Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019

e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

PENGARUH PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT TERHADAP


KARAKTERISTIK TANAH, EMISI CO2, DAN PRODUKTIVITAS
TANAMAN KARET
The Effect of Fertilization of Peat Land on Soil Characteristics,
CO2 Emissions, and Productivity of Rubber Plant

Salma J. Fitra1*, Sugeng Prijono1, Maswar2


1Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 1 Malang, 65145
2 Divisi Fisika dan Konservasi Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor 16114
*Penulis korespondensi: salmajfitra@gmail.com

Abstract
The limited availability of productive agricultural land causes the development of agriculture leading
to the marginal lands, one of which is peat land. Peat land is land with soil that is rich in organic
matter (C-organic >18%), and relatively has low level of fertility. Based on the characteristics of
peat, fertilization needs to be done to support plant growth. One of the plant that can grow and
adapt on peat land is rubber plant. Fertilization can also potentially increase the process of
decomposition of peat so that can increase CO 2 emission which is one of the greenhouse gases.The
purpose of this study was to analyse the effect of fertilization on peat land to soil characteristics,
CO2 emission, and rubber plant productivity. This study used a randomized block design with four
treatments and four replications. The treatments were P0 (control/base fertilizer Urea, SP-36, and
KCl), P1 (control + cow manure), P2 (control + borax fertilizer), and P3 (control + cow manure +
borax fertilizer). The results showed that fertilizer with combination of control and cow manure
(P1) significantly affected the soil chemical characteristics such as CEC, N total, K-exch, and P
availability. The P1 treatment also tended to increase the increasing of stem circumference for 9
months period. However, in the other parameters such as soil bulk density, ash content, pH, base
saturation, base cations exchangeable (Ca, Mg, Na), C-organic, CO2 emission, and latex production,
showed that fertilization combination treatment did not give any significant differences. In general,
fertilization treatment with the combination of control and cow manure (P1) had the best effect of
improving soil chemical characteristics.

Keywords: peat, fertilizer, soil characteristic, CO2 emission, rubber plant productivity

Pendahuluan di Sumatera, Kalimantan, dan Papua


(Wahyunto et al., 2014). Gambut merupakan
Keterbatasan tersedianya lahan pertanian yang tanah yang kaya bahan organik karena
produktif menyebabkan pengembangan terbentuk dari sisa tanaman yang belum
pertanian mengarah kepada lahan-lahan melapuk sempurna (Agus dan Subiksa, 2008).
marginal, salah satunya ialah lahan gambut. Gambut dari proses pembentukan alaminya
Indonesia mempunyai lahan gambut terluas se- memiliki tingkat kesuburan yang rendah karena
ASEAN dan secara global Indonesia mengandung asam-asam organik yang tinggi.
mempunyai lahan gambut tropika terluas (Agus Unsur hara diikat oleh tangan-tangan aktif dari
et al., 2014). Tercatat luas total lahan gambut di gambut yang berasal dari gugus karboksilat dan
Indonesia adalah sekitar 14,9 juta ha. tersebar
http://jtsl.ub.ac.id 1145
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

fenolat. Meski demikian, lahan gambut pengaruh pemupukan terhadap karakteristik


berpotensi untuk ditingkatkan tanah gambut, emisi CO2 dari tanah gambut,
produktivitasnya. Gambut memiliki berat isi dan produktivitas tanaman karet di lahan
yang rendah yaitu berkisar antara 0,05 - 0,3 gambut.
g/cm3, sehingga secara alami tanah gambut
memiliki tingkat kesuburan yang rendah karena
Bahan dan Metode
sedikitnya unsur hara yang tersedia per satuan
volume yang sama bila dibandingkan dengan Penelitian dilaksanakan di Desa Jabiren,
tanah mineral. Tanah gambut juga termasuk Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang
masam hingga sangat masam, dan memiliki Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah,dengan
kandungan hara makro N, P, K yang tersedia koordinat geografis berada pada 020 30’ 53” LS
bagi tanaman yang juga rendah. Tingkat dan 1140 10’ 14” BT,dan di Laboratorium Balai
kejenuhan basa yang rendah, dan KTK yang Penelitian Tanah, Jalan Tentara Pelajar No.12
sangat tinggi menyebabkan kapasitas jerapan Cimanggu, Bogor, Jawa Barat pada bulan
gambut tinggi tetapi kekuatannya dalam Desember 2017 – April 2018. Lokasi
menjerap lemah sehingga K, Ca, Mg, dan Na penelitian di lapang merupakan lokasi Ex
menjadi mudah tercuci (Hartatik et al., 2011). (bekas) kegiatan penelitian Indonesian Climate
Salampak (1999) melaporkan bahwa kejenuhan Change Trust Fund (ICCTF) Kementrian
basa gambut di Kalimantan Tengah rata-rata < Pertanian Fase II dengan judul kegiatan
10%. “Pengelolaan Lahan Gambut Terdegradasi
Peningkatan daya dukung tanah gambut Secara Berkelanjutan untuk Mengurangi Emisi
di bidang pertanian dapat dilakukan dengan Gas Rumah Kaca dan Mengoptimalkan
melakukan upaya peningkatan kesuburan tanah Produktivitas Tanaman” yang telah
yaitu pemupukan (Nurida dan Wihardjaka, dilaksanakan semenjak tahun 2012 s/d 2014.
2014). Di sisi lain, pemupukan dapat Semenjak tahun 2014 s/d 2017 lokasi
mempercepat proses dekomposisi lahan penelitian ini dikelola oleh kegiatan DIPA Balai
gambut yang menyebabkan gambut dapat Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
meningkatkan produksi CO2 sehingga dapat (BBSDLP).
memicu emisi GRK. Hasil penelitian Handayani Tahapan pengumpulan data yang
(2009) menyatakan bahwa pemupukan dilaksanakan adalah, pengambilan sampel
merupakan salah satu penyebab peningkatan tanahutuh dan komposit, pengamatan lingkar
produksi CO2 di lahan gambut. Berdasarkan batang dan pengumpulan data produksi getah
hal tersebut maka diperlukan upaya untuk karet, dan analisis Laboratorium. Penempatan
meningkatkan daya dukung lahan gambut demi plot penelitian di lapangmenggunakan
memenuhi kebutuhan akan pertanian tetapi Rancangan Acak Kelompok dengan 4
juga ramah akan lingkungan. Salah satu perlakuan terdiri dari berbagai kombinasi jenis
tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang pupuk, dan 4 ulangan. Rincian perlakuan
baik sehingga dapat tumbuh pada lahan adalah (1) P0 sebagai kontrol dengan rincian
gambut ialah tanaman karet. Selain itu, (per 6 bulan) Urea 0,2 t ha-1, SP-36 0,17 t ha-1,
tanaman karet juga berperan dalam KCl 0,2 t ha-1, dan kieserit 0,1 t ha-1,(2) P1
penyimpanan CO2. Tanaman karet dapat dengan rincian kontrol ditambah pupuk
tumbuh pada kisaran pH 3,8-8,0 dan seperti kandang sapi sebanyak 2 t ha-1, (3) P2 dengan
tanaman lainnya membutuhkan unsur hara baik rincian kontrol ditambah pupuk borax
makro dan mikro untuk menunjang sebanyak 0,02 t ha-1, dan (4) P3 dengan rincian
pertumbuhannya tetapi masih dapat tumbuh kontrol ditambah pupuk kandang sapi dan
pada lahan marginal (Dijkman, 1951 dalam pupuk borax (kombinasi seluruh perlakuan).
Cahyo, 2014). Secara umum tanaman karet di Pengambilan sampel tanah meliputi sampel
Indonesia berperan penting sebagai sumber tanah utuh dan juga komposit dari setiap petak
devisa negara yang dapat dimanfaatkan baik percobaan sehingga didapatkan jumlah sampel
getah maupun kayunya. Tujuan penelitian ini tanah utuh dan komposit masing-masing
adalah untuk mengetahui dan mempelajari sebanyak 16 buah. Sampel tanah utuh

