Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN DASAR II

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DOSEN : RICCA OLIVIA S.KEP.NERS

REGULER X-A (KELOMPOK 3)

1. Santika (11171038)

2. Sarah (11171039)

3. Tina (11171040)

4. Ulfia (11171041)

5. Wahyuning sri utami (11171042)

6. Wahyuningtyas (11171043)

7. Watin (11171044)

8. Yolla ananda m.n (11171045)

9. Yolanda (11171046)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

TAHUN AJARAN 2017/2018

JL. BINTARO RAYA, NO. 10 KEBAYORAN LAMA, KOTA JAKARTA SELATAN, DKI
JAKARTA 12240
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb.

Alhamdulillahhirobil’alamin, puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan


kesehatan pada kita semua sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang
“cairan dan elekrolit” guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dasar ii.

Pada kesempaatan ini penulis ingin mengucapakan terimakasih kepada kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penyususan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karna itu, penulis
mengharapkan saran dan kririk dari banyak pihak kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah ini.

Jakarta, 10 Maret 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................................ 1
B. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................................................ 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORITIS................................................................................................................................. 3
A. DEFINISI CAIRAN DAN ELEKTROIT ................................................................................................... 3
B. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH ............................................................................................................ 3
C. ELEKTROIT DALAM TUBUH MANUSIA............................................................................................. 4
D. PERPINDAHAN CAIRAN DAN ELEKTROIT TUBUH ............................................................................ 7
E. PENGANTURAN KESEIMBANGAN VOLUME CAIRAN TUBUH .......................................................... 9
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTOIT DAN ASAM BASAH .......... 10
G. GANGGUA VOLUME CAIRAN / KESEIMBANGAN CAIRAN ............................................................. 10
H. TERAPI INTAVENA (INFUSE) .......................................................................................................... 11
I. Contoh kasus dan cara menghitung cairan infuse makro dan mikro ........................................... 13
J. PROSEDUR CARA PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROIT / PASANG INFUSE (PERSIAPAN
ALAT,PERSIAPAN PASIEN,CARA KERJA DAN EVALUASI)........................................................................ 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN ................................................................................................................................. 18
B. SARAN ........................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cairan tubuh merupakan factor penting dalam berbagai proses fisiologis didalam
tubuh manusia. Kemampuan kita untuk bertahan hidup sangat tergantung dari cairan
yang terdapat dalam tubuh kita. Oleh karena itu, terdapat berbagai mekanisme yang
berfungsi untuk mengatur volume dan komposisi cairan tubuh agar tetap dalam keadaan
seimbang atau disebut juga dalam keadaan homeostasis. Sistem kardiovaskuler berfungsi
untuk mensuplai berbagai bahan yang penting melalui darah keseluruh jaringan. Sistem-
sistem lainya seperti ginjal, paru-paru dan hati berfungsi untuk menjaga jumlah dan
komposisi cairan dalam tubuh agar selalu dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi
ketidak seimbangan antara cairan yang ada dalam tubuh dan cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh, maka akan terjadi ketidak seimbangan atau terjadi gangguan pada berbagai system
yang berhubungan dengan kebutuhan cairan tersebut. Kelainan tersebut dapat berupa
kelebihan cairan maupun kekurangan cairan.cairan yang kita bahas adalah cairan tubuh
yang salah satu komposisinya adalah elektrolit, dimana cairan tersebut menempati
kompartmen intrasel dan ekstrasel.jumlah cairan pada pria dan wanita itu tidak sama, hal
ini disebabkan olehkarena pada seorang wanita jumlah jaringan lemaknya lebih besar
daripada seorang pria. Pada bayi baru lahir jumlah cairan tubuhnya dapat mencapai 75%
dari berat badan, namun semua ini akan berubah dan menurun dengan bertambahnya usia.
Jadi persentase cairan tubuh (45% -80%, 45% pada wanita 60tahun dan 80% pada
bayilaki-laki) disebabkan oleh variasi dari jumlah jaringan lemak tubuh yang hanya
mengandung kurang dari 10% air, sedangkan otot skelet yang banyak terdapat pada
tubuh seorang pria mengandung lebih dari 75% air dan ginjal mengandung lebih dari 80%
air.

