Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1: 1145-1156, 2019 6
Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1: 1145-1156, 2019 6
Abstract
The limited availability of productive agricultural land causes the development of agriculture leading
to the marginal lands, one of which is peat land. Peat land is land with soil that is rich in organic
matter (C-organic >18%), and relatively has low level of fertility. Based on the characteristics of
peat, fertilization needs to be done to support plant growth. One of the plant that can grow and
adapt on peat land is rubber plant. Fertilization can also potentially increase the process of
decomposition of peat so that can increase CO 2 emission which is one of the greenhouse gases.The
purpose of this study was to analyse the effect of fertilization on peat land to soil characteristics,
CO2 emission, and rubber plant productivity. This study used a randomized block design with four
treatments and four replications. The treatments were P0 (control/base fertilizer Urea, SP-36, and
KCl), P1 (control + cow manure), P2 (control + borax fertilizer), and P3 (control + cow manure +
borax fertilizer). The results showed that fertilizer with combination of control and cow manure
(P1) significantly affected the soil chemical characteristics such as CEC, N total, K-exch, and P
availability. The P1 treatment also tended to increase the increasing of stem circumference for 9
months period. However, in the other parameters such as soil bulk density, ash content, pH, base
saturation, base cations exchangeable (Ca, Mg, Na), C-organic, CO2 emission, and latex production,
showed that fertilization combination treatment did not give any significant differences. In general,
fertilization treatment with the combination of control and cow manure (P1) had the best effect of
improving soil chemical characteristics.
Keywords: peat, fertilizer, soil characteristic, CO2 emission, rubber plant productivity
http://jtsl.ub.ac.id 1146
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
digunakan untuk analisis karakteristik fisika Fase II Curah hujan rata-rata tahunan pada
tanah yaitu berat isi, sedangkan sampel tanah tahun 1997 hingga 2011 lokasi penelitian 1.821
komposit digunakan untuk analisis karakteristik mm (Mokhtar et al., 2014). Lokasi penelitian
kimia tanah meliputi kadar abu, C-organik, pH, secara umum merupakan tanah gambut dengan
N total, P tersedia, kation-kation basa (K, Ca, tingkat kematangan hemik sampai saprik
Mg, Na), KB, KTK, dan emisi CO2. dengan kedalaman gambut rata-rata ± 6 m. Hal
Pertambahan lingkar batang didapatkan dengan tersebut dicirikan dengan warna gambut yaitu
cara mencari selisih antara lingkar batang yang coklat hingga coklat tua. Sebagian bahan
diamati pada bulan Desember tahun 2017 asalnya masih dapat dikenali dan ada pula yang
dengan data lingkar batang pada tahun sudah menyatu dan sulit untuk diidentifikasi
sebelumnya yaitu 2016. Data lingkar batang bahan dasarnya. Selain itu, ketika diremas
dan data produksi getah karet yang digunakan kandungan seratnya cukup rendah yaitu ±
bersumber dari Laporan Tahunan kegiatan Ex 15%-30%.Agus dan Subiksa (2008)
ICCTF oleh Balai Pengkajian Teknologi menjelaskan bahwa tipe kematangan gambut
Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah tahun dapat dilihat dari penampakannya di lapang
2016 dan 2017. Data yang diperoleh dilakukan yaitu berdasarkan apakah bahan asalnya dapat
analisis ragam dengan taraf 5%.Apabila dikenali, bagaimana warnanya, dan kandungan
didapatkan pengaruh nyata maka dilanjutkan serat jika diremas. Semakin matang gambut,
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) bahan asalnya semakin tidak dikenali, warnanya
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. coklat sampai hitam dan kandungan seratnya
semakin sedikit. Menurut Mokhtar et al. (2014)
Hasil dan Pembahasan pada penelitian sebelumnya yaitu tahun 2014,
tingkat kematangan gambut lokasi penelitian
Deskripsi lokasi penelitian termasuk saprik dengan kedalaman 4-5 meter.
Lokasi penelitian terletak di hamparan lahan Penampang tanah gambut pada lokasi
gambut bekas demplot ICCTF (Indonesian penelitian tersaji pada Gambar 1.