http://jtsl.ub.ac.id 1146
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

digunakan untuk analisis karakteristik fisika Fase II Curah hujan rata-rata tahunan pada
tanah yaitu berat isi, sedangkan sampel tanah tahun 1997 hingga 2011 lokasi penelitian 1.821
komposit digunakan untuk analisis karakteristik mm (Mokhtar et al., 2014). Lokasi penelitian
kimia tanah meliputi kadar abu, C-organik, pH, secara umum merupakan tanah gambut dengan
N total, P tersedia, kation-kation basa (K, Ca, tingkat kematangan hemik sampai saprik
Mg, Na), KB, KTK, dan emisi CO2. dengan kedalaman gambut rata-rata ± 6 m. Hal
Pertambahan lingkar batang didapatkan dengan tersebut dicirikan dengan warna gambut yaitu
cara mencari selisih antara lingkar batang yang coklat hingga coklat tua. Sebagian bahan
diamati pada bulan Desember tahun 2017 asalnya masih dapat dikenali dan ada pula yang
dengan data lingkar batang pada tahun sudah menyatu dan sulit untuk diidentifikasi
sebelumnya yaitu 2016. Data lingkar batang bahan dasarnya. Selain itu, ketika diremas
dan data produksi getah karet yang digunakan kandungan seratnya cukup rendah yaitu ±
bersumber dari Laporan Tahunan kegiatan Ex 15%-30%.Agus dan Subiksa (2008)
ICCTF oleh Balai Pengkajian Teknologi menjelaskan bahwa tipe kematangan gambut
Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah tahun dapat dilihat dari penampakannya di lapang
2016 dan 2017. Data yang diperoleh dilakukan yaitu berdasarkan apakah bahan asalnya dapat
analisis ragam dengan taraf 5%.Apabila dikenali, bagaimana warnanya, dan kandungan
didapatkan pengaruh nyata maka dilanjutkan serat jika diremas. Semakin matang gambut,
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) bahan asalnya semakin tidak dikenali, warnanya
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. coklat sampai hitam dan kandungan seratnya
semakin sedikit. Menurut Mokhtar et al. (2014)
Hasil dan Pembahasan pada penelitian sebelumnya yaitu tahun 2014,
tingkat kematangan gambut lokasi penelitian
Deskripsi lokasi penelitian termasuk saprik dengan kedalaman 4-5 meter.
Lokasi penelitian terletak di hamparan lahan Penampang tanah gambut pada lokasi
gambut bekas demplot ICCTF (Indonesian penelitian tersaji pada Gambar 1.
Climate Change Trus Fund) Kementrian Pertanian

Gambar 1. Penampang tanah gambut

http://jtsl.ub.ac.id 1147
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

Karakteristik tanah yang mengkerut atau menyusut (shrinkage)


ketika dikeringkan, dan mengembang (swelling)
Berat isi
ketika dibasahi.
Berat isi dapat menunjukkan tingkat kepadatan
Kadar abu
suatu tanah dalam satuan g/cm3. Hardjowigeno
(2010) menyatakan bahwa berat isi Kadar abu merupakan komposisi mineral yang
menunjukkan perbandingan antara berat tanah dikandung oleh gambut yang diperoleh dari
kering dengan volume tanah termasuk volume hasil pembakaran tanah pada suhu lebih dari
pori-pori tanah. Perlakuan berbagai kombinasi 600oC yang bertujuan untuk mengetahui
pemupukan pada tanah gambut tidak seberapa besar kandungan bahan organik dan
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai bahan mineral yang ada pada tanah. Menurut
berat isi tanah. Kisaran berat isi pada lahan Dariah et al. (2014), kadar abu merupakan salah
penelitian ialah 0,22-0,28 g cm-3 (Gambar 2). satu penciri tingkat kesuburan gambut.
Semakin rendah nilai kadar abu, maka semakin
rendah pula tingkat kesuburannya, begitu pula
sebaliknya semakin tinggi kadar abu, maka
semakin tinggi pula tingkat kesuburannya.
Perlakuan kombinasi pemupukan pada tanah
gambut di lokasi penelitian diketahui tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai
kadar abu. Rata-rata kadar abu pada lokasi
penelitian ialah 5,53%.Pengaruh perlakuan
pemupukan terhadap kadar abu disajikan pada
Tabel 1.