Dari penjelasan diatas mengenai jumlah caiaran tubuh sesuai jenis kelamindan umur
juga jumlah caiaran tubuh dalam setiap jaringan tubuh dapat kita lihat padatable berikut
ini.

Umur (tahun) Laki-laki (%) Wanita (%) Nama jaringan Air dalam % 1
Baru lahir 80 75 Ginjal 83

1
1,5 65 65 Jantung 79
10 - 16 60 60 Paru-paru 79
17 - 39 60 50 Otot skeletal 76
40 - 59 55 47 Otak 75
60+ 50 45 Kulit 72
Tulang 22
Jar. Lemak 10

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
a. Terciptanya pengertian tentang cairan dan elektrolit.
b. Memahami akan pentingnya cairan dan elektrolit dalam mendukungkesehatan
dan keseimbangan tubuh manusia
c. Mampu menganalisa dampak ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d. Mampu menerapkan pengetahuan tentang cairan dan elektrolit
dalamkehidupan
2. Tujuan khusus
Kami sebagai penyusun makalah ini mengharapkan setelah selesaipembuatan
makalah ini kami dapat :
a. Mengerti pengertian tentang cairan dan elektrolit.
b. Memahami dampak ketidak seimbangan cairan dan elektrolit dalamtubuh dan
pengarunya terhadap kesehatan
c. Mampu menerapkan pemantauan kebutuhan dan keseimbangan cairan dan
elektrolit
d. Mampu menganalisa factor-faktor yang relevan dengan cairan danelektrolit.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI CAIRAN DAN ELEKTROIT


1. Cairan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
2. Elektroit
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan.
3. Cairan dan elektroit
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan
keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang
mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis.

B. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

1. Total body water (tbw) : 50-70%


2. Cairan intracellular : 40%
3. Cairan extracellular : 20%
4. Cairan intravascular : 5%
5. Cairan extravascular : 15% (lymph, interstitial, bone fluid, fluid or body cavities)

Cairan tubuh dipisahkan dengan membran semipermeabel. Ion na paling banyak di


cairan interstitial, ion k dan mg banyak di cairan intracellular.

Berikut ini komposisi masing-masing ion dalam tubuh manusia :

(meg/l h2o) Plasma Interstitial Intracellular


Kation Na 142 145 10
K 4 4 159
Ca 5 5 <1

3
Mg 2 2 40
Anion Cl 104 117 3
Hco3 24 27 7
Proteins 16 <0.1 45
Others 9 9 154

Proses penyakit, trauma, dan tindakan pembedahan dapat mempengaruhi kontrol tubuh
terhadap keseimbangan cairan (fluid balance) dan elektrolit. Respon tubuh terhadap
stress itu dilakukan oleh neuroendocrine system, yaitu dengan menahan air dan na, serta
mengeluarkan k.

Pada kondisi stress, hormon-hormon yang dapat mengubah keseimbangan air dan
elektrolit antara lain :

1. Adh
2. Aldosteron
3. Angiotensin ii
4. Cortisol
5. Epinephrine
6. Nor epinephrine

C. ELEKTROIT DALAM TUBUH MANUSIA

1. Kalsium
Sebagian besar (hampir 99%) kalsium dalam tubuh terdapat pada tulang dan gigi,
sisanya adalah dalam bentuk elektrolit. Elektrolit yang berupa kalsium berfungsi
mengatur fungsi sel, detak jantung dan pembekuan darah.
Kecukupan harian yang dianjurkan untuk kalsium adalah antara 1000-1300 mg per
hari, yang dapat berasal dari susu dan produk susu, sayuran hijau seperti bayam, brokoli,
kacang-kacangan, ikan, kedelai dan produk kedelai seperti tempe dan tahu.
Terganggunya keseimbangan elektrolit kalsium dalam tubuh menimbulkan:

1. Hiperkalsemia (terlalu banyak kalsium dalam tubuh)

4
Penyebab hiperkalsemia bisa karena adanya gangguan pada ginjal, karena tumor
paratiroid atau tumor lainnya seperti tumor pada payudara. Penyebab lainnya, bisa juga
karena terlalu banyak kadar vitamin A dan D dalam tubuh. Hiperkalsemia menyebabkan
batu ginjal, nyeri pada perut, dan gangguan irama jantung.

