pogram tersebut. Dalam penelitian ini mengarah pada hasil
dengan lancar sebanyak 6 juz pada kelas 6 atau setiap angkatan memiliki target
1 juz.
27
yang bertujuan agar anak dapat menghafal Al Qur’an pada sejak usia dini.
Program ini berbentuk mata pelajaran yang dinamakan Tahfidzul Al Qur’an. Mata
Pelajaran Tahfidzul Al Qur’an diajarkan setiap hari tepatnya pada pagi hari
selama 2 jam pelajaran. Tujuan ditempatkan pada pagi hari untuk menyesuaikan
kondisi anak yang masih semangat dan fresh. Mata Pelajaran Tahfidzul Al Qur’an
memiliki target yaitu setiap anak yang lulus dari kelas VI harus hafal 10 juz pada
permulaanya, namun melihat kondisi yang ada telah diturunkan menjadi 6 juz atau
Metode yang digunakan pada kelas I sampai kelas III adalah metode Talqin
ulang yang kemudian ditirukan oleh siswa, biasanya setiap hari target menghafal
3,5 baris dari lembar Al Qur’an, dengan perharinya maksimal siswa yang setor
sampai kelas VI metodenya cukup berbeda yaitu siswa diberikan waktu untuk
yang belum mahir menghafal dapat mengikuti dan termotivasi oleh siswa yang
Media yang digunakan sejauh ini menggunakan suara langsung dari ustad,
didengarkan sendiri. Selain itu untuk mencegah kebosanan dari siswa dalam
pembelajaran, juga menggunakan cerita nabi yang dapat menghibur siswa hal ini
berlaku pada kelas I hingga kelas III. Untuk kelas IV hingga kelas VI, siswa
cenderung lebih mandiri dan dibantu media berupa kartu potongan-potongan ayat.
Terdapat tiga komponen dalam penilaian individu yaitu (1) kelancaran dalam
sampai hafal.
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghafal Al Qur’an dengan
cara sedikit demi sedikit atau ayat ke ayat dan surah ke surah. Menghafal dapat
istilah berarti adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
“bacaan sempurna”, hal ini karena zaman dahulu belum ada yang menandingi
bacaan Al Qur’an.
Al Qur’an adalah sebuah kitab yang teratur tata cara membacanya, mana
yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal, atau diperhalus ucapanya,
dimana tempat yang terlarang atau yang boleh, atau harus memulai dan
berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada etika
membacanya. (Sa’adullah, 2008:2)
mulia yang tidak ada tandinganya atau sebagai mu’jizat yang turunkan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui melalui malaikat Jibril, melalui jalan mutawatir
sampailah pada umat islam dalam bentuk mushaf dan jika membacanya
Jibril yang diawali surah Al Fatihah dan dikhiri dengan surah An-Nas kepada
2) Sebagai arahan untuk menjadi manusia yang beradab dan menjunjung rasa
kemanusiaan.
kehidupan bermasyarakat.
Al Qur’an merupakan kitab yang suci sehingga harus dijaga dan dipelajari,
Qur’an adalah upaya untuk mempelajari Al Qur’an dengan cara menghafalkanya dan
dapat mengucapkanya diluar kepala tanpa melihat bacaan. Lebih lanjut Nurhalimah
membaca Al Qur’an dengan cara dihafal sehingga dapat membaca Al Qur’an dengan
tanpa melihat isi Mushaf. Dapat disimpulkan dari pengertian tahfidz dan Al Qur’an
diatas bahwa tahfidz Al Qur’an merupakan suatu kegiatan menghafal dan memelihara
Al Qur’an dengan cara sedikit-demi sedikit ayat Al Qur’an dihafalkan, dan berpindah
memperhatikan dengan seksama lagi dan lagi, proses tersebut disebut Hafizh
mempunyai niat yang tulus dan ikhlas. Nabi Muhammad SAW (dalam Sa’adullah
Qu’an derajat manusia akan diangkat oleh-Nya, yaitu jika diumpamakan orang
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan begitu mulia bagi orang yang mau
penyelewengan bacaan Al Qur’an. Selain itu juga bertujuan untuk membina serta
yang bisa digunakan. Dalam menghafal Al Qur’an bukanlah sesuatu yang mudah,
1) Pendekatan Operasional
digunakan oleh pengurus dalam lembaga. Terdapat beberapa cara yang dapat
Qur’an-an
(6) Melakukan studi banding dengan lembaga lain dengan tujuan dapat
2) Pendekatan Intuitif
Pendekatan intuitif merupakan pendekatan dari batin atau yang biasa disebut
dengan penjernihan batin, pendektan ini biasanya dilakukan oleh wali peserta
didik. Terdapat sedikitnya tiga cara yang dapat dilakukan dalam pendekatan ini.