Gambar 2. Rata-rata berat isi tanah pada Tabel 1. Rata-rata kadar abu pada perlakuan
perlakuan pemupukan pemupukan
Perlakuan Kadar Abu (%)
Pemupukan tidak memberikan pengaruh yang
P0 3,89
nyata dikarenakan pemupukan tidak secara
P1 4,76
langsung dapat meningkatkan berat isi tanah,
P2 3,96
sehingga bukanlah faktor utama yang dapat
P3 9,52
meningkatkan berat isi tanah gambut secara
signifikan. Berat isi tanah gambut yang rendah .
merupakan ciri alami tanah gambut, karena Pemupukan tidak memberikan pengaruh yang
terbentuk dari bahan organik (sisa tanaman) nyata dikarenakan pemupukan bukanlah faktor
sehingga sangat porus yang mana sebagian utama yang mempengaruhi kadar abu gambut.
besar pori diisi oleh air karena gambut tropika Faktor utama yang mempengaruhi kadar abu
bisa terbentuk dalam kondisi tergenang atau ialah tipe tanah gambut seperti tingkat
anaerob, yang menyebabkan gambut memiliki kematangan, posisi keberadaan, jenis,
kadar air yang sangat tinggi. Berkaitan dengan ketebalan, dan lain sebagainya. Lahan gambut
ini,untuk dapat meningkatkan berat isi tanah pada lokasi penelitian tergolong ombrogen
gambut, hal utama yang dapat dilakukan ialah dengan ketebalan ± 6 m. Gambut ombrogen
membuat dan mengatur sistem drainase untuk terbentuk pada daerah cekungan yang sumber
mengurangi kelebihan air pada tanah gambut airnya berasal dari air hujan sehingga kadar
tersebut. Menurut Nugroho dan Widodo abunya rendah. Dariah et al. (2014)
(2001) dalam Noor et al. (2014) menyatakan mengemukakan bahwa kadar abu dan basa-
bahwa pengeringan pada tanah gambut dapat basa pada gambut dipengaruhi oleh ketebalan
meningkatkan beratisi tanah gambut. Hal gambut. Makin tebal gambut, kadar abu dan
tersebut dikarenakan oleh sifat tanah gambut basa-basanya makin rendah.

http://jtsl.ub.ac.id 1148
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

pH tanah penelitian diketahui memberikan pengaruh


nyata terhadap nilai KTK tanah. Hasil
pH merupakan karakteristik kimia dasar yang
pengukuran KTK tanah dari berbagai
penting untuk diketahui karena dapat
perlakuan pemupukan disajikan pada Tabel 3.
mempengaruhi karakteristik kimia tanah
Perlakuan P1 diketahui merupakan perlakuan
lainnya. Perlakuan kombinasi pemupukan pada
dengan KTK tertinggi yaitu 163,06 cmol/kg,
tanah gambut di lokasi penelitian diketahui
tetapi tidak berbeda nyata terhadap P2 dan P0.
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
P1 merupakan perlakuan pemupukan dengan
nilai pH tanah. Hasil pengukuran pH tanah dari
kombinasi kontrol atau pupuk dasar dan pupuk
berbagai perlakuan pemupukan disajikan pada
kandang sapi. Pupuk kandang sapi merupakan
Tabel 2.
salah satu pupuk organik yang dapat
Tabel 2. Rata-rata pH tanah pada berbagai mempengaruhi KTK tanah. Menurut penelitian
perlakuan pemupukan Wibowo et al. (2016) pemberian pupuk
kandang sapi dapat meningkatkan KTK tanah,
Perlakuan Rata-rata Kriteria*)
yang didukung pula oleh Yuliana et al. (2015)
P0 3,9 Sangat Masam
bahwa aplikasi pupuk kandang juga dapat
P1 3,9 Sangat Masam
meningkatkan KTK pada tanah gambut.
P2 3,9 Sangat Masam
P3 4,0 Sangat Masam
Keterangan: *) Kriteria berdasarkan Balai Penelitian Tabel 3. Rata-rata KTK pada perlakuan
Tanah (2009) pemupukan
Perlakuan KTK Kriteria*)
Rata-rata pH tanah pada lokasi penelitian ialah (cmol/kg)
3,9. Pemupukan tidak memberikan pengaruh P0 141,23 ab Sangat Tinggi
yang nyata dikarenakanpada penelitian ini, tidak P1 163,06 b Sangat Tinggi
diaplikasikan bahan yang dapat meningkatkan P2 150,52 b Sangat Tinggi
pH tanah gambut yang tergolong sangat P3 121,23 a Sangat Tinggi
masam secara signifikan. MenurutNajiyati et al.
Keterangan: *) Kriteria berdasarkan Balai Penelitian
(2005) pemberian bahan kapur pada tanah Tanah (2009). Bilangan yang diikuti huruf yang
gambut secara teknis merupakan hal yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
paling baik dalam meningkatkan pH tanah perlakuan tidak berbeda nyata pada uji lanjut
gambut. Kapur yang biasa digunakan ialah DMRT 5%.
kalsit, dolomit, dan kapur tohor. Sementara itu,
dalam penelitian ini hanya digunakan kieserit
dengan dosis yang sama pada seluruh KB (Kejenuhan Basa) dan kation-kation basa dapat
perlakuan, yang diharapkan mampu membantu ditukar (K, Ca, Mg, Na)
meningkatkan pH tanah. Tetapi menurut
Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan
penelitian (Ponette et al., 1993) yang
antara jumlah kation-kation basa dengan
membandingkan pengaplikasian dolomit dan
jumlah semua kation yang ada di dalam
kieserit pada tanah masam, didapatkan hasil
kompleks jerapan tanah.Perlakuan kombinasi
bahwa kieserit tidak berperan besar terhadap
pemupukan pada tanah gambut di lokasi
peningkatan pH tanah. International Plant
penelitian diketahui tidak memberikan
Nutrition Institute juga menambahkan bahwa
pengaruh nyata terhadap nilai KB, dan
kieserit tidak berperan penting dalam pH tanah
beberapa kation basa yaitu Ca, Mg, Na dapat
meskipun kieserit memiliki pH 9.
ditukar, tetapi memberikan berpengaruh nyata
KTK (Kapasitas Tukar Kation) terhadap kation K dapat ditukar. Hasil
Kemampuan tanah dalam menjerap dan pengukuranKB dan kation-kation basa tanah
menyediakan unsur hara bagi tanaman dapat dari berbagai perlakuan pemupukan disajikan
dilihat dari nilai KTK-nya.Perlakuan kombinasi pada Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis ragam
pemupukan pada tanah gambut di lokasi dapat diketahui bahwa perlakuan P1 memiliki