2. Hipokalsemia (terlalu sedikit kalsium dalam tubuh)


Biasanya dihubungkan dengan terjadinya gangguan makan. Penyebabnya karena
kekurangan hormon paratiroid. Gejala yang muncul, lelah, keram otot, gangguan irama
jantung.
2. Natrium
Natrium adalah ion positif penting yang berada di luar sel. Fungsinya untuk
mengatur volume cairan di dalam sel dan juga volume plasma darah. Natrium sangat
penting dalam membantu fungsi saraf, otot, dan otak. Natrium juga berperan penting
dalam mengontrol dan menjaga keseimbangan asam-basa tubuh.
Tubuh tidak boleh sampai kekurangan elektrolit natrium. Kekurangan natrium akan
menyebabkan terjadinya Hiponatremia (kadar natrium rendah), yang beresiko tinggi
menimbulkan kejang, koma, bahkan kematian. Di sisi lain, kelebihan natrium juga
berbahaya karena dapat menyebabkan Hipernatremia yang beresiko menyebabkan
timbulnya hipertensi (darah tinggi), dan penyakit-penyakit lainnya. Penyebanya adalah
karena terlalu sering makan makanan yang mengandung kadar garam tinggi, kurangnya
minum air putih, dan karena dehidrasi akibat diare dan muntah.
Kecukupan natrium yang dianjurkan setiap harinya adalah sekitar 1.2 – 1.5 gram
per hari (rekomendasi dari Institute of Medicine, Amerika Serikat). Asupan natrium
dalam bentuk natrium klorida (garam meja) maksimal adalah 5 g per hari (rekomendasi
dari WHO, 2012).
3. Magnesium
Sebagian besar magnesium dalam tubuh manusia juga terletak pada tulang. Dan,
sekitar 1% dari magnesium dalam tubuh terdapat pada cairan di luar sel. Magnesium
merupakan elektrolit yang terlibat dengan berbagai kegiatan metabolisme dalam tubuh,
termasuk relaksasi dari otot polos yang mengelilingi tabung bronkial di paru-paru,
kontraksi otot rangka, dan eksitasi neuron di otak. Magnesium bertindak sebagai
kofaktor dalam banyak aktivitas enzim tubuh, sehingga jika kadar magnesium kita sangat
rendah dapat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa.
Terganggunya keseimbangan elektrolit magnesium dalam tubuh menimbulkan:
5
1. Hipomagnesemia (terlalu sedikit magnesium dalam aliran darah)
Dapat terjadi karena berbagai alasan, misalnya kurang mengonsumsi makanan yang
mengandung magnesium, diare kronis, dan mengonsumsi obat-obatan diuretik.
Hipomagnesemia menyebabkan tubuh kram, lemah, mengganggu sistem saraf, irama
jantung, pusing, halusinasi, dan kejang.

2. Hipermagnesemia (terlalu banyak magnesium dalam aliran darah)


Paling sering terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (dimana ekskresi
magnesium terbatas). Hipermagnesemia juga sering dikaitkan dengan hipokalsemia
(rendahnya kadar kalsium) dan hiperkalemia (tingginya kadar kalium). Gejalanya
Hipermagnesemia bisa berupa gangguan irama jantung, kelemahan otot, mual, muntah,
dan kesulitan bernapas.
Kecukupan magnesium per hari adalah antara 310 – 420 mg per hari, tergantung
pada usia dan jenis kelamin. Sumber utama magnesium dalam makanan adalah sayuran
berdaun hijau, kacang-kacangan (kacang polong atau kedelai), dan biji-bijian.
4. Kalium
Kalium adalah kation yang paling penting dalam cairan dalam sel (terkonsentrasi di
dalam sel-sel tubuh). Bersama dengan natrium, kalium bertanggung jawab untuk
menjaga keseimbangan asam-basa dan cairan tubuh. Manfaat penting dari menjaga
keseimbangan cairan tubuh adalah untuk mencegah dehidrasi dan keracunan.
Elektrolit kalium bersama dengan kalsium berfungsi untuk mengatur aktivitas saraf
dan otot tubuh. Kekurangan kalium (hipokalemia) dan kelebihan kalium (hiperkalemia)
bisa menimbulkan efek yang berbahaya, diantaranya adalah bisa mengganggu fungsi
jantung. Selain itu, kurangnya asupan kalium juga dapat memengaruhi cadangan
glikogen tubuh.