Climate Change Trus Fund) Kementrian Pertanian
http://jtsl.ub.ac.id 1147
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
Gambar 2. Rata-rata berat isi tanah pada Tabel 1. Rata-rata kadar abu pada perlakuan
perlakuan pemupukan pemupukan
Perlakuan Kadar Abu (%)
Pemupukan tidak memberikan pengaruh yang
P0 3,89
nyata dikarenakan pemupukan tidak secara
P1 4,76
langsung dapat meningkatkan berat isi tanah,
P2 3,96
sehingga bukanlah faktor utama yang dapat
P3 9,52
meningkatkan berat isi tanah gambut secara
signifikan. Berat isi tanah gambut yang rendah .
merupakan ciri alami tanah gambut, karena Pemupukan tidak memberikan pengaruh yang
terbentuk dari bahan organik (sisa tanaman) nyata dikarenakan pemupukan bukanlah faktor
sehingga sangat porus yang mana sebagian utama yang mempengaruhi kadar abu gambut.
besar pori diisi oleh air karena gambut tropika Faktor utama yang mempengaruhi kadar abu
bisa terbentuk dalam kondisi tergenang atau ialah tipe tanah gambut seperti tingkat
anaerob, yang menyebabkan gambut memiliki kematangan, posisi keberadaan, jenis,
kadar air yang sangat tinggi. Berkaitan dengan ketebalan, dan lain sebagainya. Lahan gambut
ini,untuk dapat meningkatkan berat isi tanah pada lokasi penelitian tergolong ombrogen
gambut, hal utama yang dapat dilakukan ialah dengan ketebalan ± 6 m. Gambut ombrogen
membuat dan mengatur sistem drainase untuk terbentuk pada daerah cekungan yang sumber
mengurangi kelebihan air pada tanah gambut airnya berasal dari air hujan sehingga kadar
tersebut. Menurut Nugroho dan Widodo abunya rendah. Dariah et al. (2014)
(2001) dalam Noor et al. (2014) menyatakan mengemukakan bahwa kadar abu dan basa-
bahwa pengeringan pada tanah gambut dapat basa pada gambut dipengaruhi oleh ketebalan
meningkatkan beratisi tanah gambut. Hal gambut. Makin tebal gambut, kadar abu dan
tersebut dikarenakan oleh sifat tanah gambut basa-basanya makin rendah.
http://jtsl.ub.ac.id 1148
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
http://jtsl.ub.ac.id 1149
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
nilai K dapat ditukar lebih tinggi dibandingkan analisis tergolong sangat rendah. Selaras
dengan perlakuan lainnya yaitu 0,34 cmol/kg. dengan hasil analisis, kation-kation basa dapat
Hal tersebut dikarenakan pupuk kandang sapi ditukar (K, Ca, Mg, Na) tergolong rendah
mengandung unsur hara K. Menurut Yuliana et hingga sedang. Kejenuhan basa berkaitan erat
al. (2015) pupuk kandang dapat menyediakan dengan pH dimana pH yang rendah umumnya
unsur makro beberapa diantaranya nitrogen, mempunyai kejenuhan basa yang rendah pula
fosfor, kalium. Noor dan Ningsih (Hardjowigeno, 2010). Tanah gambut memiliki
dalamNeltriana (2015) menyatakan bahwa pH yang tergolong sangat masam sehingga
pupuk kandang sapi memiliki kandungan unsur kejenuhan basa dan kation-kation basanya juga
K yang lebih tinggi dibanding unsur lainya yaitu rendah.
sebanyak 1,03%. Kejenuhan basa pada hasil
http://jtsl.ub.ac.id 1150
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
dalam tanah. Menurut Hardjowigeno (2010) ketersediaannya pada tanah gambut sesuai
pupuk kandang sapi mengandung 0,3% N dengan pernyataan Najiyati et al. (2005) bahwa
dalam tanah dan setiap ton pupuk kandang pada lahan gambut, kandungan Al sangat
secara umum mengandung 5 kg N. rendah sehingga peningkatan pH tidak
ditujukan bagi penekanan keracunan Al.
Menurut Hartatik et al. (2011) unsur fosfor (P)
pada tanah gambut sebagian besar dijumpai
dalam bentuk P-organik yang selanjutnya akan
mengalami proses mineralisai menjadi P-
anorganik oleh jasad mikro.
http://jtsl.ub.ac.id 1151
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
pada tanah gambut di lokasi penelitian perbedaan emisi CO2 diantara perlakuan yang
diketahui tidak memberikan pengaruh nyata diamati. Walaupun demikian, beberapa literatur
terhadap nilai emisi CO2 tanah. Hasil menginformasikan bahwa pemupukan dapat
pengukuranemisi CO2 tanah dari berbagai mempengaruhi laju dekomposisi gambut yang
perlakuan pemupukan disajikan pada Gambar secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi
5. emisi CO2. Menurut Handayani (2009) faktor
utama yang dapat mempercepat laju
dekomposisi gambut ialah proses perubahan
kondisi gambut menjadi lebih aerobik dengan
pengeringan melalui sistem drainase. Selain itu,
emisi karena proses dekomposisi terjadi relatif
lebih lambat dibanding proses kebakaran.