http://jtsl.ub.ac.id 1149
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

nilai K dapat ditukar lebih tinggi dibandingkan analisis tergolong sangat rendah. Selaras
dengan perlakuan lainnya yaitu 0,34 cmol/kg. dengan hasil analisis, kation-kation basa dapat
Hal tersebut dikarenakan pupuk kandang sapi ditukar (K, Ca, Mg, Na) tergolong rendah
mengandung unsur hara K. Menurut Yuliana et hingga sedang. Kejenuhan basa berkaitan erat
al. (2015) pupuk kandang dapat menyediakan dengan pH dimana pH yang rendah umumnya
unsur makro beberapa diantaranya nitrogen, mempunyai kejenuhan basa yang rendah pula
fosfor, kalium. Noor dan Ningsih (Hardjowigeno, 2010). Tanah gambut memiliki
dalamNeltriana (2015) menyatakan bahwa pH yang tergolong sangat masam sehingga
pupuk kandang sapi memiliki kandungan unsur kejenuhan basa dan kation-kation basanya juga
K yang lebih tinggi dibanding unsur lainya yaitu rendah.
sebanyak 1,03%. Kejenuhan basa pada hasil

Tabel 4. Rata-rata KB dan kation basa pada perlakuan pemupukan


Perlakuan Kation-kation Basa (cmolkg-1) KB (%)*)
Kdd *) Cadd *) Mgdd *) Nadd *)
P0 0,20R a 3,02R 1,40S 0,16R 3,35SR
P1 0,34R b 5,93S 1,26S 0,20R 5,65SR
P2 0,22R a 3,04R 1,98S 0,17R 3,32SR
P3 0,28R ab 2,44R 1,71S 0,23R 3,71SR
Keterangan: *) Kriteria berdasarkan Balai Penelitian Tanah (2009). Kriteria: SR = Sangat Rendah, R =
Rendah, S = Sedang. Bilangan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%.

C-organik Kandungan C-organik pada tanah gambut


bergantung pada tingkat kematangan gambut.
Tanah gambut merupakan tanah yang memiliki
Sesuai dengan pernyataan Handayani (2009)
kandungan C-organik yang sangat tinggi
pada penelitiannya bahwa tingkat kematangan
dikarenakan tanah gambut merupakan tanah
gambut berpengaruh nyata terhadap
organik.Hasil pengukuranC-organik tanah dari
kandungan C-organik. Kandungan C-organik
berbagai perlakuan pemupukan disajikan pada
pada gambut dengan kematangan saprik
Tabel 5.
berkisar ≤50%.
Tabel 5. Rata-rata C-organik pada perlakuan
N total tanah
pemupukan
N yang tersedia bagi tanaman di tanah gambut
Perlakuan C-organik Kriteria*)
tergolong rendah sehingga dibutuhkan
(%)
pemupukan untuk mencukupi kebutuhan N
P0 50,01 Sangat Tinggi tanaman.Perlakuan kombinasi pemupukan
P1 49,55 Sangat Tinggi pada tanah gambut di lokasi penelitian
P2 49,97 Sangat Tinggi diketahui memberikan pengaruh nyata terhadap
P3 47,08 Sangat Tinggi nilai N total tanah. Hasil pengukuran N total
Keterangan: *) Kriteria berdasarkan Balai Penelitian tanah dari berbagai perlakuan pemupukan
Tanah (2009) disajikan pada Gambar 3. Perlakuan P1 dengan
kombinasi pupuk dasar atau kontrol dan pupuk
kandang sapi memiliki pengaruh yang nyata
Perlakuan kombinasi pemupukan diketahui dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan
tidak berpengaruh nyata terhadap C-organik merupakan perlakuan dengan N total tertinggi
tanah dengan rata-rata nilai c-organik tanah nya yaitu 2,07%. Hal tersebut dapat dikarenakan
ialah 49,15%. Hal tersebut dapat dikarenakan kandungan yang terdapat di dalam pupuk
pemupukan bukanlah faktor utama yang dapat kandang sapi menambah N total yang ada di
mempengaruhi nilai C-organik tanah gambut.

http://jtsl.ub.ac.id 1150
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

dalam tanah. Menurut Hardjowigeno (2010) ketersediaannya pada tanah gambut sesuai
pupuk kandang sapi mengandung 0,3% N dengan pernyataan Najiyati et al. (2005) bahwa
dalam tanah dan setiap ton pupuk kandang pada lahan gambut, kandungan Al sangat
secara umum mengandung 5 kg N. rendah sehingga peningkatan pH tidak
ditujukan bagi penekanan keracunan Al.
Menurut Hartatik et al. (2011) unsur fosfor (P)
pada tanah gambut sebagian besar dijumpai
dalam bentuk P-organik yang selanjutnya akan
mengalami proses mineralisai menjadi P-
anorganik oleh jasad mikro.