1. Hipokalemia (terlalu sedikit kalium dalam tubuh)


Terjadi ketika tubuh kehilangan terlalu banyak kalium sebagai akibat dari muntah,
diare, berkeringat, dan obat-obatan diuretik atau obat pencahar.

2. Hiperkalemia (terlalu banyak kalium dalam tubuh)

6
Merupakan situasi yang berpotensi mengancam jiwa karena bisa menimbulkan
gangguan pada jantung. Penyebabnya yang paling sering adalah karena gagal ginjal,
dimana kondisi ini membuat kalium tidak dapat dieksresikan dalam urin.
Asupan minimal kalium untuk orang dewasa adalah 4700 mg per hari. Kalium
sebagian besar dapat diperoleh dari makanan seperti buah-buahan, sayuran, daging segar
dan produk susu.

D. PERPINDAHAN CAIRAN DAN ELEKTROIT TUBUH

A. Difusi

Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga kedua


kompartemen larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat berdifusi
karena ion yang berbeda muatan dapat tarik menarik. Kecepatan difusi (perpindahan
yang terus menerus dari molekul dalam suatu larutan atau gas) dipengaruhi oleh :

1. Ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul besar).
2. Konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah).
3. Temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi).

B. Osmosis

Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih


tinggi. Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi suatu
membran permeabel yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut dari dari yang
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :

1. pergerakan air
2. semipermeabilitas membran.

C. Transfor aktif

7
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien
elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih tinggi.
Pada proses ini memerlukan molekul atp untuk melintasi membran sel.

D. tekanan hidrostatik

Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah.
Tekanan hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan
ber[indah dari kapiler ke intertisial. Tekanan hidrostatik ditentukan oleh :
1. Kekuatan pompa jantung
2. Kecepatan aliran darah
3. Tekanan darah arteri
4. Tekanan darah vena

E. Filtrasi

Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang lebih
tinggi dari ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati membran permeabel dari
tempat yang tinggi tekanan hidrostatiknya ke tempat yang lebih rendah tekanan
hidrostatiknya.

F. Tekanan osmotik koloid

Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa berdifusi)
dalam plasma. Tekanan osmotik koloid menyebabkan perpindahan cairan antara
intravaskuler dan intertisial melewati lapisan semipermeabel. Hal ini karena protein
dalam intravaskuler 16x lebih besar dari cairan intertisial, cairan masuk ke capiler
atau kompartemen pembuluh darah bila pompa jantung efektif.

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam 3 fase yaitu :


1. Fasei : plasma darahpindahdariseluruhtubuhkedalamsistemsirkulasi, dannutrisi
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. fase ii : cairan interstitial dengankomponennyapindahdaridarahkapilerdansel

8
3. fase iii : cairan dan substansi yang ada di dalam nya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang
merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan
komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

E. PENGANTURAN KESEIMBANGAN VOLUME CAIRAN TUBUH

1. Rasa dahaga
mekanisme rasa dahaga :
a. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotensin ii yang dapat menrangsang hipotalamus untuk
melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus
b. Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan syaraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
2. Anti diuretik hormon
adh dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi adh adalah peningkatan osmolalitas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koli
gentes, dengan demikian dapat menghemat air.
3. Aldosteron
hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan
konsentrasi kalium, natrium serum dan sistem angiotensi renian dan sangat efektif
dalam mengendalikan hiperkalemia
4. Prostaglandin
prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan
berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus dan
mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi
ginjal, respons natrium dan efek ginjal pada adh.
5. Glukokortikoid
meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi retensi
natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan volume darah.

9
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN
ELEKTOIT DAN ASAM BASAH
1. Usia
Tubuh bayi memiliki proporsi lebih besar dibandingkan dengan orangdewasa seperti
yang sudah digambarkan pada table diatas,namun jugamemiliki kerentanan untuk
mengalami kehilangan volume cairan.padalansia,elastisitas kulit menurun 45%-50% dari
berat badan;kehilangan massaotot dan proporsi lemak meningkat.area menilai turgor kulit:
1. Forehead
2. Sternum
3. Abdomen
Renal-menurun filtrasi,meningkatkan pengeluaran cairan;ekskresi sisametabolism
menurun.mssa otot-resiko tinggi didehidrasi dan penurunanpemasukan cairan.
Neuro-berkurang reflex seperti pada pusat rasa haus.
Endokrin,atrofi otot dan adrenal;regulasi na dan k berkurang resikohiponatremia dan
hyperkalemia

2. Ukuran tubuh

Individu gemuk dan wanita memiliki sedikit proporsi air karena wanitamemiliki
lemak pada payudara dan paha disbanding pria.