Produktivitas karet
Lingkar batang dan pertambahan lingkar batang
Pertumbuhan tanaman karet dapat ditandai
dengan besar lingkar batang atau keliling
lingkaran batang. Selain itu, pengaruh
Gambar 5. Rata-rata emisi CO2 pada perlakuan pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman
pemupukan karet juga dapat dilihat dari pertambahan
lingkar batangnya dalam satuan waktu. Dalam
Perlakuan kombinasi pemupukan yang tidak penelitian ini, dapat dilihat pertambahan lingkar
memberikan pengaruh nyata dapat dikarenakan batang tanaman karet selama 9 bulan dari bulan
pengaruh pemupukan pada emisi CO2 berjalan Desember 2016 sampai dengan September
lambat, sehingga tidak terdeteksi pengaruhnya 2017. Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan
terhadap emisi CO2 pada pengamatan di pemupukan cenderung meningkatkan lingkar
laboratorium. Disamping itu, pengambilan batang karet dan pertambahannya selama 9
sampel yang dilakukan setelah ± 4 bulan bulan. Pertambahan lingkar batang tertinggi
setelah pupuk terakhir kali diaplikasikan, juga didapatkan pada perlakuan P1.
diperkirakan menjadi penyebab tidak ada
http://jtsl.ub.ac.id 1152
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
tepat merupakan salah satu penyebab 49,15% termasuk ke dalam kriteria sangat
terlambatnya matang sadap dan rendahnya tinggi. Menurut Hartatik et al. (2011) tanah
produktivitas tanaman karet (Gumayanti dan gambut terbentuk dari timbunan bahan organik
Suwarto, 2016). Pengaruh pemupukan terhadap sehingga kandungan karbon pada tanah
produksi getah karet tersaji pada Tabel 7. gambut sangat besar. Hal tersebut yang
menjadi penyebab gambut mengandung asam-
Tabel 7. Rata-rata produksi getah karet pada
asam organik yang tinggi sehingga pH tanah
perlakuan pemupukan
gambut sangat masam. Rata-rata pH pada
Perlakuan Produksi Getah lokasi penelitian ialah 3,9. pH tanah gambut
Karet (kg ha-1) yang sangat masam tersebut menyebabkan
Oktober November kejenuhan basa nya (KB) sangat rendah yaitu
P0 61,88 89.93 hanya 4%. Nilai KB tersebut berbanding lurus
P1 52,64 82,50 dengan kandungan kation-kation basa dapat
P2 57,75 91,58 ditukar. Rata-rata kandungan Ca, Na dan Mg
P3 57,09 87,45 pada lokasi penelitian masing-masing sebesar
3,61 cmol/kg, 0,19 cmol/kg dan 1,6 cmol/kg
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa termasuk dalam kriteria rendah hingga sedang.
perlakuan kombinasi pemupukan tidak Pada kation basa K dengan nilai tertinggi 0,34
berpengaruh nyata terhadap produksi getah cmol/kg, perlakuan kombinasi pemupukan
karet. Hal tersebut dapat dikarenakan pada diketahui mempengaruhi peningkatan jumlah
bulan Oktober dan November sering terjadi kation basa tetapi nilainya masih berada pada
hujan yang menyebabkan produksi getah karet kriteria rendah hingga sedang. Menurut
menjadi tidak maksimal. Sesuai dengan (Hartatik et al., 2011) gambut oligotropik
pernyataan Pusari dan Haryanti (2014) seperti yang banyak ditemukan di Kalimantan
produksi karet dipengaruhi oleh kondisi alam mempunyai kandungan kation basa seperti Ca,
terutama hujan dan banjir. Hujan berlebihan Mg, K, Na yang rendah terutama pada gambut
dapat menyebabkan produksi karet menurun. tebal. Perlakuan kombinasi pemupukan
Selain hal tersebut, penetrasi cahaya, suhu berpengaruh nyata terhadap beberapa
lingkungan, jenis tanah dan pH juga dapat karakteristik kimia tanah diantaranya ialah
mempengaruhi produksi karet. Rata-rata kation basa K, KTK, N total, dan P tersedia.