Gambar 3. Rata-rata N total tanah pada


perlakuan pemupukan

Meskipun pemupukan berpengaruh nyata


terhadap N total, tetapi semua nilai N total
pada plot penelitian termasuk ke dalam krietria
sangat tinggi menurut Balai Penelitian Tanah
tahun 2009. Menurut Hartatik et al. (2011) Gambar 4. Rata-rata P tersediatanah pada
ketersediaan N bagi tanaman pada gambut perlakuan pemupukan
umumnya rendah walaupun analisis N total
umumnya relatif tinggi karena berasal dari N Emisi CO2
organik. Karbondioksida (CO2) merupakan jumlah gas
P tersedia terbanyak dalam atmosfer. CO 2diikat oleh
biomass tanaman selama proses fotosintesis
Unsur P di dalam tanah dapat berasal dari yang kemudian disimpan dalam tanah sebagai
bahan organik, mineral dalam tanah maupun C-organik melalui perubahan residu tanaman
pupuk buatan (Hardjowigeno, 2010). Perlakuan menjadi bahan organik tanah setelah residu
kombinasi pemupukan pada tanah gambut di tersebut dikembalikan ke tanah (Handayani,
lokasi penelitian diketahui memberikan 2009). C-organik dalam tanah dapat keluar dari
pengaruh nyata terhadap nilai P tersedia tanah. bumi ke atmosfer dalam bentuk CO2 maupun
Hasil pengukuranP tersedia tanah dari berbagai CH4 yang jika berlebihan dapat berpotensi
perlakuan pemupukan disajikan pada Gambar meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di
4. Perlakuan P1 memiliki pengaruh yang nyata atmosfer. Terdapat beberapa hal yang dapat
terhadap P tersedia dibandingkan dengan membuat simpanan karbon dalam gambut
perlakuan lainnya. Hal ini terjadi karena keluar ke atmosfer dan berpotensi
perlakuan P1 merupakan kombinasi dari menyumbang gas rumah kaca yang besar yaitu
kontrol atau pupuk dasar dan pupuk kandang jika bahan organik yang tersimpan dalam
sapi. Menurut Hardjowigeno (2010) pupuk gambut mengalami dekomposisi maupun
kandang sapi memiliki kandungan kebakaran. Menurut Dariah et al. (2011)
P2O5sebanyak 0,17%. Selain itu, tingginya peningkatan emisi gas rumah kaca dari lahan
kandungan P tersedia pada tanah gambut gambut dapat disebabkan karena terganggunya
dimungkinkan terjadi karena residu dari pupuk ekosistem gambut melalui percepatan proses
sebelumnya. Tingginya kandungan P tersedia dekomposisi bahan organik dan juga dapat
juga dapat dikarenakan unsur Al yang biasanya disebabkan oleh peristiwa kebakaran lahan
mengikat P secara kuat, sangat rendah gambut. Perlakuan kombinasi pemupukan

http://jtsl.ub.ac.id 1151
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

pada tanah gambut di lokasi penelitian perbedaan emisi CO2 diantara perlakuan yang
diketahui tidak memberikan pengaruh nyata diamati. Walaupun demikian, beberapa literatur
terhadap nilai emisi CO2 tanah. Hasil menginformasikan bahwa pemupukan dapat
pengukuranemisi CO2 tanah dari berbagai mempengaruhi laju dekomposisi gambut yang
perlakuan pemupukan disajikan pada Gambar secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi
5. emisi CO2. Menurut Handayani (2009) faktor
utama yang dapat mempercepat laju
dekomposisi gambut ialah proses perubahan
kondisi gambut menjadi lebih aerobik dengan
pengeringan melalui sistem drainase. Selain itu,
emisi karena proses dekomposisi terjadi relatif
lebih lambat dibanding proses kebakaran.

Produktivitas karet
Lingkar batang dan pertambahan lingkar batang
Pertumbuhan tanaman karet dapat ditandai
dengan besar lingkar batang atau keliling
lingkaran batang. Selain itu, pengaruh
Gambar 5. Rata-rata emisi CO2 pada perlakuan pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman
pemupukan karet juga dapat dilihat dari pertambahan
lingkar batangnya dalam satuan waktu. Dalam
Perlakuan kombinasi pemupukan yang tidak penelitian ini, dapat dilihat pertambahan lingkar
memberikan pengaruh nyata dapat dikarenakan batang tanaman karet selama 9 bulan dari bulan
pengaruh pemupukan pada emisi CO2 berjalan Desember 2016 sampai dengan September
lambat, sehingga tidak terdeteksi pengaruhnya 2017. Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan
terhadap emisi CO2 pada pengamatan di pemupukan cenderung meningkatkan lingkar
laboratorium. Disamping itu, pengambilan batang karet dan pertambahannya selama 9
sampel yang dilakukan setelah ± 4 bulan bulan. Pertambahan lingkar batang tertinggi
setelah pupuk terakhir kali diaplikasikan, juga didapatkan pada perlakuan P1.
diperkirakan menjadi penyebab tidak ada

Tabel 6. Rata-rata lingkar batang dan pertambahannya pada perlakuan pemupukan


Perlakuan Lingkar Batang (LB) Lingkar Batang (LB) Pertambahan Lingkar
Des 16 (cm) Sep 17 (cm) Batang (LB) (cm)
P0 60,54 62,40 1,86
P1 58,12 65,23 7,11
P2 59,79 60,30 0,51
P3 60,86 61,71 0,85