Yang pertama adalah dengan sholat malam, yang memiliki banyak manfaat karena
waktu yang digunakan sholat malam adalah tengah malam hingga waktu subuh
tiba. Sehingga pada waktu tersebut dapat khusyu’ dan tenang terlebih untuk
menghafalkan Al Qur’an. Yang kedua adalah dengan puasa, kegitan ini adalah
mengontrol dari perbuatan yang menjerumus kepada maksiat dan juga untuk
Doa, merupakan suatu kegiatan untuk memohon kepada Allah agar dapat
34
3) Pendekatan psikologis
yang biasa dilakukan oleh pengurus lembaga. Terdapat beberapa upaya yang
(2) Membiarkan anak memiliki waktu bermain, namun waktu bermain dan
(3) Dalam mengajarkan hafalan Al Qur’an suasana belajar harus dibuat yang
lama.
(4) Apresiasi perlu diberikan kepada anak atau usahanya dalam menghafal
Al Qur’an
Untuk melakukan hafalan Al Qur’an terdapat syarat yang harus dipenuhi, yang
Pertama yang harus dilakukan oleh seseorang yang menghafal Al Qur’an adalah
Niat yang Ikhlas. Semua harus diniatkan untuk mencari ridho Allah SWT, karena
semua dinilai dari niat terlebih dahulu. Setelah mempunyai niat juga harus memiliki
rasa ikhlas dalam niatnya. Ikhlas merupakan segala sesuatu yang dilakukan
yang ikhlas dalam menghafal Al Qur’an akan lebih ringan dan akan menerima
syafaat di hari akhir nanti dari yang telah dikerjakanya (Sa’adullah, 2008:26).
Setelah niat yang ikhlas yang dilakukan selanjutnya adalah Disiplin dan
atau menjaga kontinuitas dari penghafal hal ini bertujuan untuk mengefisienkan
kuat fisik dan mengurangi kesibukan-kesibukan yang tidak ada gunanya. Tidak
boleh memiliki rasa berpuas diri dengan ilmu yang sedikit dan belajar terus
3) Berakhlak Terpuji
Seorang calon Hafidz atau penghafal Al Qur’an haruslah memiliki akhlak yang
terpuji yang sesuai dengan ajaran Allah SWT. Dan juga dapat menahan dari sifat
dan tindakan tercela yang merugikan dirinya seperti maksiat. Hal ini
36
dikarenakan sifat tercela tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT dan dapat
suci tersebut. Selain itu seorang yang menghafal Al Qur’an tidaklah boleh untuk
murah hati, dermawan, tidak mengumbar keinginan dirinya, santun, sabar dan
(Azim, 2016:41) :
1) Metode Wahdah
Metode ini merupakan cara menghafal ayat dalam Al Qur’an satu per satu butir
ayat yang akan dihafalkan sebanyak sepuluh hingga dua puluh kali, sehingga
2) Metode Kitabah
Metode ini merupakan cara menghafal ayat dalam Al Qur’an yang dengan cara
menulis terlebih dahulu ayat yang akan dihafalkan didalam kertas kemudian
3) Metode Sima’i
Metode ini merupakaan cara menghafal dengan mendengarkan ayat yang akan
dihafalkan secara berulang-ulang dari guru langsung maupun dari kaset. Metode
ini cukup efektif bagi penyandang tuna netra dan anak yan masih belum lancar
membaca Al Qur’an.
4) Metode jama’
Metode ini merupakan cara menghafal dengan membaca ayat yang akan
5) Metode Talqin
Metode ini merupakan cara menghafal dengan membacakan satu persatu ayat
yang akan dihafalkan oleh guru yang kemudian ditirukan oleh siswa secara
berulang-ulang.