produksi getah karet pada bulan Oktober ialah Perlakuan pemupukan dengan kombinasi
57,34 kg/ha sedangkan pada bulan November kontrol atau pupuk dasar ditambahkan dengan
ialah 87,86 kg/ha. pupuk kandang sapi (P1) memberikan nilai
tertinggi pada seluruh parameter yang
Pembahasan Umum
berpengaruh nyata tersebut. Menurut Subiksa
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dilihat et al. (2014) pada penelitian terdahulu, diketahui
bahwa faktor utama yang mempengaruhi bahwa pupuk kandang yang dipakai memiliki
kesuburan gambut ialah kedalaman dan tingkat kandungan N total 0,49%, P2O5 0,56%, K2O
kematangan. Sesuai dengan pernyataan Dariah 0,49%, Ca 0,72%, Mg 0,33%, S 0,10%, dan
et al. (2014) tingkat kematangan gambut sangat unsur-unsur mikro lainnya. Hal tersebutlah
menentukan tingkat produktivitas lahan yang menyebabkan perlakuan P1 berpengaruh
gambut, karena sangat mempengaruhi tingkat nyata terhadap beberapa parameter kimia tanah
kesuburan tanah maupun ketersediaan hara. gambut. Pupuk kandang juga berpengaruh
Tingkat kematangan gambut di lokasi terhadap KTK dikarenakan pupuk kandang
penelitian termasuk ke dalam gambut hemik- merupakan salah satu pupuk organik yang kaya
saprik dengan kedalaman gambut mencapai ± akan koloid humus yang dapat meningkatkan
6 m. Hal tersebut menyebabkan berat isi dan nilai KTK. Meski demikian, KTK yang tinggi
kadar abu gambut menjadi sangat rendah. pada gambut menunjukkan kapasitas jerapan
Perlakuan kombinasi pemupukan juga gambut tinggi, namun kekuatan jerapannya
diketahui tidak berpengaruh nyata terhadap c- lemah, sehingga kation-kation K, Ca, Mg, dan
organik tanah. Rata-rata nilai c-organik ialah Na yang tidak membentuk ikatan koordinasi
http://jtsl.ub.ac.id 1153
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
akan mudah tercuci (Agus dan Subiksa ,2008). merupakan salah satu hara penting pada
Kandungan N dan P yang tinggi pada tanah tanaman karet. Defisiensi kalium akan
gambut juga tidak dapat mengindikasikan menyebabkan lemahnya jaringan batang dan
kesuburan tanah gambut dikarenakan sebagian meningkatkan kerusakan tanaman. Tidak
besar unsur tersebut tersedia dalam bentuk berpengaruhnya perlakuan kombinasi
organik. Menurut Subatra (2013) sebagian pemupukan terhadap produksi getah juga dapat
besar N dan P pada tanah gambut berupa dikarenakan adanya faktor lain yang
organik sehingga memerlukan proses mempengaruhi produksi getah karet
mineralisasi agar dapat dimanfaatkan oleh diantaranya curah hujan yang tinggi pada waktu
tanaman. Pemupukan dapat mempengaruhi pemanenan dan cara memanen atau menyadap
produksi CO2 dikarenakan pemupukan dapat getah karet. Menurut Pusari dan Haryanti
meningkatkan laju aktivitas mikroorganisme (2014) pemanenan getah karet akan
tanah sehingga laju dekomposisi semakin mempengaruhi getah yang didapat. Pemanenan
tinggi. Penambahan hara pada tanah gambut yang baik harus memperhatikan kematangan
meningkatkan dekomposisi dan berdampak karet, dan kondisi lingkungan yang mendukung
terhadap peningkatan kehilangan gambut dengan lilit batang 45 cm yang diukur 100 cm
melalui emisi GRK (Jauhiainen et al. 2014) dari pertautan okulasi serta memiliki ketebalan
Tetapi pada penelitian ini didapatkan hasil 6-7 mm.Selain hal tersebut, waktu penyadapan
bahwa berbagai perlakuan pemupukan tidak juga dapat mempengaruhi produksi karet yang
berpengaruh nyata terhadap emisi CO2yang didapat.