Perlakuan P1 merupakan perlakuan dengan diaplikasikan pada tanaman karet dapat


pertambahan lingkar batang tertinggi yaitu 7,11 meningkatkan pertumbuhan tanaman karet dan
cm selama 9 bulan. P1 merupakan kombinasi memberikan hasil yang lebih tinggi.
antara kontrol atau pupuk dasar dan pupuk
Produksi getah karet
kandang sapi. Pupuk kandang sapi merupakan
salah satu pupuk organik yang dapat Karet merupakan tanaman yang dimanfaatkan
meningkatkan pertumbuhan tanaman termasuk getahnya sebagai bahan baku industri.
tanaman karet. Sesuai dengan hasil penelitian Pemupukan merupakan salah satu faktor
Damrongak et al. (2015) pupuk organik yang produksi getah karet. Pemupukan yang tidak

http://jtsl.ub.ac.id 1152
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

tepat merupakan salah satu penyebab 49,15% termasuk ke dalam kriteria sangat
terlambatnya matang sadap dan rendahnya tinggi. Menurut Hartatik et al. (2011) tanah
produktivitas tanaman karet (Gumayanti dan gambut terbentuk dari timbunan bahan organik
Suwarto, 2016). Pengaruh pemupukan terhadap sehingga kandungan karbon pada tanah
produksi getah karet tersaji pada Tabel 7. gambut sangat besar. Hal tersebut yang
menjadi penyebab gambut mengandung asam-
Tabel 7. Rata-rata produksi getah karet pada
asam organik yang tinggi sehingga pH tanah
perlakuan pemupukan
gambut sangat masam. Rata-rata pH pada
Perlakuan Produksi Getah lokasi penelitian ialah 3,9. pH tanah gambut
Karet (kg ha-1) yang sangat masam tersebut menyebabkan
Oktober November kejenuhan basa nya (KB) sangat rendah yaitu
P0 61,88 89.93 hanya 4%. Nilai KB tersebut berbanding lurus
P1 52,64 82,50 dengan kandungan kation-kation basa dapat
P2 57,75 91,58 ditukar. Rata-rata kandungan Ca, Na dan Mg
P3 57,09 87,45 pada lokasi penelitian masing-masing sebesar
3,61 cmol/kg, 0,19 cmol/kg dan 1,6 cmol/kg
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa termasuk dalam kriteria rendah hingga sedang.
perlakuan kombinasi pemupukan tidak Pada kation basa K dengan nilai tertinggi 0,34
berpengaruh nyata terhadap produksi getah cmol/kg, perlakuan kombinasi pemupukan
karet. Hal tersebut dapat dikarenakan pada diketahui mempengaruhi peningkatan jumlah
bulan Oktober dan November sering terjadi kation basa tetapi nilainya masih berada pada
hujan yang menyebabkan produksi getah karet kriteria rendah hingga sedang. Menurut
menjadi tidak maksimal. Sesuai dengan (Hartatik et al., 2011) gambut oligotropik
pernyataan Pusari dan Haryanti (2014) seperti yang banyak ditemukan di Kalimantan
produksi karet dipengaruhi oleh kondisi alam mempunyai kandungan kation basa seperti Ca,
terutama hujan dan banjir. Hujan berlebihan Mg, K, Na yang rendah terutama pada gambut
dapat menyebabkan produksi karet menurun. tebal. Perlakuan kombinasi pemupukan
Selain hal tersebut, penetrasi cahaya, suhu berpengaruh nyata terhadap beberapa
lingkungan, jenis tanah dan pH juga dapat karakteristik kimia tanah diantaranya ialah
mempengaruhi produksi karet. Rata-rata kation basa K, KTK, N total, dan P tersedia.
produksi getah karet pada bulan Oktober ialah Perlakuan pemupukan dengan kombinasi
57,34 kg/ha sedangkan pada bulan November kontrol atau pupuk dasar ditambahkan dengan
ialah 87,86 kg/ha. pupuk kandang sapi (P1) memberikan nilai
tertinggi pada seluruh parameter yang
Pembahasan Umum
berpengaruh nyata tersebut. Menurut Subiksa
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dilihat et al. (2014) pada penelitian terdahulu, diketahui
bahwa faktor utama yang mempengaruhi bahwa pupuk kandang yang dipakai memiliki
kesuburan gambut ialah kedalaman dan tingkat kandungan N total 0,49%, P2O5 0,56%, K2O
kematangan. Sesuai dengan pernyataan Dariah 0,49%, Ca 0,72%, Mg 0,33%, S 0,10%, dan
et al. (2014) tingkat kematangan gambut sangat unsur-unsur mikro lainnya. Hal tersebutlah
menentukan tingkat produktivitas lahan yang menyebabkan perlakuan P1 berpengaruh
gambut, karena sangat mempengaruhi tingkat nyata terhadap beberapa parameter kimia tanah
kesuburan tanah maupun ketersediaan hara. gambut. Pupuk kandang juga berpengaruh
Tingkat kematangan gambut di lokasi terhadap KTK dikarenakan pupuk kandang
penelitian termasuk ke dalam gambut hemik- merupakan salah satu pupuk organik yang kaya
saprik dengan kedalaman gambut mencapai ± akan koloid humus yang dapat meningkatkan
6 m. Hal tersebut menyebabkan berat isi dan nilai KTK. Meski demikian, KTK yang tinggi
kadar abu gambut menjadi sangat rendah. pada gambut menunjukkan kapasitas jerapan
Perlakuan kombinasi pemupukan juga gambut tinggi, namun kekuatan jerapannya
diketahui tidak berpengaruh nyata terhadap c- lemah, sehingga kation-kation K, Ca, Mg, dan
organik tanah. Rata-rata nilai c-organik ialah Na yang tidak membentuk ikatan koordinasi