6) Metode Mandiri
Metode ini merupakan cara menghafal dengan membaca ayat yang akan dihafal
oleh siswa yang terlebih dahulu dikoreksi oleh guru kemudian setiap siswa
menghafal sendiri ayat yang telah ditentukan dan diakhiri dengan menyetorkan
Selain metode yang disebutkan diatas, terdapat metode moderen yang dapat
digunakan untuk menghafal Al Qur’an yaitu metode drill yaitu cara mengajar
38
siswa dengan mengulang-ulang pelajaran sehingga siswa akan lebih mudah untuk
hafalan karena dengan menekankan latihan yang terus menurus dan diulang-
ulang, seperti dalam (Sriyono, 2012) melalui penelitianya bahwa metode drill
Sekolah Dasar Islam Terpadu merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
potensi manusia yaitu intelek, rohani, emosi dan jasmani yang berlandaskan Al
Qur’an dan As sunah (Malim, 2011:168). Pengertian dari Sekolah Islam Terpadu
Biasanya pada siang hari terdapat kegiatan untuk tidur siang bagi siswa yang
minggu, yaitu PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, dan
Seni Budaya dan menambah beberapa mata pelajaran diniyyah, yaitu Aqidah,
logis dalam pencapaian target kurikulum terpadu antara mata pelajaran umum dan
pendidikan karakter kepada anak melalui bangku sekolah yang meliputi nilai-nilai
religius dan nilai-nilai ketimuran Sekolah Dasar Islam Terpadu memberikan nuansa
baru dalam pendidikan di Indonesia karena berbasis pada prinsip tauhid dan tarbiyah
ditambah dengan model yang terpadu. Sejarah berdirinya SDIP berawal dari
Tujuan dari lembaga ini untuk membentuk akhlak yang mulia dari
konsepnya Fullday school yang jadwalnya dari pagi hingga sore, sehingga
MATAPELAJARAN I II III IV V VI
Kelompok A
Pendidikan Agama dan Budi
1 37 37 33 32 32 29
Pekerti
a. Aqidah 2 2 2 2 2 2
b. Akhlak 2 2 2 2 2 2
c. Fikih 2 2 2 2 2 2
d. Bahasa Arab 4 4 4 4 4 4
e. Sirah - - - 2 2 -
f. Hadits 4 4 4 4 4 4
g. Hafalan Al Quran 17 17 17 14 14 15
h. Qiraatul Quran/Tajwid 6 6 2 2 2 -
Prosentase Mapel Diniyah 69 69 61 59 59 54
Pendidikan Pancasila dan
2 3 3 4 2 2 3
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 6 6 6 4 4 5
4 Matematika 4 4 6 5 5 6
5 Ilmu Pengetahuan Alam - - - 4 4 4
6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 2 2 2
Kelompok B
1 Seni Budaya dan Prakarya 2 2 3 3 3 3
Pendidikan Jasmani,
2 2 2 2 2 2 2
Olahraga, dan
Usia Sekolah Dasar terdiri dari usia 6 hingga 12 tahun, pada usia ini anak telah
mengalami beberapa perubahan. Berat rata-rata anak adalah 22,5 kg dengan tinggi
41
rata-rata 46 inchi. Kemudian akhir masa anak-anak yaitu usia 12 tahun tinggi dan
berat badan mengalami pertumbuhan yaitu tinggi bertambag 5-6% dan berat
badan bertambah sekitar 10% setiap tahun, lebih lanjut menurut Mussen, Conger
dan kagan pada usia ini anak bertambah tinggi mencapai 60 inchi dan memiliki
tahun. bertambahnya kognitif anak pada usia ini salah satu faktornya adalah
konkrit merupakan suatu aktivitas mental yang mengutamakan pada objek nyata
Perkembangan bahasa pada usia ini anak telah menguasai minimal tiga
katagori yaitu : anak dapat membuat kalimat sempurna, anak dapat membuat
kalimat majemuk dan anak dapat membuat kalimat untuk bertanya kepada orang
lain. Anak pada usia Sekolah Dasar ini juga telah belajar untuk dapat
mengendalikan emosi, hal ini dapat dilihat dari wajah ceria yang ditujukanya,
dapat bergaul dengan teman sebaya, dapat konsentrasi dalam belajar, dan dapat
bersifat respek terhadap orang lain dan diri sendiri (Prastowo, 2014:5).