dihasilkan dari tanah. Hal
tersebutdimungkinkan terjadikarena pemberian
Kesimpulan
pupuk pada lahan gambut menyebabkan
kebutuhan hara tanaman (karet) dapat Perlakuan pemupukan P1 dengan kombinasi
tercukupi, sehingga perakaran tanaman karet kontrol/pupuk dasar (Urea, SP-36, KCl) dan
tidak harus menghasilkan eksudat asam organik pupuk kandang sapi merupakan perlakuan
seperti asam karboksilat yang dapat terbaik yang dapat diberikan pada tanah
merangsang aktivitas mikroba menghasilkan gambut pada lokasi penelitian dikarenakan
enzim pendegradasi material gambut dalam dapat meningkatkan KTK, K dapat ditukar, N
upaya memperoleh hara tanaman (Mimien, total, dan P tersedia, tetapi tidak berpengaruh
2017). Faktor lain yang menyebabkan nyata terhadap karakteristik tanah lainnya
pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap seperti berat isi, kadar abu, pH, KB, Ca, Mg,
emisi CO2ialah dikarenakan emisi CO2 yang dan Na dapat ditukar, maupun C-organik.
terjadi akibat dari proses dekomposisi, terjadi Perlakuan kombinasi pemupukan yang
relatif lebih lambat dibandingkan emisi CO2 diaplikasikan tidak menunjukkan perbedaan
yang terjadi akibat proses kebakaran (Dariah et yang nyata terhadap emisi CO2 dari tanah
al., 2011), sehingga dimungkinkan pengaruh gambut yang diamati. Perlakuan pemupukan
berbagai kombinasi pemupukan terhadap emisi P1 dengan kombinasi kontrol/pupuk dasar
CO2 dari tanah tidak terdeteksi saat dilakukan (Urea, SP-36, KCl) dan pupuk kandang sapi
analisis di laboratorium. Pemaparan hasil cenderung meningkatkan pertambahan lingkar
analisis karakteristik tanah tersebut dapat batang karet lebih tinggi dibandingkan
menjadi penyebab tidak berpengaruhnya perlakuan lainnya, tetapi tidak mempengaruhi
pemupukan terhadap produksi getah karet produksi getah karet pada lahan gambut yang
meskipun pemupukan cenderung diamati.
meningkatkan pertambahan lingkar batang
karet dengan pertambahan lingkar batang
tertinggi ialah pada perlakuan P1 sebanyak 7,11
Ucapan Terima Kasih
cm selama 9 tahun. Hal tersebut dapat Penulis pertama mengucapkan terima kasih kepada
dikarenakan kandungan pupuk kandang sapi Balai Penelitian Tanah Bogor atas dukungan
yang mempunyai kelebihan kadar K (Masganti plaksanaan penelitian.
et al., 2014). Menurut Nugroho (2015) kalium
http://jtsl.ub.ac.id 1154
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
http://jtsl.ub.ac.id 1155
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 1 : 1145-1156, 2019
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.13
Pusari, D. dan Haryanti., S. 2014. Pemanenan Wahyunto, Nugroho, K., Ritung, S. dan Sulaeman,
Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dan Y. 2014. Indonesian Peatland Map: Method,
Penentuan Kadar Karet Kering (KKK) dengan Certainity and Uses.Jakarta, Badan Penelitian
Variasi Temperatur Pengovenan di PT. Djambi dan Pengembangan Pertanian dan ICCTF
Waras Jujuhan Kabupaten Bungo, Jambi. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Buletin Anatomi dan Fisiologi, XXII(2). Wibowo, W.A., Hariyono, B. dan Kusuma, Z. 2016.
Ponette, Q., Dufey, J., Weissen, F. and Praag, H.V. Pengaruh biochar, abu ketel dan pupuk kandang
1993. Downward effects of dolomite and terhadap pencucian nitrogen tanah berpasir
kieserite on two acid soils differing in their Asembagus, Situbondo. Jurnal Tanah dan
organic carbon content. Communicaton in Soil Sumberdaya Lahan, 3(1):269-278.
Science anf Plant Analysis 24(3-14):1439-1452. Yuliana, Rahmadani, E. dan Permanasari., I 2015.
Salampak. G. 1999. Peningkatan produktivitas tanah Aplikasi pupuk kandang sapi dan ayam terhadap
gambut yang disawahkan dengan pemberian pertumbuhan dan hasil tanaman jahe di media
bahan amelioran tanah mineral berkadar besi gambut. Jurnal Agroteknologi 5(2):37-42.
tinggi. Disertasi. Program Pascasarjana IPB.
Bogor. 171 hal.
Subatra, K. 2013. Pengaruh Sisa Amelioran, Pupuk
N dan P terhadap Ketersediaan N,
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi di
Musim Tanam Kedua pada Tanah Gambut.
Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2):159-169.
http://jtsl.ub.ac.id 1156