http://jtsl.ub.ac.id 1153
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

akan mudah tercuci (Agus dan Subiksa ,2008). merupakan salah satu hara penting pada
Kandungan N dan P yang tinggi pada tanah tanaman karet. Defisiensi kalium akan
gambut juga tidak dapat mengindikasikan menyebabkan lemahnya jaringan batang dan
kesuburan tanah gambut dikarenakan sebagian meningkatkan kerusakan tanaman. Tidak
besar unsur tersebut tersedia dalam bentuk berpengaruhnya perlakuan kombinasi
organik. Menurut Subatra (2013) sebagian pemupukan terhadap produksi getah juga dapat
besar N dan P pada tanah gambut berupa dikarenakan adanya faktor lain yang
organik sehingga memerlukan proses mempengaruhi produksi getah karet
mineralisasi agar dapat dimanfaatkan oleh diantaranya curah hujan yang tinggi pada waktu
tanaman. Pemupukan dapat mempengaruhi pemanenan dan cara memanen atau menyadap
produksi CO2 dikarenakan pemupukan dapat getah karet. Menurut Pusari dan Haryanti
meningkatkan laju aktivitas mikroorganisme (2014) pemanenan getah karet akan
tanah sehingga laju dekomposisi semakin mempengaruhi getah yang didapat. Pemanenan
tinggi. Penambahan hara pada tanah gambut yang baik harus memperhatikan kematangan
meningkatkan dekomposisi dan berdampak karet, dan kondisi lingkungan yang mendukung
terhadap peningkatan kehilangan gambut dengan lilit batang 45 cm yang diukur 100 cm
melalui emisi GRK (Jauhiainen et al. 2014) dari pertautan okulasi serta memiliki ketebalan
Tetapi pada penelitian ini didapatkan hasil 6-7 mm.Selain hal tersebut, waktu penyadapan
bahwa berbagai perlakuan pemupukan tidak juga dapat mempengaruhi produksi karet yang
berpengaruh nyata terhadap emisi CO2yang didapat.
dihasilkan dari tanah. Hal
tersebutdimungkinkan terjadikarena pemberian
Kesimpulan
pupuk pada lahan gambut menyebabkan
kebutuhan hara tanaman (karet) dapat Perlakuan pemupukan P1 dengan kombinasi
tercukupi, sehingga perakaran tanaman karet kontrol/pupuk dasar (Urea, SP-36, KCl) dan
tidak harus menghasilkan eksudat asam organik pupuk kandang sapi merupakan perlakuan
seperti asam karboksilat yang dapat terbaik yang dapat diberikan pada tanah
merangsang aktivitas mikroba menghasilkan gambut pada lokasi penelitian dikarenakan
enzim pendegradasi material gambut dalam dapat meningkatkan KTK, K dapat ditukar, N
upaya memperoleh hara tanaman (Mimien, total, dan P tersedia, tetapi tidak berpengaruh
2017). Faktor lain yang menyebabkan nyata terhadap karakteristik tanah lainnya
pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap seperti berat isi, kadar abu, pH, KB, Ca, Mg,
emisi CO2ialah dikarenakan emisi CO2 yang dan Na dapat ditukar, maupun C-organik.
terjadi akibat dari proses dekomposisi, terjadi Perlakuan kombinasi pemupukan yang
relatif lebih lambat dibandingkan emisi CO2 diaplikasikan tidak menunjukkan perbedaan
yang terjadi akibat proses kebakaran (Dariah et yang nyata terhadap emisi CO2 dari tanah
al., 2011), sehingga dimungkinkan pengaruh gambut yang diamati. Perlakuan pemupukan
berbagai kombinasi pemupukan terhadap emisi P1 dengan kombinasi kontrol/pupuk dasar
CO2 dari tanah tidak terdeteksi saat dilakukan (Urea, SP-36, KCl) dan pupuk kandang sapi
analisis di laboratorium. Pemaparan hasil cenderung meningkatkan pertambahan lingkar
analisis karakteristik tanah tersebut dapat batang karet lebih tinggi dibandingkan
menjadi penyebab tidak berpengaruhnya perlakuan lainnya, tetapi tidak mempengaruhi
pemupukan terhadap produksi getah karet produksi getah karet pada lahan gambut yang
meskipun pemupukan cenderung diamati.
meningkatkan pertambahan lingkar batang
karet dengan pertambahan lingkar batang
tertinggi ialah pada perlakuan P1 sebanyak 7,11
Ucapan Terima Kasih
cm selama 9 tahun. Hal tersebut dapat Penulis pertama mengucapkan terima kasih kepada
dikarenakan kandungan pupuk kandang sapi Balai Penelitian Tanah Bogor atas dukungan
yang mempunyai kelebihan kadar K (Masganti plaksanaan penelitian.
et al., 2014). Menurut Nugroho (2015) kalium