Perkembangan fisik pada masa ini tidak mengalami perubahan yang berarti
dari keadaan berat dan tinggi badan pada usia 9-11 tahun pertumbuhan badan
bagian bawah lebih cepat dibandingkan bagian atas. Usia 9 sampai 11 tahun
badanya. Hal ini dikarenakan bertumbuhnya sistem rangka dan otot serta
organ tubuh yang semakin bertambah berat. Pada usia ini ketahanan tubuh
bagi anak laki-laki, meningkatnya koordinasi mata dan tangan dan kekuatan
semakin aktif dalam bergerak seperti berlari, meloncat dan semakin pandai
motorik anak semakin berkembang pesat. Pada usia 8 sampai 10 tahun akan
bertambah kekuatan tangan yang dapat dilihat dari cara anak menulis serta
kerapianya dalam menulis. Dan pada usia 10 sampai 12 tahun anak semakin
kognitif pada tingkat operasional konkrit. Pada tahap ini anak sudah mulai
dikarenakan anak pada masa ini memiliki tiga proses yang dikembangkan,
Proses negasi merupakan tahap dimana anak melihat suatu proses hanya
awal dan akhiran saja, namun pada masa operasional konkrit anak mulai
Proses selanjutnya adalah resipokarasi atau disebut dengan timbal balik. Pada
proses ini anak sudah mampu memahami mngenai suatu benda yang
posisi benda tidak rapat, dan jika benda dirapatkan akan lebih pendek. Karena
2007:157) pada tahap ini anak sudah mulai mengenai nama dari benda dalam
deretan. Selain itu anak sudah mulai bisa menghitung benda dalam deretan
tersebut, dan anak juga sudah dapat mengetahui jumlah benda tetap sama
Pada tahap ini juga anak sudah dapat memikirkan tindakan yang tidak ia
lakukan secara nyata. Pemikiran anak masih terbatas yaitu pemikiran konkrit,
yang dipirkan pada anak hanya pada hal-hal yang berwujud atau nyata. Anak
masih sulit dalam memikirkan suatu peristiwa atau benda yang abstrak atau
tidak ada hubunganya secara konkrit dengan realita yang ada. Anak juga
perbuatan yang dalam pikiran dengan yang secara nyata dialaminya. Anak
44
pada dasarnya belum mampu untuk melihat pikiran dan pengalaman yang
istimewa meskipun dengan latar belakang yang tidak baik, dan memberikan
367).
Perkembangan memori anak dibagi menjadi dua yaitu memori jangka pendek
dan memori jangka panjang. Pada awal masa anak-anak memori jangka
setelah anak menginjak usia 7 tahun memori jangka pendek pada anak tidak
usia pada pertengahan dan akhir anak-anak yang juga dipengaruhi dengan
kegiatan individu itu sendiri seperti mempelajari dan mengingat suatu hal.
disajikan. Cara ini lebih efektif untuk mengingat jangka pendek daripada
usia 7 hingga 10 tahun daripada anak-anak yang lebih muda. Semakin banyak
anak cenderung menghafal nama teman sekelas dengan susunan tempat duduk
bahwa proses perbandingan lebih bermanfaat bagi anak yang lebih tua dari
kembali yang dibantu dengan suatu isyarat namun tidak mecari lebih dalam
dengan seiring usia yang terus bertambah dan juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu tingkat usia, sifat-sifat anak dan pengetahuan yang telah
diperoleh.
46
diwujudkan dalam bentuk mata pelajaran yang diajarkan setiap hari selama dua
jam pelajaran.