3. Tempratur lingkungan
4. Gaya hidup
5. Kondisi sakit
6. Tindakan medis
7. Pembedahan
8. Pengobatan

G. GANGGUA VOLUME CAIRAN / KESEIMBANGAN CAIRAN


1. Hipovolemia(kekurangan volume cairan)

Pada pasien dengan hipovolemia ini didapatkan tanda dan gejala


antaralain:pusing,kelemahan,keletihan,sinkope,anoreksia,mual,muntah ,haus,kekacauan
mental,konstipasi dan oliguria.sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan atau akibat
lanjut darikekurangan volume cairan adalah:dehidrasi ringan,sedang sampai
dehidrasiberat.renjatan hipovolemik,kejang pada dehidrasi hipertonik.

10
2. Hipervolemia(kelebihan volume cairan)

Pada pasien dengan gangguan hipervolemia ini biasanya akan timbul tanda dangejala
sebagai berikut:sesak nafas dan ortopnea.dan komplikasi atau akibat lanjutdari gangguan
ini adalah:gagal ginjal akut atau kronik,berhubungan denganpeningkatan preload
penurunan kontraktilitas dan penurunan curah jantung,infark miokard,gagal jantung
kongestif,gagal jantung kiri,penyakitkatub,takikardi/aritmia,penyakit hepar,berhubungan
dengan kerusakan arus balik vena,varicose vena,penyakit vaskuler perifer dan flebitis
kronis.

3. Dehidrasi

Dehidrasi adalah keadaan dimana berkurangnya volume air tanpa elektrolit (natrium) /
berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium dari cairan ekstrasel.

4. Edem

Edema adalah berupa pembengkakan yang bisa diraba yang disebabkan karena
penambahan volume cairan intersisium. Ada 2 faktor yang menentukan terjadinya edema,
yaitu :

a. Retensi natrium di dalam ginjal. Dipengaruhi oleh a) aktifitas sistem renin angiotensin
aldosteron yang berkaitan erat dengan baroreseptor di arteri aferen glomerulus ginjal.
B) aktifitas atrial natriuretik peptide (anp) yang berkaitan erat dengan baroreseptor di
ventrikel & atrium jantung.
b. Hemodinamik di dalam kapiler. Dipengaruhi oleh a) selisih tekanan onkotik dalam
plasma dengan tekanan onkotik dalam intersisium. B) selisih tekanan hidrolik dalam
kapiler dengan tekanan hidrolik dalam intersisium. A

H. TERAPI INTAVENA (INFUSE)

1. Definisi

Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan,
elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena.
Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang

11
banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang
aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta
asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai
cairan ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan berdasarkan
order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan.
Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan
dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien.
Apabila pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka
perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang
dibutuhkan serta mengatur dan mempertahankan sistem.

2. Tujuan

Tujuan terapi intravena adalah:

a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,


vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
b. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
c. Memperbaiki keseimbangan asam basa
d. Memberikan tranfusi darah
e. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
f. Membantu pemberian nutrisi parenteral

3. Indikasi

a. Keadaan emergency (misal pada tindakan rjp), yang memungkinkan pemberian obat
langsung ke dalam iv
b. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat
c. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui iv
d. Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau
intramuskuler
e. Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
f. Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
g. Klien yang mendapatkan tranfusi darah

12
h. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
i. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

4. Kontraindikasi

Infus dikontraindikasikan pada daerah:

a. Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis


b. Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
c. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
d. Vena yang sklerotik atau bertrombus
e. Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
f. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
g. Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
h. Lengan yang mengalami luka bakar

I. Contoh kasus dan cara menghitung cairan infuse makro dan mikro

1. masalah pemenuhan kebutuhan cairan

Dehidrasi adalah kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan
cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Dehidrasi dapat menyebabkan pengeluaran
cairan 4-6 L (Dehidrasi Berat) atau kehilangan 2-4 L (dehidrasi sedang), mata cekung,
turgor kulit buruk, serum natrium 159-166 mEq/L (dehidrasi berat) dan serum natrium
152-158 mEq/L (untuk dehidrasi sedang).