http://jtsl.ub.ac.id 1154
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

Daftar Pustaka http://www.ipni.net/publication [Diakses pada


19 Juli 2018].
Agus, F., Markus, A., Jamil, A. dan Masganti. 2014. Jauhiainen, J., Kerojoki, O., Silvennoinen, H.,
Lahan Gambut Indonesia: Pembentukan, Limin, S. and Vasander H. 2014. Heterotrophic
Potensi untuk Pertanian dan Kualitas respiration in drained tropical peat is greatly
Lingkungan. Bogor: IAARD Press. affected by temperature – a passive ecosystem
Agus, F. dan. Subiksa, I.G.M. 2008. Lahan Gambut: cooling experiment. Environmental Research
Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Letters 9(10): 18-36
Bogor: Balai Penelitian Tanah dan World Masganti, Subiksa, I.G.M., Nurhayati, dan Syafitri,
Agroforestry Centre (ICRAF). W. 2014. Respon Tanaman Tumpangsari
Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, (Kelapa Sawit+Nenas) terhadap Ameliorasi dan
Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor: Balai Pemupukan di Lahan Gambut Terdegradasi.
Penelitian Tanah BBSDLP. Pada: Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut
BPTP Kalteng. 2016. Model pengelolaan Terdegradasi untuk Mitigasi Emisi GRK dan
berkelanjutan lahan gambut terdegradasi ramah Peningkatan Nilai Ekonomi. Jakarta: Badan
lingkungan di Demplot Jabiren Kabupaten Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Laporan Kementerian Pertanian, pp: 117-132.
Akhir Tahun (Tidak dipublikasi). 24 Hal. Miemin, H. 2017. Karakteristik enzim di rhizosfer
Cahyo, N.A, dan Saputra, J. 2014. Potensi kelapa sawit pada lahan gambut. Disertasi S.3.
Pemanfaaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis). Palembang: 103 hal.
Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Mokhtar, M.S., Firmansyah, M.A. dan Nugroho,
Karet. W.A. 2014. Aspek Agronomis dan Analisis
Damrongak, I., Onthong, J. and Nilnond, C. 2015. Finansial Tanman Karet dan Nenas terhadap
Effect of fertilizer and dolomite aplication on Berbagai Perlakuan Amelioran di Lahan
growth and yield of tapping rubber trees. Gambut. Pada: Pengelolaan Berkelanjutan
Songklanakarin Journal of Science and Lahan Gambut Terdegradasi untuk Mitigasi
Technology 37(6):643-650. Emisi GRK dan Peningkatan Nilai
Dariah, A., Maftuah, E. dan Maswar. 2014. Ekonomi.Jakarta: Balai Besar Penelitian dan
Karakteristik Lahan Gambut. Pada: Panduan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian,
Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut pp: 179.
Terdegradasi. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Najiyati, S., Muslihat, L. dan Suryadiputra, I.N.N.
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut
hal. 22. untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate
Dariah, A., Susanti, E. dan Agus., F 2011. Simpanan Change, Forest and Peatlands Indonesia. Bogor:
Karbon dan Emisi CO2 Lahan Gambut. In: Wetlands International - Indonesia Progme dan
Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Wildlife Habitat Canada.
Bogor: Balai Penelitian Tanah, pp. 57-72. Neltriana, N. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk
Gumayanti, F. dan Suwarto. 2016. Pemupukan Kandang Kotoran Sapi terhadap Pertumbuhan
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) dan Hasil Ubi Jalar. [Skripsi] Padang: Fakultas
Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Pertanian Universitas Andalas.
Selatan. Buletin Agrohorti 4(2):233-240. Noor, M., Masganti, dan Agus, F. 2014.
Handayani, E.P. 2009. Emisi Karbondioksida (CO2) Pembentukan dan Karakteristik Gambut
dan Metan (CH4) pada Perkebunan Kelapa Tropika Indonesia. Pada: Lahan Gambut
Sawit di Lahan Gambut yang Memiliki Indonesia: Pembentukan, Karakteristik, dan
Keragaman dalam Ketebalan Gambut dan Potensi Mendukung Ketahanan Pangan. Bogor:
Umur Tanaman. [Disertasi]. Bogor: Prog Studi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Ilmu Tanah Sekolah Pascasarjana IPB. pp: 7.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Nugroho, P.A. 2015. Dinamika Hara Kalium dan
Akademika Pressindo. Pengelolaannya di Perkebunan Karet. Warta
Hartatik, W., Subiksa, I.G.M. dan Dariah, Ai. 2011. Perkaretan 34(2):89-102.
Sifat Kimia dan Fisik Tanah Gambut. Pada: Nurida, N.L., dan Wihardjaka, A. 2014. Panduan
Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut
Bogor: Balai Penelitian Tanah, pp. 45. Terdegradasi.Bogor: Balai Besar Penelitian dan
International Plant Nutrition Institute, n.d. IPNI. Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
[Online]

http://jtsl.ub.ac.id 1155
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13

Pusari, D. dan Haryanti., S. 2014. Pemanenan Wahyunto, Nugroho, K., Ritung, S. dan Sulaeman,
Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dan Y. 2014. Indonesian Peatland Map: Method,
Penentuan Kadar Karet Kering (KKK) dengan Certainity and Uses.Jakarta, Badan Penelitian
Variasi Temperatur Pengovenan di PT. Djambi dan Pengembangan Pertanian dan ICCTF
Waras Jujuhan Kabupaten Bungo, Jambi. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Buletin Anatomi dan Fisiologi, XXII(2). Wibowo, W.A., Hariyono, B. dan Kusuma, Z. 2016.
Ponette, Q., Dufey, J., Weissen, F. and Praag, H.V. Pengaruh biochar, abu ketel dan pupuk kandang
1993. Downward effects of dolomite and terhadap pencucian nitrogen tanah berpasir
kieserite on two acid soils differing in their Asembagus, Situbondo. Jurnal Tanah dan
organic carbon content. Communicaton in Soil Sumberdaya Lahan, 3(1):269-278.
Science anf Plant Analysis 24(3-14):1439-1452. Yuliana, Rahmadani, E. dan Permanasari., I 2015.
Salampak. G. 1999. Peningkatan produktivitas tanah Aplikasi pupuk kandang sapi dan ayam terhadap
gambut yang disawahkan dengan pemberian pertumbuhan dan hasil tanaman jahe di media
bahan amelioran tanah mineral berkadar besi gambut. Jurnal Agroteknologi 5(2):37-42.
tinggi. Disertasi. Program Pascasarjana IPB.
Bogor. 171 hal.
Subatra, K. 2013. Pengaruh Sisa Amelioran, Pupuk
N dan P terhadap Ketersediaan N,
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi di
Musim Tanam Kedua pada Tanah Gambut.
Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2):159-169.

http://jtsl.ub.ac.id 1156

Anda mungkin juga menyukai