Namun program ini belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan oleh
Yayasan yaitu 10 juz, hal tersebut dapat terlihat pada kualitas hafalan Al Qur’an
lulusan SDIP Al Madinah Cepogo yang menurun yang juga berakibat sekolah ini
belum dapat bersaing dengan SDIP Al Madinah sejenis yang dibawah Yayasan,
Oleh karena itu dilakukan penurunan target menjadi 6 juz. Kegiatan evaluasi
Process Product) , sehingga proses evaluasi akan lebih sistematis dan lebih
merupakan model terstruktur yang paling efektif dan model ini bersifat
kebutuhan yang menjadi prioritas serta menyajikan sumber data yang dapat
yang akan dievaluasi sebagai suatu sistem. Sehingga untuk melakukan evalusi
47
KESIMPULAN/HASIL EVALUASI
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product), secara umum dapat ditarik
Madinah Cepogo menunjukan kategori yang cukup baik. Adapun secara lebih
109
110
namun terdapat satu indikator yang masih perlu diperbaiki yaitu latar
(3) Kualitas sarana dan prasarana menunjukan kategori yang baik, yang
masih perlu diperbaiki dan juga pada sub indikator masih ada beberapa
yang belum sesuai dengan standar yaitu rasio guru dan kegiatan tahfidz
kategori cukup baik, sekolah telah hal ini menunjukan bahwa sekolah
telah memenuhi target hafalan yaitu satu jenjang kelas dapat menghafal 1
juz, sehingga untuk target 6 juz akan tercapai. Namun dari sisi kelancaran
sebagian besar siswa masih dalam kategori cukup lancar dalam membaca
111
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasi evaluasi pada setiap aspek CIPP (Context, Input, Process,
tingkat yayasan namun juga pada tingkat sekolah, seperti penggunaan RPP
Dalam kegiatan evaluasi itu juga perlu dibentuk forum untuk guru tahfidz
kepada wali murid, sehingga komunikasi antara wali murid dengan guru
Qur’an siswa di rumah. Sehingga pihak orang tua juga dapat mengontrol
4) Pihak sekolah perlu memberikan form penilaian kepada siswa, yang berisi
penilaian hafalan antar siswa mnilai siswa yang lain. Sehingga akan
menjadi bahan evaluasi bagi sekolah mengenai hasil kualitas dan target
Qur’an siswa yang tentu akan menjadi poin penambah kualitas lulusan
hafalan Al Qur’an SDIP Al Madinah Cepogo dan juga target hafalan yang
tahsin , hal ini untuk menanggapi kondisi dalam pembelajaran yang belum
sesuai dengan standar mengenai rasio guru 1:12 terlebih pada jenjang kelas
5.3 Saran
Tenaga pendidik hendaknya memiliki dasar hafalan yang lebih banyak dari
diimbangi dengan banyaknya jumlah hafalan juz guru. Karena dilihat dari
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Jahuroti. 2015. Analisis Karakteristik Siswa pada Tingkat Sekolah Dasar.
Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.
Arifin, Zaenal. 2015. Tahfidzul Qur’an Program at SDIP Fajrul Islam Wiradesa
Pekalongan Centre of Java Indonesia. Journal of Social Sciences and
Humanities.1(2):92-97.
Hamdaini, H. 2009. Fungsi Visi dan Misi dalam Perencanaan Pendidikan. Jurnal
Darussalam. 8(1):37-46.
Mahjoob, Monireh., Jalil Nejatni’mahi., et. al. 2016. The Effect of Holy Quran
Voice on Mental Hetriggalth. J Relig Health. 55:38–42.
Mawarsih, Siska Eko.2016. Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar
terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri Jumapolo. JUPE UNS.1(3):
1-13
Mohebbi, Nooshin., Faezah Akhlagi., et all. 2011. Application of CIPP Model for
Evluating the Medical Records Education Course of Master of Science
Level ata Iranian Medical Sciences University. Procedia Social and
Behaviorial Sciences. 15:3286-3290.
Nawas, Nazia & Syeda Farhana Jahangir. 2015. Effects of Memorizing Quran by
Heart (Hifz) On Later Academic Achievement. Journal of Islamic
Studies and Culture. 3(1):58-64.
Pujiastuti, Eko. Tri Joko Raharjo. A. Tri Widodo. 2012. Kompetensi Profesional,
Pedagogik Guru IPA, Persepsi Siswa tentang Proses Pembelajaran, dan
Kontribusinya terhadap Hasil Belajar IPA di SMP/MTs Kota Banjarbaru.
Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology. 1(1): 22-
29.
Suyatno. 2015. Sekolah Dasar Islam Terpadu dalam Konsepsi Kelas Menengah
Muslim Indonesia. Analisa Journal of Social Science and Religion.
22(01):121-133.
Wijayanti, Fitri. 2015. Evaluasi Program Hafalan Juz ‘Amma sebagai Syarat
Kenaikan Kelas dan Kelulusan Di Mts Negeri 02 Semarang Tahun Ajaran
2014/ 2015. Skripsi. UIN Walisongo.
Zaman, Zakki & Syukron Maksum. 2014. Metode Cepat Menghafal al-Qur‟an.
Yogyakarta: Al Barokah.
Zein, Muhammad. 1985. Tata Cara atau Problematika Menghafal Al Qur'an dan
petunjuk-petunjuknya. Jakarta: Pustaka Al Husna