2. Cara menghitung tetesan infus.

13
Salah satu cara pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit menggunakan IVFD
(Intravenoes Fluid Drops). Pemberian IVFD disesuiakan dengan kebutuhan cairan
pasien. Berikut cara menghitus tetesan infus

Dewasa Tetesan/menit :

(Makro dengan 20 tetes/ml) ∑𝑘𝑒𝑏. 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 × 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛


𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠𝑒(𝑗𝑎𝑚) × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Anak (Mikro) Tetesan/menit :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘


𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠(𝑗𝑎𝑚)

Ket: factor tetesan infus bermacem-macem, hal ini dapat dilihat pada label infus (10
tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20 tetes/menit)

Contoh: Tn A (30 tahun) masuk rumah sakit dengan keadaan sangat muntah-muntah
sudah 7x sejak pagi hari. Mendapat resep cairan RL (500 ml) dan dihabiskan dalam 6 jam
dengan faktor tetes makro. Berapa jumlah tetsan per menit yang diberikan?

500ml × 20
Tetesan/menit =
6 (jam) ×60 menit

10.000
=
360

= 27.7 (28 tetes/menit)

J. PROSEDUR CARA PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROIT /


PASANG INFUSE (PERSIAPAN ALAT,PERSIAPAN PASIEN,CARA KERJA
DAN EVALUASI)

Standar oprasional prosedur (memasang infuse)

a. Pengertian

Pemasangan infuse untuk memberikan obat / cairan melalui parental

14
b. Tujuan

1. Pasien yang mendapatkan obat yang di berikan secara intravena


2. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parental

c. Peralatan

1. Saung tangan 1 pasang


2. Selang infuse sesuai kebutuhan (makro/mikro)
3. Cairan parental sesuai program
4. Jarum intavena (ukuran sesuai)
5. Torniquet
6. Kapas alkohol (dalam kom)
7. Desinfektan (betadin/salep)
8. Perlak pengalas
9. Bengkok 1 buah
10. Plester/hypapic
11. Kasa steril
12. Penunjuk waktu
13. Masker
14. Spuit dan jarum pada tempatnya
15. Bak instrumen
16. Daftar nama pasien dan pulpen
17. Tempat sampah
18. Cairan pelarut ( nacl, aquades) /sesuai intruksi

d. Prosedur pelaksanaan/persiapan pasien

1. Tahap pra interaksi

a. Menyiapkan alat
b. Mencuci tangan
c. Pakai masker dan sarung tangan bersih

2. Tahap orientasi

15
a. Memberikan salam
b. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada keluarga/pasien
d. Menanyakan kesiapan pasien sebelum melakukan tindakan

3. Tahap kerja

a. Menjaga privacy pasien


b. Melakukan desinfektan tutup botol cairan
c. Menuntup saluran infuse (klem)
d. Menusuk sakuran infuse dengan benar
e. Mengantung botol cairan pada standar infuse
f. Mengisi tabung reservoir infuse sesuai tanda
g. Mengalirkan cairan sehingga tidak ada udara dalam selang
h. Mengatur posisi pasien dan pilih vena
i. Memasang perlak dan alasnya
j. Membebaskan daerah yang akan di insersi
k. Meletakan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
l. Memakai handscoon
m. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar kedalam)
n. Mempertahankan vena dalam posisi stabil
o. Memefang iv cateter dengan sudut 30º
p. Memasukan vena dengan lubang jarum menghadap keatas
q. Memastikan iv cateter masuk ke intravena
r. Menarik madrin dan menyambungkan denga selang infuse
s. Melepaskan terniquet
t. Melakukan filsasi
u. Memberikan desinfektan pada daerah tusukan dan menutup dengan kass
v. Mengatur tetesan sesuai program

4. Tahap terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan


b. Berpamitan kepada pasien dan melakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya

16
c. Membereskan alat
d. Melepaskan sarung tangan dan masker
e. Mencuci tangan

17
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah membahas semua yang berhubungan dengan cairan danelektrolit, maka kita
dapat menyimpulkan bahwa betapa pentingnya cairandan elektrolit untuk tubuh kita.
Pengaturan keseimbangan cairan perlumemperhatikan beberapa hal yaitu volume cairan
ekstrasel dan osmolaritasdari cairan tersebut.ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankankeseimbangan garam dan mengontrol osmolalitas ekstrasel
denganmempertahankan keseimbangan caiaran. Dalam hal ini ginjal
merupakanosmoreseptor yang selalu memantau osmolalitas dan
mengaktifkanosmoreseptor yang ada pada hipotalamus yang akan dilanjutkan
penghantaranrangsangan ini ke neuron hypothalamus yang mensintesis vasopressin
yangakan dilepaskan oleh hipofisis posterior kedalam darah dan akan berikatandengan
reseptornya didalam duktus koligen. Ginjal mempertahankankeseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urinesesuai dengan kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilanganabnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal
juga berperan dalammempertahan kan keseimbangan asam basa dengan megatur
keluaran ionhydrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan.selain ginjal
yangturut berperan dalam keseimbangan asam basa adalah paru-paru.dalam tubuh, sering
terjadi gangguan akibat kekurangan cairan danelektrolit yang terjadi secara bersamaan
namun dapat juga terjadi gangguanakibat kekurangan atau ketidak seimbangan dari salah
satunya ataupunkekurangan air murni meskipun jarang terjadi.tubuh dapat kehilangan
cairanbukan hanya dalam keadaan sakit tetapi bisa kehilangan cairan dalam
keadaantubuh sehat, namun kehilangan cairan ini dalam batas-batas normal dan
masihdapat ditoleransi serta sesuai dengan jumlah cairan yang masuk, cairan
yangdibutuhkan dan cairan yang dikeluarkan oleh tubuh.kehilangan caiaran yang
mengakibatkan kekurangan air dan elektrolityang biasa disebut dengan dehidrasi tidak
sama dengan hipovolemi yangberarti berkurangnya cairan intravaskuler. Namun
dehidrasi merupakan salahsatu akibat lanjutan dari hipovolemi.

18
B. SARAN
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka,penulis mengajukanbeberapa saran
yang ditujukan kepada diri saya sendiri dan mengajak kepada teman-teman maupun
pembaca lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan masukan demi meningkatkan mutu
dan kualitas kita sebagai seorang calon perawat.yaitu:

1. Perlunya mempelajari secara mendalam tentang materi cairan danelektrolit ini, untuk
dapat memahami dan megerti tentang apa yang dimaksud dengan cairan dan
elektrolit serta pentingnya cairan dan elektrolit terhadap tubuh manusia.
2. Pentingnya mengetahui mekanisme-mekanisme, proses dan semuayang terjadi
dalam tubuh yang berhubungan dengan cairan danelektrolit serta gangguan-
gangguan yang dapat diakaibatkan olehcairan dan elektrolit sehingga kita sebagai
perawat dapat mengetahuisampai dimana dan mengapa gangguan yang disebabkan
oleh cairan dan elektrolit ini sehingga kita dapat menentukan dan
merencanakantindakan keperawatan apa yang akan kita lakukan atau kita
berikankepada pasien dengan gangguan yang disebabkan atau gangguan
yangmenyebabkan cairan dan elektolit tidak dalam keadaan yang normal.sehingga
kita dapat menjadi seorang dokter yang profesioanal dalam menangani pasien kita
nantinya. Aamiin

19
DAFTAR PUSTAKA

Guyton ac, hall mn:textbook of medical physiology,10/e. Philadelphia,


wbsaunders, 2000

.rhoades ra, tanner ga:medical physiology.boston, little brown and


company,1995.

Potter & perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4. Jakarta: egc

Tamsuri, anas. 2009. Seri asuhan keperawatan “klien gangguan keseimbangan


cairan & elektrolit” . Jakarta: ecg

Syaifudin, drs. 2012. Anatomi fisiologi kurikulum berbasis kompetensi edisi 4.


Jakarta: egc

Weinstein, s. 2001. Buku saku: terapi intravena. Edisi 2. Jakarta: egc

Swearingen, p. Et al. 2001. Seri pedoman praktis: keseimbangan cairan,


elektrolit dan asam basa. Edisi 2. Jakarta: egc

Anda mungkin juga menyukai